Anda di halaman 1dari 27

BUDAYA PENGOBATAN DUKUN KARENA

DIANGGAP SEBUAH KUTUKAN


DI SUKU TORAJA
(SULAWESI SELATAN)
KASUS
Tn. B (38 Tahun), Ny.N (34 Tahun), An.I Perempuan (15 Tahun) dan An.T Laki-laki
(12 tahun). Malam itu anak T mengeluh bahwa ia sedang kedinginan karena memang
suhu pada akhir-akhir ini terasa sangat dingin. Orang tua An.T tidak menyadari
anaknya sedang kedinginan dan alerginya kambuh. Keesokan harinya kedua orang
tuan An.T menanyakan mengapa sang anak berselimut tebal, ternyata setelah ditanya
anaknya mengalami alergi. Tetapi Tn.B tidak mempercayai jika anaknya mengalami
alergi, dan ditanyai anaknya tersebut. Dan sang An.T menjawab jika kemarin dia
telah mencuri buah tetangga.
Tn.B berfikir bahwa gatal-gatal dan eksim yang dialami anaknya itu adalah sebuah ku
tukan karena anaknya telah melakukan kesalahan
sehingga menurut kepercayaan yang Tn.B anut, utuk menebus kesalahan tersebut
harus dibawa ke Dukun, kulit anaknya harus diobati dengan air ludah dicampur
pinang dan kapur sirih dikunyah dalam mulut sampai halus kemudian disemburkan
ke bagian yang gatal-gatal dengan dibacakan doa-doa yang dipercayai oleh orang
Toraja.
Tetapi jelang beberapa jam kemudian An. T malah terdapat ruam-ruam
merah dan mengalami iritasi karena Ny. N tidak terlalu mempercayai
adat-adat seperti itu. Maka Ny. N membawa anaknya ke puskesmas
terdekat untuk menanyakan kenapa kulit anaknya bisa terjadi ruam-ruam
dan iritasi.Klien datang dengan keadaan sedang kedinginan, setelah
diperiksa oleh perawat dengan dikaji dan dilakukan pemeriksaan
ternyata suhu klien 35,6ºC dan An.T mengalami iritasi kulit yang
disebabkan oleh Air Ludah yang dicampur Pinang dan Kapur Sirih dari
Dukun. Perawat menanyakan mengapa Tn.B sampai memberikan
anjuran seperti itu kepada anaknya. Tn. B menjawab bahwa itu sudah
merupakan tradisi nenek moyang dan harus tetap dilestarikan karena
pengobatan ini sangatlah alamiah dan ekonomis
PENGKAJIAN

1. DATA DEMOGRAFI
a. Nama lengkap : An.T
b. Nama panggilan :-
c. Nama keluarga : Ny.S
d. Alamat : Jl. Akung, Bangkelekila, Toraja Utara
e. Lama tinggal di tempat ini : 10 Tahun
f. JK (laki-laki/perempuan) : Laki- Laki
g.Tempat lahir : Rantepao , 15-09-2005
h. Diagnosis medis : Dermatitis Atopic
i.  No. register : 272811

