Anda di halaman 1dari 10

Pelatihan Dasar Calon PNS

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Angkatan V


Latihan Agenda 4 ( Tugas 1)

Nama : Andi Taufan Kelana Jaya, S.H


Jabatan : Polisi Kehutanan Ahli Pertama
Unit Kerja : Dinas Kehutanan Upt Kph Bila Sidrap-Parepare
Tanggal : 06 Maret 2023

1. Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan

a. VISI
“Sulawesi Selatan yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan
Berkarakter”
b. MISI
1. Pemerintahan yang berorientasi melayani, inovatif, dan berkarakter.
2. Peningkatan infrastruktur yang berkualitas dan aksesibel
3. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang produktif
4. Pembangunan manusia yang kompetitif dan inklusif
5. Peningkatan produktivitas dan daya saing produk Sumber Daya Alam
yang berkelanjutan

2. Uraikanlah Tugas dan Fungsi Organisasi

Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk berdasarkan Peraturan


Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2016 untuk melaksanakan
urusan pemerintahan bidang kehutanan. Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan
Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 92 tahun 2016 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 74 Tahun 2018, Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tugas
membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah
dalam pembangunan kehutanan, dengan fungsinya sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan
pembinaan perizinan bidang kehutanan
2. Pemberian pelayanan kehutanan yang diarahkan pada
peningkatan ekonomi masyarakat
3. Pemberian teknis di bidang kehutanan skala provinsi
4. Pemberian unit pelaksanaan teknis dinas
5. Pelaksanaan urusan kesekertariatan dinas

 Penempatan saya sendiri adalah Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi


Selatan, UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Bila Kabupaten Sidrap,
yang dipimpin oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan yang
mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam mengoordinasikan,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di UPT Kesatuan
Pengelolaan Hutan yang mempunyai fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dalam wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Bila;
2. Pelaksanaan kebijakan teknis dalam wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Bila;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dalam wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Bila;
4. Pelaksanaan administrasi dalam wilayah Kesatuan Pengelolaan
Hutan Bila;
5. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

1. Menguraikan tugas dan fungsi individu sesuai jabatan:

Merujuk pada Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 Tentang
Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan sebagai berikut, sesuai jabatan saya
sebagai polisi kehutanan ahli pertama.
 Tugas Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan yaitu melaksanakan
kegiatan Kepolisian Kehutanan meliputi menyiapkan, melaksanakan,
mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan
kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan, kawasan hutan serta
pengawasan peredaran hasil hutan.
 Polisi kehutanan atau polisi hutan memiliki fungsi untuk melindungi dan
menjaga kelestarian hutan serta sumber daya alam yang ada di
dalamnya. Beberapa fungsi polisi kehutanan antara lain:
1. Pengawasan dan penegakan hukum: Polisi kehutanan bertanggung
jawab dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum
terhadap pelanggaran yang terjadi di kawasan hutan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kerusakan hutan dan sumber daya alam
lainnya.
2. Pendidikan dan sosialisasi: Polisi kehutanan juga memiliki fungsi
untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan dan sumber daya
alam. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar
dan aktif dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitar.
3. Penanganan konflik: Polisi kehutanan dapat menjadi mediator
dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara masyarakat
dengan pihak-pihak terkait pengelolaan hutan dan sumber daya
alam lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan kedamaian dan
keharmonisan di lingkungan sekitar.
4. Pengawasan pemanfaatan sumber daya alam: Polisi kehutanan
juga memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terhadap
pemanfaatan sumber daya alam di kawasan hutan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah eksploitasi yang berlebihan dan
merusak ekosistem hutan.
5. Penanggulangan bencana alam: Polisi kehutanan turut serta dalam
melakukan tindakan penanggulangan bencana alam yang terjadi di
kawasan hutan. Hal ini termasuk dalam upaya menjaga kelestarian
hutan dan sumber daya alam yang ada di dalamnya.
2. Uraikanlah nilai-nilai organisasi. Apabila tidak ada, dapat merujuk ke
nilia-nilai pada struktur organisasi atasnya.

Nilai-nilai organisasi pada Dinas Kehutanan mengacu pada nilai-nilai


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan meliputi:
 Inovatif adalah kondisi pemerintahan yang memiliki kemampuan
menciptakan gagasan baru, produk baru, dan layanan baru dalam kerangka
kepemerintahan yang baik sehingga terwujud Sulawesi selatan yang “bersih
dan melayani”.
 Kompetitif adalah kondisi masyarakat yang memiliki sumberdaya manusia
(SDM) dengan kualitas tinggi sehingga terwujud Sulawesi Selatan yang
“sehat dan cerdas”.
 Produktif adalah kondisi perekonomian yang berkemampuan menghasilkan
produk barang dan jasa yang berdaya saing sehingga terwujud Sulawesi
Selatan yang “mandiri dan sejahtera”.
 Inklusif adalah kondisi penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan
partisipasi seluruh unsur masyarakat dan seluruh bagian wilayah serta ramah
terhadap lingkungan hidup sehingga terwujud Sulawesi Selatan yang “inklusif
dan terkoneksi”.
 karakter adalah kondisi penyelenggaraan pembangunan Sulawesi Selatan
yang dilandasi oleh spirit dan nilai-nilai luhur kebudayaan masyarakat
sehingga terwujud Sulawesi Selatan yang berkarakter.

3. Temukan isu melalui kesenjangan/ GAP antara kondisi aktual dengan


nilai-nilai organisasi
Isu-isu yang ditemukan melalui kesenjangan/ GAP antara kondisi aktual
dengan nilai-nilai organisasi, yaitu:
1. Konflik tenurial yang berkepanjangan
2. Proses penegakan hukum yang masih belum memiliki kemampuan untuk
memberikan efek jera kepada pelaku terutama dalang (mastermind) dari
pelaku tindak pidana illegal logging.
3. Kurangnya tenaga POLHUT (Polisi Kehutanan)
4. Belum adanya tenaga PPNS (Penyidik Pegawai Negri Sipil)
5. Terbatasnya sarana dan prasaran perlindungan dan pengamanan hutan
4. Uraikanlah isu-isu (minimal 5) di unit kerja, deskripsikan dengan
data/fakta dari tiap isu tersebut dan mengapa isu tersebut penting untuk
diselesaikan (Gunakan mata pelatihan Agenda 3 Peran dan Kedudukan
PNS, yaitu Smart ASN dan Manajemen PNS sebagai pertimbangan atau
sudut pandang penentuan isu).
Terdapat beberapa isu yang ditemukan selama saya bekerja di
Dinas Kehutanan Prov.Sulawesi Selatan yang menjadi pilihan untuk saya
angkat berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan yaitu:

a. Konflik Tenurial yang berkepanjangan


1) Fakta yang terjadi
Terjadinya saling mengklaim terkait hak kepemilikan lahan
antara pemerintah-masyarakat, masyarakat- masyarakat dan
masyarakat dan badan usaha (faktor tata batas yang belum
jelas)
2) Dampak
Terjadinya kerusakan hutan, degradasi dan deforestasi,
Maraknya aksi pencurian hasil hutan/ perambahan/
penggundulan
3) Pihak yang terlibat
Pemerintah, Masyarakat dan Badan Usaha

b. Proses penegakan hukum yang masih belum memiliki


kemampuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku
terutama dalang (mastermind) dari pelaku tindak pidana illegal
logging

1) Fakta yang terjadi


Terjadinya perambahan hutan tindak pidana illegal logging oleh
masyarakat yang didalangi oleh pihak-pihak tertentu serta
lemahnya aparat untuk memberikan bukti kepada pelaku
tertama dalangnya, misalkan terjadi perambahan dalam
kawasan yang dilakukan masyarakat tetapi mereka disuruh tapi
masyarakat tidak dapat memberikan informasi yang pasti dan
jelas
2) Dampak
Terjadinya kerusakan hutan, maraknya jual beli kayu dari
kawasan hutan yang tidak berdokumen dan longsor
3) Pihak yang terlibat
Pemerintah, Masyarakat dan Badan Usaha (mastermind)

c. Kurangnya tenaga POLHUT (Polisi Kehutanan)


1) Fakta yang terjadi
Jumlah pembagian personil polisi kehutanan yang tidak sesuai
dengan luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan
2) Dampak
Maraknya aksi perambahan, pencurian hasil hutan. Tindak
pidana kehutanan yang semakin bertambah.
3) Pihak yang terlibat
Pemerintah, Masyarakat dan Badan Usaha

d. Belum adanya tenaga PPNS (Penyidik Pegawai Negri Sipil)


1) Fakta yang terjadi
Tidak adanya tenaga PPNS yang bertugas di Dinas Kehutanan
untuk penyidikan kasus-kasus di bidang kehutanan
2) Dampak
Banyak kasus yang tidak terselesaikan. Pengakan hukum di
bidang kehutanan terbengkalai dan kurang efektif
3) Pihak yang terlibat
Pemerintah, Masyarakat dan Badan Usaha

e. Terbatasnya sarana dan prasarana perlindungan dan


pengamanan hutan
1) Fakta yang terjadi
Belum cukupnya jumlah sarana dan prasarana, seperti, motor
dinas/trail, senjata api (terkendala di penerbitan SIM SENPI/
Surat Izin Memegang Senjata Api), Drone, GPS,
Kamera/Hadycom, Laptop dengan performa tinggi
2) Dampak
Tidak maskismalnya pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan
yang sesuai dengan amanat perundang-undangan
3) Pihak yang terlibat
Pemerintah, Masyarakat dan Badan Usaha

5. Analisis prioritas isu yang akan diselesaikan dalam aktualisasi Anda


(analisis dengantools manajemen (alat analisis) yang anda kuasai)
Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu
dilakukan proses analisis isu untuk menentukan isu mana yang merupakan
prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses tersebut
menggunakan alat bantu APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan
Layak). APKL memiliki 4 kriteria penilaian yaitu:
1. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di
kalangan masyarakat.
2. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
4. Layak artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Analisis Metode APKL


Analisis
No Isu-Isu Jumlah Rank
A P K L
1 Konflik tenurial 5 5 5 5 20 I
yang
Berkepanjangan

2 Proses 2 5 4 3 14 V
penegakan
hukum yang
masih belum
memiliki
kemampuan
untuk
memberikan efek
jera kepada
pelaku terutama
dalang
(mastermind) dari
pelaku tindak
pidana illegal
logging

3 Kurangnya 4 5 4 4 17 III
tenaga POLHUT
(Polisi
Kehutanan)

4 Belum adanya 2 5 3 3 13 IV
tenaga PPNS
(Penyidik
Pegawai Negri
Sipil)
5 Terbatasnya 5 5 4 4 18 II
sarana dan
prasarana
perlindungan
dan
pengamanan
hutan

Penilaian dengan rentang nilai 1-5 sesuai kriteria berikut:


Aktual Problematik Kekhalayakan Layak
1: Sangat tidak 1: Sangat tidak 1: Sangat tidak 1: Sangat tidak
aktual problematik khalayak layak
2: Tidak aktual 2: Tidak problematik 2: Tidak khalayak 2: Tidak layak
3: Cukup aktual 3: Cukup 3: Cukup khalayal 3: Cukup layak
problematik
4: Aktual 4: Problematik 4: Khalyak 4: Layak
5: Sangat Aktual 5: Sangat 5: Sangat khalayak 5: Sangat layak
problematik

Analisis Prioritas Isu menggunakan metode USG


Setelah menapis isu dengan metode diatas, selanjutnya saya menggunakan
alat bantu tapisan lainnya dengan kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak
sangat USG. Urgency: Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.

Analisis Metode USG


Unsur
No. Isu Jumlah Urutan
U S G
1 Konflik tenurial yang 5 5 5 15 I
Berkepanjangan

2 Terbatasnya 4 4 5 14 II
sarpras
perlindungan dan
pengamanan hutan
3 Kurangnya tenaga 5 4 3 12 III
POLHUT (Polisi
Kehutanan)

Dari tiga isu penting di atas, isu yang mendapat skor tertinggi dengan menggunakan
teknik analisis USG adalah " Konflik tenurial yang Berkepanjangan ”.

Anda mungkin juga menyukai