Anda di halaman 1dari 24

BPSKL WIL.

JABALNUSRA

Peran Balai PSKL dalam Penanganan dan


Penyelesaian Konflik Tenurial

Rapat Koordinasi Penanganan Konflik Tenurial


di Jawa Timur
Surabaya, 24 – 25 Mei 2021

Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari


PENDAHULUAN;

DASAR HUKUM

PPENANGANAN KONFLIK TENURIAL

KENDALA DAN HAMBATAN;

PENUTUP;
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Peraturan Menteri LHK RI Nomor: P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016:

Pasal 1
(1) Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan adalah unit pelaksana teknis
di bidang Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan.

Pasal 2
Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan penyiapan kawasan perhutanan sosial, pengembangan
usaha dan kemitraan serta pemetaan konflik di bidang Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Balai Perhutanan Sosial
dan Kemitraan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana dan penyiapan kawasan perhutanan sosial;
b. pemetaan konflik tenurial;
c. pengembangan usaha perhutanan sosial;
d. fasilitasi kemitraan lingkungan;
e. pemantauan dan evaluasi kegiatan perhutanan sosial, kemitraan lingkungan dan
penanganan konflik;
f. Penyajian informasi perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai

Pasal 4
(1) Struktur organisasi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Seksi Penyiapan Kawasan dan Usaha Perhutanan Sosial;
c. Seksi Tenurial dan Hutan Adat;
d. Seksi Kemitraan Lingkungan;
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 7
Seksi Tenurial dan Hutan Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c,
mempunyai tugas penyiapan bahan, identifikasi dan fasilitasi penanganan konflik
pengelolaan hutan, tenurial dan fasilitasi pengelolaan hutan adat serta perlindungan
kearifan lokal.

WILAYAH KERJA:

Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, meliputi 9 Provinsi:


1. Provinsi Banten
2. Provinsi D.K.I. Jakarta
3. Provinsi Jawa Barat
4. Provinsi D.I. Yogyakarta
5. Provinsi Jawa Tengah
6. Provinsi Jawa Timur
7. Provinsi Bali
8. Provinsi Nusa Tenggara Barat
9. Provinsi Nusa Tenggara Timur
DASAR HUKUM
Undang Undang RI Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan;
Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Undang Undang RI Nomor 11 Tahun 2020


Tentang Cipta Kerja;
Peraturan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2017 Tentang
Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan
Hutan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Kehutanan;

Peraturan Menteri LHK RI Nomor: P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016


Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPSKL

Peraturan tentang Perhutanan Sosial Tahun 2021


PENANGANAN KONFLIK TENURIAL
Peran BPSKL dalam Penanganan Konflik Tenurial:

 Penyaiapan bahan Identifikasi:


 Identifikasi potensi konflik tenurial
 Identifikasi kawasan hutan
 Desk Study pengaduan konflik
 Fasilitasi tenurial kawasan hutan
 Identifikasi pengaduan konflik
Penyaiapan bahan: tenurial kawasan hutan
 Inventarisasi regulasi
 Koordinasi dengan stakeholder Fasilitasi:
terkait  Pelaksanaan Pemetaan konflik
 Data dan informasi potensi tenurial kawasan hutan
konflik di wilayah kerja  Rekomendasi kebijakan
 Data dan informasi progres  Sharing anggaran
penanganan konflik
TAHUBJA DIREKTORAT PKTHA DAN BPSKL
NO KEGIATAN DIT. PKTHA BPSKL

