Anda di halaman 1dari 36

DISPERSI

KASAR
SISTEM
TERDISPERSI

FASE MEDIUM
TERDISPERS TERDISPERS
I I
MOLEKULAR < 1,0
nm
SISTEM KOLOI 0,5 m – 1,0
TERDISP D
KASA
nm
> 0,5
ERSI R m
SISTEM
TERDISP
ERSI
 Bentuk sediaan yang
berupa dispersi kasar yaitu
bentuk suspensi dan
emulsi.

 Suspensi dan emulsi merupakan


DISPERSI KASAR bentuk sediaan yang
heterogen
dimana terdiri dari dua fase yang
tidak saling bercampur, namun
disatukan dengan sebuah bahan
yang disebut sebagai
Kriteria suspensi yang baik sebagai
berikut.
1. Zat yang tersuspensi tidak boleh
cepat
mengendap.
2. Bila mengendap, maka bila dikocok harus
segera terdispersi.
3. Mudah dituang dari botol.
SUSPENSI 4. Mudah mengalir melewati jarum suntik, jadi
tidak boleh terlalu kental.
5. Dapat tersebar dengan baik di permukaan kulit.
6. Tidak boleh sedemikian mudah
bergerak sehingga gampang hilang.
7. Dapat kering dengan cepat dan
membentuk
lapisan pelindung yang elastis.
FLOKULAS DEFLOKULAS
I I

SUMBER: ANIMASI DIAMBIL DARI ABDUL KAHAR


DEFLOKULASI FLOKULASI

• Ukuran partikel kecil • Partikel membentuk agregat


• Laju pengendapan lambat bebas (ukuran besar)
• Endapan yang • Laju pengendapan tinggi
terbentuk lambat • Endapan terbentuk cepat
• Endapan sangat padat, • Partikel tidak mengikat
SUSPENSI sehingga sulit jika kuat sehingga mudah
(TIPE didispersi kembali untuk didispersikan

SUSPENSI) • Penampilan suspensi kembali


menarik karena tersuspensi • Suspensi menjadi keruh
untuk waktu yang lama, karena pengendapan yang
supernatannya keruh bahkan optimal dan
ketika pengendapan terjadi. supernatannya jernih.
 Dalam pembuatan suspensi, bahan padatan digerus
terlebih dahulu. Proses pengerusan akan membuat
ukuran partikel menjadi kecil sehingga akan
menyebabkan luas permukaan partikel makin
besar.
 Suspensi merupakan sediaan yang terdiri dari dua
fase yang tidak saling bercampur yaitu bahan
padatan sebagai fase terdispersi dan pelarut sebagai
SUSPENSI fase pendispersi. Karena ketidakcampuran ini, maka
terdapat tegangan antarmuka antara permukaan
(SIFAT padatan (fase padat) dengan permukaan pelarut (fase

A NTA R cair).
 F : Energi bebas
MUKA)  : tegangan permukaan
A : luas permukaan antar
𝑭 = partikel
Jika ΔF = 0 maka sediaan ini
𝑨 akan stabil secara
termodinamika.
Jika ΔF = Ø maka
termodinamika tidak
Setiap sediaan yang tidak stabil akan
cenderung berusaha untuk menstabilkan
keadaannya. Begitu halnya dengan suspensi,

SUSPENSI agar mendekati keadaan stabil, partikel-


(SIFAT partikel dalam suspensi cair cenderung untuk
ANTARMU berflokulasi yaitu membentuk suatu
KA) gumpalan (agglomerate). Sedangkan untuk
mengurangi tegangan antarmuka, dapat
dilakukan dengan penambahan suatu
 Salah satu aspek dari kestabilan fisika
dalam suspensi di bidang Farmasi
adalah menjaga partikel agar tetap
terdistribusi secara merata ke seluruh
dispersi.

SUSPENSI  Kecepatan pengendapan tergantung dari


(PENGENDA ukuran partikel dan viskositas ketika
ukuran partikel yang kecil maka partikel
PAN) lambat untuk mengendap dan cenderung
untuk membentuk agregat dan flokulasi
dan jika mengendap dapat menyebabkan

caking dan bila viskositas besar sulit


keluar mengalir dari dalam mulut
HUKUM STOKES:
2 𝑟2 𝑝 − 𝑝𝑜 𝑔
𝑣=
9
Keterangan: 0
v = kecepatan akhir dalam

SUSPENSI cm/det d = diameter partikel


dalam cm
(PENGENDA ρ = kerapatan dari fase
PAN) terdispersi

ρo = kerapatan dari fase medium


pendispersi

0 = viskositas medium
V semakin kecil maka
pendispersi g = kecepatan
stabilitasnya semakin meningkat
gravitasi
PARAMETER
EVALUSI:
𝑉
F 𝑈
= 𝑣0
 𝑉 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

= 𝑣
Keterangan:𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦 𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑑𝑒𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

F : VOLUME
SEDIMENTASI
SUSPENSI VU
: VOLUME AKHIR
(PENGENDA VO
: VOLUME AWAL

PAN)

: DERAJAD FLOKULASI

VOLUME SEDIMENTASI DAPAT


MEMPUNYAI NILAI YANG BERJARAK
KURANG DARI 1 SAMPAI LEBIH BESAR
DARI 1
PEMBUATAN
SUSPENSI
(MEKANISME
PEMBASAH
AN)
DAYA MEMBASAHI DARI SUATU SERBUK DITENTUKAN
DENGAN
SURFAKTAN = MENGAMATI SUDUT
MENUNJUKKA
90ARTIKEL
P
N O
PARTIKEL
KONTAK. SUDUT
MENGAMBANG
CAIRAN, MELAYANG
KONTAK MENDEKATI
PADA
PADA

WETTING AGENT SUDUT


YANG KONTAK CAIRAN
KURANG DARI 90O DAN PARTIKEL
MENUNJUKKAN
YANG TENGGELAM MENUNJJUKAN TIDAK ADA SUDUT
KONTAK.
Mekanisme
PEMBUATAN pembasahan:
a – b : terjadi pembasahan adhesional dimana partikel yang
SUSPENSI tadinya memiliki kontak dengan udara mulai terbasahi dan
(MEKANISME terjadi kontak dengan cairan.
PEMBASAH b – c : proses pencelupan dimana dengan tekanan partikel-
AN) partikel tercelup dan terbasahi semuanya sehingga tidak
ada lagi kontak antara partikel dengan udara.
c – d : proses terjadinya pembasahan secara sempurna
sehingga cairan menyebar pada seluruh partikel.
Suatu system yang TIDAK
STABIL SECARA
TERMODINAMIKA yang
mengandung PALING
SEDIKIT DUA FASE
EMULSI CAIR
yang tidak bercampur,
dimana sati diantaranya
DIDISPERSIKAN SEBAGAI
BOLA-BOLA (0,1-10 m) dan
fase cair lain
surfaktan

EMULSI

H 2O Minyak
Membantu formulator,
untuk dapat meracik zat-
zat aktif yang sifatnya larut
EMULSI dalam lemak (minyak)
sehingga dapat menjaga
kestabilan zat aktif
tersebut dari kerusakan
TIPE 1. Tipe o/w (m/a) : suatu emulsi dimana minyak
terdispersi sebagai tetesan dalam fase air disebut
EMUL minyak dalam air.
SI 2. Tipe w/o (a/m) : jika air adalah fase terdispersi dan
minyak adalah medium pendispersi. emulsi disebut
air dalam minyak.
3. Emulsi ganda. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3
fase yang disebut bentuk emulsi w/o /w(a/m/a)
atau
o/w/o (m/a/m) atau disebut emulsi dalam emulsi
 Uji pengenceran: Metode ini berdasarkan
bahwa suatu emulsi m/a dapat diencerkan
dengan air dan emulsi a/m dengan minyak.
 Uji Konduktivitas (Uji Hantaran Listrik) :
PENENT Emulsi ketika fase kontinyu adalah air dapat

UAN TIPE dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi


dibanding emulsi yang fase kontinyunya
EMULSI adalah minyak.
 Uji Kelarutan Warna : suatu pewarna larut air
akan larut dalam fase berair dari emulsi.
Sementara zat warna larut minyak akan ditarik
oleh fase minyak. Contoh: biru metilen
 Tes Fluoresensi: jika tetesan emulsi dibentangkan
dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan
semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi a/m.
Tapi jika emulsi m/a, fluoresensinya berbintik-
bintik.

PENENT  Uji Arah Creaming: Jika berat jenis relatif tinggi dari
kedua fase diketahui maka arah creaming dari fase
UAN TIPE terdispersi menunjukkan adanya tipe emulsi m/a. jika

EMULSI creaming emulsi menuju ke bawah berarti emulsi


a/m. hal ini berdasarkan. asumsi bahwa mimyak
kurang padat daripada air.
 Metode kertas saring/CoCl2: Kertas saring
dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan.Warna
awal adalah biru berubah menjadi merah muda bila
emulsi m/a ditambahkan.
1 cm3 minyak mineral didispersikan menjadi bola-bola
yang mempunyai diameter volume permukaan d v s 0,01 m
(10-6 cm) dalam 1 cm3 air sehingga terbentuk suatu emulsi
yang halus, maka luas permukaan minyak adalah

TIPE
EMUL
SI Jika diperoleh luas permukaan adalah 600 m2, maka energi
bebas permukaan minyak dan air yang memiliki tegangan
permukaan sebesar 57 dyne/cm adalah W =A
emulgator

