Nilai – Nilai
Perencanaan
Prinsip-Prinsip
Profesi
Melayani dan memperhatikan kepentingan publik
Perencana
Mendorong partisipasi publik
Berdasar kepada perencanaan menyeluruh dan keputusan bijaksana.
Mengembangkan pilihan dan kesempatan bagi kepentingan semua lapisan
masyarakat.
Membuka peluang koordinasi dalam proses perencanaan.
Menghindari konflik kepentingan.
Tidak memberikan/mengharapkan imbalan keuntungan yang akan
mempengaruhi perencana.
Menerima pendapat dari manapun dalam usaha penyempurnaan rencana yang
dibuatnya.
Mempergunakan data dan informasi yang benar dalam proses perencanaan.
Dalam kiparah kegiatan profesinya berdasar dan patuh kepada kode etik
professional
Kode Etik Seorang Perencana
02
Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat Tanggung Jawab Terhadap Client atau Atasan
03
Modal Etika dalam Perencanaan
Moral Development
Rangkaian tahapan moral dengan cakupan moral dan berprinsip .
Substansi Philosifical
Substantive Professional
Mengidentifikasi pada individu yang berperan spesifik.
Proses Driven
Integratif
Mencari teori etika secara terpadu dan mengacu pada prinsip, nilai dan kepercayaan moral.
Contoh Pekerjaan Seorang Planner
1 3
.
Di lembaga pemerintahan :
.
Dosen
- Bappenas Seorang lulusan PWK juga dapat
- Kementrian Lingkuangan Hidup menjadi tenaga pengajar
- Pemerintah Daerah (Bappeda, Dinas
2TataKota)
4
.
Sektor swasta : Lembaga Swadaya Masyarakat
.
- kontraktor/konsultan perencanaan Bertugas untuk menampung aspirasi
kota/wilayah, pembangunan jalan. masyarakat terkait masalah
- Developer/real estate pembangunan daerah dan juga
- Konsultan property bertanggung jawab untuk memproses
maupun mengelola aspirasi tersebut
Contoh Kasus Pelanggaran pada
Etika Perencanaan
Pelanggaran RTRW
Salah satu kasus pelanggaran RTRW yang terjadi dapat kita cermati di Provinsi Riau yang
melibatkan Gubernur Riau Aanas Maamun. Aanas diduga menerima suap dari
pihakpengusaha hutan tanaman industri agar segera mensahkan rancangan RTRW provinsi
Riau yang didalam nya terdapat rencana alih fungsi lahan kawasan hutan seluas 1,6 juta
Ha menjadi kawasan non hutan (www.sindonews.com). Dijelaskan bahwa RTRW
Provinsi Riau sudah 10 tahun lebih terbengkalai dan tidak bisa di sahkan karena terkait
pengalihan fungsi kawasan hutan hal ini dikarenakan draft RTRW provinsi Riau tidak
mendapatkan rekomendasi dari Kementrian Kehutanan dengan alasan draft RTRW provinsi
Riau melanggar batas kawasan hutan yang telah ditetapkan dalam peta TGHK (tata guna
hutan kesepakatan). Pemerintah Provinsi Riau dalam draft RTRW meminta agar perijinan
yang melanggar peta TGHK agar di putihkan akan tetapi Kementrian Kehutanan berkeras
bahwa pengalih fungsian kawasan hutan tidak dapat dilakukan begitu saja, harus
melalui prosedur peraturan yang melibatkan pertimbangan anggota DPR di tingkat
pusat. Di sisi lain pada lahan-lahan kawasan hutan terdapat ijin dari Kementrian Kehutanan
di masa lalu untuk Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan dimana status kawasan
tersebut tidak sesuai dengan peruntukkannya.
Mencertamti kasus diatas tentunya Berdasarkan informasi ini, maka muncul
sangat Panjang jika ditinjau dari sisi teori gambaran bahwa dilemma RTRW yang
perencanaan baik sisi substansi terjadi di Provinsi Riau secara tidak
perencanaan maupun prosedur langsung juga diakibatkan beberapa
perencanaan. pihak “perencana” antara lain:
Perencana dalam konteks di atas bukan - Instansi tingkat daerah (Dinas
hanya melibatkan pejabat public tetapi Kehutanan provinsi/kabupaten)
juga setap stakeholder yang terkait - Instansi Pusat (Kementrian Kehutanan)
dalam penyusunan RTRW. - Kepala Daerah (Gubernur/Bupati)
Aspek etika dan moral mutlak diperlukan - Komisi Amdal
dan wajib di pahami oleh seriap - Konsultan Penataan Ruang dan
stakeholder baik dalam proses AMDAL
penyusunan tata ruang, pelaksanaan
tata ruang dan penertiban tata ruang.
RANGKUMAN
Etika profesi dibutuhkan pada setiap pekerjaan dengan tujuan
bisa bertanggung jawab, memahami dan menerima perbedaan,
serta menghormati orang lain. Dalam dunia seorang perencana
wajib memiliki pengetahuan luas dimana salah satu syarat
menjadi perencana yaitu memiliki wawasan luas dan mampu
beradapatasi dengan lingkungan yang berubah-ubah. Di
Indonesia, pengakuan akademik didapatkan dari perguruan
tinggi dan untuk pengakuan professional didapatkan dari Ikatan
Ahli Perencanaan. Seorang perencana memiliki 4 kode etik,
yaitu :
1. Tanggung jawab terhadap masyarakat
2. Tanggung jawab terhadap klien atau atasan
3. Tanggung jawab terhadap profesi atau rekan
4. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Contoh pekerjaan yang bisa di ambil ialah Bappeda, Dinas Tata
Kota, Kontraktor atau Konsultan Perencanaan, dan dosen
KESIMPULAN SARAN
Sebagai seorang perencana, Tantangan seorang perencana yaitu
dalam dunia kerja selain dunia yang selalu berevolusi
dibutuhkan skill kemampuan membuat seorang perencana
tetapi perlu diimbangi dengan disarankan belajar beradaptasi
kode etik agar dapat terciptanya dengan cepat pada lingkungan yang
hubungan yang baik, di antara ada, selain itu tidak mementingkan
masyarakat, klien, atasan hal pribadi. hal ini bisa menunjang
ataupun rekan kerja. Hal ini relasi yang banyak dan hubungan
merupakan salah satu faktor yang baik antara sesama
dalam mendukung hasil kerja
agar bisa lebih maksimal
TERIMA KASIH