0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan16 halaman
Model pembelajaran IPS di sekolah dasar meliputi 4 model utama yaitu model saintifik, berbasis masalah, berbasis proyek, dan discovery learning. Ketiga model tersebut melibatkan siswa dalam proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan secara mandiri atau kelompok. Penilaian mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Model pembelajaran IPS di sekolah dasar meliputi 4 model utama yaitu model saintifik, berbasis masalah, berbasis proyek, dan discovery learning. Ketiga model tersebut melibatkan siswa dalam proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan secara mandiri atau kelompok. Penilaian mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Model pembelajaran IPS di sekolah dasar meliputi 4 model utama yaitu model saintifik, berbasis masalah, berbasis proyek, dan discovery learning. Ketiga model tersebut melibatkan siswa dalam proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan secara mandiri atau kelompok. Penilaian mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Oleh: IRMA JAJANG NURACHMAN LIA WINDI YUDI Pendidikan IPS di SD IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Dengan demikian Pendidikan IPS di sekolah dasar adalah disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan pada tingkat menengah dan universitas, hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan jiwa peserta didik, maka bahan pendidikannya disederhanakan, diseleksi, diadaptasi dan dimodifikasi untuk tujuan institusional didaksmen (Sidiharjo, 1997) Berikut ini akan kami sajikan bahasan tentang model model pembelajaran IPS beserta langkah-langkah pembelajarannya. Ada 4 model utama dalam pembelajaran IPS yang akan kami bahas. 1. Model Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan:
• mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin
diketahui), • merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), • mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. a. Kegiatan pendahuluan, meliputi : Peserta didik dan Guru mengucapkan salam. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah di pelajari oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan di pelajari. Peserta didik menerima informasi tentang topik dan tujuam pembelajaran yang di sampaikan Guru. b. Kegiatan inti, meliputi : Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi/menalar Mengasosiasikan/mengolah informasi/eksperimen/mencoba Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking). c. Kegiatan penutup. Meliputi : Peserta didik diminta untuk meningkatkan pemahamannya mengenai materi yang telah di pelajari dari buku- buku pelajaran atau sumber informasi lain yang relevan. Guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip, atau teori yang telah di pelajari oleh peserta didik dan kemudian meminta peserta didik untuk mengaksesnya. Peserta didik menerima pesan-pesan moral dari guru. 2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Salah satu model model pembelajaran IPS yang paling umum digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) atau sering disebut PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik).
Model pembelajaran IPS ini bersifat terbuka (open-ended) untuk
diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Dalam penilaiannya terdapat tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), kecakapan (skill). Penilaian aspek pengetahuan mencakup dari nilai ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), PR, kuis, dokumen, dan laporan- laporan.
Sedangkan penilaian sikap dapat dilihat dari penguasaan softskill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerja sama dalam tim dan kehadiran dalam pembelajaran. Penilaian kecakapan diukur dari penguasaan lat batu pembelajaran, baik software maupun kemampuan perancangan dan pengujian. 3. Pembelajaran Berbasis Proyek Model model pembelajaran IPS selanjutnya adalah model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning). Pembelajaran Berbasis Proyek adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Inti pembelajaran berbasis proyek terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Dan memperkenankan peserta didik untuk bekerja sendiri atau kelompok. Produk yang di hasilkan dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penilaian pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut :
Kemampuan pengolahan. Kemampuan peserta didik dalam memilih
tema/topik yang relevan dengan bahasa dan materi pelajaran, mengelola waktu (tugas, materi, proyek) sesuai perencanaan proyek, mencari serta menemukan informasi/produk sesuai dengan jenis tugas proyek dan penulisan laporan.
Relevansi. Kesesuaian hasil tugas proyek dengan materi pelajaran
yang di berikan guru dengan mempertimbangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran. Keaslian. Produk atau hasil karya tugas projek yang di kerjakan peserta didik harus merupakan hasil karyanya sendiri baik secara individu maupun kelompok. 4. Pembelajaran Discovery Learning-Inquiri
Sebagai model terakhir yang kami bahas dalam model model
pembelajaran IPS kali ini adalah Metode discovery learning, yang diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak di sajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi di harapkan siswa mampu mengorganisasikan sendiri. Sebagai strategi pembelajaran discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inquiri maupun problem solving. Discovery learning lebih menekankan pada konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, sedangkan pada inkuiri dan problem solving masalah yang di hadapkan pada siswa di rekayasa oleh guru. Pembelajaran discovery learning menghendaki guru memberi kesempatan terhadap peserta didik untuk menjadi problem solving, scientis ataupun historian. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, sehingga peserta didik dituntut untuk melakukan kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengatagorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Langkah-langkah operasional pemebelajaran discovery learning sebagai berikut : a) Persiapan • Menentukan tujuan pembelajaran. • Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). • Memilih materi pelajaran. • Menentukan topik-topik yang harus di pelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). • Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagiannya untuk di pelajari peserta didik. • Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahapan aktif ikonik sampai ke simbolik. • Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. b) Pelaksanaan • Stimulisasi/pemberian rangsangan. Pertama-tama peserta didik di hadapkan pada sesuatu yang menimbulkan masalah. Kemudian guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. • Pernyataan/identifikasi masalah. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk jawaban sementara atas pertanyaan masalah. • Pengumpulan Data. Peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban sementara atas pertanyaan/masalah. Peserta didik di berikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba • Pengolahan Data. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dsb. Di olah, di klasifikasikan, dan di tabulasi bahkan bila perlu dihitung dengan model tertentu serta di maknai.
• Pembuktian. Pada tahap ini peserta didik melkaukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban sementara atas pertanyaan masalah penarikan kesimpulan/generalisasi.
• Tahap generalisasi/menarik kesimpulan. Tahap generalisasi adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat di jadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. • Pengolahan Data. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dsb. Di olah, di klasifikasikan, dan di tabulasi bahkan bila perlu dihitung dengan model tertentu serta di maknai.
• Pembuktian. Pada tahap ini peserta didik melkaukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban sementara atas pertanyaan masalah penarikan kesimpulan/generalisasi.
• Tahap generalisasi/menarik kesimpulan. Tahap generalisasi adalah
proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat di jadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. c) Penilaian • Penilaiannya dapat menggunakan metode tes dan non tes. Penilaian yang digunakan berupa penilaian kognitif, sikap atau penilaian hasil kerja siswa. Jika penilaiannya dalam bentuk kognitif maka dapat di nilai dengan menggunakan tes tertulis. Jika penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap ataupun penilaian hasil kerja maka pelaksanaan penilaiannya dengan pengamatan.