Anda di halaman 1dari 24

KARDIORESPIRASI

SGD 3 topik 2
ANGGOTA

● Aulia Safety Imron NIM. G0018035


● Auliani Deby Veronica NIM. G0018037
● Az Zachra Sanati Khodijah NIM. G0018039
● Clarivia Breinda S. P. NIM. G0018047
● Dalilah Salsabila Salma NIM. G0018051
● Daniswara Yusuf Hartanto NIM. G0018053
● Deni Prasetyo Utomo NIM. G0018055
● Devi Qurrotu Ainy NIM. G0018057
● Diesta Maylitadara NIM. G0018059
● Elisabeth Yuaninda U. NIM. G0018061
● Fadhil M. Sholihin NIM. G0018065
Topik 2: Intoksikasi Morfin

Seorang laki2 berusia 30 tahun dibawa ke UGD dalam


keadaan tidak sadar. Pada pasien juga didapatkan kesulitan
bernapas. Pada alloanamnesa didapatkan bahwa pasien
menggunakan injeksi morfin tanpa indikasi. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg,
frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 10x/menit, suhu
36,6. Hasil pH 7,2; pCO2 61mmHg; HCO3- 27 mEq/L
Klasifikasi Kata Sulit
Alloanamnesa:

Melakukan anamnesis kepada anggota keluarga/kerabat


terdekat pasien yang mengerti keadaan pasien. Hal ini
dilakukan biasanya karena kondisi kesadaran pasien.
1. GANGGUAN APA YANG TERJADI ?
pH = 7,2
PCO2 = 61 mmHg
HCO3- = 27 mEq / L

ASIDOSIS RESPIRATORIK TERKOMPENSASI SEBAGIAN


2. Mekanisme gangguan asam basa pada
kasus?

Asidosis respiratorik terjadi ketika hipoventilasi alveolar yang menyebabkan


retensi CO2 dan peningkatan PCO2 plasma. Asidosis respiratorik bisa terjadi
karena adanya depresi respitarorik yang salah satunya disebabkan karena
obat-obatan. (pada kasus ini, injeksi morfin.)
Koo, C. Y. and Eikermann, M. (2011) ‘Respiratory Effects of Opioids in Perioperative Medicine’, The Open Anesthesiology Journal, 5, pp. 23–34.
Koo, C. Y. and Eikermann, M. (2011) ‘Respiratory Effects of Opioids in Perioperative Medicine’, The Open Anesthesiology Journal, 5, pp. 23–34.
nukleus yang terpengaruh morfin

Nucleus Tractus Solitarius The Retrotrapezoid Nucleus


and Breathing
Berperan penting dalam refleks otonom, Mengatur dalam proses pernapasan.
terutama dalam pengontrolan rasa dan Merupakan salah satu nucleus yang akan
jantung. memghantarkan sinyal ke kemoreseptor.

pre-Bo ¨tzinger complex is active during


inspiration and is inhibited by opioids,
whereas the RTN/pFRG is active during
expiration and importantly is insensitive to
opioids
nukleus yang terpengaruh morfin

The Median Raphe Nucleus Nucleus Locus


Nukleus yang langsung bekerja pada Coeruleus
pusat cerebral dan langsung
mempengaruhi kortikal, subkortikal dan merupakan 55% dari semua sel
cerebellar target area. CNS NE dan epinefrin (E)
3. Bagaimanakah cara sistem dapar
darah dalam mengoreksi gangguan
keseimbangan asam basa tersebut?
Komposisi
Darah = larutan penyangga, dapat darah
mempertahankan pH jika sedikit +
asam/ basa

H+ banyak di tubuh -> kompensasi


diturunkan -> sistem buffer beberapa
detik

Buffer darah ada 2 :

● Buffer Eritrosit
● Buffer Plasma
Buffer Bikarbonat

ASIDOSIS, pH turun -> kompensasi dengan produksi Bila ion basa(OH-) masuk ke darah berikatan
HCO3- meningkat dengan H2CO3 -> menghasilkan ion bikarbonat
lebih banyak karena tidak berikatan dengan H+
Reaksi lambat -> dipercepat enzim karbonat anhidrase
H2CO3 + OH- -> HCO3- + H2O

Terjadi di sel epitel tubulus ginjal

kelebihan H+ selalu diikat HCO3- -> pH berubah sedikit


Buffer Protein

Terdapat pada sel-sel, darah, dan plasma. Sistem Buffer Protein


Sistem protein Sistem penyangga terkuat
dalam tubuh. Karena mengandung gugus Protein Hb & Albumin
karboksil yang berfungsi sebagai asam dan R R
gugus amino yang berfungsi sebagai basa. NH2 – C – COOH NH2 – C – COO- + H+
H H
Protein banyak diantara para penyangga (sebagai asam, ketika pH meningkat)
yang paling kuat dalam tubuh karena
R R
konsentrasinya yang tinggi, terutama didalam
NH2 – C – COOH + H+ +NH3 – C – COOH
sel.
H H
(sebagai basa, ketika pH turun)
Buffer Fosfat

Terdapat di intraselular( karena pH intraselular lebih


rendah)

Terdiri dari: basa kuat, NaOH ditukar dengan suatu basa lemah,
NaH2PO4, yang menyebabkan pH hanya
● Monohidrogen phospat meningkat sedikit(Na2HPO4)
● Dihidrogen phospat
● Basa menghasilkan H+ saat alkalosis
● Basa mengikat H+ saat asidosis

Penurunan pH menjadi min. ↗


Buffer Hb

- hemoglobin dalam darah bertanggung


jawab terutama untuk stabilisasi tekanan
oksigen dalam jaringan.
- Dalam sel darah merah, hemoglobin (Hb)
adalah dapar yang penting sebagai
berikut.

H+ + Hb -> HHb

- Berikut ini adalah mekanisme hemoglobin


dalam sistem buffer darah
4. Bagaimana cara sistem eksresi ginjal
dalam mengoreksi gangguan keseimbangan
asam basa?
Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan urine yang asam atau
basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraselular,
begitu pula basa.

Pada asidosis,
ginjal tidak mengekskresikan HCO3 ke dalam urine, tetapi mereabsorbsi semua
HCO3- yang difiltrasi dan menghasilkan HCO3, baru, yang ditambahkan kembali ke
cairan ekstraselular. Hal ini mengurangi konsentrasi H+ cairan ekstraselular kembali
menuju normal.
Dapar Bikarbonat

Sistem Dapar Fosfat Membawa Kelebihan H+ ke dalam Urine dan Membentuk HCO3-
Baru
Dapar Fosfat

Sistem Dapar Fosfat Membawa Kelebihan H+ ke dalam Urine dan Membentuk HCO3-
Baru
Dapar Amonia

Ekskresi Kelebihan H+ dan Pembentukan HCO3 Baru oleh Sistem Dapar Amonia
Daftar Pustaka
● Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
EGC.
● Koo, C. Y. and Eikermann, M. (2011) ‘Respiratory Effects of Opioids in Perioperative
Medicine’, The Open Anesthesiology Journal, 5, pp. 23–34.
● Marieb, E.N. and Hoehn, K., 2010; Human Anatomy & Physiology 8th edition; B.
Cummings, San Francisco, pp. 634-657
● Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc
● Pattinson, K. T. S. (2008) ‘Opioids and the control of respiration’, British Journal of
Anaesthesia, 100(6), pp. 747–758. doi: 10.1093/bja/aen094.
● Silverthorn, Dee Unglaub. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai