Anda di halaman 1dari 19

SYNDROME

MYELOPROLIFERATIVE

Dokter Pembimbing :
dr. Faisal Syarifuddin, Sp. PD

Disusun oleh :
Fatimah Azzahra A
2016730037
DEFINISI & ETIOLOGI

• Syndrome myeloproliferative adalah suatu keadaan yang ditandai dengan proliferasi klonal satu
atau lebih komponen hemopoietik di sumsum tulang dan dalam banyak kasus juga terjadi pada hati
dan limpa.

• Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh adanya mutasi gen yang didapat yaitu gen yang mengkode
protein tirosin kinase, Janus-associated kinase 2 (JAK2), MPL (reseptor trombopoietin), atau
calreticulin (CALR).

• Tiga gangguan non-leukemia utama yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah:
 Polycythaemia vera (PV)
 Essential thrombocythaemia (ET)
 Primary Myelofibrosis
POLYCYTHAEMIA

• Polycythaemia didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi haemoglobin di atas batas


normal sesuai dengan jenis kelamin dan usia pasien.
• Polycythaemia diklasifikasikan secara umum menjadi absolute polycythaemia dan
pseudopolycythaemia.

Absolute polycythaemia
• Disebut juga sebagai erythrocytosis dimana massa atau volume dari sel darah merah
meningkat lebih dari 125% diatas nilai normal sesuai dengan berat badan , jenis kelamin.

• Absolute polycythaemia dibagi menjadi primary polycythaemia atau polycythaemia vera


dan secondary polycythaemia

Pseudopolycythaemia
• Suatu keadaan dimana volume sel darah merah normal tetapi volume plasma berkurang
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

• Polycythaemia Vera (PV) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mutasi
somatik dari sel induk hemopoietik yang menyebabkan proliferasi pada sel
turunannya.
• Mutasi JAK2V617F hadir dalam sel hemopoietik pada sekitar 97% pasien dan mutasi
pada ekson 12 terlihat pada sebagian sisanya

Gambaran Klinis
1. Sakit kepala, dyspnea, penglihatan kabur dan keringat malam. Pruritus, biasanya
terjadi setelah mandi air panas.
2. Penampilan: Sianosis ruddy, conjunctival suffusion dan pembengkakan vena retina.
3. Splenomegali pada 75% pasien.
4. Perdarahan atau trombosis, baik arteri atau vena, dapat terlihat.
5. Gout (akibat peningkatan produksi asam urat).
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

Gout arthritis mtp 1


POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

Kriteria Diagnosa
Terdapat kriteria dalam mendiagnosa pasien dengan PV. Yaitu
Pada JAK2-Positive PV diagnosa ditegakkan dengan adanya
kedua kriteria A1 dan A2, sedangkan pada JAK2-Negative
PV diagnosa ditegakkan berdasarkan adanya kriteria A1 + A2
+ A3 + antara kriteria A lainnya atau 2 kriteria B.
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

Pemeriksaan Laboratorium

1. Jumlah hb, ht dan eritrosit meningkat, total volume sel darah merah meningkat.
2. Leukositosis neutrophil terdapat pada >50% dan beberapa diantaranya memiliki peningkatan basofil.
3. Jumlah trombosit yang meningkat terdapat pada sekitar setengah dari pasien.
4. Mutasi JAK2 di sumsum tulang.
5. Sumsum tulang mengalami hiperselular dengan pertumbuhan trilineage.
6. Serum eritropoietin rendah
7. Plasma urat sering meningkat; serum laktat dehydro-genase (LDH) normal atau sedikit meningkat.
8. Sirkulasi progenitor eritroid ( Erythroid colony forming unit, CFU E, dan Erythroid burst forming unit, BFUE)
meningkat dibandingkan dengan normal.
9. Kelainan kromosom (mis. Delesi 9p atau 20q) ditemukan pada sebagian kecil subjek dan mutasi pada TET ‐ 2
atau gen epigenetik lainnya terjadi pada 10-20%.
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

Tatalaksana
Pengobatan ditujukan untuk mempertahankan jumlah darah normal,
Hematokrit harus dipertahankan sekitar 0,45 dan jumlah trombosit di bawah
400 × 109 / L.

1. Veneseksi
Bertujuan untuk mengurangi hematokrit hingga
kurang dari 0,45 khususnya bermanfaat ketika
diperlukan pengurangan volume sel darah merah
secara cepat misalnya saat awal terapi.

2. Hidroksiurea
Perawatan harian secara rutin dapat mengendalikan
jumlah darah dan perlu dilanjutkan selama bertahun-
tahun.
POLYCYTHAEMIA VERA (PV)

Tatalaksana
Pengobatan ditujukan untuk mempertahankan jumlah darah normal, Hematokrit harus
dipertahankan sekitar 0,45 dan jumlah trombosit di bawah 400 × 10 9 / L.
3. JAK Inhibitor
Obat-obatan seperti ruxolitinib (lestaurtinib, pacritinib dan momelo-tinib sedang dalam uji
coba) menghambat aktivitas JAK2 dan efektif pada banyak pasien

4. Interferon
α ‐ Interferon menekan proliferasi berlebih di sumsum dan telah menghasilkan respons
hematologis yang baik

5. Aspirin
Aspirin dosis rendah mengurangi komplikasi trombotik tanpa peningkatan risiko
perdarahan mayor yang signifikan dan digunakan pada hampir semua pasien.
ESSENTIAL
THROMBOCYTHAEMIA
ESSENTIAL THROMBOCYTHAEMIA

Essential thrombocythaemia adalah suatu kondisi dimana terdapat peningkatan dalam


jumlah trombosit oleh karena adanya proliferasi megakariosit dan produksi yang
berlebihan dari trombosit. Proliferasi disebabkan oleh adanya mutasi JAK2 (V617F)
pada 60% pasien.

Tanda Klinis dan Laboratorium


• Trombosis dan perdarahan.
• Sindrom Budd-Chiari
• Eritromelalgia
• Splenomegali
• Trombosit yang besar dan abnormal pada pemeriksaan darah tepi
ESSENTIAL THROMBOCYTHAEMIA

Kriteria Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dengan adanya gejala positif pada A1-A3 atau A1 + A3-A5.

A1 Jumlah trombosit yang bertahan di atas 450 x 109 / L.


A2 terdapat adanya mutase patogenetik yang didapat (JAK2 atau CALR)
A3 tidak ada keganasan myeloid lainnya, PV, Myelofibrosis primer, leukimia myeloid
kronis (CML) atau sindrom myelodysplastic
A4 tidak adanya penyebab reaktif untuk trombositosis dan penyimpanan zat besi normal
A5 histologi trephine sumsum tulang menunjukkan peningkatan megakaryocytes dengan
bentuk hiperlobulasi yang besar dan menonjol ; retikulin umumnya tidak meningkat.
ESSENTIAL THROMBOCYTHAEMIA

Penatalaksanaan
• Aspirin dosis rendah pada 75 mg/ hari umumnya direkomendasikan dalam semua
kasus
• Hydroxycarbamide adalah pengobatan yang paling banyak digunakan dan
ditoleransi dengan baik, meskipun setelah terapi berkepanjangan beberapa pasien
mengalami keratosis kulit, epitel, ulserasi atau pigmentasi.
• Anagrelide adalah pengobatan lini kedua yang baik tetapi memiliki efek samping
kardiovaskular, dan kemungkinan peningkatan risiko myelofibrosis juga menjadi
perhatian.
• Kedua obat ini (Hidroxycarbamide dan Anagrelide) dapat dikombinasikan dengan
dosis rendah untuk mengurangi efek samping.
• α ‐ Interferon juga efektif dan sering digunakan pada pasien yang lebih muda atau
selama kehamilan
PRIMARY MYELOFIBROSIS
PRIMARY MYELOFIBROSIS

Definisi dan Etiologi


Primary myelofibrosis adalah keadaan sekunder akibat adanya hyperplasia
megakariosit yang bersifat abnormal dan menyebabkan fibrosis pada sumsum
tulang. Mutasi JAK2 pada 55% pasien CALR 25% dan MPL 10%.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Anemia dengan kadar hemoglobin normal atau meningkat dapat ditemukan
pada beberapa pasien.
2. Jumlah sel darah putih dan trombosit sering tinggi, namun leukopenia dan
trombositopenia juga sering terjadi.
3. Ditemukan adanya perubahan leucoerythroblastic. Sel-sel darah merah
menunjukkan karakteristik poikilosit 'Tear-drop'.
PRIMARY MYELOFIBROSIS

Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan gambaran sumsum
tulang fibrotik dan hiperselular. Peningkatan magakariosit sering terlihat.
Dalam 10% kasus terjadi peningkatan pembentukan tulang dengan
peningkatan kepadatan tulang pada rontgen.
5. JAK2 bermutasi pada sekitar 55% kasus dan mutasi CARL terjadi pada
25%. Pasien yang bermutasi dengan CARL memiliki sel darah putih
yang lebih rendah dan jumlah trombosit yang lebih tinggi dan
kelangsungan hidup yang lebih lama.
6. Kadar serum urat dan LDH serum tinggi.
PRIMARY MYELOFIBROSIS

Tatalaksana
• Tatalaksana bertujuan untuk mengurangi efek anemia dan splenomagali.
• Transfusi darah dan terapi asam folat secara teratur dapat memberi manfaat bagi
pasien anemia berat.
• Ruxolitinib adalah inhibitor JAK2 oral yang dapat mengurangi ukuran limpa,
meningkatkan gejala konstitusional dan kualitas hidup dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
• Hydroxycarbamide juga dapat mengurangi gejala splenomegali dan hipermetabolik.
• Splenektomi dapat dipertimbangkan bagi pasien dengan splenomegali simptomatis yang
parah.
• Allopurinol dapat diindikasikan untuk mencegah gout dan nefropati urat akibat
hiperurisemia.
• Transplantasi sel induk alogenik dapat bersifat kuratif untuk pasien muda.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai