Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN

TUGAS DAN FUNGSI


DIREKTORAT PENANGANAN KONFLIK TENURIAL DAN
HUTAN ADAT
Disampaikan oleh :
Ir. Muhammad Said, MM
Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat
Pada Acara Pelatihan Dasar CPNS KLHK 2022: Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)

Jakarta, 9 Mei 2022


STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PENANGANAN
KONFLIK TENURIAL DAN
HUTAN ADAT

Sesuai Peraturan Menteri LHK


No. 15 Tahun 2021 tentang
Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT PENANGANAN KONFLIK TENURIAL & HUTAN ADAT
Sesuai Permen LHK No. 15 Tahun 2021
TUGAS FUNGSI
Direktorat Penanganan Konflik Tenurial a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penetapan hutan adat dan hutan
dan Hutan Adat mempunyai tugas hak, perlindungan kearifan lokal, serta penanganan konflik tenurial dalam
melaksanakan perumusan dan kawasan hutan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hutan adat dan hutan hak,
pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan kearifan lokal, serta penanganan konflik tenurial dalam kawasan
penetapan hutan adat, perlindungan hutan;
kearifan lokal dan penanganan konflik c. penyiapan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
tenurial dalam kawasan hutan penetapan hutan adat dan hutan hak, perlindungan kearifan lokal, serta
penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan;
d. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penetapan hutan adat dan hutan hak, perlindungan kearifan lokal, serta
penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan;
e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penetapan hutan adat dan
hutan hak, perlindungan kearifan lokal, serta penanganan konflik tenurial dalam
kawasan hutan;
f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penetapan hutan adat dan hutan
hak, perlindungan kearifan lokal, serta penanganan konflik tenurial dalam
kawasan hutan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
TUSI SESUAI PERMENLHK NO. P.15 TAHUN 2021

Direktorat Penanganan Konflik SUB DIREKTORAT PENETAPAN HUTAN ADAT DAN HUTAN HAK
Tenurial dan Hutan Adat Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan
terdiri atas: norma, standar, prosedur dan kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang penetapan hutan adat dan hutan hak serta
1. Sub Direktorat Penetapan perlindungan kearifan lokal.

Hutan Adat dan Hutan Hak


SUB DIREKTORAT PENANGANAN KONFLIK TENURIAL KAWASAH HUTAN
2. Sub Direktorat Penanganan Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
Konflik Tenurial Kawasan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, serta
Hutan evaluasi dan pelaporan di bidang penanganan konflik tenurial kawasan hutan
3. Sub Bagian Tata Usaha
SUB BAGIAN TATA USAHA DIREKTORAT
Direktorat Mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian,
4. Kelompok Jabatan administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, tata persuratan,
kearsipan, kerumahtanggaan, koordinasi data dan informasi, serta koordinasi
Fungsional administrasi penerapan sistem pengendalian intern direktorat.

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


Setiap Subdirektorat terdiri atas Mempunyai tugas memberikan pelayanan fungsional dalam pelaksanaan tugas
Kelompok Jabatan Fungsional dan fungsi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sesuai dengan bidang keahlian dan
keterampilan.
Sub Direktorat Penanganan Konflik Tenurial
Kawasan Hutan
TIM Pelaksana Nama Keterangan
I 1. Imam Fauzi Syamsu, S.Hut M.Si* Analis Spasial
2. Fauzie, SH Analis Hukum
3. Aziza Chintia Putri, SH Analis Hukum
4. Thezar Isbandi, SE, MM Analis Pengaduan
5. Faith Ahmad Masud, SE Analis Pengaduan
II 1. M. Nur Ashshidiqy Analis Spasial
2. Aniza Fithriani, SH, MH* Analis Hukum
3. Aden Andriansyah, SE Analis Pengaduan
4. Andina Dyah Ratnasari, S.Kom Analis Pengaduan
III 1. M Yoga Gulvi Pratama, SE Analis Spasial
2. Ardani Hasan, SH Analis Hukum
3. Sidik Prayitno, SE* Analis Pengaduan
4. Febby Octavia Analis Pengaduan
Sub Direktorat Penetapan Status Hutan Adat
TIM Pelaksana Nama Keterangan
I 1. Adrian Firdaus Analis Spasial
2. Sharon Quamila Korompot, SH, LLM Analis Hukum
3. Laras Wijayanti, S.Hum, M.Kesmas Analisis Usulan Hutan Adat
4. Rina Nurhaeni, S.Kom Analisis Usulan Hutan Adat
5. Sulfahman, SE Analisis Usulan Hutan Adat
6. Haryo Prabowo Analisis Usulan Hutan Adat
II 1. Mela Herlina, S.Hut Analis Spasial
2. Nelson Perdi Siahaan, S.Sos Analis Hukum
3. Adi Saputro, S.Sos Analisis Usulan Hutan Adat
4. Nisa Ni’mah Utami, S.Sos, M.Kesmas Analisis Usulan Hutan Adat
5. Fitri Permatasari, S.Ant Analisis Usulan Hutan Adat
6. Indra Gunawan, SE Analisis Usulan Hutan Adat
1
PENANGAN KONFLIK TENURIAL
Apa Konflik?
KONFLIK TENURIAL HUTAN
(Permenlhk P.84 / 2015 ttg Penanganan Konflik
Tenurial Kawasan Hutan)

