Anda di halaman 1dari 54

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH

DENGAN IMUNISASI (PD3I)

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Tujuan Pembelajaran Umum
• Pada akhir sesi peserta mampu memahami tentang PD3I
yang terdapat pada program imunisasi nasional

Tujuan Pembelajaran Khusus


Pada akhir sesi peserta mampu:
• Menyebutkan jenis-jenis PD3I dari program imunisasi nasional
• Menyebutkan gambaran klinis PD3I dari program imunisasi
nasional
• Menyebutkan surveilans AFP dan PD3I lainnya yang memiliki
komitmen global
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK
BAHASAN

•Jenis PD3I dari program imunisasi

•Gambaran klinis PD3I dari program imunisasi

• Surveilans AFP dan PD3I lainnya yang memiliki


komitmen global Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
JENIS PD3I
dari PROGRAM
IMUNISASI NASIONAL

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


8 (delapan) macam PD3I pada program imunisasi nasional:
• Difteri
• Pertusis
• Tetanus
• Tuberkulosis
• Campak
• Rubella
• Poliomielitis
• Hepatitis B
• Meningitis
• Pneumonia
• Japanese Encephalitis
• Human Papiloma Virus

• Dan PD3I lain yang tidak termasuk dalam program imunisasi nasional seperti
Tifoid, Influenza, Rotavirus, Mumps, Varicela, Hepatitis A, Rabies
• Vaksin baru: Malaria, dengue, HIV
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
GAMBARAN KLINIS PD3I
dari PROGRAM
IMUNISASI NASIONAL

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


DIFTERI
 Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan toksin difteri
 Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)

KASUS DIFTERI

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


GEJALA KLINIS DIFTERI

Demam Munculnya Sakit waktu Leher Sesak


atau pseudomembran menelan membengkak nafas
tanpa putih keabuan,  94% disertai
demam sulit lepas dan kasus Difteri bunyi
mudah berdarah mengenai
jika dilepas/ tonsil dan
KOMPLIKASI DIFTERI dimanipulasi faring
 lainnya
difteri kulit

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau
kontak langsung dari lesi di kulit.

SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?


Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama
yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
Difteri pada dewasa sulit terdeteksi
MASA INKUBASI DIFTERI
 antara 1 – 10 hari, rata-rata 2 – 5 hari
KEMATIAN
 Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu
sejak masa inkubasi
 Seseorang dapat menjadi Carrier tanpa gejala selama 6
Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian
bulan 5 – 10 % pada anak usia <5 tahun dan
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI
pada dewasa (diatas 40 tahun) mencapai 20 %
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus Kematian akibat kelumpuhan otot jantung atau
difteri konfirmasi sumbatan jalan nafas.
 dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
 (PHEOC – Public Health Emergency Operation Centre).

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Patogenesis Difteria

Percikan
ludah
Kolonisasi
Terhirup di tenggorokan
dan memproduksi
toksin

Nekrosis Terbentuk
setempat dan pseudo membran
terkumpul
jaringan mati
Miokarditis,
Toksin diserap dan masuk
neuritis
ke peredaran darah
menyebar ke otot jantung,
ginjal,
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases,syaraf
1996d.perifer

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?

Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang


terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan
CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI

 Pencegahan: Imunisasi Difteria Toxoid (DPT-HB-Hib, DT, Td)


Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan
ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang
tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata .
Setelah imunisasi dasar, vaksin difteri harus diulang setiap 10 tahun
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus (carrier)
Erythromysin 4 x sehari selama 7 hari
 Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS)
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
dan
PERTUSIS
Penyebab :
bakteri Bordetella pertussis  rongga mulut, hidung, dan tenggorokan

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI
Cara penularan :
 percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau
bersin

 sangat menular, terutama menyerang anak-anak yang belum


di imunisasi

 penderita yang tidak diobati dapat menularkan penyakit


sampai dengan tiga minggu setelah batuk yang khas timbul
pada penderita.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2)
Gejala :
 sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi  gejala ILI (influenzae like illness)
 batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama /setelah
batuk (whooping cough)
 kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata

Komplikasi berat :
Radang paru, henti napas, kematian mendadak

Pengobatan:
Antibiotika

Pencegahan:
 Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


TETANUS
Penyebab :
 bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin (tetanospasmin)
 neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot yang dapat menyebabkan kematian

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :
 tidak menyebar langsung dari orang ke orang
 masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor, luka
dalam akibat gigitan binatang, pemotongan tali pusat bayi
yang tidak steril, pisau, peralatan persalinan yang tidak
steril pada saat bayi lahir

Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa bulan
tergantung keadaan lukanya.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Gejala :
 Pada anak dan orang dewasa  gejala rahang terkunci (trismus atau lock jaw) umum
terjadi  diikuti oleh kaku pada otot leher, otot perut atau otot punggung
(opisthotonus), sulit menelan, kejang otot, berkeringat dan panas badan.
 Pada bayi (tetanus neonatorum) terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi berat :
 Otot pernafasan terkena  kesulitan bernafas  kematian
 Pneumonia
 Tulang belakang dan tulang lainnya terpengaruh posturnya  akibat otot spasmus &
kejang
 Kelainan saraf pada orang-orang yg bertahan hidup dari tetanus neonatorum

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Pengobatan:
 pemberian anti tetanus serum, antibiotik, perawatan luka
dan pengobatan suportif
Pencegahan:
 Imunisasi Tetaus Toxoid ( DPT-HB-Hib, DT, Td)
 Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan walaupun
ibu hamil tersebut sudah mendapatkan imunisasi Td.
 Pemotongan tali pusat secara steril
 Orang yang sembuh dari tetanus tetap harus diberi imunisasi
tidak punya kekebalan dan dapat terinfeksi kembali
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
TUBERCULOSIS
Penyebab :
 Bakteri Mycobacterium tuberkulosis
 Biasanya menyerang paru-paru  bisa juga menyerang bagian tubuh yang lain seperti tulang, sendi, dan
otak
 Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis jatuh sakit

TB Paru TB Spinal/Spondylitis TB)

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :

 Dari orang ke orang melalui udara (droplet)


pada saat penderita batuk atau bersin

 Menular sangat cepat terutama: daerah


padat dan kumuh, akses terhadap pelayanan
kesehatan kurang, masyarakat yang kurang
gizi

 Rentan terhadap infeksi tuberkulosis: anak usia


< 3 tahun dan orangtua
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Masa inkubasi :
 4-12 minggu, dapat juga infeksi berlangsung beberapa bulan bahkan beberapa
tahun sebelum timbulnya gejala klinis.
 Seseorang yang terinfeksi, setelah 2 minggu setelah mendapat pengobatan tidak
menularkan lagi

Gejala:
 Badan lemah, berat badan turun, demam dan keringat pada waktu malam.
 TB paru: batuk terus menerus terkadang batuk darah disertai rasa nyeri di dada.
 Anak-anak: gangguan pertumbuhan.
 TB extraparu: TB milier, tulang dan sendi (pembengkakan sendi, nyeri pada sendi
dan gangguan pergerakan pada sendi, disertai rasa sakit misalnya pada sendi
paha, lutut, dan tulang belakang), dapat menyerang pada organ otak (meningitis
TB).
 Tuberkulosis dapat muncul dengan berbagai gejala  pada stadium awal sulit
untuk menegakkan mendiagnosis.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Komplikasi:
 Jika tidak diobati  kecacatan & kematian.
 Kematian dapat cepat terjadi apabila yang bersangkutan juga
menderita HIV/AIDS

Pengobatan:
 Directly observed treatment short-course (DOTS)  pengobatan
yang lengkap dengan obat tuberkulosis dalam 2 fase selama enam
bulan

Pencegahan:
 Paling efektif melalui imunisasi BCG

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


CAMPAK
Penyebab :
 Virus RNA dari genus Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae.
 Virus tersebut mudah mati karena panas dan cahaya

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :
 Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi virus
campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung.
 Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari setelah
timbul rash.
 Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama
sakit.

Masa inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Gejala :
 Panas badan (biasanya > 38o C selama 3 hari atau lebih) + salah
satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair;
 Bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari belakang telinga
berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari
kemudian (4-7 hari) akan menyebar ke seluruh tubuh;
 Tanda khas (patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak
putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa
bucal);
 Bercak kemerahan makulopapular setelah 7 – 30 hari akan berubah
menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan disertai kulit bersisik.
 Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Komplikasi:
 Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
 Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut, malnutrisi,
otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis,
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
 Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin A/immune
defisiency (HIV)  komplikasi campak yang lebih berat atau fatal.

UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:


SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG
DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM
MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN
SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Tata Laksana
Campak
ANTIVIRAL :
VITAMIN A DOSIS TINGGI :
tidak perlu 100.000 U, per oral (usia 6 bln-
TERAPI SUPORTIF: ANTIBIOTIK : 1 thn)
bila ada infeksi 200.000 U, per oral (usia
istirahat, >1thn),
antipiretik, sekunder bakteri diulangi pada hari ke-2 dan jika
nutrisi dan hidrasi, gizi buruk / komplikasi mata
diulang 2 minggu kmd
simptomatik

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


RUBELA
Penyebab :
 Togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA.
 Cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.
 Dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin  gangguan pertumbuhan janin: abortus, lahir mati atau
cacat berat kongenital (birth defects)  Congenital Rubella Syndrome (CRS).

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :

 Melalui droplet saluran pernapasan saat batuk atau bersin


 Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah
bening regional.
 Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari
setelah rash.

Masa inkubasi :
14–21 hari.

Pengobatan:
Suportif

29
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Manifestasi
Klinis Pada anak : ruam, diare sebelum timbul ruam.

Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka


kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam
bervariasi.

Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, dan servikal, 1-7 hari sebelum


timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih

Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul


bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam
hilang.
.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Dampak infeksi rubela pada wanita hamil terutama trimester pertama abortus, lahir
mati atau bayi lahir dengan CRS.
Ibu yang mengalami infeksi rubella pada minggu 1-10 kehamilan 90% akan melahirkan
bayi dengan CRS.
 Bentuk kelainan pada CRS:
 Kelainan jantung
 Kelainan pada mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital, Pigmentary
Retinopathy;
 Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural Hearing Loss (SNHL);
 Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia dan
meningoensefalitis;
 Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir,
radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Pencegahan rubela dan CRS:
 Imunisasi Campak-Rubela

UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:


 SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP
ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM
DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN
DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA
LABORATORIUM

 SURVEILANS CRS DI RS SENTINEL


32
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
POLIO
Penyebab :
 Virus polio:
o virus polio liar (wild polio virus/WPV)
o Virus polio dari vaksin pada anak yang immunocompromised
(vaccine associated polio paralysis/VAPP)
o virus polio dari vaksin yang bermutasi mendapatkan
keganasannya kembali (vaccine- derived polio virus/VDPV)
o Tahan sabun, alcohol. Mati dengan formaldehyde, UV
 Menginfeksi semua umur, terutama pada anak-anak
 1 dari 200 infeksi Polio  kelumpuhan permanen (irreversible) 
jika virus polio menyerang sel saraf sumsum tulang belakang yg
mengontrol pergerakan otot

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :
 Masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman (orofecal)

Gejala:
Cacat  Kebanyakan tidak menunjukkan gejala  dapat tetap menularkan virus polio kepada
Menetap orang lain.
 Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan (demam, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan)
 Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi.
 Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh.

Masa inkubasi:
5 – 35 hari

Pengobatan :
Rojudin,
CampangWay
 Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio.
Handak, lumpuh
tgl 28-05-05
Foto 03-
 Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif.
 Kesulitan bernafas (dibantu ventilator).
07-’05

 Pengobatan ortopedik bagi yang memerlukan (pakai korset) untuk mengurangi


dampak kecacatan dalam jangka panjang.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Komplikasi berat :
Kelumpuhan dan cacat seumur hidup
Pencegahan:
 Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan oral poliovirus vaccine (OPV) dan
inactivated polio vaccine (IPV).
 WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam program imunisasi rutin dan minimal satu
dosis IPV, (untuk pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan MR).

UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO:


SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI 15 TAHUN YANG
MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH, SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA
HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


HEPATITIS B
Penyebab :
 Virus hepatitis B
 Infeksi Hep B pada bayi saat lahir (transmisi maternal) atau sebelum usia satu tahun (90% akan menjadi kronis).
 Infeksi Hep B pada orang dewasa (90% akan sembuh sempurna).

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :
 kontak langsung dengan darah / cairan tubuh:
a. tertular dari ibunya saat proses melahirkan bayi
(penularan vertikal dari ibu ke anak, simbah darah);

b. penularan horizontal (lesi minimal: melalui luka


kecil, karena teriris barang tajam, gigitan, garukan);

c. penularan melalui hubungan seksual;

d. melalui suntikan dengan jarum terkontaminasi atau


transfusi darah yang berasal karier hepatitis B 
50- 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV (donor
darah PMI sudah melakukan penapisan untuk
hepatitis B, hepatitis C dan HIV).
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Gejala:
 Infeksi HepB akut tidak selamanya bergejala.
 Gejala: lemah, mual, muntah, nyeri perut serta kuning pada kulit dan sklera mata
(dibedakan dengan karotenemia, dimana sklera mata berwarna putih).
 Hep B kronis jika terjadi gagal hati  perut membesar (ascites), perdarahan abnormal dan
perubahan status mental.

Komplikasi berat :
 Pada infeksi akut: sebagian kecil penderita dapat mengalami hepatitis fulminan dan
berakhir
dengan kematian.
 Pada infeksi kronis: sirosis hati, kanker hati, kegagalan hati dan kematian.

Pengobatan:
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis B.
Dapat diobati dengan antiviral (interferon) untuk kasus yang memerlukan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pencegahan:
 Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi
Semua bayi harus mendapatkan dosis pertama vaksin Hepatitis B
(uniject Hb) segera setelah lahir (dalam 24 jam)  memutuskan
transmisi vertikal dari ibu pengidap ke bayinya.
Setelah dosis pertama diberikan, maka dilanjutkan dengan pemberian
vaksin kombinasi DTPHB-Hib dalam bentuk vaksin pentavalent sesuai
jadwal.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


HAEMOPHILUS INFLUENZAE
TIPE Badalah bakteri yang ditemukan di hidung dan tenggorokan anak.
Penyebab
Haemophilus influenza
Ada enam jenis Haemophilus influenza yang memiliki kapsul. Dari enam jenis ini, tipe-b
adalah yang paling menjadi masalah. Haemophilus influenzae type b atau Hib, adalah
penyebab 90% dari semua infeksi oleh Haemophilus influenzae.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara penularan :
• Hib ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah yang dilepaskan pada saat batuk
atau bersin.
• Anak-anak dapat mempunyai kuman Hib dalam hidung dan tenggorokannya tanpa ada gejala
sakit yang disebut sebagai karier, namun mereka dapat menularkan kepada orang lain.
• Hib merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit invasif lainnya, terutama
pada anak usia di bawah lima tahun.

Gejala
• Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan dada tertarik ke dalam.
• Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, kaku kuduk,
delirium
dan kesadaran menurun.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


• Hib dapat menimbulkan penyakit lain apabila menyerang bagian tubuh lainnya
seperti:
Epiglotitis, yaitu radang pada pintu masuk larynx dengan gejala kesulitan bernafas dan nafas
berbunyi/stridor.
Infeksi sistemik pada darah yang menyebabkan demam, menggigil diikuti penyebaran bakteri
ke seluruh tubuh (bakteriemi).
• Sekitar 40% dari anak yang terinfeksi Hib dapat menderita disabilitas neurologis
termasuk kerusakan jaringan otak, hilangnya pendengaran dan retardasi mental.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Pencegahan
• Penyakit yang disebabkan oleh Hib dapat diobati dengan antibiotika. Saat ini
ditemukan Hib yang resisten terhadap antibiotika yang umum dipakai di
beberapa tempat di dunia.
• Hib paling tepat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin yang mengandung
antigen Hib (pentabio DPT/HB/Hib) kepada bayi diikuti booster pada usia 18
bulan. Imunisasi menjadi sangat penting pada saat makin seringnya ditemukan
Hib yang resisten terhadap antibiotika.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


PNEUMOKOK
PENYEBAB
US
Infeksi pneumokokus disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (disebut juga sebagai bakteri pneumokokus) yang
merupakan penyebab utama pneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran napas.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara Penularan
• Pneumokokus disebarkan dari orang ke orang melalui percikan ludah pada saat batuk, bersin, atau kontak erat.
Pneumokokus ditularkan secara langsung saat terpapar dengan lendir atau cairan yang berasal dari penderita,
atau orang yang kelihatan sehat namun mengandung pneumokokus dalam tenggorokannya (karier).

Gejala
• Demam dan menggigil terjadi hampir pada semua jenis infeksi pneumokokus. Pneumonia
pada anak-anak gejalanya batuk, frekuensi nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK).
• Pada anak-anak yang lebih tua, ada keluhan nafas pendek dan sakit pada saat bernafas dan
batuk. Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri kepala, sensitif terhadap sinar, kaku
kuduk, kejang, delirium atau menurunnya kesadaran. Pada otitis, penderita mengeluh rasa
nyeri dan keluar cairan di daerah infeksi, begitu juga pada sinusitis.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Komplikasi
• Pneumonia dapat diikuti dengan komplikasi bakteriemia (infeksi aliran darah) dan atau
empiema (ada pus atau nanah pada cavum pleural yaitu ruangan antara paru dan selaput
paru) dan atau abses paru.
• Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak. Pneumokokus juga
menyebabkan meningitis (infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang), bakteriemia
(infeksi aliran darah), otitis media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan
lansia.
• Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi pneumokokus antara lain umur (balita
dan lansia lebih rentan), tidak mendapatkan imunisasi lengkap, tidak mendapatkan ASI
eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (misalnya asap rokok), berat badan lahir
rendah (BBLR), kepadatan penghuni rumah serta kurang ventilasi dalam rumah.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


PENCEGAHAN
• Pencegahan infeksi pneumokokus yang paling efektif adalah dengan imunisasi 3
dosis PCV pada umur 2, 3 dan 12 bulan.
• Upaya lain adalah melalui perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencegah
kepadatan hunian dan polusi di dalam rumah seperti mengurangi asap rokok,
mengkonsumsi makanan bergizi dan promosi ASI eksklusif bagi bayi pada usia
enam bulan.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


HUMAN PAPILLOMA
VIRUS
Penyebab:
Virus Human Papiloma Virus (HPV). Ada lebih dari 100 jenis HPV, ada jenis tertentu yang hanya menyebabkan
condyloma pada vagina, namun ada 13 jenis yang berbeda yang dapat menimbulkan kanker.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


Cara Penularan:
• HPV adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyebabkan
condyloma dan kanker.
• HPV menyebar dengan sangat mudah melalui kontak kulit. Hampir semua orang yang
aktif secara seksual telah pernah terinfeksi, pada umumnya sudah terjadi saat awal
kehidupan seksual mereka.

Manifestasi:
• HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar, kanker mulut pada
perempuan. Sedangkan pada perempuan 99% kanker serviks disebabkan oleh HPV.
• Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan dewasa di negara
berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua pada umumnya pada perempuan di
seluruh dunia. Hampir 85% kematian karena kanker serviks terjadi di negara
berkembang.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


GEJALA
• Infeksi HPV pada umumnya tanpa gejala sampai beberapa bulan. Hampir
90% baru menunjukkan gejala setelah 2 tahun, namun infeksi terus
berlanjut.
• Infeksi yang berlanjut dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks
terutama kalau terinfeksi oleh HPV terutama tipe 16 dan 18.
• Butuh waktu sekitar 20 tahun untuk menjadi kanker serviks, dan baru
timbul gejala saat stadium lanjut.
• Gejala umum kanker serviks adalah terjadi perdarahan abnormal pada
vagina (terutama setelah hubungan seksual atau perdarahan di antara
dua fase menstruasi.
• Rasa sakit pada panggul, pinggang / punggung, tangan, keluar cairan dari
vagina dan berat badan turun. Pada stadium lanjut dapat terjadi anemia,
gagal ginjal, fistula pada vagina
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PENCEGAHAN
Strategi pencegahan dan pengendalian kanker serviks meliputi:
• a) pencegahan primer dengan pemberian vaksinasi HPV kepada gadis usia 9-13 tahun.
Kepada kelompok gadis dan remaja laki-laki diberikan penyuluhan tentang bahaya rokok,
pendidikan seks dan penggunaan kondom serta bagi anak laki-laki dianjurkan dilakukan
sirkumsisi;
• b) pencegahan sekunder bagi perempuan usia 30-49 tahun dengan pendekatan temukan
secara dini dan obati secara dini, mengingat vaksinasi tidak melindungi terhadap semua
tipe infeksi HPV penyebab kanker;

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


PENCEGAHAN (2)
• c) pencegahan tersier, dengan melakukan tindakan terhadap kanker invasif semua umur.
Vaksin HPV yang ada saat ini dapat mencegah terhadap dua jenis HPV yaitu tipe 16 dan 18
yang diketahui sebagai penyebab 70% kejadian kanker serviks. Vaksinasi penting bagi
negara yang sumber daya kesehatannya kurang untuk melakukan skrining yang efektif.
Skrining dengan Pap smear, HPV-DNA atau dengan IVA dianjurkan bagi perempuan usia 30
dan 49 tahun walaupun sebelumnya sudah pernah mendapatkan vaksinasi HPV mengingat
kanker serviks juga bisa disebabkan oleh HPV tipe lain.
 Pemakaian kondom dapat juga mencegah terjadinya infeksi HPV.
Untuk perempuan penderita HIV skrining harus dilakukan begitu diagnosis HIV ditegakkan
tanpa memandang usia.
Vaksin HPV harus merupakan bagian dari strategi pencegahan kanker serviks yang
komprehensif dan terkoordinasikan.

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


TERIMA KASIH

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat

Anda mungkin juga menyukai