Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN INKONTINENSIA

KELOMPOK 3

ASMAWATI
CATUR BEKTI S
MUHAMMAD JAZULI
SITI ARIFATUS S
YULIANI
LATAR BELAKANG
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang
tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth, 2002 )

Sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada yang


belum pernah melahirkan (NULIPARA)

Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita desensus


dinding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-
kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan
vagina dengan kontinensia urine yang baik

Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiannya


meningkat dua kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang Asuhan Keperawatan
pasien dengan inkontinensia urin
Tujuan Khusus
01 03
Memahami pengertian Mengetahui patofisiologi
dari inkontinesia urin inkontinensia urin.

02 04
Mengetahui etiologi dari Mengetahui maninfestasi klinis &
inkontinensia urin penatalaksanaan inkontinensia
urin.
Perubahan Ginjal pada Lansia
 Lansia
• Ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia muda.
• Usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram bersamaan dengan
pengurangan ukuran ginjal.
 Studi kasus dari McLachlan dan Wasserman
 Panjang ginjal berkurang 0,5 cm per dekade setelah mencapai usia 50 tahun. Dengan
bertambahnya usia, banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus dan tubulus.
 Jumlah total glomerulus berkurang 30-40% pada usia 80 tahun, dan permukaan glomerulus
berkurang secara progresif setelah 40 tahun, dan yang terpenting adalah terjadi penambahan
dari jumlah jaringan sklerotik.
 Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti terjadi
pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Atrofi arteri aferen dan eferen pada
jukstaglomerulus terjadi tidak simetris sehingga timbul fistel. Jadi ketika aliran darah di korteks
berkurang, aliran di jukstaglomerular akan meningkat. Ini berpengaruh pada konsentrasi urin
yang berkurang pada usia lanjut akibat gangguan pengaturan sistem keseimbangan
Perubahan Aliran Darah Ginjal
pada Lansia

 Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit
darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya
20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170 liter
per hari.
 Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99% yang terserap kembali
meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per hari.
 Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa aliran darah
ginjal pada usia 80 tahun hanya menjadi sekitar 300 ml/menit. Pengurangan dari aliran
darah ginjal terutama berasal dari korteks. Pengurangan aliran darah ginjal mungkin
sebagai hasil dari kombinasi pengurangan curah jantung dan perubahan dari hilus
besar, arcus aorta dan arteri interlobaris yang berhubungan dengan usia
Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia
 Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang
berkurang, sehingga merupakan predisposisi untuk terjadinya
gagal ginjal.
 Ginjal yang sudah tua tetap memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi hemostasis,
kecuali bila timbul beberapa penyakit yang dapat merusak
ginjal.
 Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang
mulai memasuki usia 30 tahun dan 60 tahun, fungsi ginjal
menurun sampai 50% yang diakibatkan karena berkurangnya
jumlah nefron dan tidak adanya kemampuan untuk
Perubahan Pengaturan Keseimbangan
Air pada Lansia

 Peningkatan usia mengakibatkan metabolisme air menjadi terganggu.


Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan peningkatan
usia.
 Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau kehilangan air
dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya
rasa haus subjektif.
 Pada lanjut usia, respon ginjal pada vasopressin berkurang bila
dibandingkan dengan usia muda yang menyebabkan konsentrasi urin
juga berkurang
PENGERTIAN
Inkontinensia Urine

Keluarnya urine yang tidak terkendali pada


waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan
jumlahnya,yang mengakibatkan masalah
social dan higienis penderitanya (FKUI,
2006)
KLASIFIKASI Inkontinensia Urine

A B C
Inkontinensia Inkontinensia Inkontinensia
Dorongan Total Stres

D E
Inkontinensia Inkontinensia
refleks fungsional
ETIOLOGI Inkontinensia Urine

Poliuria, nokturia

Gagal jantung

Faktor usia • Lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun

• Penurunan produksi esterogen


Lebih banyak terjadi pada • Obesitas
lansia wanita dari pada pria • Infeksi saluran kemih (ISK)
Tanda dan Gejala
Inkontinensia Urine
01 Content Here Inkontinensia Dorongan
a) Sering miksi
b) Spasme kandung kemih

02 Content Here Inkontinensia total


a) Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b) Tidak ada distensi kandung kemih.
c) Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.

03 Content Here Inkontinensia stres


a) Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.
b) Adanya dorongan berkemih.
c) Sering miksi.

04 Content Here Inkontinensia fungsional


a) Adanya dorongan berkemih.
b) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk
mengeluarkan urin.
Patofisiologi

01 Sistem Perkemihan Vesika Urinaria


02 Fungsi otak besar terganggu

 Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi  Fungsi otak besar yang terganggu dan
residu urine 50 ml atau kurang dianggap mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml  Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
mengindikasikan adanya retensi urine. pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
 Wanita lansia, terjadi penurunan produksi kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
esterogen menyebabkan atrofi jaringan uretra  Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
dan efek akibat melahirkan mengakibatkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin
penurunan pada otot-otot dasar
Pemeriksaan Penunjang

Uji kateterisa Catatan


urodinamik si urin Berkemih

kultur blood urea kalsium


urin nitrogen glukosasitol
Penatalaksanaan
Inkontinensia Urin

Pemanfaatan kartu waktu berkemih dan


catatan berkemih jumlah urin yang keluar
Latihan menahan kemih dengan
Terapi non teknik relaksasi dan distraksi
sehingga frekwensi berkemih
farmakologi 6-7 x/hari

Oxybutinin, Propantteine, Dic
Terapi farmakologi ylomine, flavoxate, Imiprami
Terapi ini dilakukan terhadap
Terapi tumor, batu, divertikulum,
hiperplasia prostat, dan
pembedahan prolaps pelvic (pada wanita)
Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine

PENGKAJIAN
• Keluhan utama
nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri.
• Riwayat kesehatan sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan.
• Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang
berulang. penyakit kronis yang pernah diderita
• Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit Inkontinensia Urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM,
Hipertensi.
Pemeriksaan Fisik Inkontinensia Urine
B1 (breathing) B2 (blood)
Kaji pernapasan adanya 01 02 Terjadi peningkatan tekanan
gangguan pada pola nafas, darah, biasanya pasien
sianosis karena suplai oksigen bingung dan gelisah
menurun. kaji ekspansi dada,
adakah kelainan pada perkusi

B6 (bone) B3 (brain)
Pemeriksaan kekuatan otot dan 06 03 Kesadaran biasanya
membandingkannya dengan
ekstremitas yang lain, adakah
sadar penuh
nyeri pada persendian

B5 (bowel) B4 (bladder)
Bising usus adakah 05 04 periksa warna, bau, banyaknya
peningkatan atau penurunan, urine biasanya bau menyengat
Adanya nyeri tekan abdomen, karena adanya aktivitas
adanya ketidaknormalan mikroorganisme
perkusi
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia Urine
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih
01

Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu


yang lama
02

Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi


konstan oleh urine.
03

Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat
04
INTERVENSI
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
Gangguan eliminasi Tujuan: Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
urin berhubungan setelah dilakukan
R: Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi kandung kemih.
dengan tidak tindakan keperawatan
Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
adanya sensasi diharapkan klien akan
untuk berkemih dan bisa melaporkan suatu
R: Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enurasis
kehilangan pengurangan / Bila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telah direncanakan
kemampuan untuk penghilangan R: Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga
menghambat inkontinensia diperlukan untuk lebih sering berkemih.
kontraksi kandung Kriteria Hasil :
Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi klien
kemih Klien dapat
membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
menjelaskan penyebab
inkonteninsia dan
R: Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih.
rasional Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali
penatalaksanaan harus dibatasi.
R: Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu ginjal.
Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan
obat, dosis / jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkonteninsia.
Evaluasi Inkontinensia Urine
pasien mampu berkemih tanpa
Miksi dengan normal menggunakan obat, kompresi
pada kandung kemih atau
kateter

ditunjukkan dengan adanya


Mempertahankan perineal kering tanpa inflamasi
intergritas kulit dan kulit di sekitar uterostomi
kering

Memberikan rasa ditunjukkan dengan


berkurangnya disuria, tidak
nyaman ditemukan adanya distensi
kandung kemih dan adanya
ekspresi senang

Melakukan ditunjukkan dengan


berkurangnya frekuensi
Bladder training
inkontinensia dan mampu
berkemih di saat ingin berkemih.
TERIMA KASIH Atas Perhatiannya
Mohon Maaf Jika ada Kekurangan & Salah

Anda mungkin juga menyukai