Anda di halaman 1dari 38

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN

AKUNTANSI
Pertemuan ke 1 dan 2 :
Pendahuluan
Bagian 1 : Instruksi Umum dan Persiapan
Bagian 2 : Berkas Permanen

Dian Maulita, SE., MM


PENDAHULUAN
2. Persiapan Awal
Sebelum
Penandatangan
Penugasan Audit
1. Menetapkan
Resiko Audit

Pendahuluan
Bagian 1 : Instruksi
Umum dan
Persiapan 3. Menelaah
Bagian 2 : Berkas kertas Kerja
4. Mempersiapkan
Permanen Tahun lalu
Kertas Kerja Tahun
Berjalan
PERENCANAAN PEMERIKSAAN DAN PERPADUAN PROSES AUDIT

2. Kuesioner
pengendalian
1. Sejarah dan internal
Latar beakang 3. Kertas
Kerja Neraca
perusahaan

PERENCANAAN
PEMERIKSAAN
DAN PERPADUAN
PROSES AUDIT

4. Kertas
6. Rencana Kerja Laba
Pemeriksaan
5. Surat Rugi
Perikatan
I. Menetapkan Risiko Audit

Apa sih itu risiko audit atau audit risk (AR)?

Menurut Tuanakotta (2013:89) pengertian Risiko Audit yaitu : Risiko


memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan
yang disalahsajikan secara material.

Menurut Rianto Tri Wahyudi (2017) Risiko audit diartikan sebagai


tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat diterima auditor dalam
pelaksanaan auditnya, seperti :

- Ketidakpastian validitas dan reliabilitas bukti audit.


- Ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian internal.
Menetapkan Risiko Audit

Risiko
Bawaan

Risiko Risiko
Deteksi Pengendali
an
1. Risiko Inherent – Atau ‘Inherent Risk’ (IR) adalah risiko yang
mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu transaksi,
misalnya diakibatkaan karena:
a) kompleksitas transaksi
b) kompleksitas perhitungan
c) aset yg mudah tercuri/digelapkan
d) ketiadaan informasi yang sifatnya
obyektif.

• Beberapa ciri IR yg tinggi, antara lain:


a) Terjadi profitabilitas dan kinerja laporan keuangan yang
terus
b) menurun;
c) Terjadi kekurangan modal kerja; dan
Tingginya asset menganggur (tidak menghasilkan)
2. Risiko Pengendalian – Atau ‘Control Risk’ (CR) adalah risiko yang
bisa timbul akibat kelemahan sistim pengendalian intern (SPI)
auditee, tidak mampu mencegah potensi salahsaji bersifat material
dan/atau penggelapan (fraud). CR tidak bisa dikendalikan oleh
auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh auditee jika mau.

• Karakter perusahaan ber CR tinggi, antara lain:


a) Struktur Organisasi (SO), tidak jelas dengan pembagian tugas yang juga tidak
jelas.
b) Jika ini terjadi maka bisa dipastikan CR nya tinggi;
Lemahnya pengawasan manajemen
(para manager) terhadap operasional
perusahaan (ciri ini bisa dilihat dari beberapa
hal, misal: tidak ada level otorisasi transaksi
yang jelas, semua orang bisa mengakses
c) semua data/informasi, tidak ada aktivitas
supervisi, tidak pernah ada audit fisik, tidak ada
performance review, tidak ada budgeted
d)
financial statement). Kalau ini yang terjadi
maka angka persentase CR sudah pasti tinggi.
Contoh Pemeriksaan SPI:
• Anda memeriksa faktor “Pemisahan Tugas” pada departemen-
departemen yang berpotensi terjadi “Asset Fraud.” Dua jenis
asset dimana kerap terjadi fraud adalah wilayah “Persediaan”
dan “Kas.”
• Anda sedang memeriksa Persediaan. Di sini anda memeriksa
apakah ada 2 pekerjaan terkait atau lebih dirangkap oleh satu
orang petugas? Misal:
• Pegawai Purchasing
merangkap sebagai
petugas yang
penerima barang atau
• pekerjaan gudang
Foreman di bagian produksi (yang biasa request persediaan
persediaan lainnya diijinkan bebas keluar-masuk gudang
untuk keperluan produksi)
(ini buruk);
persediaan atau
bahan baku atau bahan penolong (ini buruk).
Pegawai Shipping
• Anda memeriksa akurasi saldo Persediaan yang disajikan pada
“Laporan Posisi Keuangan” (Neraca.)

• Ada 2 hal yang bisa anda lakukan di sini, yaitu:


• Menelusuri dokumen penerimaan barang ‘masuk-dan-keluar’
gudang untuk tanggal-tanggal yang mendekati tanggal tutup
buku (jika tutup buku dilakukan tanggal 31 Desember
misalnya,
maka periksa dokumen barang masuk-dan-keluar tanggal 30
hingga 31). Dari hasil pemeriksaan ini mungkin anda
menemukan barang persediaan yang harusnya tidak
diperhitungkan sebagai penambah saldo (atau pengurang
saldo) akan tetapi diikutkan oleh aduitee, atau sebaliknya.
• Melakukan perhitungan fisik secara acak (random physical
counts). Hasil penghitungan ini kemudian dibandingkan dengan
hasil perhitungan yang dilakukan oleh auditee, apakah sama?
Jika beda, maka uji dengan physical count terus dilakukan.
3. Risiko Deteksi – Atau ‘Detection Risk’ (DR), adalah risiko yang
bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi
adanya salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan
(fraud).

• DR ada dalam kendali auditor, maka sudah pasti auditor harus


berupaya untuk menekan risiko ini hingga ke tingkatakan yang
paling minimal (tidak mungkin menghilangkan risiko ini
sepenuhnya).

• Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan DR yang tinggi,


yaitu:
a) Salah Mengaplikasikan Prosedur Audit – Contoh kesalahan fatal, misalnya: anda
menggunakan rasio untuk mengukur tingkat akurasi angka saldo, dan ternyata anda
menggunakan rasio yang salah.

b) Salah Menginterpretasikan Hasil Audit – Contoh (lanjutan yang tadi): mungkin


sudah menggunakan rasio yang benar, namun anda salah dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan (misal: anda menyatakan inventory sudah
disajikan dengan semestinya padahal sebenarnya mengandung salahsaji bersifat
material).

c) Salah Memilih Metod Uji – Setiap saldo akun yang disajikan pada Laporan Keuangan
seharusnya diuji dengan menggunakan metode yang paling sesuai dengan nature
nya masing-masing. Anda ingin memastikan apakah suatu penjualan memang
seharusnya diakui (atau tidak diakui), maka anda mengujinya dengan melihat tanggal
transaksi yang kemudian disandingkan dengan periodisasi pelaporan (bukan dengan
menguji hitungan matematisnya)

d) Pengujian CR Yang Kurang Intensive – DR juga meningkat bila pengujian terhadap


DR kurang intensif (beberapa wilayah pengendalian lemah namun lolos dari
pengujian karena anda tidak tahu wilayah tersebut ternyata lemah), sehingga ada
salahsaji atau fraud yang tidak terdeteksi selama proses pengujian anda jalankan.
Model Perhitungan Risiko Audit
• Model Risiko Audit (audit risk) :

AR = IR x CR x DR
• Dimana:
• AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
• Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut
ini:

Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok


besaran angka persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya
tak boleh lebih dari 10%).

Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan


mempertimbangkan faktor eksternal dan internal seperti yang sudah
saya jelaskan di atas. Sedangkan CR diukur dengan menilai desain dan
implementasi sistim pengendalian internal yang dimiliki oleh auditee
seperti yang sudah saya jelaskan di atas.

Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas.


Besaran DR inilah yan nantinya akan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang
g prosedur audit, substantive test dan
rencana audit secara keseluruhan.
Contoh kasus terapan (sederhana):

• Kantor Akuntan Publik “JAK dan Rekan” menerima penugasan untuk


mengaudit PT. ABC Tbk, untuk pertama kalinya. Engagement Manager, pada
fase persiapan audit, menyampaikan informasi berikut terkait PT ABC Tbk:

a) Ini adalah sesi audit eksternal pertama kalinya untuk PT ABC Tbk
b) PT. ABC adalah perusahaan kontraktor yang memiliki banyak cabang
di
c) Singapura, Malaysia, India, Dubai, Jepang dan Australia.
d) Tim internal Audit PT ABC baru dibentuk 2 bulan lalu;
Komite Audit PT ABC terdiri dari Board of Director member yang tidak
satupun memiliki latar belakang bidang akuntansi dan keuangan.

• Sementara itu KAP JAK dan Rekan mematok angka 10% sebagai “accepted
audit risk level.”
• Dari informasi
tersebut, tim
audit KAP “JAK
& Rekan”
• Inherent Risk (IR) diperkirakan mencapai 60%, mengingat:
(a) klien adalah usaha kontraktor yang besar kemungkinannya menerapkan metode
pengakuan
(b) pendapatan bertahap melalui beberapa periode akuntansi (kompleksitas pengakuan transaksi);
(c) ini adalah audit eksternal pertamakalinya (minim informasi obyektif); dan
klien memiliki tingkat kompleksitas pelaporan yang tergolong tinggi dengan adanya
banyak
perusahaan cabang di luar negeri dengan mata uang asing yang berbeda-beda pula.
• Control Risk (CR) juga diperkirakan mencapai 60%, mengingat:
(a) tim internal auditnya PT ABC Tbk tergolong baru;
(b) anggota audit komite nya terdiri dari orang-orang yang tidak berlatarbelakang akuntansi
dan
• Dari simpulan itu, maka sudah bisa ditentukan berapa besarnya angka DR yang harus diantisipasi
oleh auditor, dengan menggunakan persamaan di atas:
• AR = IR x CR x DR
• 10% = 60% x 60% x DR
0.10 = 0.60 x 0.60 x DR
0.10 = 0.36 x DR
• DR = 0.10/0.36
• DR = 0.278 (dibulatkan)
• DR = 0.28 (pembulatan ke atas)
• DR = 28%
• DR = 28% inilah yang harus diantisipasi dengan prosedur pemeriksaan yang dirancang sedemikian
rupa oleh auditor, sehingga bisa ditekan ke tingkatan yang paling minimal.
Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan BPK, dalam Tensilatif (2012)

Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima


sebesar 5 %, artinya tingkat keyakinan
pemeriksa atas opininya sebesar 95%.
Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan BPK, dalam Tensilatif (2012)
Nilai IR < 100%
Jika pemeriksa yakin bahwa kecil kemungkinan
terjadinya kesalahan atas hal yang menurut
pemeriksaan penting (miasl, tidak ada
pengendalian, maka pemeriksa akan memberi
penilaian dengan kriteria lebih rendah)
Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK, dalam Tensilatif
(2012)

a) Minimum atau keyakinan pemeriksa sangat terjamin atas efektivitas


pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian
sebesar 10-30%. Pemeriksa menilai pengendalian sebagai efektif dan
melaksanakan test of controls untuk mengkonfirmasikan bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif sepanjang periode.
b) Moderat atau keyakinan pemeriksa cukup terjamin atas efektivitas
pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 31-
70%. Pemeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah
efektif, tetapi pemeriksa tidak melakukan test of controls untuk
mengkonfirmasikan efektifitas pelaksanaannya sepanjang periode.
c) Maksimum atau keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas
efektivitas
pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar
71-
100%. Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai maksimum
ketika
• Menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima yang mempengaruhi tes-tes substantif
yang auditor lakukan.
a) Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan
rendah, maka auditor akan mengumpulkan bukti
sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko
kesalahan saji .
b) Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi
maka auditor mengurangi pengumpulan bukti .
Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK,

• Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit


sampling, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian
substantive.

a) Risiko prosedur analitis berasal dari keputusan pemeriksa


untuk menggunakan pertimbangannya dan menentukan
apakah prosedur analitis merupakan prosedur yang efektif
dan efisien dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang
b) memadai.
Penilaian risiko prosedur analitis sangat subyektif dan sulit
untuk dikuantifikasikan.
II. Persiapan Awal Sebelum
Penandatanganan Penugasan Audit

Herman senior auditor untuk PT PETA telah mengundurkan diri


dari KAP Edson & Rekan akhir tahun 2018, Anda ditunjuk
menggantikannya. Herman telah menyelesaikan audit interim

14-12-18 Herman telah menyelesaikan kuesioner


pengendalian internal ,

31-12-18 Anda, mempersiapkan Worksheet

31-12-18 Cash Opname

1-1-2019 Stock Opname

2-1-2019 Konfirmasi

Pemeriksaan dimulai tgl 14-1-19 s/d 8-3-19


III. Menelaah Kembali Kertas Kerja
Pemeriksaan Tahun Lalu

Sumber utama penyelesaian audit

Panduan awal memulai audit

Standar Tickmark antara KK tahun lalu


dan KK tahun berjalan
IV. Mempersiapkan Kertas Kerja
Pemeriksaan Tahun Berjalan

Sumber utama penyelesaian audit

Panduan awal memulai audit

Standar Tickmark antara KK tahun lalu


dan KK tahun berjalan
Petunjuk Pembuatan Kertas Kerja
Proses Pemeriksaan
Hal. 5-6 (SA & ET)

1. Perencanan dan Perancangan Pendekatan


Audit
2. Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian
Transaksi
3. Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian
Terinci atas Saldo
4. Penyelesaian Audit : menerbitkan laporan
audit
a) Penguian atas transaksi (substantive test of transaction)
meliputi prosedur – prosedur audit untuk pengujian
kecermatan pencatatan transaksi.

• Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk


menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi
dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan
benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan
benar.

b) Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi


efektifitas operasi dari suatu pengendalain berkaitan dengan
bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa
pengendalian diterapkan.
a) Prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor
adalah perhitungan rasio untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang
berhubungan, misal membandingkan penjualan,
penagihan, dan piutang tahun berjalan dengan
jumlah tahun lalu, % laba kotor dibandngkan
dengan tahun lalu

b) Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada


saldo akhit buku besar baik untuk akun neraca
maupun labarugi, tetapi penekanan utama
adalah pada neraca.
Kertas Kerja Pemeriksaan
Definisi
• Dokumen yang berisi seluruh informasi yang diperoleh, analisis yang dibuat, dan
kesimpulan yang didapat selama melaksanakan audit.
• Kertas kerja pemeriksaan terdiri dari semua dokumen yang dibuat sendiri dan juga
yang diperoleh dari hasil kerja auditor sebagai dasar informasi yang dipakai untuk
membuat suatu kesimpulan opini

Fungsi
• Dasar untuk perencanaan audit
• Catatan atas bukti yang dikumpulkan/diperoleh pada saat pemeriksaan dan hasil
pengujian yang dilakukan
• Catatan atas pelaksanaan pemeriksaan/pekerjaan pemeriksaan yang telah
dilakukan, apakah pelaksanaan tersebut telah sesuai dengan program audit yang
telah ditetapkan
• Memberikan penjelasan atas masalah yang dijumpai dan saat pemeriksaan terkait
dengan pelaksanaan kebijakan, prosedur, efisiensi maupun cara melakukan
evaluasi/penilaian.
• Merupakan sumber data untuk menentukan jenis opini ( pendapat ) auditor dari
laporan audit
• Merupakan dasar pemeriksaan yang dapat digunakan oleh supervisor maupun
partner
Berkas Permanen
Definisi
Catatan-catatan yang dikumpulkan auditor selama berlangsungnya
pemeriksaan

Meliputi :
a) Informasi penting tentang klien, misal sejarah perusahaan klien,
cabang & pimpinan perusahaan klien
b) Akta pendirian & perubahannya
c) Struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, dan kebijakan-
kebijakan,
d) Dokumen akuntansi
e) Kontrak2 perjanjian
f) dll
Berkas Tahun Berjalan
Definisi
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan.

Meliputi :
a) Neraca saldo
b) Rincian piutang
c) Rincian persediaan
d) Rincian utang
e) Rincian biaya
f) dll
Berkas Korespondensi
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat,
faksimile, email, dan lain-lain
MATERIALITAS
• Sesuatu dianggap material apabila dapat mempengaruhi keputusan para
pemakai
laporan keuangan.
• Materialitas merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan, dalam
menentukan secara tepat jenis laporan audit yang akan diterbitkan pada situasi –
situasi tertentu.

• Jika salah saji relatif tidak material terhadap laporan keuangan, maka lebih tepat
lagi bagi auditor untuk menerbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian.

• Namun, jika salah saji relative material, auditor perlu menerbitkan laporan audit
wajar dengan pengecualian.
• Dan, pada saat salah saji relatif sangat material (begitu signifikan) sehingga
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan, maka auditor perlu
menolak memberikan pendapat atau memberikan pendapat tidak wajar,
tergantung pada kondisi yang ada.
JUMLAHNYA TIDAK MATERIAL

• Apabila terdapat salah saji dalam laporan


keuangan, namun cenderung tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai
laporan keuangan, maka salah saji ini
dianggap tidak material.

• Dalam hal ini, auditor layak menerbitkan


laporan audit wajar tanpa pengecualian.
• Sebagai contoh, bagian akuntansi klien telah lalai dalam membuat
penyesuaian atas saldo akun perlengkapan untuk menggambarkan
pemakaian perlengkapan selama periode berjalan.

• Tidak dibuatnya penyesuaian ini menyebabkan salah saji dalam saldo akun
perlengkapan dan saldo akun beban perlengkapan.

• Ini berarti bahwa manajemen klien telah gagal dalam mematuhi prinsip –
prinsip akuntansi yang berlaku.

• Tetapi karena jumlahnya sedikit maka salah saji ini dianggap tidak material
dan laporan audit standar wajar tanpa pengecualian tepat untuk
diterbitkan.
JUMLAHNYA MATERIAL

• Apabila salah saji dalam laporan keuangan


mempengaruhi keputusan para pemakai
laporan ini,
• tetapi laporan keuangan secara
keseluruhan tetap disajikan secara wajar
dan masih bermanfaat bagi para
penggunanya, maka salah saji ini
dikatakan material.
• Sebagai contoh, jika seandainya kreditor mengetahui adanya salah saji yang besar
dalam saldo akun utang bank, di mana saldo utang bank disajikan terlalu kecil
dalam neraca debitur, maka mungkin akan mempengaruhi keputusan kreditor
untuk tidak memberikan pinjaman kepada debitur ini.
• Akan tetapi, salah saji yang besar dalam saldo akun utang bank ini tidak berarti
bahwa saldo akun kas, piutang usaha, utang usaha, dan komponen laporan
keuangan lainnya atau laporan keuangan secara keseluruhan tidak benar secara
material.

• Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji bersifat material tetapi


mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan makan pendapat yang tepat
yang harus diberikan oleh auditor adalah pendapat wajar dengan pengecualian.
LATIHAN SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan ?
2. Sebutkan minimal 3 fungsi kertas kerja pemeriksaan!
3. Apa yang dimaksud berkas permanen? Dan berikan
contohnya!
4. Apa yang berkas tahun berjalan? Dan berikan
dimaksud
contohnya!

Selamat Mengerjakan 


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai