Anda di halaman 1dari 47

Sistem Dispersi Kasar

Suspensi & Emulsi

I GUSTI NGURAH JEMMY ANTON PRASETIA


Definisi (Martin dkk.)

 Suspensi merupakan suatu dispersi kasar dimana


partikel zat padat yang tidak terlarut terdispersi
dalam suatu medium cair dan mengikuti gerak
Brown.
 Diameter partikel > 0,1 mikrometer.
 (Martin,dkk) 0,5 – 10 mikrometer.
Contoh Sediaan

1. Oral = sirup antibiotika.


Mengandung zat tersuspensi dalam konsentrasi yang
relatif besar (125mg – 500mg tiap 5ml).
2. Topikal/lotion
Mengandung zat tersuspensi bisa lebih dari 10%, dan
biasanya dipakai untuk kosmetika, pelindung, obat
kulit.
3. Parenteral/injeksi
Mengandung zat tersuspensi antara 0,5 – 30%.
Syarat suspensi (ideal)

1. Tidak boleh cepat mengendap.


2. Tidak boleh membentuk gumpalan padat
(cacking).
3. Mudah terdispersi kembali.
4. Mudah dituang/mengalir.
5. Mudah menyebar, cepat kering, membentuk
lapisan pelindung yang elastis dan warna bau yang
nyaman (untuk sediaan topikal).
Sifat Antarmuka Partikel Tersuspensi

 Zat mudah terdispersi ukuran partikel


diperkecil.
 Zat dengan ukuran partikel besar mempunyai
energi yang besar mengelompok kembali sulit
terdispersi.
 Flokulasi yakni proses pembentukan gumpalan yang
lunak dan ringan karena adanya ikatan Van Der
Walls.
 Agregat yakni lempengan padat yang dapat melekat
yang berbentuk menyerupai gumpalan.
 Terpecahnya emulsi.
Kejadian tersebut bisa dihindari dengan mengurangi
tegangan antar muka zat dengan cara mengurangi
luas permukaan zat, surfaktan, emulgator dsb.
 Dengan menurunnya tegangan muka antara zat,
partikel yang terflokulasi terikat lemah, sehingga
suspensi cepat mengendap, tidak terbentuk suatu
lempengan (cake) dan mudah terdespersi kembali.
Pengendapan dalam suspensi

 Salah satu aspek dari kestabilan fisika dalam sistem


suspensi di bidang farmasi adalah menjaga agar
partikel tetap terdistribusi merata ke seluruh sistem.
 STOKES, menjelaskan faktor – faktor yang
mempengaruhi kecepatan pengendapan
diantaranya; diameter partikel, kerapatan dari fase
terdispersi dan medium pendispersi, percepatan
gravitasi, viskositas medium pendispersi.
Hukum Stokes

Dimana
• v (cm/dt)  kec. sendimentasi
• d (cm)  diameter paertikel
• ρs  kerapatan fase terdispersi
• ρ0  kerapatan medium pendispersi
• ƞ (poise)  viskositas medium pendispersi
• g  percepatan gravitasi
Gambaran umum farmasi

 Suspensi encer di bidang farmasi mengandung


konsentrasi zat kurang dari 2% (2gr zat padat per
100ml cairan).
 Kebanyakan suspensi farmasi mengandung
konsentrasi 5 – 10% atau lebih tinggi.
 Oleh karena itu kestabilan fisika bisa diperoleh
dengan mengencerkan suspensi sehingga
mengandung fase terdispersi kira – kira 0,5 –
2%b/v.
 Tehnik pengenceran tersebut tidak selalu
dianjurkan. Sebab dengan penambahan pengencer
akan mempengaruhi derajat flokulasi (atau
deflokulasi) yang mengakibatkan perubahan
distribusi ukuran partikel.
Gerak Brown

 Biasanya terjadi pada partikel yang berdiameter 2 –


5 mikrometer.
 Gerak brown merupakan gerakan yang tidak
beraturan yang melawan proses pengendapan yang
terjadi oleh karena pemboman kinetik partikel-
partikel oleh molekul medium pendispersi.
Sendimentasi

 Flokulat memiliki kebiasaan jatuh bersama-sama


dan menghasilkan batas yang nyata antara endapan
dengan supernatan.
 Menurut Hiestand laju pengendapan dari partikel
yang berflokulasi ditentukan oleh ukuran flokulat
dan porositas dari massa agregat yang selanjutnya
laju bergantung pada proses pemadatan dan
pengaturan kembali dalam pengendapan tersebut.
Parameter pengendapan

 Terdapat dua parameter yang dapat diturunkan


dalam proses sendimentasi, yaitu ;
1. volume sendimentasi
2. derajat flokulasi
Volume sendimentasi

 Didefinisikan sebagai perbandingan volume akhir


dari pengendapan, terhadap volume awal dari
suspensi.
F= Vu/Vo
 Dimana, Vu (volume akhir dari endapan) dan Vo
(volume awal suspensi).
 Volume mempunyai nilai berjarak antara < 1 sampai
>1.
 Kesetimbangan flokulasi (flocculation equilibrium)
terjadi apabila memiliki harga F=1.
 Kestabilan suspensi digambarkan dengan harga
F=1,5 yang disebabkan karena flokulat yang
terbentuk longgar atau lunak.
Derajat flokulasi

 Derajat flokulasi merupakan suatu parameter yang


lebih mendasar dibandingkan dengan F, karena
menghubungkan volume endapan yang mengalami
flokulasi dengan volume dalam suatu sistem
deflokulasi.
  = vol.akhir endapan dari suspensi terflokulasi
dibagi dengan vol.akhir endapan dari suspensi
terdeflokulasi.
Formulasi Suspensi

 Pendekatan untuk membuat suspensi yang stabil


dapat dibagi menjadi 2 kategori ;
1. Penggunaan pembawa yang berstruktur untuk
menjaga partikel yang mengalami deflokulasi
dalam suspensi.
2. Penggunaan prinsip flokulasi untuk menghasilkan
flokulat tetapi mudah untuk didispersikan kembali.
Formula suspensi

1. Zat pembasah (gliserin)


Prinsipnya suspensi berisi zat yang tidak larut yang
disebabkan karena partikel tersebut mempunyai
lapisan udara yang teradsorbsi atau mengandung
sedikit lemak atau kontaminan lain yang
menyebabkan partikel tersebut mengambang
dipermukaan cairan. Apabila diamati sudut kontak
partikel tersebut mendekati 900 seperti sulfur, arang
aktif magnesium stearat dsb.
 Gliserin sebagai zat pembasah mengelilingi partikel
tersebut serta mengalir kedalam rongga udara
menggantikan udara sehingga akan menurunkan
sudut kontak antara partikel dengan cairan.
2. Flokulasi terkontrol
Dengan menganggap bahwa serbuk dibasahi dan
didispersikan dengan baik, sekarang perhatian
diarahkan pada bagaimana membuat flokulasi
terkontrol untuk mencegah pembentukan endapan
yang sukar didispersikan kembali.
Bahan yang digunakan : elektrolit, surfaktan, polimer.
 Elektrolit
Sebagai zat pengflokulasi dengan mengurangi barier
elektrik antar partikel sehingga ikatan flokulasi
tersusun longgar.
Ex : penambahan KH2PO4 pada bismuth subnitras.
 Surfaktan
Berfungsi untuk mengurangi tegangan antarmuka
partikel zat padat dengan pembawa. Sebagai akibat
berkurangnya tegangan muka maka sudut kontaknya
juga akan berkurang dan zat tersebut mudah
didispersikan.
 Polimer (gum xanthan)
Merupakan senyawa berantai panjang dan mempunyai
bobot molekul besar dan mempunyai gugus aktif yang
ditempatkan dirantai panjangnya.
Zat ini bekerja dengan membentuk jembatan polimer
yang menghubungkan partikel secara adsorbsi dengan
medium dispersi.
Rheologi suspensi

 Suspensi ideal digambarkan dengan kondisi tiksotrofi


yang digambarkan dengan aliran (rheologi ). Suatu
suspensi dikatakan stabil apabila memliki bentuk aliran
pseudoplastis dan plastis.
 Prinsip rheologi bisa diterapkan untuk penyelidikan dari
faktor-faktor :
1. Viskositas dari suspensi apabila mempengaruhi
pengendapan partikel zat terdispersi.
2. Perubahan sifat aliran dari suspensi bila wadahnya
dikocok.
3. Kualitas dari penyebaran cairan bila digunakan dari
suatu bagian permukaan yang akan diobati.
 Zat-zat pseudoplastis ;
1. Tragacanth
2. Natrium alginat
3. Karboksimetil selulosa (CMC-Na)
4. Gliserin
Viskosimeter Stormer
 Zat pensuspensi
1. Veegum 5%
2. Kombinasi CMC dengan Bentonit Mikro 50 : 50
3. Bentonit Mikro 5%
Viskosimeter cone plate Ferranti-Shirley
EMULSI

 Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil


secara termodinamik yang mengandung paling
sedikit mengandung paling sedikit dua fase cair yang
tidak bercampur.
 Ukuran partikel fase terdispersi 0,1 – 10µm serta
0,01 – 100µm.
Tipe emulsi

 Secara garis besar emulsi dibagi 2 tipe :


1. Emulsi minyak dalam air (o/w)
2. Emulsi air dalam minyak (w/o)
Zat pengemulsi

1. Zat aktif permukaan, berfungsi untuk menurunkan


tegangan antar muka. Contoh ; trietanolamin oleat,
span, tween, dsb.
2. Koloid hidrofilik, berfungsi membentuk lapisan
multimolekular pada sekitar tetesan zat terdispersi.
Contoh ; gelatin, akasia (garam dari d – asam
glukuronat), dsb.
3. Partikel padat yang terbagi halus, membentuk
lapisan partikel disekitar bola-bola terdispers.
Contoh ; bentonit, veegum, dsb.
Kombinasi zat pengemulsi
Latihan soal

 Hidrofilik Lipofilik Balance


 R/ Paraffin cair 20% (HLB 12)
Emulgator 5%
Air ad 100%

Emulgator :
Tween 80 (HLB 15) dan Span 80 (HLB 4,3)
Berapa jumlah masing2 yang dibutuhkan?
Penyelesaian
 Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g
 Misalkan Tween 80 = a gr, maka Span 80 = (5 - a) gr
 Persamaan
(a x 15) + [(5 - a) x 4,3] = (5 x 12)
15a+21,5-4,3a = 60
10,7 a = 38,5
a = 3,6
 Jadi jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 g
 Jumlah Span 80 yang dibutuhkan = (5 - 3,6) g = 1,4 g
Latihan soal

 Penentuan HLB butuh Minyak Dengan Jarak HLB


Lebar
R/ Minyak 20 gr
Tween 80
Total = 3 gr
Span 80
Air ad. 100
 Buatlah satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh masing-
masing 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13.
Ketidakstabilan emulsi

 Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat


digolongkan sbb :
1. Flokulasi dan creaming
2. Penggabungan dan pemecahan
3. Inversi fasa
Flokulasi dan creaming

 Dipengaruhi oleh viskositas, gravitasi, ukuran


partikel.
 Berlaku Hk. Stookes.
Contoh soal

 Suatu emulsi o/w mengandung minyak mineral


dengan bobot jenis 0,90 terdispersi dalam suatu fase
air yang mempunyai diameter rata-rata 5µm atau 5 x
10-4 cm, fase luar mempunyai viskositas 0,5 poise
(0,5 dyne detik/cm2 atau 0,5 g/cm detik) dan
konstanta gravitasi 981 cm/detik2, berapakah
kecepatan creaming dalam cm per-hari?
Penggabungan dan pemecahan

 Creaming harus dilihat secara terpisah dari


pemecahan, creaming merupakan proses bolak –
balik, sedangkan pemecahan merupakan proses
searah.
 Apabila terjadi penggumpalan pada krim, emulsi
dapat kembali menjadi campuran homogen dengan
pengocokan.
 Apabila terjadi pemecahan, sulit campuran tersebut
didispersikan kembali karena lapisan yang
mengelilingi partikel rusak, dan minyak cenderung
bergabung.
Inversi fasa (pengubahan fase)

 Ex ; suatu emulsi o/w yang distabilkan dengan


natrium stearat dapat berubah kembali menjadi tipe
w/o dengan penambahan kalsium klorida.
Pengawetan emulsi

 Emulsi terbagi 2 fase ;


 Fase air (tempat bertumbuhnya bakteri)

 Fase minyak (tempat bahan pengawet)

 Diperlukan pengawet dalam konsentrasi tertentu,


dan pengawet harus berada dalam bentuk tak
treionkan supaya bisa mempenetrasi membran
bakteri.
Sistem emulsi khusus

1. Emulsi ganda (w/o/w)


 Biasa digunakan untuk memperpanjang kerja obat,
makanan, kosmetika
 Mendispersikan emulsi w/o ke dalam suatu larutan air dari
suatu zat pengemulsi o/w seperti Tween 80 dalam suatu
homogenizer.
2. Mikroemulsi
2. Mengandung tetesan w/o atau o/w dengan ukuran 10 – 200
nm.
3. Digunakan pada kosmetika, makanan, pembersih, produk
pengkilap (wax).
3. Nanopartikel
3. Ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari 50 nm.
4. Digunakan untuk enkapsulasi toksoid tetanus dan
imunoglobulin G manusia secara parenteral, dsb.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai