Anda di halaman 1dari 38

Pendahuluan

Polisitemia atau eritrositosis merupakan peningkatan jumlah


sel darah merah dalam sirkulasi. Peningkatan nilai
hematokrit tersebut bersifat persisten > 2 bulan.
Angka kejadian polisitemia (primer maupun sekunder)
hingga saat ini sulit untuk dihitung. Diperkirakan separuh
kasus polisitemia merupakan kasus polisitemia sekunder
akibat kelainan non hematologi. Sementara itu angka
insiden polisitemia primer/vera adalah 1,9 per 100.000 orang.
Polisitemia adalah keadaan kadar hemoglobin lebih dari 16,5
g/dL atau hematokrit lebih dari 49% pada laki-laki,
sementara pada wanita yaitu kadar hemogloblin lebih dari
16,0 g/dL atau hematorkrit lebih dari 48%.
Tinjauan
Pustaka
Definisi
- Polisitemia vera (PV) dalam sistem klasifikasi WHO
termasuk kelompok neoplasma mieloproliferatif;
kelompok tersebut juga meliputi trombositemia esensial
(ET), mielofibrosis primer (PMF), dan prefibrotik PMF

- Polisitemia Vera (PV) atau disebut juga Polisitemia rubra


vera adalah gangguan kronis klonal myelopoliperatif yang
ditandai dengan peningkatan hebat dalam jumlah sel
darah merah dan volume darah total, dan biasanya disertai
dengan leukositosis, trombositosis dan splenomegali
Epidemiologi
Etiologi
Etiologi dari polisitemia vera masih belum diketahui
secara pasti apakah disebabkan adanya rangsangan ke
sumsum tulang akibat adanya hipoksia atau melalui
rangsangan hormonal.
 Terdapat penelitian yang menyebutkan kelainan
molekul mungkin bisa menjadi salah satu penyebab.
Salah satu penelitian sitogenetika menunjukkan adanya
kariotipe abnormal di sel induk hemopoisis pada pasien
dengan polisitemia vera dimana tergantung dari stadium
penyakit, rata-rata 20% pada pasien polisitemia vera saat
terdiagnosis sedang meningkat 80% setelah diikuti lebih
dari 10 tahun.
Patofisiologi
Adanya reaktivitas berlebihan pada sinyal Janus
Kinase yaitu tirosin kinase. Gen JAK2 memberi instruksi
untuk membuat protein yang berperan dalam proliferasi
sel. Protein ini memiliki peran penting dalam
mengontrol produksi eritrosit, leukosit, dan trombosit
pada sel punca hematopoietik di dalam sumsum tulang
belakang.
 Mutasi gen JAK2 yang paling sering berkaitan dengan
neoplasma mieloproliferatif berada di ekson 14 JAK2.
Mutasi di ekson 14 ini disebut JAK2V617F. Sebagian kecil
pasien PV mengalami mutasi JAK2 di ekson 12
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3
fase :
1. Gejala awal (early symptom)
 Gejala awal tidak selalu ditemukan kelainan Gejala
awal yang terjadi biasanya sakit kepala (48%), telinga
berdenging (43%), mudah lelah (47%), gangguan daya
ingat, susah bernapas (26%), darah tinggi (72%),
gangguan penglihatan (3l%), rasa panas pada tangan
atau kaki (29%), gatal (pruritus) (43%), juga terdapat
perdarahan dari hidung, lambung (stomach ulcers)
(24%) atau sakit tulang (26%).
Manifestasi Klinis
2. Gejala akhir (later symptoms) dan Komplikasi
 Sebagai penyakit progresif, pasien dengan
polisitemia vera mengalami perdarahan (hemorrhage)
atau trombosis. Trombosis adalah penyebab kematian
terbanyak dari polisitemia vera. Komplikasi Iain
peningkatan asam urat dalam darah sekitar 10%
berkembang ,menjadi gout dan peningkatan resiko
ulkus pepticum (10%).
3. Fase splenomegali
 Sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase
splenomegali. Pada tase ini terjadi kegagalan sumsum
tulang dan pasien menjadi anemia berat, kebutuhan
transfusi meningkat, liver dan limpa membesar.
Diagnosis
 Anamnesis
Keluhan yang berhubungan dengan polisitemia antara lain
mudah lelah, sesak napas, nyeri dada, nyeri abdomen,
pandangan kabur, pusing, nyeri kepala, pruritus, dan early
satiety.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan splenomegali dan
hepatomegali, ruddy cyanosis (pembengkakan mukosa dan
kulit disertai sianosis), conjunctival plethora, dan skin
plethora (penumpukan cairan dan darah di konjungtiva
dan mukosa).
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis
* Diagnosis polisitemia vera dapat ditegakkan  kriteria
diagnosis neoplasma myeloproliferatif WHO tahun
2016
* Diagnosis polisitemia vera membutuhkan 3 kriteria
mayor, atau 2 kriteria mayor pertama ditambah dengan
kriteria minor.
* Biopsi sumsum tulang tidak diperlukan apabila terus
menerus terjadi eritrositosis absolut: Hb >18,5 g/dL pada
pria (hematokrit 55,5%) atau >16,5 g/dL pada wanita
(hematokrit 49,5%) dan jika terdapat kriteria mutasi
nomor 3 ditambah kriteria minor
Diagnosis
Diagnosis Banding
Polisitemia Relatif
- Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah
leukosit dan trombosit
- pada pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit
menurun
- biasanya didapatkan kelainan dasar penyakit seperti
kelainan jantung bawaan, arterio venous shunt, penyakit
paru obstruktif menahun
Chronic Myeloid Leukemia
Petunjuk yang mengarah ke diagnosis CML adalah
jumlah leukosit > 20.000 sel/mcL dengan peningkatan
basofil dan eosinofil, temuan sel mieloid awal (misalnya
myeloblast, mielosit, metamielosit, nucleated red blood
cells), mutasi BCR/ABL positif, kromosom philadelphia
(Ph) positif, dan hiperselularitas pada pemeriksaan
sumsum tulang
Mielofibrosis Primer
 akan ditemukan anemia, leukoeritroblastosis
dengan teardrop poikilositosis, fragmented megakariosit pada
apusan darah tepi, dry tap pada aspirasi sumsum tulang,
serta patchy hematopoietic cellularity dan fibrosis retikular
pada biopsi sumsum tulang
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Flebotomi
Indikasi flebotomi :
- Polisitemia vera fase polisitemia
- Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika
Ht > 55% (target Ht ≤ 55%)
- Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada
derajat penatalaksanaan terbatas gawat darurat
sindrom paraneoplastik.
Tujuan flebotomi :
- Mempertahankan Ht ≤ 42 % pada wanita dan ≤
47 % pada pria.
- Mencegah timbulnya hiperviskositas dan
penurunan shear rate.
Kemoterapi Sitostatika
Indikasi kemoterapi sitostatika :
- Hanya untuk polisitemia vera.
- Flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan > 2
kali sebulan.
- Trombositosis yang terbukti menimbulkan
trombosis.
- Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan
antitistamin.
- Splenomegali simtomatik atau mengancam ruptur
limpa.
Prosedur pemberian kemoterapi sitostatik :
- Hidroksiurea atau disebut juga hidroksikarbamid
adalah obat antineoplastik non-alkilasi yang telah
lama digunakan di bidang hematologi dan onkologi.
Sebagai lini pertama terapi PV, hidroksiurea dapat
menurunkan insidens trombosis dibandingkan terapi
plebotomi saja. Obat ini tidak dapat digunakan pada
kehamilan karena pada hewan menembus plasenta
dan teratogenik
- Indikasi interferon alfa adalah reaksi alergi atau
resistensi terhadap hidroksiurea. IFN-α memiliki efek
antiproliferatif, proapoptosis, antiangogenik, dan
imunomodulator; juga menurunkan aktivitas
telomerase sel hematopoietik maligna dan non-
maligna. Keuntungan lain adalah ukuran limpa
mengecil dan hilangnya pruritus

- Busulfan adalah agen alkilasi yang menurunkan


jumlah JAK2V617F. Busulfan juga memacu respons
hematologik lebih lama pada pasien yang alergi atau
resisten terhadap hidroksiurea.
- Ditinjau dari patofisiologi PV, inhibisi JAK2 dapat
menjadi pilihan terapi. Salah satu penghambat JAK2
adalah ruxolitinib

Pemberian obat dihentikan jika hematokrit :


- Pada pria ≤ 47% dan memberikannya lagi jika > 52%
- Pada wanita ≤ 42% dan memberikannya lagi jika >
49%.

 
 
Pengobatan Suportif
- Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-699
mg/hari oral pada pasien dengan penyakit yang aktif
dengan memperlihatkan fungsi ginjal.
- Pruritus dan urtikaria dapat diberikan antitistamin,
jika diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan
penyinaran ultraviolet range A (PUVA).
- Gastritis atau Ulkus peptikum dapat diberikan
penghambat reseptor H2.
- Antiagregasi trombosit analgrelide turunan dari
quinazolin disebutkan juga dapat menekan
trombopoesis.
Prognosis
Komplikasi
Komplikasi
1. Trombosis
Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas,
arteriosklerosis dan trombositosis.
2. Perdarahan
Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat
adanya hipervolemia dan gangguan fungsi trombosit.
3. Gagal jantung
Disebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat
dari hipervolemia, hiperviskositas, hiperfusi dan
kemungkinan infrak miokard akibat trombosis.
Respons Assesment
KESIMPULAN
- Polisitemia vera merupakan suatu keganasan derajat
rendah sel-sel induk hematopoetik dengan karakteristik
peningkatan jumlah eritrosit absolut dan volume darah
total yang biasanya disertai dengan leukositosis,
trombositosis serta splenomegali.
- Polisitemia vera dapat mengenai semua umur, sering
pada pasien berumur 40-60 tahun. Polisitemia adalah
penyakit kronis dengan survival median pasien sesudah
terdiagnosa tanpa diobati 1,5-3 tahun sedangkan yang
dengan pengobatan lebih dari 10 tahun.
- Pengobatan terhadap polisitemia vera ditujukan untuk
mengurangi resiko kesakitan dan juga kematian akibat
komplikasi yang ditimbulkan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai