PENGENDALIAN CEDERA
di INDONESIA
Target
NO URAIAN IKU
2014
Baseline 2015 2016 2017 2018 2019
Prevalensi penduduk
1 usia>15 tahun dengan 25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 23,79% 23,38%
tekanan darah tinggi
3 Menurunnya prevalensi
perokok anak dan remaja 8,8% 7,9% 7,1% 6,4% 5,8% 5,2%
PERMENKES ttg RENSTRA Kemenkes
(Kepmen No.HK.02.02/Menkes/52/2015
yang dideteksi dini kanker serviks dan 10% 20% 30% 40% 50%
payudara
4 Persentase Kab/Kota yang mempunyai
sekolah
5
PENYEBAB KEMATIAN
DI DUNIA dan ASIA TENGGARA
DI SELURUH DUNIA DI REGIONAL ASIA
TENGGARA
Source:
Source:
WHO Global Status Report on global Health observatory 2011
Noncommunicable Diseases 2010 http://apps.who.int/ghodata/
Distribusi Penyebab Kematian
Semua Kelompok Umur di Indonesia
Tahun 1995, 2001 dan 2007
60
59.5
50 49.9
44.2
41.7
40
31.2
30 28.1
20
10
5.9 7.3
0 6.5
Penyakit menular
HHS 1995
Penyakit Tidak menular
HHS 2001
Trauma/Injury
BHR 2007
HHS : Household Health Survey/Survey Kesehatan Rumah Tangga
BHR : Basic Health Research/Riskesdas
Penyebab Kematian Untuk Semua
Umur di Indonesia, 2007
Jantung
Jantung Iskemik
Liver
Tumor/Kanker
DM
Perinatal
4 Cedera
Hipertensi
TB
Stroke
0 10 20
PROPORSI PENYEBAB CEDERA, 2013
Sumber:Riskesdas-2013
PREVALENSI
PREVALENSICEDERA
CEDERA MENURUT KARAKTERISTIK
MENURUT KARAKTERISTIK
RISKESDAS, 2013
RISKESDAS, 2013
PROPORSI TEMPAT CEDERA
RISKESDAS, 2013
5%
Pejalan kaki
21%
Pengguna sepeda
Pengemudi/penumpang bus
2%
Pengemudi/penumpang pengguna truk berat dan
36% lainnya
12.0%
9.2% 9.4%
10.0%
7.4%
8.0%
5.7%
6.0%
3.7%
4.0%
2.0%
0.0%
P. Jantung
Merokok
Kanker
Diet
Diabetes
Stroke
Alkohol
Cedera
Kesepakatan Internasional
UU NO.22 TAHUN 2009 PASAL 203
tentang RUNK JALAN TAHUN 2011-2035
dan INPRES NO.4 TAHUN 2013
• Pilar I: Manajemen Keselamatan Jalan,
Koordinator: Kementerian PPN/Bappenas
• Pilar II: Jalan yang berkeselamatan,
Koordinator: Kementerian PU
• Pilar III: Kendaraan Yang
Berkeselamatan,
Koordinator: Kemen Perhubungan
• Pilar IV: Perilaku Pengguna jalan yang
berkeselamatan,
Koordinator: POLRI
• Pilar V: Penanganan Pra dan Pasca
Kecelakaan,
Koordinator:
Kementerian Kesehatan
RUNK:rencana umum nasional keselamatan
PROGRAM PRIORITAS
PENGENDALIAN GANGGUAN AKIBAT KECELAKAAN DAN TINDAK KEKERASAN
RUANG LINGKUP CEDERA (ICD-10)
• Meningkatkan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas melalui upaya promotif dan
preventif.
• Meningkatkan akses pengemudi tehadap pelayanan deteksi dini faktor risiko PTM dan
• Meningkatkan penanganan kecelakaan lalu lintas secara cepat, tepat, dan terpadu
melalui Peningkatan Kapasitas Awam ttg BHD / First Responder pada daerah rawan
kecelakaan
PENANGANAN PRA KECELAKAAN
• Pemeriksaan Kesehatan pada Pengemudi
di Terminal, Perusahaan Otobus (PO)
• Pemeriksaan Kesehatan pada penghuni LAPAS (Lembaga
Pemasyarakatan)
Kegiatan :
• Posbindu Dasar (wawancara FR PTM dan Pengukuran Tekanan
Darah)
• Pemeriksaan Gula Darah
• Pemeriksaan Kadar Alkohol dalam pernafasan
• Pemeriksaan Kadar Amphetamin dalam urin
KEGIATAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PENGEMUDI
WAWANCARA
Deteksi Dini
FR Kecelakaan
Pelaksanaan Pengawasan oleh
oleh Petugas Petugas Puskesmas
Terlatih 1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan
3. Rekomendasi
Pengisian Buku
Kesehatan Pengemudi
FAKTOR RISIKO CEDERA AKIBAT
KECELAKAAN LALU LINTAS DARAT (KLLD)
keselamatan,dll) .
35
PROGRAM PENGENDALIAN
PASKA KECELAKAAN
PENINGKATAN KAPASITAS SDM AWAM
PENANGANAN PASKA KECELAKAAN
Praktek di
kelas Praktek di
peserta kelas peserta
melihat melaksanakan
PRAKTEK DI
LAPANGAN
NSPK
TAHUN 2008
Juknis surveilans gangguan akibat
kecelakaan dan cedera lalu lintas
TAHUN 2010
– Pedoman pengendalian faktor risiko
gangguan akibat kecelakaan dan
cedera
– Juknis deteksi dini faktor risioko
kecelakaan pada pengemudi
angkutan umum
TAHUN 2012
Juknis pemeriksaan kesehatan FR KLL
bagi pengemudi angkutan umum
pada situasi khusus
TAHUN 2013
• Pedoman pengendalian KDRT
• Buku monitoring kesehatan
pengemudi
-Lanjutan
• TAHUN 2015
– Juknis pengendalian cedera akibat jatuh
– Pedoman penyelenggaraan posbindu
bagi pengemudi
– Pedoman penyelenggaraan posbindu di
Lapas
– Juknis pengendalian tenggelam
– Permenkes pengendalian cedera
Contoh Media Promosi dan KIE
(Stiker dan leaflet)
-Lanjutan
TAHUN 2014
– Pedoman pengendalian cedera
– Juknis pengendalian cedera
– Editing buku monitoring kesehatan pengemudi
– Buku saku pengendalian tenggelam pada anak
– Panduan penyelenggaraan pekan keselamatan
jalan bidang kesehatan.
DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN INDONESIA
WAWANCARA
Deteksi Dini
FR Kecelakaan
Pelaksanaan Pengawasan oleh
oleh Petugas Petugas
Puskesmas
Terlatih 1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan
3. Rekomendasi
Pengisian Buku
Kesehatan Pengemudi
REKOMENDASI
REKOMENDASI TEKANAN DARAH & GULA DARAH SEWAKTU AMFETAMINE ALKOHOL
Normal : 120 / 80 mmHg
LAYAK
MENGEMUDI Hipertensi Ringan: >120 / >80 mmHg. NEGATIF NEGATIF
Gula darah sewaktu: < 200 mg/dL
POSITIF NEGATIF
Normal : 120 / 80 mmHg
Hipertensi Ringan: >120 / >80 mmHg.
Gula darah sewaktu: < 200 mg/dL NEGATIF POSITIF
POSITIF POSITIF
53
Pengukuran kadar alkohol dalam
Udara Pernafasan
Pemeriksaan amfetamin dengan stik
HASIL PEMERKSAAN
56
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
LATAR BELAKANG :
Gejala-gejala dan akibat yang timbul
mengakibatkan turunnya
konsentrasi mengemudi bahkan
gejala lain yang lebih berat.
Kondisi-kondisi rentan terhadap
stress (beban kerja tinggi, kurang
istirahat, banyak suara2 keras di
jalanan, dsb)
Hipertensi tanpa gejala.
Bahaya komplikasi
TEKANAN DARAH
Definisi :
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan sistolik : tekanan pembuluh arteri akibat denyutan
jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak.
Tekanan diastolik : tekanan saat jantung beristirahat di
antara pemompaan.
Hipotensi : tekanan darah di bawah normal.
Hipertensi : tekanan darah di atas normal.
Alat yang digunakan: Spygmomanometer digital portable finger
DIAGNOSIS PENGUKURAN
63 22/08/2022
HASIL REKOMENDASI
1. LAYAK
Pengemudi mendapat rekomendasi dapat menjalankan tugas dengan baik
2. LAYAK DENGAN CATATAN
Pengemudi dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Klinik,
Praktek Dokter Swasta) untuk mendapatkan pengobatan. Pengemudi dapat
berkendara jika dapat menunjukkan rekomendasi bahwa telah mendapatkan
pengobatan.
3. TIDAK LAYAK
Pengemudi dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Klinik,
Praktek Dokter Swasta) untuk mendapatkan pengobatan. Pengemudi harus
diganti oleh pengemudi cadangan.
PERAN dan PENGEMBANGAN PROGRAM
PROMOSI.
Bekerjasama dgn Kementerian perhubungan dan kepolisian dalam
melaksanakan promosi tentang kebijakan dalam pengendalian cedera
akibat KLLD (Perhubungan melakukan pengendalian pada kendaraannya,
Kepolisian pada perilaku si pengendara, sedangkan kesehatan
bertanggung jawab terhadap kesehatan pengemudi itu sendiri).