DICEGAH DENGAN
IMUNISASI
(PD3I)
NIP : 199001282019032010
No HP : 085363073334
Email: yati.sm28@gmail.com
POKOK BAHASAN
KASUS DIFTERI
Percikan
ludah
Kolonisasi
Terhirup di tenggorokan
dan memproduksi toksin
Cara penularan :
percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau
bersin
Komplikasi berat :
Radang paru, henti napas, kematian mendadak
Pengobatan:
Antibiotika
Pencegahan:
Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa bulan
tergantung keadaan lukanya.
Gejala:
Badan lemah, berat badan turun, demam dan keringat pada waktu malam.
TB paru: batuk terus menerus terkadang batuk darah disertai rasa nyeri di dada.
Anak-anak: gangguan pertumbuhan.
TB extraparu: TB milier, tulang dan sendi (pembengkakan sendi, nyeri pada sendi
dan gangguan pergerakan pada sendi, disertai rasa sakit misalnya pada sendi
paha, lutut, dan tulang belakang), dapat menyerang pada organ otak (meningitis
TB).
Tuberkulosis dapat muncul dengan berbagai gejala pada stadium awal sulit
untuk menegakkan mendiagnosis.
Pengobatan:
Directly observed treatment short-course (DOTS) pengobatan
yang lengkap dengan obat tuberkulosis dalam 2 fase selama enam
bulan
Pencegahan:
Paling efektif melalui imunisasi BCG
Masa inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari
Masa inkubasi :
14–21 hari.
Pengobatan:
Suportif
29
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Manifestasi Klinis
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal., 1-7 hari sebelum
timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul bersamaan dengan
timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang
sudah cukup besar.
32
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Penyebab :
POLIO
Virus polio:
o virus polio liar (wild polio virus/WPV)
o Virus polio dari vaksin pada anak yang immunocompromised (vaccine associated
polio paralysis/VAPP)
o virus polio dari vaksin yang bermutasi mendapatkan keganasannya kembali (vaccine-
derived polio virus/VDPV)
o Tahan sabun, alcohol. Mati dengan formaldehyde, UV
Menginfeksi semua umur, terutama pada anak-anak
1 dari 200 infeksi Polio kelumpuhan permanen (irreversible) jika virus polio menyerang
sel saraf sumsum tulang belakang yg mengontrol pergerakan otot
Gejala:
Cacat
Menetap Kebanyakan tidak menunjukkan gejala dapat tetap menularkan virus polio kepada
orang lain.
Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan (demam, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan)
Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi.
Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh.
Masa inkubasi:
5 – 35 hari
Pengobatan :
Rou
j dn
i , Campang
Way Handak,
ulmpuh tgl 28-05-
05
Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio.
Foto03-07-0
’5
Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif.
Kesulitan bernafas (dibantu ventilator).
Pengobatan ortopedik bagi yang memerlukan (pakai korset) untuk mengurangi
dampak kecacatan dalam jangka panjang.
Komplikasi berat :
Pada infeksi akut: sebagian kecil penderita dapat mengalami hepatitis fulminan dan berakhir
dengan kematian.
Pada infeksi kronis: sirosis hati, kanker hati, kegagalan hati dan kematian.
Pengobatan:
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis B.
Dapat diobati dengan antiviral (interferon) untuk kasus yang memerlukan.
Gejala
• Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan dada tertarik ke dalam.
• Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, kaku kuduk, delirium
dan kesadaran menurun.
Gejala
• Demam dan menggigil terjadi hampir pada semua jenis infeksi pneumokokus. Pneumonia
pada anak-anak gejalanya batuk, frekuensi nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK).
• Pada anak-anak yang lebih tua, ada keluhan nafas pendek dan sakit pada saat bernafas dan
batuk. Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri kepala, sensitif terhadap sinar, kaku
kuduk, kejang, delirium atau menurunnya kesadaran. Pada otitis, penderita mengeluh rasa
nyeri dan keluar cairan di daerah infeksi, begitu juga pada sinusitis.
PENCEGAHAN
• Tidak ada pengobatan spesifik untuk JE.
• Imunisasi adalah satu-satunya cara pencegahan JE yang paling efektif.
Manifestasi:
• HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar, kanker mulut pada
laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada perempuan 99% kanker serviks disebabkan
oleh HPV.
• Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan dewasa di negara
berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua pada umumnya pada perempuan di
seluruh dunia. Hampir 85% kematian karena kanker serviks terjadi di negara
berkembang.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
GEJALA
• Infeksi HPV pada umumnya tanpa gejala sampai beberapa bulan. Hampir 90%
baru menunjukkan gejala setelah 2 tahun, namun infeksi terus berlanjut.
• Infeksi yang berlanjut dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks
terutama kalau terinfeksi oleh HPV terutama tipe 16 dan 18.
• Butuh waktu sekitar 20 tahun untuk menjadi kanker serviks, dan baru timbul
gejala saat stadium lanjut.
• Gejala umum kanker serviks adalah terjadi perdarahan abnormal pada vagina
(terutama setelah hubungan seksual atau perdarahan di antara dua fase
menstruasi.
• Rasa sakit pada panggul, pinggang / punggung, tangan, keluar cairan dari vagina
dan berat badan turun. Pada stadium lanjut dapat terjadi anemia, gagal ginjal,
fistula pada vagina
ELIMINASI
TETANUS NEONATORUM
03 2015 : Tetanus Neonatorum Eliminasi di PENGENDALIAN DIFTERI
Seluruh Region 04
TARGET NASIONAL INDONESIA SAAT INI
SAAT INI INDONESIA MEMPERTAHANKAN
STATUS ELIMINASI TN
TARGET ERADIKASI POLIO
• Acute:
Prosesnya mendadak < 14 hr
• Flaccid:
Hilangnya/Berkurang tonus otot “floppy” (tidak spastik atau
kaku)
• Paralysis/Paresis:
Kelemahan, Hilangnya/Berkurang gerakan anggota tubuh
aja
k a ns
Jawaban
a p or
3 x Yes , L
a r a gu
Jik
TAHAPAN SURVEILANS AFP
PENEMUAN PENGAMBILAN PENGIRIMAN
KASUS AFP 2(dua) SAMPEL SAMPEL TINJA DIPERIKSA DI LABORATORIUM
Gejala klinis TINJA dengan Tabung yang YANG TERAKREDITASI
Penemuan rentang kuat WHO
aktif/pasif dengan 24 jam Label lengkap
mengisi form FP-1 sebanyak dan tidak
(Apabila kasus dilaporkan 8 gr luntur
oleh dokter, agar Diberi label dg Dikirim dalam
mencantumkan diagnosa benar ColdChain yg
klinis Catatan pendukung sesuai
Bukan mencari lengkap
Kasus polio
Bila spesimen tidak adekuat
Kasus harus dikaji oleh Komite
Ahli AFP maka Puskesmas
harus melakukan Kunjungan
Ulang 60 hari & mengisi Form.
KU 60 hari & Form. Resume
Surveilans Dinkes Kab/Kota Medik dikirim ke Dinkes
Provinsi
melakukan Review Register
RS setiap minggu
DAFTAR DIAGNOSIS KASUS AFP YANG DILAPOR KAN DALAM SURVEILANS AFP
17 MONONEURITIS
1 . ANEMIA APLASTIC DENGAN AFP 18 MONOPARESIS
2 . ARTHRITIS 19 MYALGIA
3 . BRAIN TUMOR 20 MYELITIS
4. BRONCHOPNEUMONIA DENGAN AFP 21 MYELOPATHY
5. CEREBRALPALSY 22 MYOSITIS
6. DIARHEA DENGAN AFP 23 NEURALGIA
7. DUCHENE MUSCULAR DYSTROPHY 24 NEURITIS 34 S.L.E
8. ENCEPHALITIS DENGAN AFP
25 NEUROBLASTOMA 35 SPINALMUSCULARATROPHY
26 NEUROPPATHY 36 SPONDILITISTB
9. FEBRIS DENGAN AFP
27 PARALYSIS 37 TETRAPARESIS
10. HEMIPARESIS
28 PARAPARESIS
11. HYPOKALEMIA 38 VIRALINFECTIONDENGANAFP
29 PARESISNVII
12. LEUKEMIA
30 POLIOMYELITIS
13. MALARIA DENGAN AFP 31 POLYNEUROPATHY
14. MALNUTRITION 32 RADICULITIS
15. MENINGITIS DENGAN AFP 33 RHEUMATICFEVER
16. MENINGOENCEPHALITIS DENGAN AFP
DIREKTORAT SURV N
TARGET ELIMINASI CAMPAK & RUBELA/CRS
Indikator
surveilans
Dibuktikan campak-
dengan rubela/CRS yang
adekuat:
Tidak ada surveilans
• Discarded rate
campak-
bukan campak-
rubela/CRS
transmisi yang adekuat
bukan rubela
virus campak & ≥2/100.000
MINIMAL penduduk
rubela SELAMA 3 THN • Reporting rate
berturut-turut suspek CRS
≥1/10.000
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN KLH
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KILAT-CAMPAK 3. TINDAKAN AWAL
1. KENALI
2. LAPORKAN 1. Konsultasi dengan dokter terkait perawatan
medis.
SUSPEK CAMPAK SEGERA
JIKA: 2. Siapkan obat turun panas dan vitamin A (jika diperlukan), berikan
sesuai dosis.
munculnya ruam).
4. Jika muncul komplikasi seperti sesak nafas,
Roseola Meningococcemia
infantum DISCARDED
RUBELA
PASTI
Toxoplasmosis
65
SURVEILANS CRS
• Pengamatan terus menerus secara sistematis terhadap kasus CRS
bukan sebuah penelitian
• Sasaran anak usia <12 bulan yang menderita salah satu kelainan grup
A (kelainan bawaan: jantung, tuli, katarak, glaukoma, pigmentari
retinopati)
• Dilakukan penyelidikan/pemeriksaan lebih lanjut adanya kelainan
tambahan (grup A dan atau grup B) Konsul ke Unit Anak, THT dan
Mata
• Dilakukan pengambilan serum dan pemeriksaan spesimen di LAB
RUJUKAN NASIONAL CAMPAK-RUBELA/CRS
PENGENDALIAN
DIFTERI
Setiap suspek difteri
dilakukan Penyediaan ADS dan Profilaksis
penyelidikan oleh pemerintah ( Pusat dan
Daerah)
Membunuh
Penyelidikan Kontak Erat Kasus kuman
Epidemiologi Profilaksis dan menghentikan
Penelusuran Imunisasi
(Form PE) penularan !!
TT tambahan/WUS
Persalinan bersih Imunisasi Tetanus
Surveilans
rutin Imunisasi anak
sekolah
TERIMA KASIH