Berbagai bentuk perselisihan


atau pertentangan klaim
 penguasaan,
 pengelolaan,
 pemanfaatan dan
 penggunaan
kawasan hutan
Wilayah 2019 2020

Sumatera 6.532.215 ha 6.566.836 ha

Jabalinusra 971.963 ha 952.430,2 ha


Kalimantan 4.413.415 ha 5.123.201 ha
Sulawesi 1.339.497 ha 1.246.971 ha
Maluku-Papua 1.657.255 ha 1.471.470 ha
TOTAL 14.914.346 ha 15.360.908 ha

Indikatif potensi konflik kawasan hutan

PETA INDIKATIF POTENSI


KONFLIK TENURIAL KAWASAN HUTAN 2019-2020
Tipologi Konflik
Tipologi Konflik
No Berdasarkan Pihak Hal yang disengketakan Keterangan
yang Berkonflik
1 Masyarakat - Pemerintah • Klaim hak atas tanah dalam kawasan hutan.
• Klaim tanah adat dalam kawasan hutan negara
• Penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
• Kegiatan penggunaan/pemanfaatan kawasan hutan tanpa izin (al. kebun
dan tambang).
• Permohonan akses kelola kawasan hutan oleh masyarakat
2 Masyarakat – Perusahaan • Klaim lahan garapan dalam kawasan hutan yang telah dibebani perizinan
kehutanan (HTI – HA – Tambang)
3 Masyarakat - Masyarakat • Klaim beberapa anggota masyarakat pada lahan yang sama dalam
kawasan hutan.
4 Pemerintah - Pemerintah • Sertipikat tanah dalam kawasan hutan
• Penggunaan kawasan hutan oleh pemerintah tanpa izin (a. : kantor dan
infrastruktur)
5 Pemerintah - Perusahaan • Gugatan perusahaan kepada pemerintah terkait perizinannya

6 Perusahaan - Perusahaan • Tumpang tindih perizinan


BAGAN ALIR PROSES PENANGANAN KONFLIK TENURIAL KAWASAN
HUTAN
PENGADUAN
DIKEMBALIKAN/ Syarat Pengaduan :
BERKAS TIDAK
LENGKAP 1. Identitas pengadu/pelapor (nama,
1
nomor telepon dan alamat)
10a

9
2. Pihak yang berkonflik
8
ARAHAN DIRJEN PSKL 3. Lokasi terjadinya konflik
PENYELESAIAN cq DIR PKTHA 4. Waktu terjadinya konflik
2
5. Kerugian yang ditimbulkan akibat
10b
konflik
FASILITASI 11 KASUBDIT 7
6. Tuntutan yang diinginkan
PENANGANAN PENANGANAN
(ASESMEN /ADVOKASI/ KONFLIK TENURIAL 7. Dokumen pendukung lainnya
MEDIASI/ NEGOSIASI) KAWASAN HUTAN
PRESENTASI HASIL
4
3 PENELAAHAN
13 12 KONFLIK

6
REKOMENDASI
PENYELESAIAN KEPADA 14 KOORDINATOR/
5
Siapa yang dapat melakukan pengaduan ?
PELAKSANA
SUB KOORDINATOR PENELAAHAN
DIRJEN PSKL MELALUI PENANGANAN • Perorangan
PENANGANAN
KONFLIK TENURIAL KONFLIK
KASUBDIT PKTKH KONFLIK TENURIAL • Badan Hukum
18 DAN DIR PKTHA
15 16
• Masyarakat Hukum Adat
PENEGAKAN HUKUM
(DILAPORKAN KEPADA MENTERI PENATAAN
LHK UNTUK MENDAPAT
PERSETUJUAN SEBELUM
KAWASAN HUTAN
DITERUSKAN KEPADA GAKUM) (DITERUSKAN KEPADA PKTL) 17b 17c 17d

17a

Kemana Pengduan disampaikan ?


PERUBAHAN
PERHUTANAN PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN Kepada Sekretariat Pengaduan KLHK
PENGADAAN TORA
SOSIAL FUNGSI KAWASAN KAWASAN HUTAN Gedung Manggala Wanabakti Blok I
HUTAN
Lantai 1 SMS : 08119322932
Website :
• DITJEN PSKL
DITJEN DITJEN www.penegakanhukum.menlh.go.id
• DITJEN KSDAE
PENEGAKAN HUKUM PKTL
• DITJEN PHL
PEDOMAN ASESMEN KONFLIK TENURIAL KAWASAN HUTAN
Perdirjen PSKL No. P.6/PSKL/SET/PSL.1/5/2016
Asesmen: Serangkaian kegiatan penilaian konflik yang dilaksanakan dalam rangka penanganan dan penyelesaian konflik tenurial

METODOLOGI
KRITERIA ASESOR
• Sudah mengikuti pelatihan PENDEKATAN ETIK : analisa gejala konflik dari pandangan orang
• Berpengalaman ETIK - EMIK luar
• Tidak berpihak EMIK : analisa gejala konflik dari pandangan para
• Tidak menjadi pendamping pihak
TEKNIK PENGUMPULAN DATA TAHAPAN PEMETAAN OBJEK KONFLIK
• Bukan penyidik
• Sosialisasi dan Konsultasi 1. SEJARAH KONFLIK; berdasarkan dimensi waktu
• Tidak terlibat kasus hukum
• Verifikasi 2. FAKTOR KONFLIK; terdapat 3 elemen utama: (a)
• Pendalaman Kasus Akar Konflik; (b) Pemicu Konflik; (c) Akselerator
PRINSIP DASAR
• Triangulasi 3. AKTOR KONFLIK; terbagi menjadi 3 kategori: (a)
• Impartial (Tidak berpihak)
Provokator; (b) Kel. Rentan; (c) Kel. Fungsional
• Profesional (Sesuai aturan)
• Rekonsiliasi (Orientasi resolusi)

REKOMENDASI ASESMEN KONFLIK


ANALISIS
Hasil akhir kegiatan asesmen konflik 1. SISTEM REPRESENTASI MASYARAKAT;
adalah rekomendasi penanganan (a) Memahami masyarakat desa hutan; (b) Menemu-kenali modal sosial; (c)
konflik selanjutnya, yaitu: Menentukan representasi masyarakat
1. Penegakan Hukum 2. TAWARAN TERTINGGI DAN TERENDAH (TANTETARA)
2. Perhutanan Sosial Merupakan pilihan-pilihan penyelesaian konflik tenurial yang perlu dipersiapkan
3. Cara-Cara Lainnya oleh masyarakat sebelum masuk meja Perundingan
PEDOMAN MEDIASI PENANGANAN KONFLIK TENURIAL KAWASAN HUTAN
Perdirjen PSKL No. P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016
Mediasi: Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dibantu oleh Mediator

TAHAPAN MEDIASI

PRA MEDIASI PROSES MEDIASI PASCA MEDIASI


• Direktur PKTHA meminta kesediaan • Permulaan proses mediasi • Menyusun Rencana Kerja
untuk memilih jalur melalui Mediasi (perkenalan, pemberian pemahaman Para pihak merumuskan rencana kerja
• Mengkonfirmasi nama-nama mediator mengenai mediasi dan hal terkait yang bersifat saling menguntungkan
bersertifikat untuk disepakati lainnya) dalam wujud kerjasama di bidang
• Direktur PKTHA menunjuk nama-nama • Proses identifikasi masalah tertentu yang dianggap strategis
mediator yang disepakati para pihak • Pengembangan opsi penyelesaian • Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
• Tugas tim Mediator: (a) mempelajari konflik Kesepakatan
subjek/objek konflik; (b) memastikan • Perumusan kesepakatan hasil mediasi Dilaksanakan oleh tim monitoring yang
para pihak telah menunjuk • Penyampaian hasil mediasi diatur dalam kesepakatan yang telah
perwakilannya; (c) melakukan • Penguatan hasil kesepakatan; melalui ditandatangani
pertemuan awal notaris (register/akta autentik) atau
pengadilan negeri setempat (akta
perdamaian)

AZAS-AZAS DALAM MEDIASI : 1. Azas Keadilan dan Kesetaraan


2. Azas Imparsialitas (tidak memihak)
2
PENETAPAN HUTAN ADAT DAN HUTAN HAK
REGULASI MASYARAKAT HUKUM ADAT dan penetapan status
hutan adat
⊷ UUD 1945 pasal 18 B (2), pasal 28 I ayat (3)
⊷ UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
⊷ UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH)
⊷ UU 23/2014 Tentang Pemerintahah Daerah
⊷ Putusan MK No.35/2012
⊷ PP 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan (Pasal 233 s/d
243)
⊷ Permendagri No. 52/2014 Tentang Pedoman Pengakuan Dan
Perlindungan Masyarakat Hukum Adat
⊷ Peraturan Kepala BIG No 12/2017 ttg Pedoman Pemetaan
Wilayah MHA
⊷ PermenLHK No. 9 Tahun 2021tentang Pengelolaan Perhutanan
Sosial (Pasal 62 s/d 75)

16
PP 23/2021, Bentuk Produk Hukum Pengakuan MHA

Pasal 234
(1) Pengukuhan keberadaan MHA dalam Kawasan Hutan Negara ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Pengukuhan keberadaan MHA di luar Kawasan Hutan Negara ditetapkan dengan Peraturan Daerah atau
keputusan gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pengukuhan keberadaan MHA dengan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Peraturan Daerah yang memuat substansi pengaturan tata cara pengakuan MHA; atau
b. Peraturan Daerah yang memuat substansi penetapan pengukuhan, pengakuan, dan pelindungan
MHA.
(4)   Dalam hal Peraturan Daerah hanya memuat substansi pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, pengukuhan keberadaan MHA ditetapkan dengan keputusan gubernur atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya.

