Anda di halaman 1dari 18

Identifikasi Personal pada Tulang Belulang Korban Pembunuhan di

Taiwan Melalui Kontribusi Bersama dari Patologi, Odontologi,


Antropologi, Entomologi dan Analisis DNA-STR

Alifya Grahanata 092114653006


Radhityana Luktri Utami 092114653010
Rifaty Aurili Avidanti 092114653015
Ashfyatus Sa’idah 092114653016
Pendahuluan
Antropologi Forensik
Sidik Jari & DNA
Teknik yang ampuh untuk Dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sisa-sisa identifikasi manusia dengan
manusia yang tidak melihat kerangka fisik yang
teridentifikasi tersisa

Entomologi Forensik

Metode penting dalam


estimasi PMI. DaDapat
digunakan untuk menentukan
penyebab dari suatu
kematian.
Kasus
● Tahun 2014, tulang belulang jenazah ditemukan di Taoyuan, Taiwan

● Jenazah dikubur di dalam lubang sedalam 30 cm yang ditutupi dengan


tanah namun tampak dua tulang femur dan sedikit kulit
● Tengkorak dan tungkai telah mengalami proses pembusukan lanjut
sehingga hanya tersisa tulang belulang saja, sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukan identifikasi melalui wajah dan sidik
jari

● Tulang rusuk terekspos dan tampak sebagian jaringan yang membusuk


serta beberapa larva serangga pada jenazah. Organ genital luar juga tidak
dapat diidentifikasi dikarenakan sudah terjadi pembusukan

● Tubuh bagian belakang ditemukan kulit. Jenazah ini lalu


direkonstruksi dan ditemukan bahwa jenazah ini dalam keadaan
telanjang, tidak memakai aksesoris dan tidak ditemukan barang milik
jenazah di sekitar jenazah.
Material dan Metode
● Rambut yang tercecer dikumpulkan
A. Autopsi dan Analisa Patologi
dan dibersihkan
● Sebagian besar jaringan lunak sudah
terdekomposisi
● Tidak tampak bukti luka tusuk
● Adanya gumpalan darah hitam pada
Autopsi dilakukan di, tengkorak
Institut Kedokteran Forensik,
Kementrian Kehakiman
● Sampel dari tulang femur kiri dari
jenazah diambil untuk Analisa DNA
(Jenazah ditetapkan sebagai jenazah
perempuan)
● DNA tidak terdapat pada data Biro
Investigasi Kriminal ( tidak dapat
diindentifikasi dengan genotype STR
DNA )
B. Analisa Antropologis

Mengidentifikasi jenazah manusia


Medical Examiner yang telah terkalsifikasi atau hampir
tersisa hanya tulang belulang saja

Pada kasus ini :


Ciri kranial Sisa pelvis

Fusi sutura cranial,


diestimasikan berusia 35-55
tahun saat kematiannya
Perempuan
C. Analisa Entomologi

Pada entomologi forensik, serangga pemakan bangkai berguna dalam pemeriksaan interval post mortem (PMI).
Pada kasus ini, jenazah sudah memasuki tahap pembusukan lanjut dengan koloni larva ada pada jaringan
dalam tubuh. Larva ini memiliki kepala yang tajam dan badan yang datar dengan rambut, larva ini diidentifikasi
sebagai larva dari famili Stratiomyidae namun spesiesnya tidak dapat diidentifikasi. Serangga yang umum
ditemukan pada studi entomologi forensik pada jenazah di Taiwan adalah Calliidae, Sarcophagidae dan
Muscidae. Namun belum pernah ada larva Stratiomyidae yang ditemukan pada jenazah sebelum pada kasus ini.
Namun serangga Stratiomyidae dewasa sudah ditemukan pada bangkai babi yang sudah terdekomposisi di Taiwan.
Serangga ini dapat digunakan sebagai cara untuk menentukan PMI minimum pada tahap pembusukan lanjut
pada jenazah manusia di Brazil dan area lainnya. Spesies yang umum (Hermetia illucens) ditemukan pada
lingkungan yang hangat, Hermetia illucens dewasa mulai bertelur pada 20-30 hari setelah kematian pada suhu 27.8
ºC, life cycle larva ini adalah hingga 55 hari. Pada kasus ini, rata-rata catatan suhu pada daerah ditemukannya
jenazah adalah 27.6 ºC. sehingga dari data ini didapatkan minimal PMI adalah lebih dari 1 bulan.
D. Analisa Odontologis dan Radiografis
E. Analisa DNA
DNA diekstraksi dari suami dan anak
dari perempuan yang hilang

DNA Paternity PCR DNA -> dengan powerplex 16 &


15 lokus genotype STR DNA
didapatkan dengan analisis AB 3130xl

Hubungan paternitas didapatkan :


0,999998

F. Investigasi
Setelah penyidik menemukan identitas korban, penyidik lalu menemukan hubungan korban dengan
salah seorang tersangka laki-laki. Tersangka mengaku telah memukul kepala korban dengan
tongkat pemukul dan mencekik korban hingga meninggal. Motif dari pembunuhan ini adalah
karena konflik. Waktu pembunuhan terjadi dua bulan sebelum jenazah korban ditemukan.
DISKUSI
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini, tersangka berupaya untuk menyembunyikan identitas
korban dengan mengambil semua barang-barang milik korban agar tidak
dapat dikenali. Selain itu, wajah dan sidik jari korban juga sudah
mengalami dekomposisi, sehingga tidak memungkinkan untuk
diidentifikasi. Komparasi DNA menunjukkan hasil negatif. Oleh karena
itu, diperlukan analisis multidisipliner untuk mengidentifikasi korban.
Jenis kelamin diestimasi menggunakan metode-metode antropologi dan
analisis DNA. Analisis usia, tinggi badan, serta PMI ditentukan dalam
range, bukan angka spesifik. Meskipun demikian, hasil analisis ini dapat
mempersempit kisaran target yang mungkin atau untuk membuat
identifikasi awal.
Dalam hal ini, waktu kematian (PMI) hanyalah perkiraan kasar
berdasarkan literatur asing (Lord et al., 1994; Pujol-Luz et al.,
2008). Dapat diasumsikan bahwa spesies yang ditemui adalah
Hermetia illucens (spesies paling umum dari Famili
Stratiomyidae dalam mayat). Perkiraan PMI adalah 52 hari,
dengan asumsi ada 25 hari (rata-rata dari 20 dan 30) sebelum
Hermetia illucens bertelur dan 27 hari setelah bertelur (sekitar
setengah dari 55 hari, yang merupakan siklus hidup total larva).
Angka ini sangat mendekati nilai PMI yang sebenarnya. Ada
lebih banyak penelitian terdahulu mengenai Calliidae,
Sarcophagidae dan Muscidae, tetapi tidak cukup banyak
kasus yang menemukan Stratiomyidae di Taiwan. Ini adalah
pertama kalinya larva Stratiomyidae ditemukan dalam kasus
forensik di Taiwan. Hubungan antara mayat manusia dengan
larva Stratiomyidae perlu dikaji lebih lanjut mengenai
spesies, habitat, dan karakteristiknya. Data tersebut akan
membantu dalam estimasi PMI untuk jangka waktu yang
lama atau jenazah yang terkubur
Setelah dilakukan penelusuran, diketahui bahwa usia korban
adalah 40 tahun, yang mana masih dalam range estimasi.
Tinggi badan korban sekitar 160 cm, mendekati tinggi badan
perkiraan. Hasil ini menunjukkan bahwa estimasi usia
melalui fusi sutura kranial serta estimasi tinggi badan melalui
tulang panjang berdasarkan data Zhang (2001) cukup
reliabel.
KESIMPULAN

Pada awalnya, sidik jari dan analisis DNA dalam kasus ini tidak berfungsi
karena pembusukan mayat dan kurangnya database DNA. Kombinasi
patologi forensik, antropologi, odontologi, entomologi dan analisis paternitas
DNA di sini memberikan kontribusi penting untuk penyelidikan tubuh atau
kerangka yang sangat membusuk. Setelah mengidentifikasi korban,
tersangka menjadi sasaran. Mengingat hal ini, penyelidikan multidisiplin
forensik dianjurkan untuk menyelidiki kasus yang menantang semacam ini.

Anda mungkin juga menyukai