Pleno KKD Clinical Reasoning Kelompok 06
Pleno KKD Clinical Reasoning Kelompok 06
REASONING
Kelompok 6
KELOMPOK 06
Maria Meilani Christina (40514127)
Jimmy Chua (405160003)
Danisa Alfiyanti Praja (405160008)
Gracelya Esther Liwanto (405160020)
Anisa Rizmi Lausiri (405160023)
Kania Fidelia Widjaja (405169035)
Adelia Budiman(405160074)
Novilia Puspitasari (405160092)
Yovita Aldila Nurmaulida (405160106)
Daniel Octavianus (405160117)
Jonathan Edbert Afandy (405160200)
Badan Kuning
USG Fosfatase alkali
CT-scan Bilirubin
MRI Aminotransferase
Perbaikan PT stlh
PTC
pemberian vitamin K
Badan kuning
Malaria
-hipoglikemi
-DM -DM
Akut Anemia -TIA -hipoglikemi -DM
Hipotiroid --Dehidrasi
-TIA -stroke -gangguan -stroke
-Hipoglikemi -diare
elektrolit
-Gangguan -gangguan -polimiositis -Depresi
elektrolit Kronik ginjal keracumanan
-MG -GBS
(hipokalsemi makanan
-stroke -gangguan -GBS -MG
, jantung dehidrasi
-MG Fisiologis : -polimiositis
hiponatremi, -diare
hipokalemi) -GBS Hamil -anemia -gangguan
-infeksi -TIA
-Diare Menstruasi jantung
Setelah olahraga kronis -gangguan
-Dehidrasi
Hipoglikemi -infeksi akut ginjal
-Malnutrisi
(kurang makan)
Anemia defisiensi besi
PP Tatalaksana
DPL (Ht, Hb, eritrosit, leukosit dll)
MCV <80fl dan MCHC <21% • Terapi penyebab
2 dari 3 dibawah : • Sulfas ferosus 3 x 200 mg
1. Serum besi <50 mg/dl • Besi parenteral (utk
2. TIBC >350 mg/dl intoleransi oral berat, kolitis
3. Saturasi transferin <15 % ulseratif)
• Vit. C 3 x 100 mg / hari
• Feritin serum <20 ug/dl • Transfusi darah (utk ancaman
• Pengecatan sumsum tulang payah jantungm kehamilan
dengan biru prusia trimester akhir, preoperasi
cadangan besi negatif Apusan darah tepi
DIABETES MELLITUS
Anamnesis Riwayat Pengobatan
• Ada keluhan apa? (keluhan utama) : lemas
1. Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan ttt
• Sudah berapa lama lemas ini ?
• Apakah lemas dirasakan seluruh tubuh atau di bagian u/ mengobati keluhan?, apa ada
tubuh tertentu?
perbaikan?
• Apakah lemas ini muncul secara mendadak atau
bertahap? 2. Pengobatan yang sedang dijalani saat ini ?
• Apakah lemas makin memberat atau menetap?
• Apakah lemas dirasakan sepanjang waktu / ada hal” 3. Ada alergi terhadap obat-obatan ?
yang memicu rasa lemas ?
• Apakah lemas memberat pada saat tertentu?
• Apakah lemas membaik pada saat tertentu ?
• Keluhan tambahan? mata kabur, kesemutan, tanda
klasik DM = poliuri, polifagia, polidipsi, nafas kussmaul,
nafas berbau buah)?, apakah bersamaan dengan
lemas?
Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga
1. Sebelumnya apakah pernah 1. Apakah dikeluarga ada yang
didiagnosa o/ dokter lain menderita mengalami hal seperti ini ?
suatu penyakit?, apakah sudah 2. Apakah di keluarga ada riwayat
diobati?, bagaimana hasilnya (u/ penyakit kencing manis dan darah
nila apakah ada komplikasi tinggi?
akut/kronik)?
2. Apakah sebelumnya pernah
mengalami hal yang seperti
sekarang?
3. Apakah pernah melakukan
pemeriksaan gula darah?
Riwayat Kebiasaan Keluhan Lainnya
1. Bagaimakah pola makan 1. Kesemutan
sehari-hari ? 2. Gatal
3. Mata kabur
2. Apakah merokok? Alkohol? 4. Disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
Memakai obat”an terlarang? vulva pada wanita
Rajin berolahraga? 5. Selalu merasa haus
3. Pendidikan dan pekerjaan ? 6. Mulut kering
7. Pandangan kabur
8. Ansietas
9. Pucat
Faktor Resiko Tinggi Pemeriksaan Fisik
1. Usia muda sudah terkena DM 1. Pengukuran TB dan BB
(DM tipe 1 2. Pengukuran TD
2. Usia tua, obesitas : DM tipe 2 3. Pemeriksaan funduskopi
4. Pemeriksaan jantung
5. Pemeriksaan kaki secara komprehensif (
evaluasi kelainan vascular, neuropati,
dan adanya deformitas)
6. Pemeriksaan kulit ( akantosis ringan,
bekas luka, hiperpigmentasi, kulit
kering, dan bekas lokasi penyuntikan
insulin)
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
Pemeriksaan Penunjang : terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥
1. Gula Darah Puasa 126 mg/dl. Puasa pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
2. Gula Darah 2 jam Post 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
Prandial glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
3. Urinalisis beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air.
Komplikasi
1. Akut
Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati:
Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan:
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
• Kumpulan gejala yang ditandai oleh Hasil Anamnesis
hiperglikemia akibat defek pada kerja 1. Polifagia
insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin 2. Poliuri
atau kedua-duanya. 3. Polidipsi
• Faktor risiko 4. Pe↓ berat badan yang tidak jelas
• 1. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 sebabnya
kg/m2)
• 2. Riwayat penyakit DM di keluarga Keluhan tidak khas:
• 3. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg 1. Lemah
atau sedang dalam terapi hipertensi) 2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung
• 4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 ekstremitas)
gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional 3. Gatal
• 5. Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic 4. Mata kabur
ovary syndrome) 5. Disfungsi ereksi pada pria
• 6. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa
6. Pruritus vulvae pada wanita
Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
7. Luka yang sulit sembuh
• 7. Aktifitas jasmani yang kurang
Diagnosis Klinis
Pemeriksaan Fisik :
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
• Penilaian berat badan 1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
• Mata : Pe↓ visus, lensa mata buram Glukosa plasma sewaktu hasil pemeriksaan sesaat
• Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir ATAU
mikrofilamen 2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥
126 mg/dl. Puasa pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
Pemeriksaan Penunjang : 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
• 1. Gula Darah Puasa glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
• 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air.
• 3. Urinalisis
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria
normal atau DM
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah
Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
diperoleh
KERACUNAN DENGAN DEHIDRASI SEDANG-
BERAT
Anamnesis Riwayat Pengobatan
• Ada keluhan apa? (keluhan utama) : lemas 1. Apakah sudah mengonsumsi obat
• Sudah berapa lama lemas ini ? untuk mengurangi keluhan ibu?
• Apakah lemas ini muncul secara mendadak atau bertahap? Obat apa dan dosisnya berapa? Dan
• Apakah lemas dirasakan seluruh tubuh atau di bagian tubuh apakah ada perbaikan?
tertentu?
• Apakah lemas makin memberat atau menetap/ Apakah lemas 2. Apakah saat ini sedang
dirasakan sepanjang waktu / ada hal” yang memicu rasa mengonsumsi obat2an?
lemas ?
• Apakah lemas memberat pada saat tertentu? 3. Apakah ada alergi obat?
• Apakah lemas membaik pada saat tertentu ?
• Apakah ada keluhan lain yang menyertai keluhan utama?
Diare, mual muntah, Demam, Nyeri perut, keram perut,
anoreksia
• Muntah : sdh dari kapan, brp kali/hari, isinya apa
• Diare : sdh dari kapan, sdh brp kali, konsistensi, warna apa,
berdarah/berlendir.
Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga
1. Apakah sebelumnya pernah 1. apakah semua orang di
mengalami hal yang seperti keluarga Anda juga ikut
sekarang? mengalami sakit/keluhan yang
sama?
Riwayat Kebiasaan Keluhan Lainnya
1. Bagaimakah pola makan 1. Mual, muntah
sehari-hari ? Apakah sehari 2. Diare, perubahan konsistensi
hari masak sendiri atau beli feses
makanan diluar? 3. Demam
2. Bagaimana lingkungan sekitar 4. Nyeri perut, keram perut
(pekerjaan, Pendidikan),
5. anoreksia
apakah bersih?
6. Pusing
3. Makanan yang terakhir
dikonsumsi? 7. Haus yang berlebihan, oligouri
Faktor Resiko Tinggi Pemeriksaan Fisik
1. Usia bayi, anak kecil, dan 1. Agitasi, gelisah dan confused,
orangtua (faktor imunitas). penurunan kesadaran
2. Faktor lingkungan (Makanan 2. TTV : takikardi, demam
terkontaminasi bisa oleh 3. Tanda dehidrasi : Tugor kulit
bakteri, virus, parasit, jamur, jelek, Mata cekung, bibir kering.
toksin)
3. Adanya penyakit kronis
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
2. Pemeriksan feses : kultur
bakteri feses
3. Ureum creatinine
4. Elektrolit
5. BGA
6. Gula darah
Clinical Symptoms
Symptoms
The symptoms caused by General symptoms are Diarrhea may be
food poisoning are varied nausea, vomiting, diarrhea accompanied by liquid stool
from mild to severe or and abdominal colic. with mucus and blood
even fatal one such as Sometimes fever may also depends on the cause of
death. It depends on occurs. If these symptoms food poisoning.
bacteria that contaminate continued, it would cause
the food. dehydration and electrolyte
imbalance.
DEHIDRASI
Defisit cairan interstitial dengan gejala
Empirical therapy with antibiotics may be considered in high risk patients such as elderly,
immunocompromised, diabetes, liver cirrhosis or intestinal hypomotility. Antibiotic that
has been widely used is ciprofloxacin 500 mg bid for 5 days
Demam Dan Kelainan Kulit
DEMAM & KELAINAN KULIT
• Lab
• Complete blood count (kadar Hb, Ht, trombosit )
• Ht meningkat, Trombositopenia
• Tes Serologis ( adanya Ab spesifik terhadap Dengue )
• Ns-1
Pemeriksaan Penunjang :
• Darah perifer lengkap, yg menunjukkan:
• Trombositopenia (≤ 100.000/µL)
• Kebocoran plasama yg ditandai dengan:
• peningkatan hematokrit (Ht) ≥20% dari nilai standar populasi menurut
umur
• ditemukan adanya efusi pleura, asites
• hipoalbuminemia, hipoproteinemia
• Leukopenia <4000/µL.
• Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yg titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
Klinis:
• Demam turun tetapi keadaan anak menurun
• Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
• Muntah persisten
• Letargi, gelisah
• Perdarahan mukosa
• Pembesaran hati
• Akumulasi cairan
• Oliguria
Laboratorium :
• Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit
• Hematokrit awal tinggi
MORBILI
• ANAMNESA :
SIMPLEKS
KLONIK
GENERALIZED
TONIK • AUTONOMIC
• MOTORY
TONIK KLONIK KONVULSI NON KONVULSI • SENSORY
• PSYCHOLOGICAL
MYOKLONIK
ABSANS
ATONIK
Ensefalitis
Demam (+) infeksi
Meningitis
Kejang
demam
Epilepsi
Kejang Gangguan
DM
Demam metabolik
(-) Gangguan
elektrolit
Gangguan
Hipertensi
vaskular
Trauma
Keganasan
kepala
Trauma Rabies
Drug
Tetanus
induced
Kejang Demam
1. Usia?
2. Berapa suhu demam?
3. Apakah ada peningkatan suhu mendadak hingga >38⁰C?
4. Kira-kira kejang berlangsung berapa lama?
• Singkat <15 menit: kejang demam sedarhana
• >15 menit: kejang demam kompleks
5. Sifat/bentuk kejang? Apakah dimulai pada 1 satu sisi atau langsung seluruh badan?
• Bentuk umum tonik dan atau klonik: kejang demam sedarhana
• Fokal/parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang parsial): kejang demam kompleks
6. Apakah kejang berulang dalam 24 jam?
• Tidak: sedarhana
• Ya: kompleks
7. Apakah ada riwayat kejang dalam keluarga?
PEMERIKSAAN FISIK
4. Riwayat imunisasi?
6. Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat? (gejala ispa, isk, oma)
7. Singkirkan penyebab kejang yang lain
(misalnya gangguan elektrolit, hipoglikemia, dll)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran (GCS)
• Suhu tubuh
• Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski, Kernique, laseque
• Pemeriksaan n.kranialis :
n.v , n.vii , motoric, sensoric, reflex fisiologis patologis
• Kekakuan otot setempat
-tetanus lokal: kekakuan dan spasme menetap di proksimal luka
-tetanus sefalik: trismus, rhisus sardonikus, disfungsi nervus kranial
-tetanus generalisata: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut
(opisthotonus), fleksi-abduksi lengan dan ekstensi tungkai, rangsangan ringan seperti
sinar dan sentuhan dgn kesadaran yang baik
-tetanus neonatorum: opisthotonus berat dengan lordosis lumbal, bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi siku, tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal, ekstrimitas bawah hiperekstensi, dorsofleksi pergelangan
dan flesi jari kaki
• Trismus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
INDIKASI:
• Diagnosis TB
• Mendeteksi resistensi terhadap Rifampisin langsung dari sputum
• Tidak untuk “follow up” pengobatan
• Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
• Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
• Kategori 1
Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis
klinis
• Pasien TB ekstra paru
• Populasi Kunci (Pekerja seks, Penasun, LSL, Waria) dan diulang minimal setiap 6
bulan sekali
• Pasangan ODHA
• Ibu hamil di wilayah epidemi meluas dan epidemi terkonsentrasi
• Pasien TB
• Semua orang yang berkunjung ke fasyankes di daerah epidemi HIV meluas
• Pasien IMS
• Pasien Hepatitis
• Warga Binaan Pemasyarakatan
• Lelaki Beresiko Tinggi (LBT)
PF
• Candidiasis orofaring
• Limfadenopati umum
• Dermatitis pruritik umum
• Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia
PP
Tes cepat
• Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan, dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun
HIV-2. Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan
waktu tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit bergantung pada
jenis tesnya dan dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
Tes Enzyme Immunoassay (EIA)
• Tes ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2. Reaksi antigenantibodi dapat
dideteksi dengan perubahan warna.
Tes Western Blot
• Tes ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit
Tes virologis Polymerase Chain Reaction (PCR)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2006
HISTOPLASMOSIS Tanda & gejala
• CXR
• Normal in 40-70% of cases
• Pneumonitis with hilar adenopathy
• Focal pulmonary infiltrates with light exposure
• Diffuse infiltrates with heavy exposure
• CBC - mild anemia in chronic disease
• Liver panel - alkaline phosphatase elevated in disseminated and chronic disease
• LDH - elevated in AIDS patients with disseminated disease
• Definitive diagnosis by:
• Sputum cultures
• Blood cultures
• Antibody testing
• Serum/urine antigen testing
• Further imaging if concerned for specific organ involvement in disseminated disease (Head CT, Abdominal
CT or Lumbar puncture)
Pemeriksaan penunjang
• Kultur jamur
• Deteksi adanya antigen histoplasma di cairan tubuh untuk diagnosis
histoplasmosis diseminata dan acute diffuse pulmonary
histoplasmosis
• Pada histoplasmosis diseminata, kultur dapat menggunakan cairan
BAL, aspirasi sumsum tulang, dan darah
• Tes serologi (imunodifusi dan fiksasi komplemen) berguna untuk
diagnosis histoplasmosis pada pasien yang imunokompeten
Histoplasmosis
114
Tatalaksana
Nyeri Kepala
Nyeri
Kepala
(Primer)
Migren Trigeminal
Neuralgia
Tanpa aura : TTH
• Mengenai
Aura : Nyeri kepala, N.
• Mual, berdenyut, • Lokasi bilateral trigeminus
muntah, mual muntah, • Onset :
• Menekan/mengikat tiba-tiba
osmofobia, fotopobia (tidak berdenyut) • Nyeri, rasa
fatigue, migrain • Intensitas terbakar
nyeri hemi bilateral ringan/sedang
kranial /postorbital • Tidak memberat oleh
Migrain LOKASI:
aktifitas •
Klasik Sinus tract : sinusitis
• Gangguan • Menyerang unilateral,
vascular, orbital, supraorbital,
anorexia, temporal
perubahan • Injeksi CTH
kesadaran konjungtiva/lakrimasi
migrain ipsilateral
basilar • Kongesti nasal dan/atau
rinore ipsilateral
• Edema palpebra
ipsilateral
Intrakranial Nyeri Kepala Sekunder Ekstrakranial
1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal
berkisar antara 15-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus.
Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau
tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan
opthalmoskop kita bisa mengukur CDR. CDR yang
melebihi 0,5 menunjukkan peningkatan tekanan
intraokular yang signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting
dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti
pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang
akan berkurang karena peningkatan TIO akan
merusakan papil saraf optikus.
Meningitis
1. Riwayat alergi obat
2. Ada terpapar dengan seseorang dengan meningitis sebelumnya
3. Sedang mengalami infeksi (terutama pernapasan atau infeksi telinga)
4. Menggunakan antibiotik dalam beberapa hari
5. Baru melakukan perjalanan terutama ke daerah dengan penyakit mening-okokus
endemik sepert sub-Sahara Afrika
6. Riwayat penggunaan narkoba suntik
7. Petekie atau ekimosis progresif (kemungkinan mengarah ke infeksi menginokokus)
8. Riwayat trauma kepala
9. Otorea atau rinorea
10. Infeksi HIV atau memiliki faktor risiko terinfeksi HIV atau kondisi immuno-promised lain
Pemeriksaan fisik
Tanda-Tanda Iritasi Meningeal
• Terdapat beberapa pemeriksaan untuk menilai adanya iritasi
meningeal, yaitu kaku kuduk, Laseque sign, Kernig sign,
dan Brudzinski sign.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pungsi lumbal,
CT Scan, MRI, dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Darah