2. DATA BIOLOGIS/VARIASI BIOKULTURAL


Warna kulit : Sawo Matang,
Rambut : lurus, Hitam
Struktur tubuh : kurus
Bentuk wajah : Bulat
Resiko penyakit : Dermatitis Atopic
Tanda-tanda vital : TD : 100 mmHg, N : 102 x/menit,
RR : 22 x/menit, S : 35,6ºC
3. FAKTOR TEKNOLOGI
a. Alat yang digunakan untuk bepergian yaitu jalan kaki dan alat
transportasi
lainnya seperti Motor .
b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi (bahasa Toraja )
c. Sarana yang di gunakan untuk mendatangi fasilitas kesehatan :
Puskesmas
d. Persepsi terhadap teknologi kesehatan: Tn.B tidak terlalu
tertarik dengan teknologi kesehatan, tetapi Ny.N sangat
mendukung pelayanan teknologi kesehatan.
e.Respon terhadap teknologi kesehatan : Keluarga Ny. N
mendapatkan keluarga yang masih gaptek atau gagap teknologi
sehingga tidak dapat mengakses teknologi tersebut dan tidak
dapat mencari informasi merawat kulit Dermatitis atau alergi
yang baik dan benar. Hal ini juga mempengaruhi pada informasi
yang didapat oleh keluarag Ny. N kurang uptodate atau
informasi
yang terbaru.
4. FAKTOR AGAMA DAN FILOSOFI
a. Agama yang di anut : Kristen tetapi tidak pernah
mengikuti ibadah apapun dan tidak terlalu mempercayai
Tuhan
b.Keyakinan agama yang di anut klien berhubungan dengan
kesehatannya
c. Bagaimana pandangan klien dengan keluarga tentang sakit
yang di derita menurut ajarannya agamanya : Tn. B berfikir
bahwa gatal-gatal dan Dermatitis yang dialami anaknya itu
adalah sebuah kutukan karena anaknya telah melakukan
kesalahan
d.Yang di lakukan keluarga untuk mengobati penyakit anaknya
:Menurut kepercayaan yang Tn.B anut, untuk menebus
kesalahan tersebut harus dibawa ke Dukun, kulit anaknya
harus diobati dengan air ludah dicampur pinang dan kapur
sirih dikunyah dalam mulut sampai halus kemudian
disemburkan ke bagian yang gatal-gatal dengan dibacakan
doa-doa yang dipercayai oleh orang Toraja.
5. FAKTOR SOSIAL DAN IKATAN KEKERABATAN

 Klien dirumah tinggal dengan : Orang tua


 Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota
keluarganya yang sakit yaitu membawa pasien ke Dukun
 Aktivitas sosial yang dilakukan klien membuat klien
senang melakukan aktivitas atau bermain dihalaman rumah
bertemu dengan teman-temannya dan sering bermain bola
6. NILAI-NILAI BUDAYA, KEPERCAYAAN DAN PANDANGAN HIDUP

 Kepercayaan berdasarkan suku/bangsa berhubungan dengan sehat sakit:


Sehat: Sehat menurut klien dan keluarga adalah jika seseorang mampu
bekerja dan beraktifitas seperti biasa tanpa hambatan.
Sakit : Sakit menurut klien dan keluarga adalah akibat perbuatan orang yang
tidak suka dengan nya.
Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat-sakit : Klien mengatakan
bahwa sakit sangat menganggu aktivitasnya.

 klien lebih percaya akan pengobatan tradisional yang sudah lebih sering di
gunakan seperti ramuan-ramuan, daun-daunan, rempah2 dll.
7. FAKTOR POLITIK DAN
HUKUM

Tindakan ayah klien yang membawa anaknya ke dukun dan diberikan


pengobatan berupa disemburkan air ludah , daun pinang dan kapur
sirih menyebabkan timbulnya ruam-ruam serta iritasi pada kulit
anaknya dan juga menyebabkan pengobatan yang diberikan oleh
perawat menjadi lama, dikarenakan sudah terjadi iritasi yang
menyebabkan tubuh klien menggigil hingga terjadi hipotermi yang
merugikan klien.
8. FAKTOR EKONOMI

 Ayah klien berprofesi sebagai petani


 Sumber pembiayaan kesehatan klien :
dari hasil tabungan dan biaya dari
orang tua
 Penghasilan sebulan yaitu Rp.
2.000.000
 Pendidikan klien adalah SD
 Arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan
disiplin ilmunya adalah dapat bermain , belajar dan beraktivitas .
 Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan : Klien
menganggap bahwa pendidikan itu penting karena dapat
membantu untuk masa depan keluarga.

FAKTOR PENDIDIKAN
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Klien mengatakan
bahwa ia sedang
kedinginan karena
memang suhu pada akhir-
akhir ini terasa sangat
Terpapar suhu
dingin. Hipotermi
lingkungan rendah
DO :

- Kulit teraba dingin

- Klien tampak menggigil

- S : 35,6ºC
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Ayah klien
mengatakan masih
mempercayai bahwa
apabila diobati di Dukun
dengan disemburkan Air
ludah dicampur pinang
dan kapur sirih dengan
dibaca Doa dapat
mengobati penyakit
DO :
Perilaku yg tidak Ketidakpatuhan
- Menjalani sesuai dalam pengobatan
pemeriksaan yang tidak
tepat
- Menunjukkan
perilaku tidak sesuai
anjuran
- Menunjukkan
persepsi yang keliru
terhadap masalah
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Ayah klien
mengatakan menduga
anaknya sakit karena
kutukan karena telah
mencuri buah mangga
dan untuk menebus
kesalahan tersebut harus
dibawa ke Dukun
DO : Ayah klien Risiko distress
menjawab bahwa itu Konflik spiritual
sudah merupakan spiritual
tradisi nenek moyang
dan harus tetap
dilestarikan karena
pengobatan ini sangatlah
alamiah dan ekonomis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah


dibuktikan dengan kulit teraba dingin, menggigil, S : 35,6ºC
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan perilaku
tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah
3. Risiko distress spiritual dibuktikan dengan konflik spiritual.
INTERVENSI

DX 1 : Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah


rendah dibuktikan dengan kulit teraba dingin , menggigil suhu tubuh dibawah
nilai normal (35,6˚C)
TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam
 Kriteria hasil : Menggigil 5 (menurun ), Suhu tubuh 5 (membaik ) 36,5˚C ,
Suhu kulit 5 (membaik)
INTERVENSI : Observasi : Monitor suhu tubuh , Identifikasi penyebab
hipotermia
( terpapar suhu lingkungam rendah ), Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
(menggigil, hipotermia sedang)
Terapeutik: Sediakan lingkungan yang hangat ( atur suhu ruangan ), Lakukan
penghangatan pasif ( selimut ), Lakukan penghangatan aktif eksternal (kompres
hangat).
Edukasi : Anjurkan makanan dan minuman yang hangat
Rasional : Perubahan suhu yang signifikanmembantu dalam pemberian
intervensi, Untuk mengetahui penyebab dari hipotermia yang diderita klien,
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan, Menjaga suhu lingkungan tetap stabil
Sehingga tidak terjadi pertukaran antara suhu tubuh dan suhu ruangan,
Pemberian tamabhan selimut dapat mengurangi penguapan dan radiasi sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan , Memberikan ransangan panas dari luar untuk
membantu mempertahankan suhu yang optimal, Untuk mempertahankan suhu
tubuh yang normal.
DX 2 : Defisit pengetahuan b.d keterbatasan kognitif d.d
ayah klien mengatakan masih mempercayai bahwa apabila diobati di dukun
dengan disemburkan air ludah dicampur pinang dan kapur sirih dengan dibaca
doa dapat mengobati penyakit.,menjalankan pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah
TUJUAN : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
perilaku ayah klien sesuai pengetahuan dengan kriteria hasil :
1. Tingkat pengetahuan : Perilaku sesuai anjuran meningkat (5), Pertanyaan
tentang masalah yang dihadapi menurun(5), Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun.(5), Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun(5)
INTERVENSI : Culture care preservation
1. Identifikasi perbedaan konsep antara ayah klien dengan peraat tentang proses
menyembuhkan dengan cara menyemburkan air ludah dicampur pinang dan
kapur sirih
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien dan keluarga
3. Diskusikan tentang kesenjangan budaya yang dimiliki
klien dan perawat.
4. Berikan penkes tentang kurang tepat melakukan pengobatan dengan air ludah
Cultural care accommodation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan kegiatan 
3. Apabila konflik tidak dapat terselesaikan, lakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
Cultural care repartening / reconstruction
1. Beri kesempatan klien pada klien untuk meahami informasi
yang diberikan dan melaksanakannya.
2. Gunakan pihak ketiga bila perlu
3. Terjemahkan terminology gejala pasien kedalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
4. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang system
pelayanan kesehatan
RASIONAL : 1. Pengetahuan keluarga yang baik akan meningkatkan kemampuan
untuk mengenal masalah
2. Dengan menggunakan alat bantu untuk memberikan penjelasan diharapkan
keluarga dapat lebih mudah memahaminya
3. Dengan keluarga mampu mengulangi penjelasan yang diberikan dapat diartikan
keluarga telah meahami penjelasan.
4. Memberikan penguatan kepada keluarga
DX 3 : Resiko Distres spiritual Berhubungan dengan Konflik spiritual
TUJUAN : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam status spiritual
membaik. Kriteria hasil : Verbalisasi penerimaan 5 (Meningkat), Kemampuan
beribadah keluaraga 5 (membaik), Koping 5 (Membaik).
INTERVENSI : Cultural care preservation
 1. Identifikasi perbedaan tentang keyakinan ayah klien dan perawat yang
menyatakan bahwa penyakit anaknya disebabkan karena kutukan
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien dan keluarga
3. Diskusikan tentang keyakinan yang dianut ayah
klien dan perawat.
Cultural care accommodation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klie 
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan kegiatan
3. Apabila konflik tidak dapat terselesaikan, lakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
spiritual, pandangan klien dan standar etik.
Cultural care repartening / reconstruction
1. Beri kesempatan ayah klien untuk memahami pengetahuan spiritual yang
diberikan oleh perawat
2. Gunakan pihak ketiga bila perlu
3. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang system
pelayanan kesehatan.
RASIONAL : Agar keluarga pasien dapat mengikuti keyakinan yang dianut, Agar
keluarga dapat memiliki harapan yang postif , Agar keluarga pasien dapat
mengetahui dampak yang terjadi akibat keyakinan yang negatif
IMPLEMENTASI &
EVALUASI

DX 1 : Observasi : Memonitor suhu tubuh , Mengidentifikasi penyebab


hipotermia (terpapar suhu lingkungam rendah ), Memonitor tanda dan
gejala akibat hipotermia (menggigil, hipotermia sedang). Terapeutik:
Menyediakan lingkungan yang hangat (atur suhu ruangan ), Melakukan
penghangatan pasif ( selimut ), Melakukan penghangatan aktif eksternal
(kompres hangat). Edukasi : Menganjurkan makanan dan minuman yang
hangat.
EVALUASI : S : klien mengatakan sudah tidak merasa kedinginan
O: kulit teraba hangat, Klien tampak tenang dan sudah tidak
menggigil, Suhu , tubuh 36,4˚C
  A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX 2 :
Culture care preservation
1. Mengidentifikasi perbedaan konsep antara ayah klien dengan peraat
tentang proses menyembuhkan dengan cara menyemburkan air ludah
dicampur pinang dan kapur sirih
2. Melakukan sikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien dan keluarga
3. Mendiskusikan tentang kesenjangan budaya yang dimiliki
klien dan perawat.
4. Memberikan penkes tentang kurang tepat melakukan pengobatan dengan
air ludah
 
Cultural care accommodation
1. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Melibatkan keluarga dalam perencanaan kegiatan
3. Apabila konflik tidak dapat terselesaikan, melakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
Cultural care repartening / reconstruction
1. Memberikan kesempatan klien pada klien untuk memahami
informasi
yang diberikan dan melaksanakannya.
2. Menggunakan pihak ketiga bila perlu
3. Menerjemahkan terminology gejala pasien kedalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
4. Memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang system
pelayanan kesehatan
EVALUASI : S: Keluarga mengatakan sudah paham atas bahaya
yang akan terjadi jika tidak ditangani dengan tepat
O: Keluarga merasa tenang, bahagia dan menerima
penjelasan tersebut
A: Masalah terartasi
P: Intervensi dihentikan
DX 3 :
Cultural care preservation
1. Mengidentifikasi perbedaan tentang keyakinan ayah klien dan
perawat yang menyatakan bahwa penyakit anaknya disebabkan
karena kutukan
2. Melakukan sikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien dan keluarga
3. Mendiskusikan tentang keyakinan yang dianut ayah
klien dan perawat.
Cultural care accommodation
1. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Melibatkan keluarga dalam perencanaan kegiatan
3. Apabila konflik tidak dapat terselesaikan, melakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
spiritual, pandangan klien dan standar etik.
Cultural care repartening / reconstruction
1. Memberi kesempatan ayah klien untuk memahami pengetahuan
spiritual yang diberikan oleh perawat
2. Menggunakan pihak ketiga bila perlu
3. Memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang system
pelayanan kesehatan
EVALUASI :
S : Ayah klien mengatakan masih mempercayai kutukan karena sudah
ada dari nenek moyang
O : Ayah klien tampak selalu memperkuat pendapatnya saat perawat
memberikan edukasi
A : Masalah belum teratasi 
P : Intervensi di lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai