DIVISI HEMATO-ONKOLOGI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. HASANUDDIN
2019
Pendahuluan
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh
proses hemolysis, yaitu perubahan eritrosit dalam
pembuluh darah sebelum waktunya. Pada anemia
hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal
umur eritrosit 100-120 hari
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis,
karena kerusakan abnormal sel darah merah baik di
dalam pembuluh darah (hemolysis intravascular) atau di
tempat lain selain di pembuluh darah (extravascular)
Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa anemia
hemolitik tidak memiliki kecenderungan jenis kelamin
dan ras. Hanya saja, pada AIHA angka kejadian
dilaporkan sedikit lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria. Selain itu defisiensi Glukosa-6-
fospat dehydrogenase (G6PD) lebih banyak ditemukan
pada laki-laki karena diturunkan secara X resesif. Pada
defisiensi G6PD perempuan menjadi karier.
AIHA termasuk penyakit yang jarang, insidensinya
sebanyak 1-3 kasus per 100.000 populasi per tahun.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Defenisi
Ditandai oleh adanya autoantibodi yang mengikat
permukaan membran eritrosit dan menyebabkan
penghancuran sel darah sebelum waktunya
Primer :
Warm reactive AIHA
Paroxysmal cold hemoglobinuria (PCH)
Cold aglutinin disease
Sekunder :
Systemic autoimmune disease (mis : Lupus)
Keganasan (Hodgkin’s & NHL)
Immunodeficiency
Infeksi (Mycoplasma, virus)
Drug-induced
Anemia Hemolitik Autoimun Primer
Penyakit ini bukan penyakit yang jarang ditemukan, insiden 1
dari 80.000 orang dalam populasi umum
Kebanyakan terjadi setelah terkena penyakit infeksi
Pada anak-anak : laki-laki > perempuan, remaja : perempuan >
laki-laki
Dapat mengenai berbagai usia, suku, bangsa
Gejala Klinis
Anemia
Jaundice
Urine : warna seperti teh, cola, mahagoni
Sakit perut atau demam(jarang)
Riwayat : pemakaian obat-obatan, penyakit infeksi
sebelumnya
PD :
pucat & ikterus conjunctiva & telapak
tangan
Takikardi
Hepatosplenomegali
Diagnosis
Hemoglobin, lekosit, trombosit
Slide darah tepi :
Sperosit warm reactive AIHA
Tear drop, skistosit, howell jolly bodies
Polikromasia sering
Retikolositosis
BMP : erythroid hyperplasia, rasio M/E dibawah normal
Urinalisa
Lactate dehydrogenase & aspartate aminotransferase meningkat, serum alanine
aminotransferase & enzim hati lain tidak meningkat
Hiperbilirubinemia
DAT/ Coombs tes
Karakteristik Anemia Hemolitik Autoimun Primer
Karakteristik Warm Reactive PCH Cold Aglutinin
Ig isotop Ig G Ig G Ig M
Thermal reactivity 370c 40c 40c
Fixes complement Variabel Yes Yes
DAT
40c - Ig G, C3 C3
370c Ig G, C3 C3 C3
Titer Plasma Rendah/ tidak ada Sedang Tinggi
Homolisin Tidak Yes Variabel
Antigenic specificity Rh dan lainnya P I/I
Tempat penghancuran
sel darah merah Limpa Intravaskuler Hati,
Pengobatan Kortikosteroid Hindari dingin intravaskuler
Splenektomi Kortikosteroid Hindari dingin
Plasmapheresis
Anemia Hemolitik Autoimun Sekunder
B. Genotip
Konstitusi genetik :
1. Thalasemia Homozigot
2. Thalasenia Heterozigot
C. Klinis
Beratnya penyakit :
1. Thalasemia mayor
2. Thalasemia minor
Manifestasi Klinis
• Pucat yang berlangsung lama
• Ikterus
• Gangguan Pertumbuhan
• Splenomegali
• Hepatomegali
• Kelainan Tulang : Penipisan Korteks, Facies Cooley (Facies
thalasemia/mongoloid), Hair on end / hair brush appearance
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
1. Darah rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah
lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi
hipersplenisme akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
2. Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
3. Gambaran darah tepi
Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik
hipokrom. Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan
retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
4. Serum Iron & Total Iron Binding Capacity
Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan
menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.
• Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis
hemoglobin. Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita
thalassemia saja, namun juga pada orang tua, dan saudara sekandung
jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb
A2. petunjuk adanya thalassemia α adalah ditemukannya Hb Barts dan
Hb H. Pada thalassemia β kadar Hb F bervariasi antara 10-90%,
sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
• Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang
sangat aktif sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid
adalah 0,8. pada keadaan normal biasanya nilai perbandingannya
10 : 3.
• Pemeriksaan roentgen
Ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi
memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak
memberikan gambaran yang khas, disebut dengan hair on end
yaitu menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak
besar.
Penanganan
• Transfusi darah
• Kelasi besi (iron chelating agent)
• Mencegah/mengatasi infeksi
• Splenektomi
• Pendukung : Vitamin C, Kalsium, Asam Folat
• Transplantasi Sumsum Tulang
• Induksi sintesis rantai gamma
• Terapi gen
Pencegahan
• Pucat
• Riwayat ikterus neonatorum
• Splenomegali
Tata Laksana
Tala laksana SH secara garis besar sama dengan anemia hemolitik
pada umumnya. Asam folat diberikan pada pasien anemia
hemolitik kronis untuk merangsang eritropoiesis, namun tidak ada
bukti kuat yang mendukung suplementasi asam folat pada SH.
Walaupun demikian, asam folat dibutuhkan pada pasien SH
dengan anemia berat mengingat kemungkingan defisiensi pada
keadaan tersebut. Dosis yang direkomendasikan pada SH dengan
anemia sedang sampai berat 2,5 mg/hari untuk anak di bawah 5
tahun dan 5 mg/hari untuk usia lebih tua. Transfusi rutin diberikan
pada pasien SH dengan anemia berat, krisis aplasia, dan
hipersplenisme.1 Pasien pernah mengalami anemia berat sehingga
membutuhkan transfusi darah merah, namun dalam pengamatan
selanjutnya kadar Hb pasien berkisar 8-9 g/dL, sehingga tidak
dilakukan transfusi secara rutin.
Prognosis
Prognosis pasien baik karena anemia yang dialami masih
dapat dikompensasi oleh sumsum tulang.
ENZIMOPATI
Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Fosfat
Dehidrogenase)
Defisiensi enzim yang paling sering mengakibatkan hemolisis.
Enzim ini dikode oleh gen yang terletak di kromosom X
sehingga defisiensi G6PD lebih sering pada laki-laki; pada
perempuan biasanya carrier dan asimptomatik.
Manifestasi klinis biasanya asimptomatik kecuali jika terinduksi
oleh infeksi, obat-obatan atau fava beans (buncis) (dapat
terjadi neonatal jaundice dan episodic acute hemolytic
anemia).
Kasus berat: Hemoglobinuria, ikterus dan penurunan Hb yang
cepat.
Diagnosis :
-Penurunan kadar enzim G6PD
electrophoresis and molecular analysis
-Penurunan kadar Hb da Hct (acute
hemolysis)
-High reticulocyte count
-ADT: “bite cells” dan polychromasia
(menunjukkan adanya retikulositosis)
-Keberhasilan screening test: dekolorisasi
metilen blue, reduksi methemoglobin dan
fluorescence dari NADPH. Gambaran perubahan morfologi
eritrosit (anisopoikilositosis & “bite
cells”)
Defisiensi Piruvate Kinase (PK)
Salah satu penyebab terbanyak anemia hemolitik akibat
defisiensi enzim.
Mutasi gen PKLR (Pyruvate Kinase Liver/RBC)
Manifestasi klinis: Mild to severe neonatal hemolytic anemia,
severe jaundice (neonatal period) & kernicterus.
Anak besar kadar Hb 8-12 mg/dL, pucat, ikterus dan
splenomegali
Laboratorium:
-Anemia Normositik (makrositik ringan) normokrom
-Peningkatan reticulocyte count ekstrim
Polychromatophilia & mild macrocytosis
Terapi:
-Hyperbilirubinemia in newborns fototerapi dan transfusi tukar
-Anemia berat atau krisis aplastik transfusi PRC
-Splenektomi dianjurkan setelah anak berusia 5-6 tahun untuk
mencegah transfusi berulang dan meminimalisir overload besi.