 (5) Pemerintah dapat memfasilitasi pendanaan dan pendampingan dalam rangka pengukuhan keberadaan
MHA sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Normal Alur Proses Identifikasi dan Penetapan STATUS HA
(Pengakuan MHA : ADA Perda Pengaturan + SK Bupati)

Identifikasi dan Verifikasi Penetapan Wilayah Pengajuan


Informasi oleh Panitia yang dibentuk MHA oleh Permohonan
Wilayah MHA Bupati/Walikota Bupati/Walikota Pengakuan HA

Perda Validasi dan Verifikasi


Pengakuan MHA Lapangan oleh KLHK

Penerbikan
Keputusan
Penetapan HA
Permen LHK Nomor 9/2021,
Fasilitasi Percepatan Penetapan Status Hutan Adat

Pasal 73 :
 Dalam hal permohonan penetapan Hutan Adat belum dilengkapi dengan peta Wilayah Adat,
Menteri dapat memfasilitasi pelaksanaan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat
 Pelaksanaan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat dilaksanakan oleh tim terpadu yang
dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
 Hasil kegiatan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat disampaikan kepada bupati/wali kota
sebagai dasar penerbitan keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan/atau penetapan
Wilayah Adatnya sebagai dasar penetapan status Hutan Adat.

• Dalam hal belum ada Perda, Menteri menetapkan WILHA setelah bupati/walikota menerbitkan
keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan penetapan Wilayah MHA ybs.
• Dalam hal sudah ada Perda (pengaturan) serta keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan
penetapan MHA ybs dari bupati/walikota , Menteri menetapkan status hutan adat tanpa
dilakukan verifikasi ulang.
Terobosan Terobosan Proses Identifikasi dan Penetapan HA
melalui Fasilitasi Kementerian LHK
(Pengakuan MHA : ADA Perda Pengaturan, belum ada SK Bupati)

Identifikasi dan Verifikasi


Penetapan Wilayah Pengajuan
Informasi oleh Timdu yang dibentuk
MHA oleh Permohonan
Wilayah MHA KLHK (+ unsur Panitia
Bupati/Walikota Pengakuan HA
MHA dari Pemda)

Perda
Pengaturan
Pengakuan MHA
Penerbikan
Keputusan
Penetapan HA
Alur Proses Penanganan Permohonan Penetapan Status Hutan Adat
Pemberitahuan
kepada Pemohon
Pengembalian Deliniasi Deliniasi
Skema PS
berkas Wilayah Adat Pola Ruang
Non HA
permohonan oleh Tim Vertek oleh Tim Vertek

Tidak Tidak Tidak Tidak

Validasi Proses Sesuai Sesuai Sesuai


Sesuai Ya Ya Ya Ya Penetapan
Permo- Verifikasi Kriteria Subyek Sinkronisasi Fungsi Hutan –
Dokumen Kriteria Wilayah
honan Persyaratan ? Lapangan Pola Ruang RTRW - Adat ? Status HA
Permohonan MHA ? MHA ?

Permen No 9/2021 Pasal 66 ayat (2) Persiapan Verifikasi Lapangan: Permen No 9/2021 Pasal 64 Proses Verifikasi Wilayah MHA: Proses Sinkronisasi Pola Proses Finalisasi Laporan Hasil
Permohonan dilengkapi dengan 1. Pembentukan Tim Terpadu Pengukuhan keberadaan MHA 1. Teliti dasar penetapan wilayah Ruang: Verifikasi:
persyaratan: a. Penyusunan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal adat. 1. Siapkan peta pola ruang 1. Draft laporan disiapkan semua
a. identitas MHA berupa kartu tanda (formasi Tim mewakili 63 dilakukan dengan kriteria: 2. Bagaimana proses pemetaan kehutanan, RTRW dan anggota Tim sesuai bidang
penduduk yang memuat: stakeholder kunci, unsur lain 1. MHA masih dalam bentuk wilayah MHA. Referensinya al. pola ruang wilayah MHA. tugasnya.
1. nama MHA; terkait dapat dihadirkan paguyuban; PerkaBIG No 12/2017 ttg 2. Overlay peta pola ruang 2. Kompilasi bahan dari semua
2. nama ketua MHA; dan sebagai narsum pada rapat2 2. terdapat kelembagaan pengelola Pedoman Pemetaan Wilayah kehutanan, RTRW dan anggota dituangkan dalam satu
3. alamat domisili ketua MHA, Timdu, tidak harus menjadi dalam bentuk perangkat MHA. wilayah MHA. dokumen draft laporan akhir.
b. peta Wilayah Adat yang anggota Tim) penguasa adatnya; 3. Cermati garis batas wilayah 3. Tentukan pola ruang 3. Draft laporan akhir dibahas
ditandatangani ketua MHA; b. Permintaan bantuan tenaga 3. terdapat batas Wilayah Adat yang MHA, apakah realistis dan dapat Hutan Adat yang akan secara pleno minimal 3 x
c. peraturan daerah dan/atau c. Pengajuan SK Tim Terpadu jelas; dikenali di lapangan ? ditetapkan berdasarkan (disesuaikan dengan kebutuhan)
keputusan gubernur/bupati/wali 2. Ekspose oleh Pemohon 4. terdapat pranata dan perangkat 4. Apakah ada relasi/interaksi kriteria penetapan fungsi untuk memperoleh kesepkatan
kota tentang pengukuhan MHA Dihadiri perwakilan eselon 1 hukum, khususnya sanksi adat antara MHA ybs dengan wilayah hutan (konservasi/ 4. Hasil pembahasan Laporan yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal terkait dan seluruh anggota Tim yang masih ditaati; dan MHA yang dipetakan? lindung/produksi). telah disepakati dipaparkan oleh
63 ayat (1); dan Terpadu. 5. masih mengadakan pemungutan 5. Apakah ada pengakuan dari hak 4. Penentuan fungsi Tim kepada Dirjen PSKL dihadiri
d. surat pernyataan yang ditandatangani 3. Penyusunan Rencana Kerja hasil hutan oleh MHA di wilayah pihak lain yang berbatasan ? didasarkan pada data perwakilan eselon 1 terkait dan
ketua MHA yang memuat: a. Rencana kerja disusun dan hutan sekitarnya untuk 6. Proses verifikasi wilayah MHA potensi keaneka ragaman seluruh anggota Tim Terpadu.
1. penegasan bahwa areal yang dibahas bersama melalui pemenuhan kebutuhan hidup dapat ditelusuri dari hasil hayati (flora dan fauna), 5. Perbaikan/penyempuraan
diusulkan berada dalam Wilayah rapat2 Timdu sebelum sehari-hari. wawancara dengan komunitas kondisi bentang alam laporan (jika ada yg perlu
Adat pemohon; dan keberangkatan MHA ybs dan kelompok (lereng, tanah dan curah diperbaiki)
2. persetujuan penetapan fungsi b. Pembuatan peta kerja Dasar : masyarakat lain di luar wilayah hujan) serta kearifan lokal 6. Finalisasi laporan ditutup dengan
Hutan Adat yang diusulkan sesuai c. Pembagian Tugas • UU 41/1999, Penjelasan Pasal 67; MHA yg berdekatan dengan MHA ybs. Berita Acara sesuai fomat
dengan ketentuan peraturan 4. Persiapan Keberangkatan Tim • UU 32/2009, Pasal 1 angka 31; lokasi batas wilayah MHA yg Lampiran XVII Permen No.
perundang-undangan. a. SPT • PP 23/2021, Pasal 235 dipetakan. 9/2021.
b. Personal use 7. Untuk memudahkan proses 7. Penyampaian laporan akhir
c. Peralatan Kerja verifikasi, Timdu perlu membawa kepada Menteri LHK cq Dirjen
d. Data dan dokumen pata dasar skala terbesar yang PSKL dengan pengantar surat
pendukung tersedia. yang ditanda tangani Ketua Tim.
Progres Penetapan Hutan Adat 2016-2022 *)

Sampai dengan 31 Januari 2022,


KLHK telah menetapkan 87 (Delapan
Puluh Tujuh) unit Hutan Adat dengan
luas keseluruhan ± 75.783 Ha -
44.710 KK.

*) Sampai dengan 31 Januari 2022


DATA PENETAPAN HUTAN ADAT PER PROVINSI DATA INDIKATIF HUTAN ADAT PER PROVINSI
PERIODE 2016 – 2022 *)
NO PROVINSI LUAS (Ha)
No. Provinsi Jumlah Jumlah Unit Luas ± (ha) Jumlah KK
Kabupaten 1 Aceh 112.717

1 Bali 3 6 971 4.743 2 Bali 43

2 Banten 1 5 3.509 7.021 3 Banten 9.222

3 Jambi 4 29 7.984 10.837


4 Bengkulu 19.595

4 Jawa Barat 1 1 31 117


5 Jambi 3.668

5 Jawa Tengah 1 1 64 121


6 Jawa Barat 624

6 Kalimantan Barat 5 11 18.272 4.838


7 Kalimantan Barat 113.682
8 Kalimantan Tengah 2.902
7 Kalimantan Tengah 1 1 102 455
9 Kalimantan Timur 9.678
8 Kalimantan Timur 2 2 7.771 218
10 Kalimantan Utara 402.152
9 Maluku 2 4 342 1.479
11 Maluku 49.518
10 Riau 1 2 408 5.246
12 Maluku Utara 58.170
11 Sulawesi Selatan 2 8 4.637 4.646
13 Papua 18.840
12 Sulawesi Tengah 2 6 17.501 2.456
14 Papua Barat 2.554
13 Sumatera Barat 2 5 6.942 1.154
15 Riau 18.705
14 Sumatera Selatan 2 2 380 578
16 Sulawesi Barat 10.401
15 Sumatera Utara 3 4 6.870 801
17 Sulawesi Selatan 128.856
Luas 32 87 75.783 44.710 18 Sulawesi Tengah 46.861
19 Sumatera Barat 7.748

*) Sampai dengan 31 Januari 2022 20 Sumatera Utara 1.051


JUMLAH 1.016.988
RINCIAN DATA PENETAPAN HUTAN ADAT 2016 - 2022

24
RINCIAN DATA PENETAPAN HUTAN ADAT 2016 - 2022

25
Terima Kasih

Air Terjun Benang Kelambu, Air Berik NTB


PENYELESAIAN KEGIATAN TIDAK BERIZIN DI KAWASAN HUTAN PERORANGAN

Pasal 110B

< 5 Ha Perhutanan
Sosial
PERSEORANGAN
Masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam dan/atau di
sekitar kawasan hutan paling Program penataan Kemitraan
singkat 5 tahun secara terus Kawasan Hutan Konservasi
menerus dengan luasan paling
banyak 5 Ha, dikecualikan dari
Sanksi Administratif 
Diselesaikan melalui Program
Penataan Kawasan Hutan TORA
PENATAAN
KAWASAN HUTAN Penataan kawasan hutan dalam rangka pengukuhan kawasan
(Pasal 129 P.7/2021)
Belum Terbangun hutan dilakukan melalui kegiatan (PP23/2021, Pasal 23): Sudah Terbangun
a. Pengadaan Tanah Obyek Reforma Agraria;
b. Pengelolaan Perhutanan Sosial;
c. Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan; dan/atau
d. Penggunaan Kawasan Hutan.

HPK Tidak Produktif Untuk Sumber TORA


a. Sarana dan prasarana permanen milik Pemerintah Pusat
Kriteria (Pasal 132) da/atau Pemerintah Daerah;
a. Penguasaan bidang tanah dalam kawasan POLA PENYELESAIAN MILIK
hutan negara oleh mayarakat dilakukan MASYARAKAT TIDAK b. fasilitas umum dan/atau fasilitas sosial;
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 DIKENAI SANKSI 110B
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja; c. permukiman;
b. Menguasai lebih dari 5 (lima) tahun secara
terus menerus; d. lahan garapan pertanian, perkebunan, tambak; dan/atau
c. Dikuasai oleh peroarangan dengan luasan Penguasaan Setelah
paling banyak 5 (lima) hektar;
e. Bangunan untuk kegiatan lainnya yang terpisah dari
Penunjukan KH
d. bidang tanah telah dikuasai oleh Pihak secara permukiman
fisik dengan itikad baik dan secara terbuka;
e. bidang tanah tidak diganggu gugat dan/atau
tidak bersengketa; Kecukupan KH dan
Inventarisasi dan Penutupan Lahan kurang,
Verifikasi Penataan Penguasaan Sebelum
Peta Indikatif P2TPKH apabila merupakan
Kawasan Hutan (Pasal 137) Penunjukan KH (Pasal 136)
Penataan Kawasan permukiman fasum, dan
Hutan (ayat 10) fasos di HL dan HP dilakukan
Tim Terpadu untuk
Kecukupan KH dan
menentukan Pola
Penutupan Lahan Lebih, Dikeluarkan dari KH
Penyelesaiannya
Inventarisasi dan dilakukan Inver PPTKH (Pasal 141 ayat 2 & 3 dan Pasal 163) melalui Perubahan Batas
Verifikasi Awal untuk menentukan Pola
(Pasal 130 ayat 3) Penyelesaiannya
(Pasal 141 ayat 1)
PENYELESAIAN BIDANG TANAH DALAM KAWASAN HUTAN YANG DIKUASAI MASYARAKAT

KECUKUPAN LUAS KAWASAN JENIS PENGUASAAN VERIFIKASI


TIPOLOGI BIDANG TANAH KAWASAN HUTAN HUTAN TANAH LAPANGAN POLA PENYELESAIAN
Bidang tanah yang dikuasai dan dimanfaatkan dan/atau
telah diberi hak sebelum ditunjuk sebagai Kawasan Perubahan Batas*
Hutan
Hutan Kemitraan Konservasi
Konservasi
Kriteria HL Penggunaan Kawasan Hutan
Permukiman, Fasum/Fasos,
Bangunan Lainnya yang Perubahan Fungsi dan
Hutan Lindung terpisah dari Permukiman Kriteria Non HL Peruntukan atau
Penggunaan Kawasan Hutan
KURANG Lahan garapan, pertanian,
perkebunan, tambak Perhutanan Sosial

Permukiman, Fasum/Fasos, Perubahan Peruntukan


Bangunan Lainnya yang (pelepasan) atau
Hutan Produksi terpisah dari Permukiman Penggunaan Kawasan Hutan
AM RANGKA PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

Lahan garapan, pertanian, Perhutanan Sosial


perkebunan, tambak
Hutan
Kemitraan Konservasi
Konservasi
Permukiman, Fasum/Fasos, Kriteria HL Penggunaan Kawasan Hutan
Bangunan Lainnya yang
terpisah dari Permukiman Kriteria Non HL Perubahan Batas
Hutan Lindung
Lahan garapan, pertanian, > 20 tahun Perubahan Batas
perkebunan, tambak < 20 tahun Perhutanan Sosial
Permukiman, Fasum/Fasos,
Bidang tanah yang dikuasai Bangunan Lainnya yang Perubahan Batas
dan dimanfaatkan setelah terpisah dari Permukiman
ditunjuk sebagai Kawasan > 20 tahun Perubahan Batas
Hutan

1. Fasilitas sosial (Fasos)


dan fasilitas umum
(Fasum)
2. Permukiman
PENYELESAIAN BIDANG TANAH (SARANA PRASARANA) DALAM KAWASAN HUTAN MILIK PEMERINTAH

JENIS PENGUASAAN VERIFIKASI


TIPOLOGI BIDANG TANAH KAWASAN HUTAN POLA PENYELESAIAN
TANAH LAPANGAN

Sarana dan prasarana


Hutan Konservasi Permanen milik Kerjasama Konservasi
Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah
N HUTAN DALAM RANGKA PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

Sarana dan prasarana


Permanen milik Penggunaan Kawasan Hutan
Hutan Lindung Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah

Bidang tanah yang dikuasai dan


dimanfaatkan berupa:

Sarana dan prasarana permanen


milik Pemerintah Pusat dan/atau
Pemda
Inver Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam rangka
Penataan Kawasan Hutan

Pola Penyelesaian : (Pasal 160)


1. apabila keputusan penyelesaian bidang tanah yang dikuasai dan
dimanfaatkan diproses melalui kemitraan konservasi atau Perhutanan
Sosial, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. apabila keputusan penyelesaian bidang tanah yang dikuasai dan
dimanfaatkan diproses melalui Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan,
Menteri menerbitkan Keputusan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan;
3. apabila keputusan penyelesaian bidang tanah yang dikuasai dan
dimanfaatkan diproses melalui pengeluaran bidang tanah dalam Kawasan
Hutan dengan perubahan batas Kawasan Hutan, Menteri menerbitkan
surat keputusan perubahan batas Kawasan Hutan.
Inver Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam rangka
Penataan Kawasan Hutan
Tata Cara Pengajuan Permohonan :
• Pemohon Inver PPTPKH meliputi: Perseorangan; instansi; atau badan sosial/keagamaan. (Pasal 149)
• Tanah yang dikuasai dalam Kawasan Hutan yang dapat dimohon untuk inventarisasi dan verifikasi PPTPKH
berupa: (Pasal 150)
a. sarana dan prasarana permanen milik Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
b. fasilitas umum dan/atau fasilitas sosial;
c. permukiman;
d. Lahan Garapan pertanian, perkebunan, tambak; dan/atau
e. bangunan untuk kegiatan lainnya yang terpisah dari permukiman.
• Pemohon mengajukan permohonan inventarisasi dan verifikasi PPTPKH kepada Tim Inver PPTPKH melalui
bupati/wali kota dilengkapi persyaratan: (Pasal 151)
a. foto kopi identitas pemohon (KTP, atau surat keterangan domisili untuk pemohon Perorangan) masing-
masing dan atau E-KTP di dinas yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil;
b. foto kopi legalitas instansi/badan sosial atau keagamaan (untuk pemohon instansi/badan sosial atau
keagamaan);
c. surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah (SP2FBT); dan
d. sketsa tanah secara sederhana yang dikuasai oleh pemohon yang berada dalam Kawasan Hutan.
Inver Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam rangka
Penataan Kawasan Hutan
Tahapan Penyelesaian : (Pasal 147, 148 dan 153)
• Pembentukan Tim Inver oleh Menteri (Ka BPKH sebagai ketua dan anggota antara lain Ka BPSKL).
• Ketua Tim Inver membentuk :
 tim pengelola administrasi kegiatan PPTPKH di setiap provinsi;
 koordinator regu pelaksana PPTPKH; dan/atau
 regu pelaksana PPTPKH di setiap kabupaten/ kota.
• Sosialisasi Inver di tingkat kabupaten/ kota;
• Pendaftaran permohonan inventarisasi dan verifikasi secara kolektif yang diajukan melalui bupati/wali kota;
• Pendataan lapangan;
• Analisis data fisik dan data yuridis bidang-bidang tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan dan/atau lingkungan hidup;
• Merumuskan rekomendasi berdasarkan hasil analisis dan menyampaikannya kepada gubernur.
• Pelaksanaan verifikasi dilakukan melalui metode desk analysis dan verifikasi lapangan. (Pasal 153)
• Penyampaian Laporan dan rekomendasi Tim Inver PPTPKH kepada ketua Tim Pelaksana PPTPKH dibuat per Kabupaten/Kota.
• Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan PPTPKH oleh Tim Pelaksana PPTPKH dan penyampaian pertimbangan penyelesaian
penguasaan tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan kepada Menteri.
• Menteri memutuskan pola penyelesaian Penataan Kawasan Hutan untuk dapat diproses lebih lanjut atau ditolak.
Struktur Tim Pelaksana PPTPKH Struktur Tim Inver PPTPKH
Ketua Ketua
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH).
Wakil Ketua : Wakil Ketua :
Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, Kementerian Dinas Provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan.
Koordinator Bidang Perekonomian. Anggota :
Anggota :

Tugas
1. melaksanakan sosialisasi di tingkat kabupaten/ kota;
2. menerima pendaftaran permohonan inventarisasi dan verifikasi secara kolektif yang diajukan
melalui bupati/wali kota;
3. melaksanakan pendataan lapangan;
Tugas 4. melakukan analisis:
1. Koordinasi teknis pelaksanaan penyelesaian Penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan; a. data fisik dan data yuridis bidang-bidang tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan;
2. Menyusun langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan penyelesaian
dan/atau;
penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan; dan
b. lingkungan hidup;
3. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi atas penyelesaian hambatan dalam pelaksanaan
penyelesaian Penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan kepada Menteri. 5. merumuskan rekomendasi berdasarkan hasil analisis dan menyampaikannya kepada gubernur.
Penelitian Tim Terpadu Penataan Kawasan Hutan (Pasal 163)
(1)  Penataan Kawasan Hutan kurang dari Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan dilakukan
dengan:
a. Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan;
b. Pelepasan Kawasan Hutan;
c. Perhutanan Sosial; atau
d. Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan.
(2)  Dalam hal kriteria dalam Peta Indikatif PPTPKH merupakan :
e. sarana dan prasarana permanen milik Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
f. fasilitas umum dan/atau fasilitas sosial;
g. permukiman;
h. bangunan untuk kegiatan lainnya yang terpisah dari permukiman,
dilakukan penelitian Tim Terpadu penataan Kawasan Hutan.
(3)  Dalam hal kriteria dalam Peta Indikatif PPTPKH berupa Lahan Garapan pertanian, perkebunan dan tambak
diproses sesuai ketentuan peraturan perundangan bidang Perhutanan Sosial.
(4) Dalam hal Peta Indikatif PPTPKH berada pada Hutan Konservasi, penataan Kawasan Hutan
dilaksanakan dengan mekanisme kemitraan konservasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan di bidang konservasi.
Penelitian Tim Terpadu ... (lanjutan)

1. Obyek Penelitian Tim Terpadu : (Pasal 164)


a.sarana dan prasarana permanen milik Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah;
b.fasilitas umum dan/atau fasilitas sosial;
c.permukiman; dan
d.bangunan untuk kegiatan lainnya yang terpisah dari permukiman.
2. Tim Terpadu ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
3. Penelitian Terpadu dapat dilaksanakan berdasarkan:
a. perintah Menteri; atau
b.permohonan gubernur.
4. Pelaksanaan Tim Terpadu dilakukan dalam satu satuan wilayah provinsi yang
jumlah regu disesuaikan dengan jumlah per kabupaten/kota.
Struktur Tim Terpadu PPTPKH Tugas Tim Terpadu PPTPKH
Ketua : Tugas :
Berasal dari peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan 1. Menyusun metodologi penelitian berdasarkan aspek biofisik,
Indonesia (LIPI), Perguruan Tinggi Negeri, atau sosial, ekonomi dan budaya serta hukum dan kelembagaan;
lembaga/badan yang membidangi penelitian Kementerian. 2. Melakukan pengolahan dan analisis data berdasarkan Peta
Indikatif PPTPKH dan penelitian lapangan;
Anggota :
3. Membuat rekomendasi Perubahan Peruntukan Kawasan
1. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan/atau
Lingkungan;
Penggunaan Kawasan Hutan; dan
2. Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan urusan di
bidang Pengelolaan Hutan Produksi lestari; 4. Melaporkan hasil penelitian kepada Direktur Jenderal.
3. Sekretariat Jenderal Kementerian;
4. Dinas Provinsi;
5. OPD yang menyelenggarakan urusan di bidang
lingkungan hidup;
6. Balai; dan
7. Instansi lain yang terkait.

Tim Terpadu dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim


Sekretariat yang dibentuk oleh Direktur atas nama Direktur
Jenderal dan Tim teknis per kabupaten/kota yang ada Peta
Indikatif PPTPKH.
Perhutanan Sosial adalah sistem
Apa Perhutanan Sosial ? pengelolaan hutan lestari yang
dilaksanakan dalam kawasan hutan
negara atau Hutan Hak/Hutan Adat
yang dilaksanakan oleh masyarakat
setempat atau masyarakat hukum
adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraan-nya,
keseimbangan lingkungan dan
dinamika sosial budaya dalam bentuk
Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan,
Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat
dan kemitraan kehutanan.
Skema Perhutanan Sosial

Hutan Tanaman Rakyat


hutan tanaman pada HP yang dibangun oleh kelompok Masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas HP dengan menerapkan sistem silvikultur
dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
Hutan Kemasyarakatan
kawasan hutan yang pemanfaatan
HTR Hutan Adat
utamanya ditujukan untuk hutan yang berada di dalam wilayah
memberdayakan masyarakat. HKm HA Masyarakat Hukum Adat.
. .

Kemitraan Kehutanan
Hutan Desa
persetujuan kemitraan yang diberikan kepada
kawasan hutan yang belum dibebani izin, HD Kemitraan pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan
yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan Kehutanan atau pemegang persetujuan penggunaan kawasan
untuk kesejahteraan desa. hutan dengan mitra/Masyarakat untuk
memanfaatkan hutan pada kawasan Hutan
Lindung atau kawasan Hutan Produksi
.
Kemitraan Konservasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya (Pasal 4).
Fungsi Hutan Skema PS
Hutan Konservasi Kemitraan Konservasi *)

Hutan Lindung HD, HKm, Kemitraan Kehutanan


Arahan areal Pengelolaan Perhutanan Sosial
Hutan Produksi HD, HKm, HTR, Kemitraan Kehutanan
ditetapkan oleh Menteri dalam bentuk PIAPS.
DASAR HUKUM PP 24/2021
ASAS HUKUM:
ULTIMUM REMIDIUM & RESTORATIF JUSTICE
kebun sawit di kawasan hutan sebelum
berlakunya UU CK
punya izin lokasi dan/atau Izin Usaha
Perkebunan yang sesuai Tata Ruang
(IUP untuk Korporasi)/Surat Tanda
Daftar-Budidaya (STD-B untuk
masyarakat maksimal 25 ha)

kegiatan ilegal di dalam kawasan hutan:


perkebunan, pertambangan, dan/atau
kegiatan lainnya

tidak punya perizinan

dilakukan sebelum UU CK
terbit

Anda mungkin juga menyukai