Anda di halaman 1dari 29

OM SWASTYASTU

PENGERTIAN RISIKO BUNUH DIRI

• Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri


sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan
seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya
dengan berbagai cara.
ETIOLOGI (PENYEBAB)

A. Faktor predisposisi
• Diagnosis psikiatrik
Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
• Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
• Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.

• Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

• Faktor Biokimia
pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang
terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
B. Faktor presipitasi
• Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh
diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya.
• Mekanisme koping
beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri,yaitu denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Perilaku bunuh diri
menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Bunuh diri yang
terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif
pada diri seseorang.
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Menurut fitria,nita (2009) :


• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
• Impulsif.
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
• Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
• Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
• Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
RENTANG RESPON PADA RISIKO BUNUH
DIRI
A. Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri.
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.

2. Beresiko destruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri.
3. Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

5. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
B. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri
1. Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada
kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku
destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku
berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).

2. Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :


• Merokok
• Mengebut
• Berjudi
• Tindakan kriminal
• Penyalahgunaan zat
• Perilaku yang menyimpang secara sosial
• Prilaku yang menimbulkan stress.
• Ketidakpatuhan pada tindakan medis
JENIS-JENIS BUNUH DIRI

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1.Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)


Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
PENATALAKSANAAN RISIKO BUNUH DIRI
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh
diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut
(videbeck, 2008), obat-obat yang biasanya digunakan pada klien resiko
bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor)
(fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75225 mg/hari per oral),
nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per
oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut
sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang
tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan
resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009) :

1) Klien tetap aman dan selamat


2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
KASUS FIKTIF
A. Kasus
Tn.K berusia 30 tahun merupakan penulis terkenal yang memiliki banyak penggemar.
Kesuksesannya tidak diimbangi dengan keharmonisan keluarga yang diidamkan setiap
keluarga. Tn.K memiliki riwayat masa lalu yang bisa dikatakan suram. Ketika dia duduk di
sekolah dasar, ibunya menikah lagi dengan laki-laki kasar yang suka memukul. Hampir setiap
hari dia, kakak dan ibunya dipukul oleh ayah tirinya tersebut. Sampai pada akhirnya ketika
Tn.K dipukul oleh ayahnya, kakaknya marah dan mengambil pisau, dan setelah terjadi
beberapa kali perdebatan, sang ayah tertusuk pisau dan meninggal. Karena sang kakak ingin
melindungi adiknya maka dia rela dipenjara, akan tetapi ternyata hukuman yang dijatuhkan
lama dan akhirnya sang kakak menghabiskan waktu 13 tahun dipenjara. Karena kejadian
itu,kakak Tn.K memiliki dendam kepada adiknya yang pada akhirnya pada saat keluar penjara
kakak Tn.K menyerang Tn.K dengan menusuknya.
Sejak kejadian itu, Tn.K mempunyai teman anak SMA yang mengaku fansnya yang
ternyata memiliki kisah yang sama dengan dirinya yaitu sering dipukul oleh
ayahnya. Setelah teman-temannya menyelidiki, ternyata anak yang dimaksud Tn.K
hanyalah teman khayalan yang dia ciptakan sendiri. Dan karena teman khayalannya
tersebut, Tn.K sering kali melukai dirinya sendiri demi menyelamatkan anak SMA
tersebut, sampai pernah kejadian dia menabrakkan mobilnya untuk melindungi anak
SMA tersebut dari bahaya. Sehingga Tn.K seringkali mengalami bahaya sampai
orang melihatnya Tn.K seperti bunuh diri karena sering membahayakan dirinya
sendiri. Dan Tn.K tidak mempercayai ketika teman-temannya mengatakan bahwa
anak SMA itu tidak nyata. Sehingga dia dipaksa untuk dibawa di rumah sakit dan
ternyata didiagnosis skizofrenia.
B. Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
1). Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia
2). Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah
adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya dengan
mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahayakan.
3). Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba dibunuh
oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya mengalami dendam
terhadapnya
4). Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya

5). Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminan dirinya tersebut karena dia ingin
teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa
bersalah dengan apa yang terjadinya pada kakaknya sehingga dia juga
tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang
membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia
Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu
perlindungannya.
6). Sosiokultural
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang
baik dan Tn.K merupakan tokoh yang diidolakan karena karya
bukunya. Akan tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak
baik. Dan hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang
dialaminya sekarang.

B. Faktor presipitasi
Factor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah
terhadap kakaknya, dan adanya persaan dendam dari kakaknya yang
terus ingin menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul
sebagai cerminan dirinya.
C. Respon terhadap stress
1). Kongnitif
Kongnitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu kemampuan
menulisnya sangat menurun dan cenderung mengulang tulisan yang sudah
pernah dia tulis sebelumnya.
2). Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan selain itu,
bayangan dari masa lalunya terus aja datang membayanginya.
3). Fisiologis
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika bayangan dari
masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu mencemaskan teman
bayangannya
4). Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering
melihat Tn.K mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang
diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berprilaku yang
membahayakan seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan
dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli.

5). Social
Hubungan social Tn.K dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan 
D. Kemampuan mengatasi masalah atau sumber coping

1). Kemampuan personal


Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut dengan teman
bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering melakukan hal-hal yang
membahayakan dirinya
2). Dukungan social
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang dialami Tn.K, akan
tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga dan temannya memberikan dukungan
penuh pada Tn.K agar cepat sembuh
3). Asset material
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang cukup untuk
kehidupannya dan keluarganya.
4). Keyakinan positif
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan keyakinan padanya,
selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar juga menjadi penyemangat tersendiri
baginya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Risiko Bunuh Diri


INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan utuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga

Risiko bunuh diri Tujuan tindakan: Tujuan tindakan :


1. Pasien tetap aman dan selamat 1. Memahami masalah risiko bunuh
SP 1 p diri
2. Dapat merawat pasien dirumah
1. Menemani pasien terus-menerus
sampai dia dapat dipindahkan SP 1 k
ketempat yang aman 1. Menganjurkan keluarga untuk ikut
2. Menjauhkan semua benda yang mengawasi pasien serta jangan
berbahaya (misalnya pisau, silet, pernah meninggalkan pasien
gelas, tali pinggang) sendirian
3. Dengan lembut menjelaskan 2. Menganjurkan keluarga untuk
pada pasien bahwa saudara akan membantu perawat menjauhi barang-
melindungi pasien sampai tidak barang berbahaya disekitar pasien
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga
SP II p SP II k
1. Mengidentifikasikan aspek positif 1. Mengajarkan keluarga tentang
yang dimiliki klie tanda dan gejala bunuh diri
2. Mendorong klien untuk berpikir 2. Menanyakan keluarga tentang
positif erhadap diri tanda dan gejala bunuh diri yang
3. Mendorong klien untuk penah muncul pada pasien.
menghargai diri sebagai individu 3. Mendiskusikan tentang tanda dan
yang berharga gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri. 
4. Mengajarkan keluarga cara
melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri
Masalah keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga

SP III p SP III k
1. Memberi kesempatan pasien 1. Menganjurkan keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya mengantarkan pasien
2. Berikan pujian bila pasien dapat berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatakan perasaan yang positif.  mengatasi masalah bunuh dirinya. 
3. Meyakinkan pasien bahwa dirinya 2. Menganjurkan keluarga untuk
penting membantu pasien minum obat sesuai
4. Membicarakan tentang keadaan prinsip lima benar yaitu benar
yang sepatutnya disyukuri oleh orangnya, benar obatnya, benar
pasien  dosisnya, benar cara
5. Merencanakan aktifitas yang penggunakannya, benar waktu
dapat pasien lakukan penggunaannya
Evaluasi

1. Klien dengan resiko bunuh diri:


-klien aman dan selamat
-klien dapat mengungkapkan perasaan
-harga diri meningkat

2. Keluarga :
-keluarga mampu melindungi klien
-keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala
- Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Any Question ???

Anda mungkin juga menyukai