TAHUBJA 2019
1 Penanganan Konflik Tenurial
a. Identifikasi Konflik 
b. Desk Study  
c. Asesmen
1) Bimtek 
2) Pelaksanaan 
3) Supervisi 
d. Mediasi 
2 Pengakuan Hutan Adat dan Perlindungan Kearifan Lokal
a. Pencadangan Hutan Adat
Kordinasi/Fasilitasi Penyusunan Produk Hukum Pengakuan MHA  
b. Pengukuhan Hutan Adat dan Perlindungan Pengetahuan Tradisional
1) Identifikasi 
2) Desk Study  
3) Valiadasi 
4) Koordinasi dengan para Pihak  
5) Verifikasi 
6) Penyiapan keputusan penetapan HA 
c. Evaluasi kinerja Hutan Adat 
POHON KONFLIK
"
Dalam konteks wujud kekerasan
struktural di dalam kawasan hutan
KONFLIK TENURIAL (HUTAN) ADALAH
BERBAGAI BENTUK PERSELISIHAN ATAU
PERTENTANGAN KLAIM PENGUASAAN,
"
adalah tidak adanya akses bagi PENGELOLAAN, PEMANFAATAN, DAN
mesyarakat yang berada dalam kawasan PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN.
hutan, disekitar hutan, dan masyarakat KONFLIK TERSEBUT DISEBABKAN OLEH
ADANYA KETIMBANGAN PENGUASAAN
yang menggantungkan kehidupan dari
DAN PEMANFAATAN HUTAN, TUMPANG
hasil hutan TINDIHNYA KAWASAN, PERUBAHAN
ORIENTASI NILAI ATAS HUTAN, DARI
FUNGSI RELIGI-EKOLOGIS MENJADI
KOMODITAS EKEONOMI, SELAIN JUGA

"
DIAKIBATKAN DAN TATANAN KEHIDUPAN
MASYARAKAT LOKAL.
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat adalah 3
(tiga) komponen utama yang
harus bahu- membahu pada garda
"
Hal lain yang perlu membuat kita
khawatir terkait dengan isu kekerasan
struktural ini adalah bahwa masyarakat
terdepan di dalam upaya yang tinggal disekitar hutan merupakan
pencegahan konflik salah satu kelompok miskin terbesar di
Indonesia
Mekanisme Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat
BERDSARKAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANA
NOMOR: P.84/MENLHK-SETJEN/2015

Tim Independen
1 2 penanganan Konflik
PENGADUAN DIRJEN PSKL
Tenurial Kawasan Hutan
Siapa yang dapat melakukan pengaduan?
IPKTKH – Perorangan
– Badan Hukum
– Masyarakat Hukum Adat
Tim Asesor

Kemana pengaduan disampaikan?


4 3 ASESMEN Ke Sekretariat Pengaduan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti, Blok 1 Lantai 1,
SMS: 08119322932
REKOMENDASI
Website:
www.penegakanhukum.menlhk.go.id

PENEGAKAN
MEDIASI
HUKUM

Syarat Pengaduan:
1. Identitas pemohon (nama, no telepon, dan
alamat)
PERHUTANA 2. Pihak yang berkonflik
CARA CARA LAIN
N SOSIAL 3. Lokasi terjadinya Konflik
4. Penyebab terjadinya Konflik
5. Waktu terjadinya Konflik
6. Kerugian yang ditimbulkan akibat Konflik
• DITJEN PHPL 7. Tuntutan yang diinginkan
• DITJEN PKTL DITJEN 8. Dokumen pendukung lainnya
• DITJEN KSDAE DITJEN PSKL PENEGAKKA
• ESELON 1 LHK N HUKUM
LAINNYA
PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK
Pertanian POTENSI
Perkebunan Sawit KONFLIK

Jasa Air HPH

HTI
Gas Bumi
KAWASAN Pertambangan
Transmigrasi HUTAN
Geotermal
Perambahan
Masyarakat
Adat

Penggunaan Dunia Usaha


lain
MODEL KONFLIK
Masyarakat - Pemerintah

Masyarakat – Pemegang Izin

Masyarakat - BUMN
KONFLIK
Masyarakat – Masyarakat

Pemegang Izin Kehutanan –


Pemegang Izin lain

Pemerintah – Pemegang Izin

Pemerintah - Pemerintah

Konflik Gabungan
AKTOR KONFLIK SUMBER DAYA ALAM

Perusahaan
Swasta/Pemerintah
Pemegang Ijin (Sektor
Hutan, Kebun,
Tambang, Perumahan,
dll) Pemerintah
Pemegang kawasan
Masyarakat Adat dan FOREST (termasuk konservasi)/
Lokal AND LAND Penerbit hak/ijin
(Kemenhut, BPN,
Pemda,dll)

Lain-lain
Pejabat, Politis,
Ormas/OKP,
Broker, dll
TUJUAN PENANGANAN KONFLIK

• Mencapai Masyarakat yang sejahtera (adil,

makmur, merdeka dan berdaulat;

• Mewujudkan kepedulian, kemampuan dan


partisipasi aktif para pihak

• Jaminan Keberlangsungan Usaha

• Daya dukung dan daya tampung


lingkungan dan ekosistem meningkat,
termasuk terjaganya produktifitas Hutan
dan lahan

• Terlindunginya Kelangsungan
Masyarakat di dalam dan sekitar
kawasan hutan, termasuk
Masyarakat Adat Setempat
Pengaduan Konflik dan Pengusulan Hutan Adat

http://pskl.menlhk.go.id/pktha/

Mekanisme Pengaduan Konflik :


PERMASALAHAN DAN HAMBATAN
Permasalahan dan Hambatan Penanganan Konflik

Permenlhk No. P84/2015 tentang Penanganan Konflik


Tenurial Kawasan Hutan belum mengakomodir hal-hal Belum optimalnya penggunaan asesor yang sudah dilatih
1 7
berikut : (1) Penjelasan mengenai fungsi asesor, mediator, KLHK dalam penanganan kasus
dsb; (2) hal-hal teknis diatur dalam Perdirjen; (3) Peran
Pemerintah Daerah Belum ada kejelasan mengenai peranan profesi mediator di
bidang penanganan konflik seperti: pelaksanaan mediasi
Ketidaklengkapan data pengaduan yang disampaikan 8 atau mekanisme penyelesaian lainnya yang menggunakan
2 sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Permenlhk No. metode dialog (fasilitasi, negosiasi, tim gabungan pencari
P.84/2015 (kejelasan subjek, objek dan lain-lain) fakta, dll.)

Kerjasamaa dengan Lembaga-Lembaga penyedia jasa


3
Belum ada standar kompetensi asesor penanganan konflik 9 penyelesaian konflik tenurial lainnya (Baru 1 Lembaga yang
(Draft sudah dibuat oleh BP2SDM) bekerjasama dengan PKTHA bcc. Ditjen PSKL)

4 Lembaga asesor penanganan konflik belum ada Mediator penanganan konflik yang sudah dilatih (sertifikasi
10 kompetensi) belum digunakan sesuai dengan
kompetensinya

Asesor penanganan konflik belum menjadi sebuah profesi,


5 dan belum ada asosiasi untuk profesi tersebut (terkait kode 11 Keterbatasan anggaran (sistem penganggaran)
etik)
Belum ada standar biaya khusus bagi asesor penanganan
Sebaran Asesor penanganan konflik yang sudah dilatih 12 konflik (pertimbangan: Asesmen memerlukan waktu yang
6
belum berada di tempat terjadinya konflik relatif lama)

22
Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat | PKTHA
Strategi penanganan konflik tenurial

 Mendorong penyusunan standar kompetensi (Draft sudah dibuat oleh BP2SDM)


kepada Direktorat Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat;
 Mengoptimalkan penggunaan asesor yang sudah dilatih oleh KLHK dalam
penanganan kasus;
 Memperluas jaringan kerjasama dengan stakeholder terkait;
 Mendorong keterlibatan dan peran perguruan tinggi;
 Mendorong optimalisasi peran Pokja PPS disetiap Provinsi dalam penanganan
konflik.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai