Anda di halaman 1dari 15

METODE MENGATASI HIPERTERMI

( TEPID SPONGE )

Keterampilan Dasar Keperawatan


Dosen Pengampu : Ibu Suci Noor Hayati., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 3 (1B)

1. Adella Meilani 221039


2. Ariel Sanria 221042
3. Hanna Khoirunnisa 221054
4. Indira 221057
5. Muhamad Fauzan Firdaus 221060
6. Mutiara Fadilah 221064
7. Sandi Tria Yasmin 221069
8. Sofyannanda Shandyka 221072
9. Vebby Aulia Ilmawati 221076

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertermi merupakan masalah yang umum menjadi keluhan utama dari berbagai penyakit
di berbagai lapisan umur, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa hingga lansia. Ketika tubuh
mengalami infeksi umumnya tubuh akan merespon dengan demam. Hipertermi adalah keadaan
suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. Menurut Maita (2014)
hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus akibat dari
mekanisme pengeluaran panas yang terganggu karena obat-obatan maupun penyakit. Anak
dikatakan mengalami hipertermi atau demam bila ia memiliki suhu > 37,5 oC.

Hipertermi atau demam yang tinggi dan risiko terjadinya penyakit berat yang akan
berakibat fatal seperti bakterimia, hipertensi patologis ataupun infeksi susunan saraf pusat sentral
harus dicegah dengan tindakan penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
dengan cara farmakologis yaitu dengan pemberian obat penurun panas seperti memberikan
parasetamol atau ibuprofen serta dapat pula ditangani dengan tindakan nonfarmakologis. Salah
satu penurunan suhu secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara tepid sponge.

Tepid sponge atau kompres air hangat merupakan suatu kompres sponging dengan air
hangat. Penggunaan kompres air hangat ini diterapkan di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan
(inguinal) selama 10-15 menit yang akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar
lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Penanganan dengan metode ini bisa disatukan
dengan pemberian obat penurun panas untuk menurunkan pusat pengatur suhu di susunan saraf
otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres tepid sponge ini (Karyanti, 2014).

Penurunan panas dengan metode ini telah banyak diteliti, baik oleh peneliti di dunia
Internasional maupun di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thomas dan Riegel
pada managemen penanganan anak dengan demam di unit kegawatdaruratan di United States
diketahui bahwa sebanyak 79,8 % perawat memilih memberikan intervensi berupa pemberian
tepid sponge untuk mengurangi demam, mencegah kejang dan memberikan rasa nyaman bagi
anak. Diketahui alasan para perawat memilih metode ini untuk pencegahan kejang sebesar 58%,
penurunan suhu lebih cepat sebesar 56,8%, dan pengobatan demam tidak responsif terhadap
antipiretik sebesar 45,6% (Thomas, 1994).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aryanti menyatakan bahwa metode tepid sponge
lebih efektif dibandingkan dengan kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh anak, dimana
dengan metode tepid sponge rata-rata penurunan suhu 0,8oC sedangkan dengan kompres hangat
rata-rata suhu turun sebesar 0,5oC (Wardiyah, 2016). Hasil yang didapatkan berdasarkan The
Indonesian Journal Of Health Science sebesar 0.94 0C suhu dapat turun dengan penggunaan
tepid sponge pada anak demam (Efendi, 2012).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ketera
mpilan Dasar Keperawatan”, juga sebagai bahan ajar bagi mahasiswa mengenai metode Tepid
Sponge untuk mengatasi masalah Hipertermi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Hangat


1. Pengertian

Tepid sponge adalah melakukan kompres dengan air hangat untuk menurunkan demam.

2. Tujuan
a. Untuk membuat pembuluh darah tepi Melebar danmengalami vasodilatasi sehingga pori-
pori akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas.
b. Memberikan rasa nyaman.
3. Pengkajian
a. Mengkaji kembali program/instruksi medik.
b. Mengkaji kembali suhu tubuh klien.
c. Mengkaji pengetahuan klien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
4. Persiapan alat
a. Baskom mandi 2 buah.
b. Sarung tangan (bila perlu).
c. Air bersuhu normal.
d. Selimut mandi 2 buah.
e. Termometer.
f. Waslap 2 buah.
g. Perlak.
5. Persiapan pasien
a. Memberikan salam therapeutic.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga.
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
d. Mengatur pencahayaan.
e. Menyiapkan posisi pasien Mengatur pencahayaan.
f. Menjaga privacy.
6. Pelaksanaan
a. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan bila perlu.
b. Ukur suhu tubuh klien dan catat jenis serta waktu pemberian antipireutik.
c. Pastikan sudah menutup pintu dan tirai.
d. Letakkan perlak dibawah anak dan lepaskan pakaian anak.
e. Pertahankan selimut mandi dibagian tubuh yang tidak dikompres.
f. Basahi washlap dengan air hangat kemudian letakkan masing-masing dibawah aksila da
n lipatan paha.
g. Kemudian dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit dan Periksa respon klie
n.
h. Selanjutnya kompres pada bagian bokong dan punggung selama 5 menit, kemudian lap
seluruh tubuh.
i. Kaji ulang suhu tubuh setiap 15 menit.
j. Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha sesuai kebutuhan.
k. Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh. Selimuti klien dengan selim
ut mandi serta Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat,
l. Buang perlahan dan ganti linen tempat tidur bila basah.
m. Ukur suhu tubuh anak.
n. Rapikan alat dan mencuci tangan.
PERHATIAN: Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah suhu t
ubuh klien mendekati normal.

7. Dokumentasi
a. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
b. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur.
c. Dokumentasi ditulis dengan tinta hitam.
d. Jika salah coret dan beri paraf tidak boleh dikoreksi.
e. Nama dan tanda tangan perawat.

1.2 Asuhan Keperawatan Suhu Tubuh


I. PENGKAJIAN
1. Identitas
A. Identitas Pasien

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 1 tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Pendidikan : Belum Sekolah

Pekerjaan : Belum Bekerja

Alamat : Jalan Citra Karya gang seram

Suku bangsa :-

Tanggal masuk :-

No regiter :-

Diagnosa medis :-

Tanggal Pengkajian : 06 Juni 2022

B. Identitas penanggung Jawab

Nama :-

Umur :-

Hub. Dengan pasien :-

Pekerjaan :-

Alamat :-

2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh 39◦C, panas tidak turu
n-turun selama 3 hari dan ibu mengatakan pasien sulit makan.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
klien menglami peningkatan suhu tubuh diseluruh tubuh temperatur 39 c selama 3 hari, d
engan wajah kemerahan dan mukosa bibir kering.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

b. Status kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah dialami

Pernah mengalami kejang

2. Pernah dirawat

Ibu An. A mengatakan klien tidak pernah dirawat dirumah sakit.

3. Alergi

Ibu An. A mengatakan klien alergi terhadap susu formula

4. Kebiasaan ( merokok, alkohol, dll)


Tidak ada
5. Imunisasi

Ibu An. A mengatakan klien hanya diberikan imunisasi BCG saat lahir

c. Riwayat penyakit keluarga

Migrain dan di redakan oleh obat warung dan 2 tahun yang lalu anak pertama meninggal
yang diakibatkan oleh demam

3. Riwayat keadaan psikososial


a. Pola persepsi pasien tentang penyakitnya
Ibu pasien mengatakan “ bahwa penyakit saat ini adalah penyakit serius karna ibu pasien trau
ma kehilangan anak pertamanya karna meninggak secara tiba tiba “
b. Pola makan dan minum
 Makan 2 kali sehari
 Nafsu/selera makan : sedikit berkurang
 Nyeri ulu hati : -
 Alergi : alergi susu formula
 Mual muntah
c. Perawatan diri/personal hygine
 Kebersihan tubuh : cukup bersih dan bau badan tercium
 Kebersihan gigi dan mulut : gigi pasien belum lengkap dan bibir kering
 Kebersihan kuku kaki dan tangan : cukup bersih
 Kebersihan eleminasi : dibantu keluarga
d. Pola kegiatan dan aktivitas

Aktivitas klien terbatas karna belum bisa jalan

e. Pola eliminasi
1. BAB
 Bab lancar 1 k/ali sehari
 Feses keras berwarna coklat
 Tidak ada perdarahan
 Tidak pernah menggunakan obat pencahar
2. BAK
 Jarang Bak
 Sedikit kuning dan bau khas
 Tidak ada riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih
 Tidak pernah penggunaan diuretik
 Perbanyak minum air putih
f. Pola aktivitas dan latihan
1. Aktivitas

Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan dan minum 

Mandi 

Toilet 

Berpindah 

Mandi 

Mencuci rambut 

0: mandiri
1: alat bantu
2:dibantu orang lain
3:dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total

