Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM


PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (P2DBD) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA
MAKASSAR

DI SUSUN OLEH:
NURFATIMA S. LATURU (201801179)
KELAS D (NONREGULER)
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah
kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan kematian
dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit endemis
yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis
yang kadang menjadi epidemik.1 Nyamuk Aedes aegypti
merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti
berkembang biak di tempat lembab dan genangan air
bersih. Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes
aegypti adalah tempat penyimpanan air di dalam atau di
luar rumah, atau di tempat-tempat umum, biasanya
berjarak tidak lebih 500 meter dari rumah.
NEXT
Indonesia mempunyai risiko besar untuk terjangkit
penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus
dengue dan nyamuk penularnya, yaitu Aedes aegypti
tersebar luas di daerah pedesaan maupun
perkotaan, di rumah-rumah maupun di tempat-
tempat umum, kecuali daerah yang ketinggiannya
lebih 1.000 meter dari permukaan air laut. Iklim tropis
juga mendukung berkembangnya penyakit ini,
lingkungan fisik (curah hujan) yang menyebabkan
tingkat kelembaban tinggi, merupakan tempat
potensial berkembangnya penyakit ini
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea Kota Makassar. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Informan yang
menjadi sumber informasi dalam penelitian ini
berjumlah 10 orang yang terdiri dari Kepala
Puskesmas Tamalanrea sebagai inforInstrumen
penelitian yang digunakan adalah pedoman
wawancara berupa lembar pertanyaan yang
dilengkapi dengan tape recorder dalam proses
wawancara.
NEXT
Puskesmas Tamalanrea untuk mengkaji ulang
kebenaran informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara mendalam dan melengkapi informasi yang
tidak didapatkan dari wawancara mendalam tersebut.
Analisis data dilakukan secara kualitatif untuk
mendapatkan informasi mendalam tentang pelaksanaan
kegiatan program P2DBD dengan menggunakan
matriks/ tabel yang berisi data ringkasan hasil
wawancara mendalam dari hasil transkrip wawancara.
HASIL
Tenaga, dana, sarana, dan perencanaan termasuk
dalam komponen input. Tenaga yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan program P2DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tamalanrea adalah petugas yang
bertanggung jawab terhadap P2M termasuk penyakit
DBD. SDM dari segi jumlah dan luas wilayah di
Puskesmas Tamalanrea sudah cukup karena wilayah
kerja Puskesmas Tamalanrea hanya mencakup satu
kelurahan. Dari segi kualitas/kualifikasi, diperoleh
informasi bahwa petugas puskesmas sudah baik
dengan pengalaman selama bertahun-tahun.
NEXT
Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan
program P2DBD adalah dari dinas, yang
dianggarkan di puskesmas hanya biaya transportasi
petugas. Kecukupan dana diperoleh informasi, dana
yang diterima sudah cukup untuk melaksanakan
program P2DBD. Namun, masih terdapat Jumantik
yang mengatakan bahwa honor yang diterima tidak
sebanding dengan kerja yang dilakukan. Jenis
sarana yang digunakan berupa kendaraan
operasional, senter, alat penjepit, rompi, saringan,
alat tulis, dan papan pengalas. Namun, sarana
tersebut tidak lagi diberikan dalam tiga tahun
terakhir.
NEXT
Kegiatan PE dan fogging merupakan bagian dari
komponen proses. Pengawasan pelaksanaan
program P2DBD di Puskesmas Tamalanrea tetap
berjalan karena pihak puskesmas selalu
mengadakan monitoring dan evaluasi setiap 3 bulan
dan mini lokakarya setiap bulan. Pelaksanaan
kegiatan PE, yaitu penderita yang melapor ke
puskesmas dan dinyatakan positif DBD, maka
petugas dinas akan melakukan fogging. Terdapat
juga informan yang mengatakan bahwa penderita
yang positif DBD melapor kepada ketua RT. Ketua
RT yang melanjutkan ke puskesmas dan selanjutnya
pihak puskesmas melapor ke Dinkes.
PEMBAHASAN
Kinerja petugas sangat dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana yang digunakan dalam memberikan
pelayanan dan melaksanakan tugasnya. Sarana dan
prasarana yang terbatas untuk digunakan akan
berakibat pelayanan yang diberikan tidak dapat
sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan
Kemenkes RI Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992
tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue, sarana dan bahan yang digunakan, yaitu
mesin fogging dengan kebutuhannya.
NEXT
Pemeriksaan jentik yang dilakukan telah sesuai dengan
prosedur, yaitu untuk RW yang memiliki ≤5 RT memilih 2 RT
yang akan diperiksa secara acak sedangkan RW yang memiliki
>5 RT memilih 3 RT. Setiap RT yang diperiksa terdiri dari 20
sampel rumah yang dipilih secara acak. Jumlah rumah yang
diperiksa masih terbilang kurang karena beberapa RW memiliki
banyak rumah hanya memeriksa sebagian kecil dar jumlah
tersebut, misalnya RW IX dengan jumlah rumah/bangunan
sebanyak 400 dan yang diperiksa hanya 40 rumah (2 RT),
sehingga perbandingan rumah yang ada dan rumah yang
diperiksa sebesar 10:1, artinya dari 10 rumah hanya 1 rumah
yang diperiksa. Hal ini bisa mengakibatkan perhitungan ABJ tidak
representatif dengan keadaan yang sebenarnya.
NEXT
Masyarakat juga berpengaruh besar dengan hasil
ABJ yang rendah. Meskipun masyarakat telah
diberikan penyuluhan terkait PSN dan abatesasi,
tetapi kebanyakan masyarakat jarang
mengaplikasikannya di rumah dan lingkungan
sekitarnya. Hal ini yang membuat masih banyaknya
jentik yang ditemukan di rumah masyarakat.
Pelaksanaan fogging juga tidak sesuai dengan
respon time yang seharusnya paling lama 3x24 jam
setelah PE dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,


komponen input program P2DBD (dana, metode,
dan waktu) sudah bagus. Pelaksanaan program
P2DBD berupa fogging fokus, larvasida, PSN dan
PJB belum efektif. Output pelaksanaan program
P2DBD harus ditingkatkan. Penelitian ini
menyarankan perlunya pengembangan media dan
metode penyuluhan dari segi kualitas maupun
kuantitas di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea.
NEXT

2. Penanggung jawab pelaksana program P2DBD


perlu meningkatkan pengawasan terhadap kinerja
Jumantik dalam melakukan PJB agar lebih objektif
dan efektif melakukan pemeriksaan sehingga hasil
ABJ yang diperoleh lebih valid dan nyata serta lebih
aktif dalam melaksanakan PJB.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai