yang diturunkan dari enzim piruvat kinase, suatu enzim yang digunakan oleh sel darah merah. Tanpa enzim tersebut, sel darah merah mudah rusak. Hal tersebut menyebabkan rendahnya tingkat sel-sel ini (anemia hemolitik). Patogenesis
• Phosphoenol piruvat piruvat + ATP untuk mempertahankan membran RBC • Defisiensi piruvat kinase RBC mudah lisis karena ATP berkurang (tidak dapat dikoreksi dengan penambahan glukosa, pada sferositosis herediter dapat dikoreksi dengan glukosa) Gambaran Klinis • Anemia normokromik dan normositik ringan sampai berat • Reticulocytosis • Cholecystolithiasis: Biasanya setelah dekade pertama hidup tapi mungkin di masa kecil • Penonjolan kening (frontal bossing) • Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir • Icteric sclera • Splenomegali (cukup ringan sampai sedang) • Tanda Murphy • Ulkus kaki kronis (dewasa) Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi menunjukkan Poikilositosis dan
prickle cell yang terdistom. • Tingkat aktivitas enzim pada kebanyakan pasien dengan kekurangan piruvat kinase adalah 5-25% dari normal, dengan pengukuran zat antara (2,3-difosfogliserol dan glukosa-6-fosfat) proksimal terhadap defek enzim yang membantu mengkonfirmasi diagnosis. Tatalaksana
• Splenektomi hanya diindikasikan untuk pasien dengan
anemia berat. Prosedur ini tidak menghilangkan hemolisis atau memperbaiki anemia ringan, namun bisa mengurangi anemia berat dan sering dilakukan untuk meminimalkan kebutuhan transfusi darah pasien. • Transfusi sel darah merah mungkin diperlukan jika nilai hemoglobin pasien turun secara signifikan. Defek pada jalur heksose-monofosfat Defisiensi G-6PD
• Adalah anemia hemolitik yang disebabkan karena
defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) • Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan enzimopati terkait kromosom X yang paling umum diderita manusia. Epidemiologi
• Defisiensi G6PD diperkirakan diderita 400 juta orang di seluruh
dunia. • Prevalensi tertinggi ditemukan di negara-negara SubSahara Afrika terutama di daerah-daerah dengan endemisitas malaria tinggi. • Di Indonesia, prevalensi defi siensi G6PD berkisar 2,7% hingga 14,2%. • Prevalensi defisiensi G6PD yang tinggi di daerah endemis malaria dikaitkan dengan resistensi terhadap infeksi malaria Penyebab Hemolisis Hemolisis pada anemia defisiensi G6DP dapat dipicu oleh beberapa hal, seperti : 1. Obat-obatan terdiri atas : • Anti malaria : primakuin, pirimetamin, kinine, dan khlorokuin • Antibakteri : sulfonamid, nitrofurantoin, penisilin, streptomisin, dan INH • Analgetika : fenasetin, salisilat, parasetamol • Lain-lain : vitamin K, probenesid, quinidin, dan dapson 2. Infeksi dan ketoasidosis diabetik 3. Fava bean (mengandung conviciene) sehingga menimbulkan favism. Patogenesis • Enzim G6PD berfungsi mereduksi NADP NADPH • NADPH diperlukan untuk membentuk glutation reduksi (GSH) kekurangan GSH menyebabkan RBC peka terhadap oksidan • NADPH GSH dengan bantuan enzim G6PD • GSH mencegah Hb dari proses oksidasi oleh bahan bersifat oksidatif • Defisiensi G6PD tidak terbentuk GSH Hb teroksidasi Hb denaturasi dan presipitasi Heinz bodies, yg melekat di membran RBC RBC mudah lisis Etiologi
NADPH tidak terbentuk
GSH tidak terbentuk
Eritrosit rentan teroksidasi
Eritrosis mudah lisis Hb teroksidasi
Anemia Hemolitik methemoglobinemia
Gambaran Klinis Sebagian besar penderita defi s iensi G 6PD tidak bergejala dan tidak mengetahui kondisinya. Penyakit ini muncul apabila eritrosit mengalami stres oksidatif dipicu obat, infeksi, maupun konsumsi kacang fava. Dapat menimbulkan : • Drug induced hemolytic anemia • Favism • Neonatal jaundice • Chronic hemolysis • Di luar serangan, penderita umumnya asimtomatik. Gejala klinik timbul akibat adanya hemolisis ekstravaskuler atau intravaskuler. Penyakit ini muncul apabila eritrosit mengalami stres oksidatif dipicu obat, infeksi, maupun konsumsi fava beans. Diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi G6PD dibuat berdasarkan :
• Riwayat klinis pemaparan obat atau infeksi • Tanda-tanda hemolisis • Adanya Heinz’s body • Aktivitas enzim G6PD menurun, yang dapat diukur secara langsung Gambaran Laboratorium Gambaran laboratorium di luar serangan menunjukkan gambaran hematologik normal, hanya aktivitas enzim G6PD eritrosit menurun. Pada saat serangan gambaran laboratorium yang dapat dijumpai adalah : • Tanda-tanda hemolisis intravaskuler • Gambaran apusan darah tepi menunjukkan contracted and fragmented cells, bite cells, dan blister cells. Terdapat inclusion bodies pada eritrosit. Penatalaksanaan • Menghentikan pemakaian etiologi • Mengobati infeksi mendasar • Melakukan tranfusi darah bila anemia berat • Mempertahankan keluaran urin yang tinggi Bayi yang menderita ikterus neonatum dan pada kasus yang berat mungkin memerlukan fototerapi dan tranfusi- tukar Kelainan membran RBC yang herediter Sferositosis • Sferositosis herediter (SH) merupakan salah satu jenis anemia hemolitik yang disebabkan defek molekular pada satu atau lebih protein sitoskleletal sel darah merah sehingga terjadi kerusakan pada membran sel darah merah. • Kerusakan terjadi sebagai akibat defek molekular pada satu atau lebih protein sitoskleletal sel darah merah yang terdiri dari spektrin, ankirin, band 3 protein, dan protein lainnya. • Sebagian besar kasus SH diturunkan secara autosomal dominan, namun 25% kasus disebabkan oleh mutasi spontan atau diturunkan secara resesif. • Defek selular primer pada SH adalah berkurangnya luas permukaan membran relatif terhadap volume intraselular sel eritrosit. Sehingga menyebabkan bentuk sel menjadi bulat dan deformabilitas sel berkurang • Selain itu, defek protein pada membran sel meningkatkan fragilitas membran • sehingga sel menjadi mudah lisis terutama di limpa. Limpa memiliki pH dan kadar glukosa yang rendah serta kadar toksin radikal bebas yang tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit. Eliptositosis Herediter
• Penyakit ini merupakan gangguan herediter yang
berkaitan dengan gangguan stuktur kerangka protein membran sel darah merah • Penyakit ini berkaitan dengan kelainan morfologik di apusan darah perifer dan adanya sel elips memanjang. • Pada kebanyakan kasus, penyakit ini diwariskan sebagai sifat dominan autosomal. • Penyakit ini kadang menyebabkan anemia ringan, tetapi tidak memerlukan pengobatan. Pada anemia yang berat mungkin perlu dilakukan pengangkatan limpa. • Defek membran yang herediter ini menunjukkan adanya defisiensi a dan b spektrin, serta adanya defek dari spectrin heterodimer self-associations yang menyebabkan terjadinya fragmentasi dari eritrosit. • Sebagian diantaranya mengalami mutasi pada protein 4.1 dan glikoprotein C yang menyebabkan terjadinya eliptositosis. Stomatositosis Herediter • Stomatositosis herediter menggambarkan sejumlah kondisi manusia dominan autosom yang diwariskan yang memengaruhi sel darah merah, di mana membran atau lapisan luar sel 'kebocoran' natrium dan ion kalium • Penyebab kondisi keturunan ini sekarang dipahami sebagai berbagai mutasi pada protein membran eritrosit , band 3 protein . Protein inilah yang menjadi perantara kebocoran kation yang menjadi ciri khas penyakit ini. • Osmosis mengarah ke sel darah merah yang memiliki kecenderungan konstan untuk membengkak dan pecah. • Kecenderungan ini dilawan dengan memanipulasi aliran ion natrium dan kalium. • 'Pompa' memaksa natrium keluar dari sel dan kalium masuk, dan aksi ini diimbangi dengan proses yang disebut 'kebocoran pasif'. • Pada stomatositosis herediter, kebocoran pasif meningkat dan sel menjadi terbanjiri oleh garam dan air. Sel lisisdan hasilnya adalah anemia hemolitik . • Untuk alasan yang belum diketahui, sel-sel mengambil bentuk cangkir, dengan area 'berbentuk mulut' (stoma) dari pucat pusat. Dua jenis stomatositosis yang diklasifikasikan sehubungan dengan status hidrasi adalah overhydrate (hidrositosis) dan dehidrasi (xerositosis). Piropoikilositosis Herediter
• Hereditary pyropoikilocytosis (HPP) adalah bentuk resesif
autosomal anemia hemolitik yang ditandai dengan sensitivitas abnormal sel darah merah terhadap panas • Morfologi eritrosit mirip dengan yang terlihat pada luka bakar termal atau dari paparan sampel darah pasien sehat yang berkepanjangan dengan suhu ruangan yang tinggi. • Pasien dengan HPP cenderung mengalami hemolisis parah dan anemia pada masa bayi yang berangsur membaik, berevolusi menuju elliptocytosis tipikal di kemudian hari. • Namun, hemolisis dapat menyebabkan sekuestrasi dan penghancuran sel darah merah yang cepat. • Apusan darah perifer memperlihatkan anisositosis dan poikilositosis yang ekstrim. • Mutasi gen alphaspectrin menyebabkan penyakit ini. Kelainan Membran RBC yang Didapat Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
• Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH) adalah
kelainan kronis didapat (acquired) yang ditandai terjadinya hemolisis intravaskuler dan hemoglobinuria yang pada umumnya terjadi pada saat pasien tidur di malam hari. • Hal ini disebabkan oleh kelainan seluler karena mutasi somatic pada totipoten hematopoetic stem cell yang menyebabkan kerusakan intrinsik pada membran sel darah merah sehingga lebih rentan terhadap aksi lisis dari komplemen. • Mutasi somatic pada totipoten hematopoetic stem cell ini menyebabkan terjadinya defisiensi berbagai jenis protein yang diperlukan bagi pembentukan glycosylphosphatidylinositol anchored (GPI anchored), yakni antara lain : – leucocyte alkaline phosphatase – acethylcholinesterase – decay accelerating factor (DAF, CD55) – membrane inhibitor of reactive lysis (MIRL, CD59) – FcgammaRIIIb – C8 binding protein – lymphocyte function associated antigen 3 – CDI4 – dan urokinase receptor. • Akibat defisiensi ini, GPI anchored yaitu suatu struktur kompleks yang berfungsi mengatur protein permukaan sel hematopoetik serta mengatur kadar complement- mediated lysis juga mengalami defisiensi. • Diagnosis PNH ini dapat ditegakkan dengan melihat tanda dan gejala klinis seperti anemia, ikterus, splenomegali, hemoglobinuria terutama pagi hari, adanya tanda anemia hemolitik kronik, dan dapat juga terjadi perdarahan akibat terjadinya trombositopenia. • Dari laboratorium dapat kita jumpai tanda anemia hemolitik seperti polikromasi dan retikulositosis serta pada hapusan darah tepi yang sesuai dengan gambaran anemia hemolitik, sering disertai gambaran anemia defisiensi besi, dapat pula menyerupai anemia aplastik. Referensi
• Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, E11. Jakarta:EGC • Sari Pediatri, Laporan kasus Sferositosis Herediter • Lecture Notes Kedokteran Klinis ed.6 • Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC • Hematologi klinik ringkas • https://emedicine.medscape.com/article/207468-overview#a5 • https://id.iliveok.com/health/defisiensi-piruvat-kinase-penyebab-gejala- diagnosis-pengobatan_76453i15937.html • Laporan kasus PNH Jurnal FK Unand