Riwayat Keadaan Psikososial

a. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya


Ibu pasien mengkhawatirkan dan menganggap serius tentang penyakit saat ini. Karena ibu pasie
n trauma kehilangan anak pertamanya yang meninggal secara tiba tiba.
1. Konsep diri
 Gambaran diri
klien merasa diperhatikan dan sangat disayang oleh kedua orang tuanya
 Ideal diri
ibu klien berharap agar tuhan dapat memberikan kesembuhan untuk anaknya
 Harga diri
klien merasa diperhatikan oleh kedua orang tuanya
 Peran diri
klien merupakan anak ke 2
 Identitas
klien sebagai anak
2. Keadaan emosi
3. Hubungan sosial
Klien disayang dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya dan dirawat nya hingga saat ini

II. PENGKAJIAN FISIK

1) Keadaan umum
Composmentis
2) Tanda tanda vital
a. Suhu tubuh : 39 c
b. Td : 95/65 Mmhg
c. Nadi : 94x/menit
d. Rr : 24x/menit
e. Tb :
f. Bb :
3) Keadaan fisik
 KEPALA
a. Bentuk normal dan simetris
b. Kulit kepala : tidak ada peradangan dan bekas luka
 RAMBUT
a. Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran pertumbuhan rambut rata dan warna hitam
b. Bau : -
c. Warna kulit : kuning langsat
 MATA
a. Mata dalam keadaan simetris
b. Tidak ada kelainan dalam palpebra
c. Pupil dalam keadaan simetris dan isokor
d. Kornea dan iris dalam keadaan simetris
e. Visus dalam keadaan normal
f. Normal pada tekanan bola mata
 HIDUNG
a. Tulang hidung dan posisi septum nasal simetris
b. Lubang hidung simetris dan bersih
 TELINGA
a. Bentuk telinga simetris
b. Ukuran telinga simetris
c. Lubang telinga cukup bersih dan tidak terdapat kelainan
 MULUT DAN FARING
a. Mukosa bibir kering dan pecah pecah
b. Gusi keadaan bersih dan merah muda gigi belum lengkap
c. Lidah keadaan baik
d. Orofaring keadaan baik dan berwarna merah muda
 LEHER
a. Trakea dalam keadaan baik
b. Tidak ada pembengkakan tyroid
c. Suara klien terdengar normal tetapi sedikit lemah
d. Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
e. Vena juguralis teraba
f. Frekuensi denyut radialis dan karotis teraba sama
 PEMERIKSAAN INTEGUMEN
a. Kebersihan : cukup bersih tidak ada ruam, jejas
b. Warna : kuning langsat
c. Turgor : tidak ada kelainan
d. Kelembapan : lembab
e. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
 PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
a. Ukuran dan bentuk : -
b. Warna : -
c. Kondisi payudara dan puting : -
d. Aksila dan clavicula : tidak ada benjolan
 PEMERIKSAAN TORAKS/DADA
a. Inspeksi : keadaan normal tidak ada kelainan
b. Pernafasan : 24x/menit
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada
d. Palpasi : getaran suara teraba sama
e. Perkusi : sonor
f. Auskultasi : tidak ada nafas tambahan
 PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi : normal
b. Palpasi : tidak ada bengkak
c. Perkusi : suara pekak
d. Tidak ada suara tambahan
 PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL/EKSTERMITAS]
a. Ekstermitas atas : normal dan simetris
b. Ekstermitas bawah : normal dan simetris
 PEMERIKSAAN NEUROLOGI
a. Nervus olfaktoris : klien mampu mengenali bau
b. Nervus optikus : klien mampu melihat dengan baik
c. Nervus okulomotoris : klien mampu menggerakan bola mata
d. Nervus tigeminus : -
e. Nervus fasalis : wajah simetris
f. Nervus vestibulocochlearis : klien masih bisa mendengar dengan baik
g. Nervus glossopharingeus : klien mampu menelan makanan
h. Nervus aksesorius : mampu menggerakan makanan

III. ANALISA DATA

N Data Etiologi Masalah


o
1 DS :
 Ibu klien mengatakan Klien meng Bakteri Hipertermia
eluh peningkatan suhu tubuh 39 ↓
c. Panas tidak turun turun selam Proses infeksi masuk kedala
a 3 hari . m tubuh
 P : dengan diberikan kompres ha ↓
ngat dan membuat lingkungan ja Peradangan
di nyaman ↓
 Q : ibu saya mengatakan selain b Jaringan menjadi abses dan b
adannya terasa lemas, panas erisi PUS
 R : seluruh tubuh terasa panas ↓
 S : peningkatan suhu tubuh doal Kerusakan integritas jaringan
ami oleh klien adalah 39 c ↓
 T : berlangsung selama 3 hari Demam

Hipertermi

DO :
 Temperature klien 39c peningkat
an suhu di seluruh tubuh dan bad
an lemas serta bibir mukosa keri
ng.
 Kesadarab : composmentis
 TD : 95/96 MmHg
 Rr : 24x/menit
 Nadi : 94x/menit
 Conjungtiva pasien tampaka nem
is
 Wajah pasien kemerahan dan be
rkeringat
2 DS : Asupan Makan Tidak Defisit nutrisi
Mencukupi
 Ibu klien mengatakan klien sulit
makan atau nafsu makan ↓
berkurang
Nafsu Makan Menurun Karna
Deman

DO : ↓

 Nafsu makan berkurang dan Kekurangan Nutrisi


makan 2x1 sehari tidak habis

 Mual muntah
 Pasien tampak lemas
Defisit Nutrisi
 Mukosa bibir kering

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh


2. Defisit nutirisi berhubungan dengan kurang nya asupan makan yang ditandai dengan pasien tam
pak pucat dan lemas

V. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa tujuan intervensi

1 Hipertemi b.d proses infeksi di Setelah dilakukan tindakan kep Manajemen hipertermia
tandai dengan ibi pasien men erawatan selama 2 x 24 jam dih
gatakan demam sudah berlan arapkan demam berkurang den
gsung 3 hari, suhu tubuh 39°C gan kriteria hasil : Observasi

 Kulit merah (5 menuru  Identifikasi penyeba

n) b hipertermia

 Pucat (5 menurun)  monitor suhu tubuh

 Suhu tubuh (5 membai  monitor kadar elektr

k) olit

Terapeutik

 Sediakan lingkunga
n yang dingin
 longgarkan atau lep
askan pakaian
 melakukan pendingi
nan eksternal (mis,
selimut hipotermia a
tau kompres dingin
pada dahi, leher, da
da, abdomen, aksil)
 hindari pemberian a
ntipiretik atau aspirin

Edukasi

 anjurkan tirah baring

kolaborasi

 pemberian cairan da
n elektrolit intravena,
Jika perlu

2 Defisit nutrisi b.d kurang asup Setelah dilakukan tindakan kep Manajemen Nutrisi
an makanan anne-marie tand erawatan selama 2 x 24 jam def
ai dengan pasien tampak puc isit nutrisi membaik dengan an Observasi
at dan lemas kriteria hasil :
 Identifikasi status

 Porsi makan yang diha  Identifikasi makanan

biskan (5 meningkat) yang disukai

 Frekuensi makan (5 me  monitor asupan mak

ningkat) anan

 nafsu makan (5 mening


Terapeutik
kat)
 membran mukosa (5 m
 Sajikan makanan se
eningkat)
cara menarik dan su
hu yang sesuai
 berikan makanan tin
ggi serat untuk men
cegah konstipasi
 berikan makanan tin
ggi kalori dan protei
n

Edukasi

 anjurkan posisi dudu


k, jika mampu

kolaborasi

 kolaborasi dengan a
hli gizi untuk menent
ukan jumlah kalori d
an jenis nutrisi yang
dibutuhkan, Jika per
lu
BAB III

ANALISIS

1.1 Hasil Pencarian


Hipertermi merupakan masalah yang umum menjadi keluhan utama dari berbagai penya
kit di berbagai lapisan umur, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa hingga lansia. Ketika tubuh men
galami infeksi umumnya tubuh akan merespon dengan demam. Hipertermi adalah keadaan suhu
tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. Hipertermi atau demam yang terj
adi pada anak menyebabkan 50% orang tua membawa anaknya ke dokter dan sebanyak 20% or
ang tua membawa anaknya ke Unit Gawat Darurat (Sears, 2003).
Menurut Indonesian Pediatric Society demam merupakan alasan konsultasi tersering dan
mencapai 30% dari total kunjungan (Karyanti, 2014). Hal ini sejalan dengan Ismoedijanto (2000)
dimana anak dengan demam memberikan kontribusi kunjungan sebesar 19-30% dari total pengo
batan. Demam yang suhunya menjadi semakin tinggi, akan semakin menyebabkan risiko terkena
penyakit berat seperti kejadian bakterimia, bila demam berada dalam kisaran suhu 41,1 oC. Dema
m dengan suhu yang mencapai 41,1oC juga mampu menyebabkan hipertensi patologis dan infek
si saraf pusat sentral (Kliergman, 1999).
Hiperteri atau demam yang tinggi dan risiko terjadinya penyakit berat yang akan berakiba
t fatal seperti bakterimia, hipertensi patologis ataupun infeksi susunan saraf pusat sentral harus di
cegah dengan tindakan penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh dapat dilakukan dengan c
ara farmakologis yaitu dengan pemberian obat penurun panas seperti dengan memberikanparas
etamol atau ibuprofen serta dapat pula ditangani dengan tindakan nonfarmakologis. Salah satu p
enurunan suhu secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara tepid sponge. Penurunan p
anas dengan metode ini telah banyak diteliti, baik oleh peneliti di dunia Internasional maupun di I
ndonesia. Hasil yang didapatkan berdasarkan The Indonesian Journal Of Health Science sebesar
0.94oC suhu dapat turun dengan penggunaan tepid sponge pada anak demam (Efendi, 2012).

1.2 Ringkasan Pencarian

Tepid sponge atau kompres air hangat merupakan suatu kompres sponging dengan air
hangat. Penggunaan kompres air hangat ini diterapkan di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan
(inguinal) selama 10-15 menit yang akan membantu menurunkan panas dengan cara panas
keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Penanganan dengan metode ini bisa
disatukan dengan pemberian obat penurun panas untuk menurunkan pusat pengatur suhu di
susunan saraf otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres tepid sponge ini
(Karyanti, 2014).

Melalui berbagai penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian tepid sponge lebih efektif
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dibandingkan dengan kompres air
hangat. Hal ini disebabkan adanya seka pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilitasi
pembuluh darah kapiler di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar
akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.
1.3 Ringkasan Hasil Penelitian

Judul Author dan tahun Metode Sampel Hasil penelitian


Suhu tubuh Ketut Labir Nyoman Deskriptif nonprobability Hasil penelitian
pada pasien Ribek Desita Diah sampling dengan menunjukkan
demam Lestari concecutive adanya
dengan (2017) sampling penurunan suhu
Menggunakan tubuh baik sesaat
metode tepid setelah tindakan
sponge maupun 30 menit
setelah tindakan,
dengan masing-
masing
penurunannya
adalah sebesar
0.70C dan 1.20C.

1.4 Hasil Analisis SOP

a. Indikasi

1. Pasien dengan suhu badan diatas 37.5oc

2. Pasien dengan gejala hipertermia

3. Pasien dengan kekejangan otot (spasme)

4. Pasien yang mengalami radang seperti radang persendian

5. Pasien dengan tubuh abses, hematom

b. Kontra indikasi :

1. Buerger disease

2. Gangguan peredaran darah arterial perifer

3. Gangguan sensibilitas

c. Langkah langkah:
 Persiapan pasien

1. Memberikan salam therapeutikk

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

4. menyiapkan posisi pasien

5. mengatur pencahayaan

6. Menjaga privacy

 Pelaksanaan

1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan bila perlu

2. Ukur suhu tubuh klien dan catat jenis serta waktu pemberian antipireutik

3. Pastikan sudah menutup pintu dan tirai


4. Letakkan perlak dibawah anak dan lepaskan pakaian anak.

5. Pertahankan selimut mandi dibagian tubuh yang tidak dikompres.

6. Basahi washlap dengan air hangat kemudian letakkan masing-masing dibawah aksila
dan lipatan paha.

7. Kemudian dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5 mnt dan Periksa respon
klien.

8. Selanjutnya kompres pada bagian bokong dan punggung selama 5 menit, kemudian
lap seluruh tubuh.

9. Kaji ulang suhu tubuh setiap 15 menit.

10. Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha sesuai
kebutuhan.

11. Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh. Selimuti klien dengan
selimut mandi serta pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat,

12. Buang perlahan dan ganti linen tempat tidur bila basah

13. Ukur suhu tubuh anak.

14. Rapikan alat dan mencuci tangan


BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari berbagai hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun
penelitian di dunia, menyatakan bahwa pemberian tepid sponge efektif dalam menurunkan suhu
tubuh dengan menerapkan aturan standar operasional prosedur yang baik dan benar, sehingga
bisa mempercepat proses penyembuhan pasien yang menderita hipertermi. Selain itu juga,
pemberian tepid sponge pada pasien hipertermi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian
kompres hangat.

1.2 Saran

1) Bagi Rumah Sakit

Pertahankan pemberian tepid sponge.

2) Bagi Perawat

Diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat ataupun kepada orang tua
tentang teknik tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak yang demam.

3) Bagi Orang Tua

Diharapkan meggunakan metode ini pada anaknya yang sedang demam di rumah sebelum
membawa ke pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai