Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH

PROGRAM KEAKSARAAN
SEJARAH PROGRAM BUTA AKSARA
 Pemberantasan buta aksara di Indonesia dimulai sebelum
kemerdekaan dengan latar belakang hanya 3 % penduduk
berkesempatan masuk sekolah, 97 % tidak berkesempatan
masuk sekolah.
 Diselenggarakan kursus pemberantasan buta huruf disebut
kurus A, B dan C
 Sesudah proklamasi (1945-1949), pejuang memberikan
pelajaran membaca dan menulis pada masyarakat, sampai
akhirnya Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
membentuk “bagian Pendidikan Masyarakat” pada tahun 1946
dan berubah menjadi Jawatan Pendidikan masyarakat pada
tahun 1949.
 Model yang digunakan adalah keaksaraan tradisional
(traditional literacy) dan menggunakan buku primer
 Tahun 1951 dibuat rencana “Sepuluh Tahun Pendidikan
Masyarakat” berisi rencana pemberantasan buta aksara
dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. Akan tetapi rencana
tersebut tidak berhasil karena masih ada 40 % penduduk buta
huruf
 Tahun 1960 dikeluarkan Komando Presiden untuk
menuntaskan buta aksara sampai 1964

 Tahun 1961 keatas penduduk buta aksara semakin


bertambah salah satu penyebabnya adalah anak usia 6-11
tahun tidak berkesempatan masuk sekolah

 Kemudian pelaksanaan pemberantasan buta huruf (PBH) di


Indonesia dilakukan secara bertahap yaitu PBH Permulaan,
PBH Lanjutan I, dan PBH Lanjutan II
1. PBH permulaan: pengenalan huruf, menggunakan buku saku
selama 20-30 hari dengan metode Latihan mengenal huruf,
latihan mengenal dan menghafal kalimat kunci, dan mengenal
kata-kata.

2. PBH Lanjutan I: program belajar melatih membaca lancar dan


memahami isi bacaan, serta malatih menulis. Lama
pembelajaran 3 bulan dengan 2-3 kali pertemuan dalam
seminggu.

3. PBH Lanjutan II: program belajar meningkatkan kelancaran


menulis dan membaca, merangsang warga belajar, memberikan
kecakapan hidup sehari-hari dan memberikan pengalaman
berorganisasi.
Tahun 1970 dirintis program PBH gaya baru yaitu program Paket A.
Tujuan Paket A adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
program pemberantasan buta huruf melalui pemberian tiga kemampuan
yaitu buta aksara latin dan arab, buta bahasa indonesia dan buta
pendidikan dasar.

Kejar (Bekerja dan Belajar) karenanya program pembelajaranya “belajar


sambil bekerja” atau “Learning By Doing”.

Ciri-ciri pembelajaranya yaitu:


1. bersifat massal dan selektif
2. bertujuan memberantas 3 buta
3. dilaksanakan melalui satuan kelompok belajar
4. isi pembelajaranya seragam
5. bahan belajar mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
budaya

Materi yang diajarkan berbentuk “lingkaran spiral” menggunakan buku


paket A1-A100
Keberhasilan program paket A dalam menurunkan buta aksara diakui
dunia, sehingga Presiden Republik Indonesia mendapat penghargaan
“Avicienna Award” dari Unesco
Pada tahun 2003 di Indonesia, penduduk
berusia 15 tahun yang buta aksara sebesar 10.21 %
Berusia 15-24 sebesar 1.45 %
Berusia 25-44 sebesar 5.32 %
Berusia 45 sebesar 25.43 %

Kecenderungan Proporsi buta huruf di Indonesia pada tahun 2003:

Dilihat dari lokasi, penduduk usia 15 tahun keatas lebih banyak


berada di pedesaan (43.99%) dari pada di perkotaan (20.47%)

Dilihat dari jenis kelamin, lebih banyak penduduk perempuan buta


aksara (67.83%) dari pada penduduk laki-laki buta aksara (32.17%)

Dilhat dari usia, usia 15-24 lebih kecil yaitu 2.90% dibanding usia 25
tahun keatas yaitu 61.56%

Anda mungkin juga menyukai