Anda di halaman 1dari 132

PLENO KKD CLINICAL

REASONING
Kelompok 6
KELOMPOK 06
 Maria Meilani Christina (40514127)
 Jimmy Chua (405160003)
 Danisa Alfiyanti Praja (405160008)
 Gracelya Esther Liwanto (405160020)
 Anisa Rizmi Lausiri (405160023)
 Kania Fidelia Widjaja (405169035)
 Adelia Budiman(405160074)
 Novilia Puspitasari (405160092)
 Yovita Aldila Nurmaulida (405160106)
 Daniel Octavianus (405160117)
 Jonathan Edbert Afandy (405160200)
Badan Kuning
USG Fosfatase alkali

CT-scan Bilirubin

MRI Aminotransferase

ERCP Amilase serum

Perbaikan PT stlh
PTC
pemberian vitamin K

Badan kuning

Hiperbilirubin Hiperbilirubin tak


terkonjugasi terkonjugasi

Malaria

Kolestasis Non-kolestasis Hemolisis


Anemia
hemolitik
Synd. Dubin
Synd. Crigler najjar
johnson
Intrahepatik Ekstrahepatik

Synd. Rotor Synd. Gilbert


• Alkohol induce /
fatty liver  • Batu duktus
sirosis hati koledokus
• DILI • Ca pankreas
• Kelainan • Pankreatitis
autoimun
• Kolangitis
Hepatitis A
• Anamnesis • Nyeri tekan kuadran kanan atas
• Konsumsi kerang kerangan tidak • PP
matang? • Aminotransferase
• Apakah dirumah ada yang • IgM (1 week- 6month) & IgG (1 month
pernah/sedang mengalami hep. A? –years) anti-HAV
• Kebersihan rumah? Ramai di rumah? • Bilirubin
• Apakah sudah vaksin HAV?
• Diagnosis
• Terdapat HAV, IgG IgM anti-HAV di
• PF serum
• Hepatomegali
• Ikterus 5-10 hari
• Urin berwarna teh dan Feses
berwarna dempul
Hepatitis B
• Anamnesis • PP
• Kapan dan dengan siapa terakhir kali • HBsAg bertahan > 6 bulan
berhub.intim ? • Antibodi terhadap HBsAg ( Anti-HBs )
• Pernah tatto sembarang tempat? penurunannya berarti kesembuhan
Tindik sembarang tempat? • Anti-HBc muncul sesaat setelah
• Pekerjaan dokter? Drg? perawat? HBsAg muncul, indikasi diagnosis HB
• Sudah imunisasi? • HBeAg indikasi replikasi virus
• PF • HBV DNA indikasi sensitif replikasi
virus
• Nyeri kuadran kanan
atas/epigastrium • Diagnosis
• Ikterus 1-3 bulan • HbsAg 2-10 week + ALT meningkat :
• Hepatomegali ringan HB akut
• Gejala konstitusional • Anti-HBc IgM
Hepatitis C
• Anamnesis • Diagnosis
• Pernah melakukan tranfusi darah? • w/ Enzyme immunoassay detect Anti-
• Pernah menggunakan obat suntik HCV, HCV RNA
sembarangan?
• Pernah tatto di tmpt sembarangan?
• PF
• Ikterus
• Flu-like synd.
• Usually asymp.
• PP
• Alanine aminotransferase
• Anti-HCV
• HCV RNA
• PCR
Hepatitis D
• Anamnesis
• Pernah ke daerah tropis/subtropis? • PP
• Pengguna obat IV yang sembarangan? • Anti-HD (IgG terhadap HDAg)
• Riwayat/terkena Hepatitis B? • HDAg intrahepatik melalui
• PF imunohistokimia
• Sama seperti PF Hepatitis B • HDV-RNA dengan PCR
• Dapat terjadi superinfeksi, yang • IgM anti-HDV u/ memantau infeksi HD
memperberat gejala • Diagnosis
• HDAg intrahepatik merupakan langkah
awal
• HDV-RNA sangat sensitif dan spesifik
Hepatitis E
• Anamnesis • PP
• Kontak dengan air (danau, sungai) • IgM dan IgG anti-HEV
• Makan daging mentah/kurang • HEV-RNA
matang? • Bilirubin serum
• Pernah transfusi darah/obat IV • Transaminase
sembarang? • Gamma Glutamyl-transferase
• PF • Diagnosis
• Ikterus • IgM anti-HEV pada minggu 3-10
• Flu-like synd. • HEV RNA di feses, 10-52 hari stlh
• Urin berwarna the ikterus
• Pruritus
• Hepatosplenomegali ringan
Malaria Falciparum
• Anamnesis • Anemia
• Pernah ke daerah endemis? • Parasitemia
• Kebersihan rumah? Banyak air • PP
tergenang? • Pemeriksaan hapusan darah tebal dan
• Sering menggunakan obat nyamuk? tipis
• Bagaimana perjalanan demam? • Tes antigen
• PF • Tes serologi
• Trias malaria : Mengigil-Panas(40oC)- • Diagnosis
Berkeringat • Test serologi dengan Histidine Rich
• Splenomegali, nyeri pada perabaan Protein II
kuadran kiri atas • Hapusan darah tebal ( identifikasi
• Ikterus parasit)
• Gejala Prodromal
Kolesitisis
• Anamnesis • PP
• Apakah ada nyeri setelah makan? • Leukositosis
• IMT pasien? • Peningkatan transaminase & fosfatase
• Umur > 40? alkali
• Bilirubin ringan
• PF
• Nyeri kolik kuadran kanan atas • Diagnosis
(Murphy’s sign +) • USG u/ melihat kandung empedu
• Nyeri menjalar ke pundak/skapula • Skintigrafi saluran empedu dengan
kanan (60 menit) radioaktif HIDA
• Demam • Kolesistografi oral u/ gambaran
• Ikterus kandung empedu
Badan Lemas
Badan lemas

Etiologi Lokasi Onset

1 tubuh Akut (<3 Kronik (>3


Kelainan Sebagian/
Neurologi Hematologi minggu) minggu)
metabolik parsial

-hipoglikemi
-DM -DM
Akut Anemia -TIA -hipoglikemi -DM
Hipotiroid --Dehidrasi
-TIA -stroke -gangguan -stroke
-Hipoglikemi -diare
elektrolit
-Gangguan -gangguan -polimiositis -Depresi
elektrolit Kronik ginjal keracumanan
-MG -GBS
(hipokalsemi makanan
-stroke -gangguan -GBS -MG
, jantung dehidrasi
-MG Fisiologis : -polimiositis
hiponatremi, -diare
hipokalemi) -GBS Hamil -anemia -gangguan
-infeksi -TIA
-Diare Menstruasi jantung
Setelah olahraga kronis -gangguan
-Dehidrasi
Hipoglikemi -infeksi akut ginjal
-Malnutrisi
(kurang makan)
Anemia defisiensi besi

Anamnesis Riwayat Pengobatan


• Ada keluhan apa? (keluhan utama) : lemas
• Sudah berapa lama lemas ini ?
1. Apakah ada mengkonsumsi
• Apakah lemas ini muncul secara mendadak atau obat-obatan ttt u/ mengobati
bertahap? keluhan?, apa ada perbaikan?
• Apakah lemas dirasakan seluruh tubuh atau di bagian
tubuh tertentu? 2. Pengobatan yang sedang
• Apakah lemas makin memberat atau menetap?
dijalani saat ini ? Apakah ada
• Apakah lemas dirasakan sepanjang waktu / ada hal”
yang memicu rasa lemas ? saat menstruasi, saat menggunakan NSAID?
aktivitas, istirahat
• Apakah lemas memberat pada saat tertentu? 3. Ada alergi terhadap obat-
• Apakah lemas membaik pada saat tertentu ?
• Apakah ada keluhan lain yang menyertai keluhan
obatan ?
utama? Wajah/bibir pucat, pusing, mata berkunang-
kunang.
Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga
1. Sebelumnya apakah pernah 1. Apakah dikeluarga ada yang
didiagnosa o/ dokter lain mengalami hal seperti ini ?
menderita suatu penyakit?,
apakah sudah diobati?,
bagaimana hasilnya?
2. Apakah sebelumnya pernah
mengalami hal yang seperti
sekarang?
Riwayat Kebiasaan Keluhan Lainnya
1. Bagaimakah pola makan sehari-hari ? Apakah • Gejala umum : badan lemah,
tidak suka atau jarang mengonsumsi makanan lesu, cepat lelah, mata
dengan zat besi tinggi seperti hati ayam/sapi &
berkunang2, telinga mendenging
bayam? Kurang vit C, jarang makan daging,
vegetarian? • Gejala penyakit dasar.
2. Apakah suka minum alkohol?
3. Bagaimana riwayat BAB/BAK?
4. Apakah haid lancar ? Darah yg keluar banyak/
tdk?
5. Apakah sedang hamil?
Faktor Resiko Tinggi Pemeriksaan Fisik
1. Hamil • TTV : takikardia
2. Vegetarian • Inspeksi : Konjungtiva
pucat/anemis, koilonikia, atrofi
papil lidah, ulserasi sudut bibir,
telapak tangan pucat.
ANEMIA DEFISIENSI BESI

PP Tatalaksana
DPL (Ht, Hb, eritrosit, leukosit dll)
MCV <80fl dan MCHC <21% • Terapi penyebab
2 dari 3 dibawah : • Sulfas ferosus 3 x 200 mg
1. Serum besi <50 mg/dl • Besi parenteral (utk
2. TIBC >350 mg/dl intoleransi oral berat, kolitis
3. Saturasi transferin <15 % ulseratif)
• Vit. C 3 x 100 mg / hari
• Feritin serum <20 ug/dl • Transfusi darah (utk ancaman
• Pengecatan sumsum tulang payah jantungm kehamilan
dengan biru prusia  trimester akhir, preoperasi
cadangan besi negatif Apusan darah tepi
DIABETES MELLITUS
Anamnesis Riwayat Pengobatan
• Ada keluhan apa? (keluhan utama) : lemas
1. Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan ttt
• Sudah berapa lama lemas ini ?
• Apakah lemas dirasakan seluruh tubuh atau di bagian u/ mengobati keluhan?, apa ada
tubuh tertentu?
perbaikan?
• Apakah lemas ini muncul secara mendadak atau
bertahap? 2. Pengobatan yang sedang dijalani saat ini ?
• Apakah lemas makin memberat atau menetap?
• Apakah lemas dirasakan sepanjang waktu / ada hal” 3. Ada alergi terhadap obat-obatan ?
yang memicu rasa lemas ?
• Apakah lemas memberat pada saat tertentu?
• Apakah lemas membaik pada saat tertentu ?
• Keluhan tambahan? mata kabur, kesemutan, tanda
klasik DM = poliuri, polifagia, polidipsi, nafas kussmaul,
nafas berbau buah)?, apakah bersamaan dengan
lemas?
Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga
1. Sebelumnya apakah pernah 1. Apakah dikeluarga ada yang
didiagnosa o/ dokter lain menderita mengalami hal seperti ini ?
suatu penyakit?, apakah sudah 2. Apakah di keluarga ada riwayat
diobati?, bagaimana hasilnya (u/ penyakit kencing manis dan darah
nila apakah ada komplikasi tinggi?
akut/kronik)?
2. Apakah sebelumnya pernah
mengalami hal yang seperti
sekarang?
3. Apakah pernah melakukan
pemeriksaan gula darah?
Riwayat Kebiasaan Keluhan Lainnya
1. Bagaimakah pola makan 1. Kesemutan
sehari-hari ? 2. Gatal
3. Mata kabur
2. Apakah merokok? Alkohol? 4. Disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
Memakai obat”an terlarang? vulva pada wanita
Rajin berolahraga? 5. Selalu merasa haus
3. Pendidikan dan pekerjaan ? 6. Mulut kering
7. Pandangan kabur
8. Ansietas
9. Pucat
Faktor Resiko Tinggi Pemeriksaan Fisik
1. Usia muda sudah terkena DM 1. Pengukuran TB dan BB
(DM tipe 1 2. Pengukuran TD
2. Usia tua, obesitas : DM tipe 2 3. Pemeriksaan funduskopi
4. Pemeriksaan jantung
5. Pemeriksaan kaki secara komprehensif (
evaluasi kelainan vascular, neuropati,
dan adanya deformitas)
6. Pemeriksaan kulit ( akantosis ringan,
bekas luka, hiperpigmentasi, kulit
kering, dan bekas lokasi penyuntikan
insulin)
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu  hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
Pemeriksaan Penunjang : terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥
1. Gula Darah Puasa 126 mg/dl. Puasa pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
2. Gula Darah 2 jam Post 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
Prandial glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
3. Urinalisis beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria


normal atau DM
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah
Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
diperoleh
Diabetes Mellitus Tipe 2
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl
(5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%

Komplikasi
1. Akut
Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati:
Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan:
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
• Kumpulan gejala yang ditandai oleh Hasil Anamnesis
hiperglikemia akibat defek pada kerja 1. Polifagia
insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin 2. Poliuri
atau kedua-duanya. 3. Polidipsi
• Faktor risiko 4. Pe↓ berat badan yang tidak jelas
• 1. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 sebabnya
kg/m2)
• 2. Riwayat penyakit DM di keluarga Keluhan tidak khas:
• 3. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg 1. Lemah
atau sedang dalam terapi hipertensi) 2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung
• 4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 ekstremitas)
gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional 3. Gatal
• 5. Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic 4. Mata kabur
ovary syndrome) 5. Disfungsi ereksi pada pria
• 6. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa
6. Pruritus vulvae pada wanita
Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
7. Luka yang sulit sembuh
• 7. Aktifitas jasmani yang kurang
Diagnosis Klinis
Pemeriksaan Fisik :
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
• Penilaian berat badan 1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
• Mata : Pe↓ visus, lensa mata buram Glukosa plasma sewaktu  hasil pemeriksaan sesaat
• Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir ATAU
mikrofilamen 2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥
126 mg/dl. Puasa pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
Pemeriksaan Penunjang : 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
• 1. Gula Darah Puasa glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
• 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air.
• 3. Urinalisis
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria
normal atau DM
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah
Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
diperoleh
KERACUNAN DENGAN DEHIDRASI SEDANG-
BERAT
Anamnesis Riwayat Pengobatan
• Ada keluhan apa? (keluhan utama) : lemas 1. Apakah sudah mengonsumsi obat
• Sudah berapa lama lemas ini ? untuk mengurangi keluhan ibu?
• Apakah lemas ini muncul secara mendadak atau bertahap? Obat apa dan dosisnya berapa? Dan
• Apakah lemas dirasakan seluruh tubuh atau di bagian tubuh apakah ada perbaikan?
tertentu?
• Apakah lemas makin memberat atau menetap/ Apakah lemas 2. Apakah saat ini sedang
dirasakan sepanjang waktu / ada hal” yang memicu rasa mengonsumsi obat2an?
lemas ?
• Apakah lemas memberat pada saat tertentu? 3. Apakah ada alergi obat?
• Apakah lemas membaik pada saat tertentu ?
• Apakah ada keluhan lain yang menyertai keluhan utama?
Diare, mual muntah, Demam, Nyeri perut, keram perut,
anoreksia
• Muntah : sdh dari kapan, brp kali/hari, isinya apa
• Diare : sdh dari kapan, sdh brp kali, konsistensi, warna apa,
berdarah/berlendir.
Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga
1. Apakah sebelumnya pernah 1. apakah semua orang di
mengalami hal yang seperti keluarga Anda juga ikut
sekarang? mengalami sakit/keluhan yang
sama?
Riwayat Kebiasaan Keluhan Lainnya
1. Bagaimakah pola makan 1. Mual, muntah
sehari-hari ? Apakah sehari 2. Diare, perubahan konsistensi
hari masak sendiri atau beli feses
makanan diluar? 3. Demam
2. Bagaimana lingkungan sekitar 4. Nyeri perut, keram perut
(pekerjaan, Pendidikan),
5. anoreksia
apakah bersih?
6. Pusing
3. Makanan yang terakhir
dikonsumsi? 7. Haus yang berlebihan, oligouri
Faktor Resiko Tinggi Pemeriksaan Fisik
1. Usia bayi, anak kecil, dan 1. Agitasi, gelisah dan confused,
orangtua (faktor imunitas). penurunan kesadaran
2. Faktor lingkungan (Makanan 2. TTV : takikardi, demam
terkontaminasi bisa oleh 3. Tanda dehidrasi : Tugor kulit
bakteri, virus, parasit, jamur, jelek, Mata cekung, bibir kering.
toksin)
3. Adanya penyakit kronis
Pemeriksaan Penunjang

1. Darah rutin
2. Pemeriksan feses : kultur
bakteri feses
3. Ureum creatinine
4. Elektrolit
5. BGA
6. Gula darah
Clinical Symptoms
Symptoms
The symptoms caused by General symptoms are Diarrhea may be
food poisoning are varied nausea, vomiting, diarrhea accompanied by liquid stool
from mild to severe or and abdominal colic. with mucus and blood
even fatal one such as Sometimes fever may also depends on the cause of
death. It depends on occurs. If these symptoms food poisoning.
bacteria that contaminate continued, it would cause
the food. dehydration and electrolyte
imbalance.
DEHIDRASI
Defisit cairan interstitial dengan gejala

• Turgor kulit yang buruk


• Mata cekung
• Ubun-ubun cekung (bayi & anak)
• Mukosa bibir dan kornea kering

Defisit cairan intravaskular dengan gejala :


- hipotensi, takikardi
- vena-vena kolaps
- Capillary refilled time memanjang
- oligouri
- syok ( renjatan )
Treatment of Food Poisoning

Important initial management of food poisoning that happening in house


or certain place are adequate hydration.

The best fluid replacement is electrolyte solution or oralit. If it is not available at


home, it can be replaced by solution of salt and sugar if patients are not responsive
to rehydration, patients should be hospitalized to be re-hydrated by intravenous
line.

Empirical therapy with antibiotics may be considered in high risk patients such as elderly,
immunocompromised, diabetes, liver cirrhosis or intestinal hypomotility. Antibiotic that
has been widely used is ciprofloxacin 500 mg bid for 5 days
Demam Dan Kelainan Kulit
DEMAM & KELAINAN KULIT

PETEKIE MAKULOPAPULAR VESIKOBULOSA

INFEKSI IMUN INFEKSI ERUPSI OBAT


1. Demam
Dengue 1. SLE 1. Steven
2. DHF 2. Alergi Johnson
3. Penyakit 2. TEN
Virus Bakteri
Virus Bakteri kawasaki
1. Varisella 1. Impetigo
1. Demam
1. Morbili 2. Hand krustosa
scarlet
2. Rubella foot 2. Impetigo
2. Demam
3. Roseola mouth bulosa
rematik
disease
Varicella
Varicella (chickenpox)
acute, highly contagious exanthem
that occurs most often in childhood
VARICELLA - ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Ruam kemerahan yang diikuti munculnya vesikel disertai demam
• Kapan pertama kali melihat adanya keluhan ? (kemerahan)
• dimana letaknya ?(punggung, wajah, anggota badan, mukosa pipi serta faring)
• apakah terasa gatal ?
• adakah pemicu lain ? (obat, makanan , sinar matahari , stress)
• Sejak kapan mulai timbul kelainan pada kulit? 2-5 hari
• Dimana lokasi awal lesi? Apakah menyebar? lesi awalnya dibadan dan menyebar
• Bagaimana bentuk dan warna lesinya? Vesikel berkelompk berisi cairan jernih, pustule, krusta
• Sebelum timbul keluhan apakah ada gejala yang mendahului? Demam tidak terlalu tinggi, malaise, anorexia, nyeri
kepala
• Dimana letak vesikel ? (punggung, wajah, anggota badan, mukosa pipi serta faring)
• bagaimana bentuk , warna , dan konsistensi nya
• apakah mudah pecah ?
• apakah telah pecah ?
• sudah berpa lama ?
• Apakah ada gejala penyerta ? (penurunan BB, atralgia , itching , malaise )
• Riwayat penyakit dahulu
• Demam nya sudah berapa lama ?
• apakah demamnya sepanjang hari ? naik-turun ? • pernah mengalami keluhan gangguan kulit yang
• demam saat kapan ? (pagi, siang, malam ; sama ? (ruam, vesikel)
aktivitas, istirahat) • kalo pernah kapan ? (saat kecil atau umur
• suhu tubuh saat demam berpa derajat ? berapa)
subfebril) • apakah ada alergi ?
• Riwayat penyakit keluarga: • bagaimana reaksi alergi saat terpapar
• Apakah ada anggota keluarga yang mengalami alergen ?
hal seperti ini? Bisa ada
• apakah pernah melakukan tes alergi
• Apakah ada kontak dengan penderita yang
memiliki keluhan yang sama? Ya • apakah menggunakan produk sabun baru ?
• Bagaimana kondisi lingkungan ? Tetangga dan • Riwayat pengobatan
lingkungan kerjanya ? • apakah sudah pernah diobati ?
• tetangga ada yang mengalami gejala yg sama ?
• apakah pernah terjadi kontak langsung dengan
• pakai obat apa ? (resep dokter , alternatif, oral,
orang yang terkena infeksi serupa ? topikal)
• pernah memakai obat untuk penyakit kulit ?
(obat imunosupresan)
• Riwayat imunisasi?
• Riwayat kebiasaan, lingkungan, alkohol, rokok,
olahraga?
PEMERIKSAAN FISIK
• Demam
• Erupsi kulit :
muncul papul eritematosa, pertama pada punggung  ke wajah, anggota badan 
beberapa jam jadi vesikel (tear drops)  vesikel jd keruh menyerupai pustul  krusta.
Timbul lagi vesikel baru  gambaran polimorfik. Biasanya disertai gatal
• Pemeriksaan lesi:
• Distribusi: generalisata-universal
• Efloresensi primer: vesikel, stadium lanjut: pustule -> krusta
• Warna: eritematosa
• Ukuran: milier-lentikuler
• Jumlah: multiple
• Efloresensi sekunder: krusta
PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi : pasien tampak demam
 ditemukan kelainan kulit ruam , dan vesikel
 warna dan bentuk lesi ?
 Palpasi : suhu, mobilitas, nyeri tekan, kedalaman
 Pembesaran KGB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes Tzanck: menggunakan kerokan kulit luar dari vesikel varicella, dan
dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Giemsa -> Sel datia inti
banyak
• PCR: kultur untuk deteksi DNA virus
• Serologi: IgM dan IgG terhadap varicella
• pemeriksaan darah rutin : leukopenia
Etiologi :
DHF virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae
•Memperkenalkan diri dan Memberi Salam
•Tanyakan demografi  Nama, Umur dan Tempat/tanggal lahir, Jenis Kelamin, Alamat, Status
perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku Bangsa

Anamnesa Keluhan Utama

•Ada keluhan apa? Demam menetap hingga beberapa hari


•Sejak kapan? 2-7 hari (demam akut)
•Sifat demam bagaimana ? Menetap, mendadak atau naik turun ? Mendadak, kadang bifasik
•Apakah disertai menggigil? Bisa iya bisa tidak
•Apakah ada faktor yang memperberat atau memperingan ? Tidak ada
•Apakah demam nya lebih sering pada waktu tertentu aja /tidak tergantung waktu? Tidak
tergantung waktu (sepanjang hari)
•Apakah sudah sempat diperiksa suhu nya berapa dirumah ? Berapa derajat celcius ? >38,5 celcius
•Apakah ada keluhan Tambahan ? Misal : ruam kemerahan / nyeri otot sendi / radang
tenggorokan/ gusi berdarah/diare /mimisan
•Bentuk ruam nya seperti apa ? Warna ? Bentuk? Ukuran? Makulapapular eritematosa, milier
• Lokasinya dimana? Bagaimana penjalaranya ? Menyebar seluruh tubuh
• Menyebar ? Kearah mana ? Daerah extremitas
• Apakah ruam terasa gatal dan nyeri ? Tidak gatal dan nyeri
• Apakah lesinya muncul bersamaan dengan demam ? Tidak bersamaan, demam dulu
• Apakah ada hal hal yang memperberat / memperingan ? Tidak ada
• Apakah sudah sempat diobatin sebelumnya ? apakah membaik dengan obat tsb?
• Apakah sedang konsumsi obat obatan tertentu sekarang ? Menyingkirkan kemungkinan alergi obat
• Apakah pernah timbul keluhan seperti ini sebelumnya? Tidak
• Apakah ada riwayat penyakit tertentu ? Mis: pernah DBD
• Apakah ada riwayat alergi?
• Apakah dari keluarga ada yang punya keluhan serupa ? Bisa terjadi bila nyamuk berasal dari rumah
• Apakah ada riwayat penyakit dari keluarga? Tidak ada
• Bagaimana nafsu makan nya ? menurun
• Bagaimana keadaan tempat tinggalnya ? Tempat kerjanya ?
• Apakah sering menguras kamar mandi ?
• Tempat pembuangan sampah sekitar? Terbuka / tertutup?
• Apakah ada riwayat bepergian keluar kota?
• Apakah pernah melakukan pemeriksaan darah?
• Bagaimana keadaan tempat tinggal?apakah tetangga ada yang mengalami hal yang sama sperti ini(demam berturut)
Pemeriksaan Fisik

• Tanda vital : demam mendadak tinggi mencapai 40 derajat celcius


• Inspeksi : ruam / bintik - bintik merah pada kulit seluruh tubuh.
Petechia? Ekimosis?
• Palpasi : limfadenopati
• Perkusi hepar : hepatomegaly
• Torniquet (+)  bukti adanya pendarahan
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonik untuk demam dengue
• Suhu >37,5oC
• Ptekie, ekimosis, purpura
• Perdarahan mukosa
• Rumple Leed (+)
Tanda patognomonik untuk demam berdarah dengue
• Suhu >37,5oC
• Ptekie, ekimosis, purpura
• Perdarahan mukosa
• Rumple Leed (+)
• Hepatomegali
• Splenomegali
• Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi pleura dan asietes.
• Hematemesis atau melena
Pemeriksaan Penunjang

• Lab
• Complete blood count (kadar Hb, Ht, trombosit )
• Ht meningkat, Trombositopenia
• Tes Serologis ( adanya Ab spesifik terhadap Dengue )
• Ns-1
Pemeriksaan Penunjang :
• Darah perifer lengkap, yg menunjukkan:
• Trombositopenia (≤ 100.000/µL)
• Kebocoran plasama yg ditandai dengan:
• peningkatan hematokrit (Ht) ≥20% dari nilai standar populasi menurut
umur
• ditemukan adanya efusi pleura, asites
• hipoalbuminemia, hipoproteinemia
• Leukopenia <4000/µL.
• Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yg titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
Klinis:
• Demam turun tetapi keadaan anak menurun
• Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
• Muntah persisten
• Letargi, gelisah
• Perdarahan mukosa
• Pembesaran hati
• Akumulasi cairan
• Oliguria
Laboratorium :
• Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit
• Hematokrit awal tinggi
MORBILI
• ANAMNESA :

Riw penyakit sekarang


1. Salam
Saya dg dr… , siapa yg sedang sakit ? (nama, usia, alamat)
2. Keluhan utama : Demam
3. Sejak kapan ? : 3-4 hari
4. Sifat ? : Demam tinggi 38 – 40 derajat C
5. Onset ? : setelah 2 -3 hari akan menurun
6. Frekuensi : 3-4 hari
7. Progresivitas : demam menurun pada hari ke 3 -> ruam merata mulai dari belakang
telinga & perbatasan rambut dg kepala kmd ke suluruh tubuh (eksantema)
Keluhan tambahan : Batuk, pilek (koriza), konjungtivitis, bercak koplik
1. Sejak kapan
• Batuk = hari ke 2 – 10
• Pilek = hari ke 2 – 8
• Konjungtivitis = hari ke 2 – 7
• Bercak koplik = hari 3 – 6
2. Batuk seperti apa, apakah disertai berdarah ?
pilek berwarna apa ?
bercak koplik di lokasi mana saja ? buccal, lentikuler, berwarna merah, distribusi
Riw pengobatan
Biasanya org tua hanya memberikan pct saja/bahkan belum diberikan apa”
Riw penyakit dahulu
Apakah dulu pernah mengalami keluhan serupa ?
Biasanya hanya terkena 1x saja, apabila terkena > 1x berarti terdapat kelemahan sistem imun
Riw penyakit keluarga
Dikeluarga ada yang mengalami keluhan serupa ? : keluarga dekat ada yg mengalami karena penyebaran
droplet
Riw kebiasaan
1. Asupan makan/minum
Sebelum sakit : biasa
Saat sakit : penurunan nafsu makan
2. Aktivitas bermain
Sebelum sakit : biasa
Saat sakit : penurunan aktv
Riw lingkungan, sosial
Di lingkungan sekolah/bermain apakah ada yg mengalami keluhan tsb ? : biasanya ada
Riw imunisasi
1. Apakah imunisasi sejak lahir lengkap ?
2. Imunisasi dimn ?
3. Imunisasi apa saja yg belum di dapatkan ?
4. Jadwal imunisasi selanjutnya kapan ?
Riw lainnya
1. Saat hamil dulu apakah rutin ANC ke dokter/bidan ?
2. Saat hamil apakah ada keluhan ? Kalau misal, saat hamil ada campak kemungkinan bayi lahir cacat
3. Saat melahirkan dimn ? N/cesar ?
4. Saat lahir apakah bayi ada keluhan ?
5. setelah lahir bayi di berikan asupan apa saja ?
6. Perkembangan dan pertumbuhan anak apakah sesuai dg usianya?
7. Imunisasi
• PEMERIKSAAN FISIK :
Saya akan melakukan pemeriksaan fisik kpd anak tsb untuk menegakkan diagnose
1. Inspeksi
1) Menentukan keadaan sakit (ringan,sedang,berat)
2) Ruam dikulit makulopapular, erupsi mulai dari blkng telinga, bercak hiperpigmentasi setelah 7
– 10 hari.
3) Konjungtiva : merah
4) Mulut : Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem.
• Pemeriksaan lesi:
• Distribusi: generalisata-universal
• Efloresensi primer: makulopapuler
• Warna: eritematosa
• Ukuran: milier-lentikuler
• Jumlah: multiple
• Efloresensi sekunder: hiperpigmentasi
2. Palpasi
1) Cek TTV
- Suhu : 38 – 40 derajat C stlh 2 – 3 hari menurun
2) Splenomegali, limfadenopati general
3. Auskultasi
- Paru : tidak ada ronki, ronki karna ada batuk dahak
- Jantung : tidak ada suara tambahan
- Abdomen : peristaltik meningkat
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan darah
- Leukopenia
- Limfositopenia
2) Ig M : terdeteksi sejak hari pertama dan ke 2 setelah timbul ruam (dapat
terdeteksi 1 bulan setelah infeksi)
Kejang
• VASKULAR: STROKE, EMBOLI
• INFEKSI: MENINGITIS, ENSEFALITIS, ABSES
OTAK, MALARIASEREBRAL, tetanus
• TRAUMA: HEAD INJURY (SAH,EDH,SDH)
PROVOKED ET CAUSA V.I.T.A.M.I.N. O • AVM

KEJANG • METABOLIK: HIPOGLIKEMI, HIPOKSIA,


HIPONATREMI, UREMIA
• IDIOPATIK
• NEOPLASMA: TUMOR OTAK
UNPROVOKED • OTHERS: SLEEP DEPRIVATION, DRUG
PARTIAL KOMPLEKS OD/WD, DEMAM, EKLAMSI,
HIDROSEFALUS, MULTIPLESKLEROSIS

SIMPLEKS
KLONIK
GENERALIZED
TONIK • AUTONOMIC
• MOTORY
TONIK KLONIK KONVULSI NON KONVULSI • SENSORY
• PSYCHOLOGICAL
MYOKLONIK
ABSANS
ATONIK
Ensefalitis
Demam (+) infeksi
Meningitis
Kejang
demam

Epilepsi

Kejang Gangguan
DM
Demam metabolik
(-) Gangguan
elektrolit
Gangguan
Hipertensi
vaskular
Trauma
Keganasan
kepala

Trauma Rabies

Drug
Tetanus
induced
Kejang Demam
1. Usia?
2. Berapa suhu demam?
3. Apakah ada peningkatan suhu mendadak hingga >38⁰C?
4. Kira-kira kejang berlangsung berapa lama?
• Singkat <15 menit: kejang demam sedarhana
• >15 menit: kejang demam kompleks
5. Sifat/bentuk kejang? Apakah dimulai pada 1 satu sisi atau langsung seluruh badan?
• Bentuk umum tonik dan atau klonik: kejang demam sedarhana
• Fokal/parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang parsial): kejang demam kompleks
6. Apakah kejang berulang dalam 24 jam?
• Tidak: sedarhana
• Ya: kompleks
7. Apakah ada riwayat kejang dalam keluarga?
PEMERIKSAAN FISIK

1. Apakah terdapat demam >38⁰C?


2. Pemeriksaan fisik lainnya untuk mencari sumber infeksi dan kemungkinan
adanya infeksi intrakranial meningitis atau ensefalitis
3. Pemeriksaan TTV
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EEG  menyingkirkan kemungkinan epilepsi


2. Radiologi  Neuroimaging jika ada gejala gangguan neurologi
3. Pungsi lumbal  menyingkirkan kemungkinan meningitis
4. Pemeriksaan Lab  mencari etiologi / sumber infeksi -> darah lengkap, kultur
darah, elektrolit (Na, K, Ca, Mg), gula darah
Tetanus
1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang?

2. Kekakuan leher dan rahang? Opisthotonus?

3. Frekuensi kejang dalam 24 jam? Interval?

4. Riwayat imunisasi?

5. Riwayat luka atau tertusuk paku? Tindakan yang sudah dilakukan?

6. Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat? (gejala ispa, isk, oma)

7. Singkirkan penyebab kejang yang lain 
(misalnya gangguan elektrolit, hipoglikemia, dll)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran (GCS)
• Suhu tubuh
• Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski, Kernique, laseque
• Pemeriksaan n.kranialis :
n.v , n.vii , motoric, sensoric, reflex fisiologis patologis
• Kekakuan otot setempat
-tetanus lokal: kekakuan dan spasme menetap di proksimal luka
-tetanus sefalik: trismus, rhisus sardonikus, disfungsi nervus kranial
-tetanus generalisata: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut
(opisthotonus), fleksi-abduksi lengan dan ekstensi tungkai, rangsangan ringan seperti
sinar dan sentuhan dgn kesadaran yang baik
-tetanus neonatorum: opisthotonus berat dengan lordosis lumbal, bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi siku, tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal, ekstrimitas bawah hiperekstensi, dorsofleksi pergelangan
dan flesi jari kaki
• Trismus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan lab darah (leukositosis)


• Kultur darah (c. tetani)
• EEG
• Ct Scan / MRI
• Polymerase Chain Reaction (PCR) (tidak spesifik)
EPILEPSI FOKAL SIMPLE
1. Gejala dan tanda sebelum ,saat, dan sesudah bangkitan?

2. Pola kejang? Perubahan pola kejang? Interval kejang? Durasi kejang?

3. Riwayat mengkonsumsi obat kejang? Kepatuhannya bagaimana?

4. Penyakit neurologi lain?

5. Riwayat kejang sebelumnya?

6. Riwayat kejang di keluarga?

7. Riwayat kejang tumbuh kembang?

8. Riwayat trauma kepala? Stroke? Infeksi SSP?


PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran
2. Autonomic symptoms (berkeringat, dilatasi pupil, muntah,
hipersalivasi)
3. Psychic symptoms (déjà vu)
4. Defisit kognitif
5. Gangguan afektif (fear, depression, halusinasi, ilusi)
6. Post ictal state
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Lab: darah lengkap,gula darah,creatinin kinase,


2. elektrolit (Na, Mg, Ca, K)
3. Radiologi: MRI otak
4. Elektrodiagnosis: EEG
5. Pemeriksaan neurobehavior (pemeriksaan luhur)
Batuk
Batuk

Gawat darurat Non gawat darurat

Red flags : Akut Sub-Akut


(-) post
infeksi
Kronis
1. Hemoptysis
2. Perokok > 45 tahun
3. 55-80 tahun merokok > 30 pack/tahun
Post-infeksi (+)
4. Dyspnea menetap biasa pada istirahat atau • Batuk diawali
malam hari Infeksi : Aspirasi
URTI
5. Suara serak 1. URTI : (benda • Membaik tanpa
6. Gejala sistemik: • Sinusitis asing) treatment
• Demam • Pilek • Post-nasal drip/
• • Hiposmia/ trakeobronkitis
Penurunan BB
anosmia
• Edema dengan peningkatan BB
• Facial pain
7. Abnormal CXR • Facial fullness
8. Muntah • Faringitis ( nyeri
menelan) Paru :
• Laringitis (suara serak)
1. TB
GERD Upper airway Non-
• Tonsilitis
2. Bronkiektasis cough structural:
2. LRTI :
• 3. Bronkitis kronik syndrome • Rokok
1. Eksarserbasi COPD/asma Akut bronchitis
• TB (jika di daerah 4. HIV komplikasi paru • ACE-I
2. Emboli paru endemic)
3. Gagal jantung 5. Asma
6. COPD
7. pertusis
TB Paru
• Keluhan pasien datang dengan gejala dan tanda penyakit TB paru seperti
batuk berdahak ≥ 2 minggu dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari
gejala berikut:
• Lokal respiratorik: dapat bercampur darah atau batuk darah, sesak nafas,
dan nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan pleura).
• Sistemik: nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam
tanpa kegiatan fisik, demam meriang, badan lemah dan malaise.
• Riwayat kontak
• Riwayat pengobatan sebelumnya
• Faktor risiko penurunan daya tahan tubuh (HIV, DM, dan lain sebagainya)
PF
Inspeksi : Bila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• Bila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi: Bila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• Bila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi : Bila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• Bila ada kelainan tertentu, dapat terdengar perubahan suara perkusi seperti
hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura.
Auskultasi : Bila lesi minimal, tidak ditemukan kelainan
• Bila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut: Ronki basah kasar terutama di apeks
paru, suara napas melemah atau mengeras, atau stridor. suara napas
bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apeks
PP
RUTIN DIKERJAKAN
Pemeriksaan mikroskopis
• BTA atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak SPS
• Jika laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan BTA dapat dilakukan
2 kali dan minimal satu bahan berasal dari dahak pagi hari.
• Untuk TB ekstra paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik. Contoh : dugaan
terdapat komplikasi (efusi pleura, pneumotoraks, batuk darah)
PP
• Pada RS tipe B/C yang umumnya mempunyai fasilitas ini, sebaiknya
dikerjakan pemeriksaan radiologi
• Pemeriksaan HIV
• Pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi, diagnosis TB merupakan
indikasi pemeriksaan HIV (Permenkes no 21 th 2013 pasal 24)
PP
Dikerjakan atas indikasi
• Pemeriksaan Xpert MTB/Rif jika tersedia di fasilitas
• Biakan kuman TB
• Uji kepekaan terhadap OAT lini pertama di laboratorium yang sudah
tersertifikasi. Dapat dilaksanakan melalui rujukan pasien ataupun rujukan
spesimen.
• Pemeriksaan fungsi hati
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• Pemeriksaan darah rutin
• Pemeriksaan gula darah
• Diagnosis pasti  Kultur M.Tb
• Sputum BTA  hampir semua fasilitas kesehatan bisa melakukan
sputum mikroskopis
• Area endemik TB  sputum mikroskopis memiliki spesifitas tinggi 
konfirmasi diagnosis
• Identifikasi sputum mikroskopis :
Metode yang cukup cepat untuk mendiagnosis pasien TB
Dapat mengidentifikasi pasien dengan kondisi berat karena TB
Dapat mengidentifikasi transmisi infeksi
Xpert MTB/RIF

• Highly-automated molecular test (Real-Time PCR)


• Mendeteksi M. tb dan resisten Rifampicin
• Proses pengerjaan 100 menit
• Biosafety = pemr. Mikroskopik
• Sampel: sputum 3 ml

INDIKASI:
• Diagnosis TB
• Mendeteksi resistensi terhadap Rifampisin langsung dari sputum
• Tidak untuk “follow up” pengobatan
• Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
• Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
• Kategori 1
Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis
klinis
• Pasien TB ekstra paru

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis


• Kategori 2
Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada
pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali
setelah putus berobat (lost to
follow-up)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis


CHF
1. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan)?
2. Batuk sejak kapan? Berdahak atau tidak (produktif-non-produktif)?
3. Timbulnya (mendadak, dalam beberapa menit atau jam, malam/pagi hari)? Hilang
timbul? Makin lama makin sering frekuensinya/tidak?
4. Adakah yang memperingan/memperberat batuknya?
5. Adakah keluhan lain ( sesak napas, kelelahan)? Sejak kapan? Timbulnya
kapan?,hilang timbul?, adakah yang memperberat/memperingan?
6. RPD: pernah seperti ini sbeluiumnya?, adakah riwayat hipertensi atau pennyait
jantung lainnya atau riwayat gagal jantung?
7. RPK: idem
8. Kebiasaan: merokok? Makannya sehari-hari bagaimana?
9. Riwayat pengobatan: apakah sedang konsumsi obat tertentu?, alergi obat?
Keluhan klinis
1. Batuk: 5. Rasa tidak nyaman diperut,
• Berdahak : tidak produktif, produktif ( dahak
berbusa berwarna merah muda dengan darah) mual
• Terjadi malam hari (nocturnal cough), terutama
posisi berbaring 6. Peningkatan BB
2. Sesak nafas: mendadak, sesak pada posisi
tidur (terlentang), terutama malam hari,
tidur lebih nyaman menggunakan bantal
yang tinggi, terbangun 2-3 jam setelah tidur
3. Rasa Lelah : dapat terjadi saat aktivitas
maupun istirahat, kronis (Lelah bila
beraktivitas ringan)
4. Bisa ada riwayat penyakit jantung
sebelumnya ( SKA, gagal jantung,dll)
Pemeriksaan fisik
• Pernafasan cepat, lebih dari 24 • Iktus cordis bergeser ke lateral
x/menit (takipnoe) pada palpasi
• Nadi cepat (takikardi) dan lemah • Hepato megali / hepato jugular
( >80 x/menit ) reflux (+)
• Tekanan vena jugular meningkat • Edema tungkai biasanya dekat
• Ronki basah halus mata kaki
• Gallop • Ascites.
• Waktu Pengisian kapiler • S3
memanjang (> 2 detik)
Pemeriksaan penunjang
• EKG  untuk melihat irama • Pulseoxymetry
jantung, frekuensi jantung, etiologi • Echocardiografi (NT pro BNP jika
gagal jantung
tersedia)  untuk melihat
• Rontgen dada PA  untuk melihat kelainan structural dan
derajat kongesti paru, untuk fungsional jantung.
melihat kelainan jantung dan paru
(efusi,kardiomegali,infiltrate)
• Lab. : Hb, Ht, lekosit, kreatinin,
GDs, Na+,K+, CKMB, hs Troponin T,
natriuretic peptide, analisagas
darah pada kondisi yang berat
Tatalaksana
Tatalaksana GGK
Edukasi
• Kepatuhan minum obat
• Kepatuhan diet rendah garam
• Pemantauan berat badan  jika
terjadi kenaikan > 2kg dalam 3
hari  ke dokter untuk dinaikan
dosis diuretiknya
HIV dengan batuk
1. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan)?
2. Batuk sejak kapan? Berdahak atau tidak (produktif-non-produktif)?
3. Timbulnya (mendadak, dalam beberapa menit atau jam, malam/pagi hari)?
Hilang timbul? Makin lama makin sering frekuensinya/tidak?
4. Adakah yang memperingan/memperberat batuknya?
5. Adakah keluhan lain ( sesak napas, demam, lemas)? Sejak kapan? Timbulnya
kapan?,hilang timbul?, adakah yang memperberat/memperingan?
6. RPD: pernah seperti ini sbeluiumnya?, riwayat TBC,penyakit paru lain?
7. RPK: idem
8. Kebiasaan: merokook? Makannya sehari-hari bagaimana?
9. Riwayat pengobatan: apakah sedang konsumsi obat tertentu?, alergi obat?
Sumber: Abbas Cellular and
Molecular Immunology, 8th Edition
Sumber:
http://www.who.int/hiv/pub/g
uidelines/HIVstaging150307.p
df
Anamnesis

• BB turun > 10% dlm 1 thn


• Diare kronik > 1 bln
• Demam > 1 bln ( kontinu)
• Batuk > 1 bln
• HZ rekuren
• Herpes simpleks diseminata yg kronik progresif
• Riwayat tindakan beresiko (Sex, Obat terlarang, Transplantasi,
Transfusi, Petugas Medis)
Riwayat Sosial Ekonomi

• Populasi Kunci (Pekerja seks, Penasun, LSL, Waria) dan diulang minimal setiap 6
bulan sekali
• Pasangan ODHA
• Ibu hamil di wilayah epidemi meluas dan epidemi terkonsentrasi
• Pasien TB
• Semua orang yang berkunjung ke fasyankes di daerah epidemi HIV meluas
• Pasien IMS
• Pasien Hepatitis
• Warga Binaan Pemasyarakatan
• Lelaki Beresiko Tinggi (LBT)
PF

• Candidiasis orofaring
• Limfadenopati umum
• Dermatitis pruritik umum
• Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia
PP

• Deteksi antigen: Antigen p24 , PCR HIV-RNA


• Deteksi antibodi: ELISA, western blot, Immunofluorescence, rapid HIV
antibody
• Pemeriksaan darah lengkap(hitung jumlah CD4+)
Tes serologi terdiri atas:

Tes cepat
• Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan, dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun
HIV-2. Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan
waktu tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit bergantung pada
jenis tesnya dan dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
Tes Enzyme Immunoassay (EIA)
• Tes ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2. Reaksi antigenantibodi dapat
dideteksi dengan perubahan warna.
Tes Western Blot
• Tes ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit
Tes virologis Polymerase Chain Reaction (PCR)

HIV DNA kualitatif (EID)


• Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada
keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.
HIV RNA kuantitatif
• Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah, dan dapat
digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis
pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.
Alur Diagnostik untuk Fasilitas Kesehatan yang memiliki Fasilitas Tes Cepat TB

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis
Tuberkulosis + HIV
• ATS : 2 RHZE/RH diberikan sampai 6-9 bulan setelah konvearsi dahak
• WHO : paduan obat dan lama pengobatan sama dengan TB paru tanpa HIV /
AIDS.
• Jangan berikan Thiacetazon karena dapat menimbulkan toksik yang hebat pada
kulit.
• Obat suntik kalau dapat dihindari kecuali jika sterilisasinya terjamin
• Jangan lakukan desensitisasi OAT pada penderita HIV / AIDS (mis INH,
rifampisin) karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati
• INH diberikan terus menerus seumur hidup.
• Bila terjadi MDR, pengobatan sesuai uji resistensi

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2006
HISTOPLASMOSIS Tanda & gejala

• Masa inkubasi sekitar 14 hari dengan gejala:


• HISTOPLASMOSIS ASIMTOMATIK
• Tidak menimbulkan gejala walaupun tes histoplasmin +
• HISTOPLASMOSIS PARU AKUT
• Timbul gejala tidak khas yang sering dianggap flu biasa
• Bila spora jamur yang terhirup cukup banyak, timbul gejala: sesak napas, sianosis, sakit
dada, rash, eritema multiforme, sakit pleura
• Gejala akan hilang dalam 3 minggu dengan penyembuhan sempurna
• Hipersensitivitas kulit timbul 4-8 minggu setelah gejala pertama
• Pemeriksaan radiologis: gambaran infiltrat kecil yang tersebar, pembesaran kelenjar
hilus, kalsifikasi
HISTOPLASMSIS Tanda dan gejala
• HISTOPLASMOSIS PARU KRONIK
• Biasa dijumpai pada orang dewasa dengan riwayat paru
kronik (tuberkulosis paru, diabetes melitus, penyakit
mikosis paru lainnya)
• Pemeriksaan radiologis: kedua lobus atas paru sering
terlibat dengan adanya kaverne
• HISTOPLASMOSIS DISEMINATA
• Biasanya timbul pada pasiend engan penyakit yang
disertai gangguan fungsi sel T (penyakit Hodgkin), penyaki
yang mendapat sitostatik, kortikosteroid, pasien AIDS dan
tranplantasi organ
• Gejala: demam tinggi, hepatosplenomegali, limfadenopati,
pansitopenia, dan lesi di mukosa (lesi ulseratif di mulut,
lidah, orofaring), bisa mengenai meningen dan
andokardium
• Pemerksaan radiologis: dapat normal, kadang didapati
gambaran infiltrat difus
Workup

• CXR
• Normal in 40-70% of cases
• Pneumonitis with hilar adenopathy
• Focal pulmonary infiltrates with light exposure
• Diffuse infiltrates with heavy exposure
• CBC - mild anemia in chronic disease
• Liver panel - alkaline phosphatase elevated in disseminated and chronic disease
• LDH - elevated in AIDS patients with disseminated disease
• Definitive diagnosis by:
• Sputum cultures
• Blood cultures
• Antibody testing
• Serum/urine antigen testing
• Further imaging if concerned for specific organ involvement in disseminated disease (Head CT, Abdominal
CT or Lumbar puncture)
Pemeriksaan penunjang

• Kultur jamur
• Deteksi adanya antigen histoplasma di cairan tubuh untuk diagnosis
histoplasmosis diseminata dan acute diffuse pulmonary
histoplasmosis
• Pada histoplasmosis diseminata, kultur dapat menggunakan cairan
BAL, aspirasi sumsum tulang, dan darah
• Tes serologi (imunodifusi dan fiksasi komplemen) berguna untuk
diagnosis histoplasmosis pada pasien yang imunokompeten
Histoplasmosis

bone marrow aspirated:Histoplasma capsulatum within a histiocyte (arrow in Panel A;


Wright–Giemsa, ¬100) peripheral blood, as shown within a monocyte in Panel B
(arrow; Wright–Giemsa, ¬100).
Histoplasmosis
•Biakan agar sabouraud dextrosa suhu 37°C

114
Tatalaksana
Nyeri Kepala
Nyeri
Kepala
(Primer)
Migren Trigeminal
Neuralgia
Tanpa aura : TTH
• Mengenai
Aura : Nyeri kepala, N.
• Mual, berdenyut, • Lokasi bilateral trigeminus
muntah, mual muntah, • Onset :
• Menekan/mengikat tiba-tiba
osmofobia, fotopobia  (tidak berdenyut) • Nyeri, rasa
fatigue, migrain • Intensitas terbakar
nyeri hemi bilateral ringan/sedang
kranial  /postorbital • Tidak memberat oleh
Migrain LOKASI:
aktifitas •
Klasik Sinus tract : sinusitis
• Gangguan • Menyerang unilateral,
vascular, orbital, supraorbital,
anorexia, temporal
perubahan • Injeksi CTH
kesadaran konjungtiva/lakrimasi
 migrain ipsilateral
basilar • Kongesti nasal dan/atau
rinore ipsilateral
• Edema palpebra
ipsilateral
Intrakranial Nyeri Kepala Sekunder Ekstrakranial

Trauma Ggn. Infeksi Keganasan


vaskular

SDH EDH SAH


Stroke
• Fotofobia
• pengelihatan
kabur
• kaku kuduk (+)  Meningitis

Gangguan Kelainan Berkaitan dengan


Tidur kranial, Gangguan
leher, mata, Mata : Psikiatri
hidung Glaukoma
sinus,
struktur
fasial
Tension Headache
• Anamnesa :
• Sudah sejak kapan?
• Lama serangan?
• Frekuensi serangan dan progresivitas nya bagaimana?
• Terasa di ke dua sisi kepala atau tidak?
• Terasa seperti menekan atau tidak? Berdenyut/tidak?
• Apakah ada faktor yang dapat memperberat keluhan dan faktor yang memperingan?
• Apakah ada gejala yang menyertai seperti fotopobia atau fonopobia?
• Apakah ada keluhan lainnya?  mis : Mual / muntah?
• Pemeriksaan Fisik
• Nyeri kepala bilateral
• Rasa nya seperti diikat dan ditekan dengan intensitas ringan – sedang
• Nausea (kadang)
• Pemeriksaan Neurologis :
• Pericranial tenderness
• Pemeriksaan TTV dalam batas normal
Glaukoma Akut
• Anamnesa
• Apakah penglihatan kabur mendadak
• apakah nyeri hebat di sekitar mata atau belakang kepala
• Apakah ada riwayat DM?
• apakah ada mual/ muntah?
• Apakah melihat halo (pelangi disekitar objek atau lamu yang dilihat)
• Apakah keluhan berkurang bila penderita melihat sinar kuat yang
mengakibatkan pupil mengecil?
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang
• Penurunan tajam penglihatan mendadak • Optical Coherence Tomography (OCT)
(biasanya visus <6/60) • Confocal scanning laser opthalmoscopy
• Mata merah, berair, dan fotopobia
• Tampak halo  px dengan sinar cahaya
• Peningkatan TIO (>50 mmHg)
• Injeksi silier dan konjungtiva hiperemis
• Edema epitel kornea dan kornea keruh
• Mata kontralateral menunjukkan sudut
bilik mata depan dangkal  px.
gonikoskopi
Pemeriksaan penunjang

1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal
berkisar antara 15-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus.
Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau
tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan
opthalmoskop kita bisa mengukur CDR. CDR yang
melebihi 0,5 menunjukkan peningkatan tekanan
intraokular yang signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting
dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti
pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang
akan berkurang karena peningkatan TIO akan
merusakan papil saraf optikus.
Meningitis
1. Riwayat alergi obat
2. Ada terpapar dengan seseorang dengan meningitis sebelumnya
3. Sedang mengalami infeksi (terutama pernapasan atau infeksi telinga)
4. Menggunakan antibiotik dalam beberapa hari
5. Baru melakukan perjalanan terutama ke daerah dengan penyakit mening-okokus
endemik sepert sub-Sahara Afrika
6. Riwayat penggunaan narkoba suntik
7. Petekie atau ekimosis progresif (kemungkinan mengarah ke infeksi menginokokus)
8. Riwayat trauma kepala
9. Otorea atau rinorea
10. Infeksi HIV atau memiliki faktor risiko terinfeksi HIV atau kondisi immuno-promised lain
Pemeriksaan fisik
Tanda-Tanda Iritasi Meningeal
• Terdapat beberapa pemeriksaan untuk menilai adanya iritasi
meningeal, yaitu kaku kuduk, Laseque sign, Kernig sign,
dan Brudzinski sign.

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pungsi lumbal,
CT Scan, MRI, dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Darah

• Pemeriksaan darah tidak spesifik digunakan untuk mendiagnosis meningitis.


Kultur darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi bakteri, terutama
penyakit meningococcal.

Anda mungkin juga menyukai