membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Penyebab meningitis meliputi bakteri, virus, dan organisme jamur (Muttaqin,2008). Otak dan medul spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piameter (leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan pada bagian durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur, atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri. ETIOLOGI
• Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu
bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi. Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain. • Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia, Neisseria meningitis, hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. Coli • Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita • Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan • Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi • Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan KLASIFIKASI MENIGITIS
• Meningitis Virus. Meningitis virus adalah jenis meningitis yang paling umum
• Meningitis Bakteri. Meningitis bakteri menular dan bisa fatal jika tidak ditangani • Meningitis Jamur. Meningitis yang tergolong langka. Ini disebabkan oleh jamur yang menginfeksi tubuh dan kemudian menyebar dari aliran darah ke otak atau sumsum tulang belakang. • Meningitis Parasit. Meningitis parasit tidak ditularkan dari orang ke orang. Sebaliknya, parasit ini menginfeksi binatang atau bersembunyi di makanan yang kemudian dimakan manusia. • Meningitis Non-Infeksi. Meningitis non-infeksi adalah jenis meningitis yang disebabkan oleh kondisi atau perawatan medis lainnya. Beberapa kondisi yang sebabkan meningitis yaitu lupus, cedera kepala, operasi otak, kanker dan penggunaan obat-obatan tertentu. MANIFESTASI KLINIS
gerakan involunter, kelemahan, hipotonia 2.Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut 3.Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin 4.Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering 5.Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh 6.Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah 7.Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
PATOFISIOLOGI
• Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur, maupun
protozoa, point d’entry masuknya kuman juga dapat melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah. Penyebab lainnya adalah adanya rhinorhea, otorheapada basis cranial yang memungkinkan kontaknya CSS dengan lingkungan luar (Pradana, 2009).
•. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah
analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial.. KOMPLIKASI • Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system. PENATALAKSANAAN
Menurut (Riyadi & Su
karmin, 2009) penatalaksan dilakukan di rumah sakit an aan medis yang secara umu tara lain : m yang • Pemberian cairan intrav ena. Pilihan awal yang bersi atau ringer laktat dengan do fat isot sis yang dipertimbangkan m onik seperti asering badan anak atau tingkat deg elal idrasi yang diberikan karena ui penurunan berat menderita meningitis sering pa datang dengan penurunan k da anak yang kekurangan cairan akibat m esadaran karena untah, pengeluaran cairan m akibat hipertermia dan inta elalui proses evaporasi ke cairan yang kurang akib • Pemberian diazepam ap at kesadaran yang menurun. abila anak mengalami keja diazepam 0,5 mg /Kg BB/ka ng. Dosis awal diberikan li pemberian melalui intrav diatasi maka diberikan feno ena. Setelah kejang dapat barbital dengan dosis awal kurang dari 1 tahun 50 mg pa sedangkan anak yang lebih da neonates 30m, anak dari 1 tahun 75 mg. LANJUTAN
• Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang
sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB dibagi dalam enam dosis pemberian secara intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam empat dosis pemberian. • Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsang depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat. • Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial sehingga peril diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS • Tanggal masuk RS : 11-novemeber-2022 • Tanggal pengkajian : 11-november-2022 • Jam pengkajian : 10.00 wita • Jam masuk : 07.15 wita • No RM : 00-185289 • Diagnose masuk : meningitis IDENTITAS KLIEN : Nama pasien : Ny.A Umur : 30 Tahun Suku/bangsa : Saluan Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Alamat : Desa uso Sumber biayaya : BPJS KELUHAN UTAMA Keluhan utama : Ny. A mengatakan merasa nyeri di bagian kepala Keluhan yang dikaji : Pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala P : pasien mengatakan nyeri pada bagiab kepala Q : pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk R : pasien mengatakan lokasi nyeri pada kepala S : skala nyeri 7 T : pasien mengatakan kepalanya sakit secaraterus- menerus • RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri kepala serta demam dirasakan sejak kemarin, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7 dirasakan secara terus menerus. • RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya Pernah dirawat : Tidak Pernah Penyakit kronik dan menular : Tidak Ada Riwayat penggunaan obat : Tidak Ada Riwayat alergi : Tidak punya riwayat alergi Riwayat operasi : Tidak Ada • RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit turunan. • PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Perilaku sebelum sakit yang memengaruhi kesehatan: Alkohol : Tidak Merokok : Tidak Obat : Tidak Olahraga : Tidak OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK Tanda-Tanda vital • S:37,8 derajat N: 100 kali/menit TD: 150/95 mmHg • RR: 26 kali/menit • Kesadaran :compos mentis Sistem pernafasan • RR :26 kali/menit • Keluhan : sesak • Batuk : tidak • Secret :- • Warna :- • Penggunaan alat bantu napas : tidak • PCH : Tidak • Irama napas : Tidak teratur • Pola napas : Tidak teratur • Suara napas : Vesikuler • Alat bantu napas : Tidak Ada SISTEM PERSYARATAN •S : 37,8ᵒ • GCS : compos mentis • Refleks asiologi : patella triceps biceps • Refleks patologis : Babinsky Brudzinsky Kerning • Keluhan pusing : Ya P : pasien mengatakan pusing pada kepalanya Q : pasien mengatakan pusing seperti di tusuk-tusuk R : pasien mengatakan lokasi pusing pada kepala S : Skala nyeri 7 T : pasien mengatakan pusing secara terus-menerus PEMERIKSAAN SARAF kRANIAL
• N1 : Normal ket : klien mampu mengidentifikasikan bau dengan baik
• N1 : Normal ket : klien melihat tidak menggunakan alat bantu • N3 : Normal ket: klien mampu mengerakan bola mata dengan baik • N4 : Normal ket: klien mampu mengerakan otot dengan baik • N5 : Normal ket: klien mampu membedakan panas dengan dinggin • N6 : normal ket : klien mampu menerima rangsangan di bagian mata • N7 : Normal ket : klien mampu mengerakan wajah dengan baik • N8 : Normal ket: klien mampu mendengar dengan baik • N9 : Normal ket : klien mampu untuk menelan, mengunyah dan membuka mulut dengan baik • N10 : normal ket : klien mampu menerima rangsangan organ dengan baik • N11 : normal ket : klien mampu menggerakan lengan dengan baik • N12 : Normal ket : klien mampu sepenuhnya menggerakan bagian lidah Diagnosa Keperawatan
• Resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
edema serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus • Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi. • Hipertemi b/d reaksi inflamasi INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
O KEPERAWATA KRITERIA HASIL N 1. Resiko perfusi Setelah dilakukan 1.Identifikasi 1.Untuk S : Pasien jaringan serebral tindakan penyebab TIK mengetahui mengatakan berhubungan keperawatan 2.Monitor peningkatan TIK masih merasa dengan edema selama 3 x 24 jam peningkatan 2.Untuk pusing serebral yang resiko perubahan tekanan darah mengetahui mengubah/meng perfusi jaringan 3.Monitor peningkatan O: hentikan darah menjadi adekuat. ireguleritas tekanan darah Pasien arteri/virus Dengan kriteria irama nafas 3.Untuk nampak hasil : 4.Pertahankan mengetahui gelisah 1. sakit kepala posisi kepala irregulitas irama TD :150/9 menurun dan leher netral nafas 5 mmHg 2. tekanan darah 5.Jelaskan 4.Agar pasien membaik tujuan dan nyaman A : Masalah 3. gelisah menurun prosedur 5.Agar pasien belum teratasi pemantauan mengetahui tujuan prosedur P : Intervensi pemantauan dilanjutkan LANJUTAN…… 2 Nyeri akut Setelah 1.Identifikasi lokasi, 1.Mempengaruhi S : Pasien berhubungan dilakukan karakteristik frekuensi, pilihan/pengawasan mengatakan dengan proses tindakan asuhan durasi dan intesitas keefektifan intervensi nyeri di area inflamasi. keperawatan nyeri 2.Untuk mengetahui kepala diharapkan 2.Identifikasi skla nyeri tingkat keparahan tingkat nyeri 3.Identifikasi respon nyeri O : Pasien pasien menurun, nyeri non verbal 3.Untuk mengetahui nampak dengan kriteria 4.Berikan teknk non persepsi/reaksi meringis hasil : faramakologis untuk terhadap nyeri -TD :150/95 1. keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri 4.Untuk memberikan mmHg menurun 5.Jelaskan penyebab, ketenangan kepada -N : 100 x/menit 2. meringis periode, dan pemicu pasien sehingga nyeri menurun nyeri tidak bertambah A : Masalah 3. tekanan darah 5.Memfokuskan belum teratasi membaik kembali perhatian, meningkatkan kontrol P : Intervensi dan meningkatkan dilanjutkan harga diri dan kemampuan koping LANJUTAN…… 3 Hipertemi b/d Setelah dilakukan 1.Identifikasi 1.Untuk mengetahui S : Pasien proses intervensi penyebab penyebab dari mengatakan penyakit keperawatan hipertermi hipertermi bahwa dia dibuktikan diharapkan suhu 2.Monitor suhu 2.Memantau status merasa demam dengan suhu tubuh menurun tubuh kesehatan pasien tubuh diatas dengan kriteria 3.Melakukan 3.Tindakan untuk O : S : 38,9ᵒC normal hasil : kompres hangat menurunkan demam 1. kulit merah pada lipatan pasien A : Masalah sedang 4.Berikan cairan 4.Membantu proses belum terarasi 2. suhu tubuh per oral penyembuhan pasien membaik 5.Kolaborasi 5.Agar mempercepat P : intervensi pemberian cairan penyembuhan dilanjutkan elektolit intravena, jika perlu KESIMPULAN
• Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan
bab-bab sebelumnya, penelitian ini memiliki kesimpulan : • Sistem Pakar yang dibuat berdasarkan dari pengetahuan pakar. • Sistem tersebut dapat menampilkan hasil dari diagnosa yang diisi oleh pengguna. Hasil tersebut berdasarkan gejala-gejala yang di jawab dari pertanyaan pada sistem. • Sistem pakar diagnosis penyakit meningitis ini dapat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi dan solusi tentang penyakit meningitis. SEKIAN DAN TERIMAKASIH