EMULGATOR

H 2O Minyak
1. Zat aktif permukaan : teradsorbsi pada antarmuka
minyak/air membentuk lapisan monomolekular
dan mengurangi tegangan permukaan
 2. Koloid hidrofilik : tidak

menurunkan tegangan
permukaan seperti zat aktif
JENIS 3. permukaan,padat
Partikel-partikel tetapi membentuk
yang terbagi halus:
diadsorbsi pada batas antarmuka dua fase cair
EMULGA lapisan multimolekular
sehingga membentuk suatu lapisan pada
partikel
sekitaran
disekitar tetesan dan
bola terdispersi disperse
membentuk dari
TOR KEADAAN PEKAT pada antarmuka yang
minyak
mengakibatkandalam suatu
dua fase emulsi o/w
tidak bercampur. Serbuk
sertamudah
yang meningkatkan
dibasahi oleh air viskositas
akan membentuk
emulsi tipe o/w, sedangkan serbuk yang mudah
dibasahi oleh minyak akan membentuk emulsi w/o
NAMA GOLONGAN TIPE EMULSI
Trietanolamin oleat Zat aktif permukaan O/W
(anionik)
N-asetil N-etilmorfolinum Zat aktif O/W
etosulfat (atlas G-263) permukaan
(kationik)

JENIS Sorbitan monooleat


(Span 80)
Zat aktif
permukaan
W/O

EMULGA Polioksietilen sorbitan


(nonionik)
Zat aktif O/W
TOR (Tween 80) permukaan
(nonionik)
Akasia Koloida hidrofilik O/W
Gelatin Koloida hidrofilik O/W
Bentonit Partikel padat O/W
Veegum Partikel padat O/W
Karbon hitam Partikel padat O/W
EMULGATOR ZAT
AKTIF PERMUKAAN
(ADSORBSI
MONOMOLEKU
TERADSORBSI PADA ANTARMUKA MINYAK/AIR
LAR) MEMBENTUK LAPISAN MONOMOLEKULAR DAN
MENGURANGI TEGANGAN PERMUKAAN

W
=A
EMULGATOR ZAT
AKTIF PERMUKAAN
(ADSORBSI
MONOMOLEKU
LAR) ADANYA SUATU MUATAN PERMUKAAN AKAN
MENGAKIBATKAN TOLAK-MENOLAK
ANTARPARTIKEL YANG BEREDEKATAN,
SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN
KESETABILAN ANTARPARTIKEL
KOMBINASI ZAT AKTIF
PERMUKAAN. PEMILIHAN
KOMBINASI ZAT AKTIF
EMULGATOR ZAT PERMUKAAN DAPAT
AKTIF PERMUKAAN
(ADSORBSI MENINGKATKAN
MONOMOLEKU
LAR) KESETABILAN LAPISAN
MONOMOLEKULAR
PEMILIHAN NILAI HLB
MEMPENGARUHI TIPE
EMULSI YANG

EMULGATOR ZAT DIBENTUK.

AKTIF PERMUKAAN UMUMNYA EMULSI O/W

(ADSORBSI TERBENTUK JIKA HLB


DARI PENGEMULSI
MONOMOLEKU BERKISAR ANTARA 9-12,
W/O Emulsifying

LAR) DAN TERBENTUK


EMULSI W/O JIKA JARAK
HLB BUTUH BERKISAR 3-
6
TIPE EMULSI YANG
TERBENTUK JUGA
DIPENGARUHI Laju I = c1 e W1/rt
OLEH

EMULGATOR ZAT KINETIKA


Laju 2 = c2 e W2/rt
PENGELOMPOKKAN JIKA
AKTIF PERMUKAAN KEDUA FASE DIKOCOK KET:
(ADSORBSI BERSAMA-SAMA DENGAN
LAJU 1 LAJU PENGGABUNGAN
O/W
MONOMOLEKU ADANYA SUATU ZAT LAJU 2 LAJU PENGGABUNGAN

LAR) PENGELMULSI. JIKA LAJU 2


W/O

JAUH LEBIH BESAR


DARIPADA
LAJU 1 TERBENTUK SUATU
EMULSI O/W. AN
CRE
AMI
NG
STABILITAS FISIK
EMULSI EMULSI FLOKULASI COALESENCE PEMISAHAN
/BREAKING

INVERSI FASE
HUKUM STOKES:
2 𝑟2 𝑝 − 𝑝𝑜 𝑔
𝑣=
9
Keterangan: 0
v = kecepatan akhir dalam

STABILITAS FISIK cm/det d = diameter partikel

EMULSI dalam cm

(CREAMING) ρ = kerapatan dari fase


terdispersi

ρo = kerapatan dari fase medium


pendispersi

0 = viskositas medium
V semakin kecil maka
pendispersi g = kecepatan
stabilitasnya semakin meningkat
gravitasi
FLOKULASI:
1. VISKOSITAS OPTIMUM
STABILITAS FISIK 2. VOLUME FASE. UMUMNYA
EMULSI PERBANDINGAN FASE VOLUME
(FLOKULASI) 50/50 MENGHASILKAN EMULSI
YANG PALING STABIL
PENGAWET EMULSI:
1. PENGAWET HARUS DALAM
KONSNETRASI YANG CUKUP
STABILITAS FISIK 2. PERBANDINGAN VOLE
EMULSI PENGAWET PADA FASE AIR-FASE
(PENGAWE MINYAK
TAN) 3. PENGAWET TIDAK TERION
4. PENGAWET DALAM BENTUK
BEBAS
1. EMULSI G A N D A
2. MIKROEMULSI
SISTEM
3. NANOPARTIKEL
EMULSI
KHUSUS
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai