Direktorat Penanganan Konflik SUB DIREKTORAT PENETAPAN HUTAN ADAT DAN HUTAN HAK
Tenurial dan Hutan Adat Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan
terdiri atas: norma, standar, prosedur dan kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang penetapan hutan adat dan hutan hak serta
1. Sub Direktorat Penetapan perlindungan kearifan lokal.
9
2. Pihak yang berkonflik
8
ARAHAN DIRJEN PSKL 3. Lokasi terjadinya konflik
PENYELESAIAN cq DIR PKTHA 4. Waktu terjadinya konflik
2
5. Kerugian yang ditimbulkan akibat
10b
konflik
FASILITASI 11 KASUBDIT 7
6. Tuntutan yang diinginkan
PENANGANAN PENANGANAN
(ASESMEN /ADVOKASI/ KONFLIK TENURIAL 7. Dokumen pendukung lainnya
MEDIASI/ NEGOSIASI) KAWASAN HUTAN
PRESENTASI HASIL
4
3 PENELAAHAN
13 12 KONFLIK
6
REKOMENDASI
PENYELESAIAN KEPADA 14 KOORDINATOR/
5
Siapa yang dapat melakukan pengaduan ?
PELAKSANA
SUB KOORDINATOR PENELAAHAN
DIRJEN PSKL MELALUI PENANGANAN • Perorangan
PENANGANAN
KONFLIK TENURIAL KONFLIK
KASUBDIT PKTKH KONFLIK TENURIAL • Badan Hukum
18 DAN DIR PKTHA
15 16
• Masyarakat Hukum Adat
PENEGAKAN HUKUM
(DILAPORKAN KEPADA MENTERI PENATAAN
LHK UNTUK MENDAPAT
PERSETUJUAN SEBELUM
KAWASAN HUTAN
DITERUSKAN KEPADA GAKUM) (DITERUSKAN KEPADA PKTL) 17b 17c 17d
17a
METODOLOGI
KRITERIA ASESOR
• Sudah mengikuti pelatihan PENDEKATAN ETIK : analisa gejala konflik dari pandangan orang
• Berpengalaman ETIK - EMIK luar
• Tidak berpihak EMIK : analisa gejala konflik dari pandangan para
• Tidak menjadi pendamping pihak
TEKNIK PENGUMPULAN DATA TAHAPAN PEMETAAN OBJEK KONFLIK
• Bukan penyidik
• Sosialisasi dan Konsultasi 1. SEJARAH KONFLIK; berdasarkan dimensi waktu
• Tidak terlibat kasus hukum
• Verifikasi 2. FAKTOR KONFLIK; terdapat 3 elemen utama: (a)
• Pendalaman Kasus Akar Konflik; (b) Pemicu Konflik; (c) Akselerator
PRINSIP DASAR
• Triangulasi 3. AKTOR KONFLIK; terbagi menjadi 3 kategori: (a)
• Impartial (Tidak berpihak)
Provokator; (b) Kel. Rentan; (c) Kel. Fungsional
• Profesional (Sesuai aturan)
• Rekonsiliasi (Orientasi resolusi)
TAHAPAN MEDIASI
16
PP 23/2021, Bentuk Produk Hukum Pengakuan MHA
Pasal 234
(1) Pengukuhan keberadaan MHA dalam Kawasan Hutan Negara ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Pengukuhan keberadaan MHA di luar Kawasan Hutan Negara ditetapkan dengan Peraturan Daerah atau
keputusan gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pengukuhan keberadaan MHA dengan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Peraturan Daerah yang memuat substansi pengaturan tata cara pengakuan MHA; atau
b. Peraturan Daerah yang memuat substansi penetapan pengukuhan, pengakuan, dan pelindungan
MHA.
(4) Dalam hal Peraturan Daerah hanya memuat substansi pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, pengukuhan keberadaan MHA ditetapkan dengan keputusan gubernur atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya.
(5) Pemerintah dapat memfasilitasi pendanaan dan pendampingan dalam rangka pengukuhan keberadaan
MHA sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Normal Alur Proses Identifikasi dan Penetapan STATUS HA
(Pengakuan MHA : ADA Perda Pengaturan + SK Bupati)
Penerbikan
Keputusan
Penetapan HA
Permen LHK Nomor 9/2021,
Fasilitasi Percepatan Penetapan Status Hutan Adat
Pasal 73 :
Dalam hal permohonan penetapan Hutan Adat belum dilengkapi dengan peta Wilayah Adat,
Menteri dapat memfasilitasi pelaksanaan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat
Pelaksanaan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat dilaksanakan oleh tim terpadu yang
dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Hasil kegiatan identifikasi dan pemetaan Wilayah Adat disampaikan kepada bupati/wali kota
sebagai dasar penerbitan keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan/atau penetapan
Wilayah Adatnya sebagai dasar penetapan status Hutan Adat.
• Dalam hal belum ada Perda, Menteri menetapkan WILHA setelah bupati/walikota menerbitkan
keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan penetapan Wilayah MHA ybs.
• Dalam hal sudah ada Perda (pengaturan) serta keputusan pengukuhan keberadaan MHA dan
penetapan MHA ybs dari bupati/walikota , Menteri menetapkan status hutan adat tanpa
dilakukan verifikasi ulang.
Terobosan Terobosan Proses Identifikasi dan Penetapan HA
melalui Fasilitasi Kementerian LHK
(Pengakuan MHA : ADA Perda Pengaturan, belum ada SK Bupati)
Perda
Pengaturan
Pengakuan MHA
Penerbikan
Keputusan
Penetapan HA
Alur Proses Penanganan Permohonan Penetapan Status Hutan Adat
Pemberitahuan
kepada Pemohon
Pengembalian Deliniasi Deliniasi
Skema PS
berkas Wilayah Adat Pola Ruang
Non HA
permohonan oleh Tim Vertek oleh Tim Vertek
Permen No 9/2021 Pasal 66 ayat (2) Persiapan Verifikasi Lapangan: Permen No 9/2021 Pasal 64 Proses Verifikasi Wilayah MHA: Proses Sinkronisasi Pola Proses Finalisasi Laporan Hasil
Permohonan dilengkapi dengan 1. Pembentukan Tim Terpadu Pengukuhan keberadaan MHA 1. Teliti dasar penetapan wilayah Ruang: Verifikasi:
persyaratan: a. Penyusunan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal adat. 1. Siapkan peta pola ruang 1. Draft laporan disiapkan semua
a. identitas MHA berupa kartu tanda (formasi Tim mewakili 63 dilakukan dengan kriteria: 2. Bagaimana proses pemetaan kehutanan, RTRW dan anggota Tim sesuai bidang
penduduk yang memuat: stakeholder kunci, unsur lain 1. MHA masih dalam bentuk wilayah MHA. Referensinya al. pola ruang wilayah MHA. tugasnya.
1. nama MHA; terkait dapat dihadirkan paguyuban; PerkaBIG No 12/2017 ttg 2. Overlay peta pola ruang 2. Kompilasi bahan dari semua
2. nama ketua MHA; dan sebagai narsum pada rapat2 2. terdapat kelembagaan pengelola Pedoman Pemetaan Wilayah kehutanan, RTRW dan anggota dituangkan dalam satu
3. alamat domisili ketua MHA, Timdu, tidak harus menjadi dalam bentuk perangkat MHA. wilayah MHA. dokumen draft laporan akhir.
b. peta Wilayah Adat yang anggota Tim) penguasa adatnya; 3. Cermati garis batas wilayah 3. Tentukan pola ruang 3. Draft laporan akhir dibahas
ditandatangani ketua MHA; b. Permintaan bantuan tenaga 3. terdapat batas Wilayah Adat yang MHA, apakah realistis dan dapat Hutan Adat yang akan secara pleno minimal 3 x
c. peraturan daerah dan/atau c. Pengajuan SK Tim Terpadu jelas; dikenali di lapangan ? ditetapkan berdasarkan (disesuaikan dengan kebutuhan)
keputusan gubernur/bupati/wali 2. Ekspose oleh Pemohon 4. terdapat pranata dan perangkat 4. Apakah ada relasi/interaksi kriteria penetapan fungsi untuk memperoleh kesepkatan
kota tentang pengukuhan MHA Dihadiri perwakilan eselon 1 hukum, khususnya sanksi adat antara MHA ybs dengan wilayah hutan (konservasi/ 4. Hasil pembahasan Laporan yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal terkait dan seluruh anggota Tim yang masih ditaati; dan MHA yang dipetakan? lindung/produksi). telah disepakati dipaparkan oleh
63 ayat (1); dan Terpadu. 5. masih mengadakan pemungutan 5. Apakah ada pengakuan dari hak 4. Penentuan fungsi Tim kepada Dirjen PSKL dihadiri
d. surat pernyataan yang ditandatangani 3. Penyusunan Rencana Kerja hasil hutan oleh MHA di wilayah pihak lain yang berbatasan ? didasarkan pada data perwakilan eselon 1 terkait dan
ketua MHA yang memuat: a. Rencana kerja disusun dan hutan sekitarnya untuk 6. Proses verifikasi wilayah MHA potensi keaneka ragaman seluruh anggota Tim Terpadu.
1. penegasan bahwa areal yang dibahas bersama melalui pemenuhan kebutuhan hidup dapat ditelusuri dari hasil hayati (flora dan fauna), 5. Perbaikan/penyempuraan
diusulkan berada dalam Wilayah rapat2 Timdu sebelum sehari-hari. wawancara dengan komunitas kondisi bentang alam laporan (jika ada yg perlu
Adat pemohon; dan keberangkatan MHA ybs dan kelompok (lereng, tanah dan curah diperbaiki)
2. persetujuan penetapan fungsi b. Pembuatan peta kerja Dasar : masyarakat lain di luar wilayah hujan) serta kearifan lokal 6. Finalisasi laporan ditutup dengan
Hutan Adat yang diusulkan sesuai c. Pembagian Tugas • UU 41/1999, Penjelasan Pasal 67; MHA yg berdekatan dengan MHA ybs. Berita Acara sesuai fomat
dengan ketentuan peraturan 4. Persiapan Keberangkatan Tim • UU 32/2009, Pasal 1 angka 31; lokasi batas wilayah MHA yg Lampiran XVII Permen No.
perundang-undangan. a. SPT • PP 23/2021, Pasal 235 dipetakan. 9/2021.
b. Personal use 7. Untuk memudahkan proses 7. Penyampaian laporan akhir
c. Peralatan Kerja verifikasi, Timdu perlu membawa kepada Menteri LHK cq Dirjen
d. Data dan dokumen pata dasar skala terbesar yang PSKL dengan pengantar surat
pendukung tersedia. yang ditanda tangani Ketua Tim.
Progres Penetapan Hutan Adat 2016-2022 *)
24
RINCIAN DATA PENETAPAN HUTAN ADAT 2016 - 2022
25
Terima Kasih
Pasal 110B
< 5 Ha Perhutanan
Sosial
PERSEORANGAN
Masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam dan/atau di
sekitar kawasan hutan paling Program penataan Kemitraan
singkat 5 tahun secara terus Kawasan Hutan Konservasi
menerus dengan luasan paling
banyak 5 Ha, dikecualikan dari
Sanksi Administratif
Diselesaikan melalui Program
Penataan Kawasan Hutan TORA
PENATAAN
KAWASAN HUTAN Penataan kawasan hutan dalam rangka pengukuhan kawasan
(Pasal 129 P.7/2021)
Belum Terbangun hutan dilakukan melalui kegiatan (PP23/2021, Pasal 23): Sudah Terbangun
a. Pengadaan Tanah Obyek Reforma Agraria;
b. Pengelolaan Perhutanan Sosial;
c. Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan; dan/atau
d. Penggunaan Kawasan Hutan.
Tugas
1. melaksanakan sosialisasi di tingkat kabupaten/ kota;
2. menerima pendaftaran permohonan inventarisasi dan verifikasi secara kolektif yang diajukan
melalui bupati/wali kota;
3. melaksanakan pendataan lapangan;
Tugas 4. melakukan analisis:
1. Koordinasi teknis pelaksanaan penyelesaian Penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan; a. data fisik dan data yuridis bidang-bidang tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan;
2. Menyusun langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan penyelesaian
dan/atau;
penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan; dan
b. lingkungan hidup;
3. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi atas penyelesaian hambatan dalam pelaksanaan
penyelesaian Penguasaan tanah dalam Kawasan Hutan kepada Menteri. 5. merumuskan rekomendasi berdasarkan hasil analisis dan menyampaikannya kepada gubernur.
Penelitian Tim Terpadu Penataan Kawasan Hutan (Pasal 163)
(1) Penataan Kawasan Hutan kurang dari Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan dilakukan
dengan:
a. Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan;
b. Pelepasan Kawasan Hutan;
c. Perhutanan Sosial; atau
d. Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan.
(2) Dalam hal kriteria dalam Peta Indikatif PPTPKH merupakan :
e. sarana dan prasarana permanen milik Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
f. fasilitas umum dan/atau fasilitas sosial;
g. permukiman;
h. bangunan untuk kegiatan lainnya yang terpisah dari permukiman,
dilakukan penelitian Tim Terpadu penataan Kawasan Hutan.
(3) Dalam hal kriteria dalam Peta Indikatif PPTPKH berupa Lahan Garapan pertanian, perkebunan dan tambak
diproses sesuai ketentuan peraturan perundangan bidang Perhutanan Sosial.
(4) Dalam hal Peta Indikatif PPTPKH berada pada Hutan Konservasi, penataan Kawasan Hutan
dilaksanakan dengan mekanisme kemitraan konservasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan di bidang konservasi.
Penelitian Tim Terpadu ... (lanjutan)
Kemitraan Kehutanan
Hutan Desa
persetujuan kemitraan yang diberikan kepada
kawasan hutan yang belum dibebani izin, HD Kemitraan pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan
yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan Kehutanan atau pemegang persetujuan penggunaan kawasan
untuk kesejahteraan desa. hutan dengan mitra/Masyarakat untuk
memanfaatkan hutan pada kawasan Hutan
Lindung atau kawasan Hutan Produksi
.
Kemitraan Konservasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya (Pasal 4).
Fungsi Hutan Skema PS
Hutan Konservasi Kemitraan Konservasi *)
dilakukan sebelum UU CK
terbit