Anda di halaman 1dari 19

METODE MENGATASI HIPERTERMI

(KOMPRES HANGAT)

Keterampilan Dasar Keperawatan


Dosen Pengajar : Ibu Suci Noor Hayati., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 11

1. Ai Nurlatifah (221079)
2. Asep Suhada (221082)
3. Devi Audini (221086)
4. Dinda Sulystywati (221087)
5. Muhamad Syafiq (221101)
6. N Qisty Yuliani (221102)
7. Putri Destianu (221104)
8. Retno Pujianti (221106)
9. Susi Nurhasanah (221110)

KELAS 1C
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKep PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam (hipertermi) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang bayi,
anak-anak, remaja, dewasa dan juga manula, di mana kondisi ini biasanya mengakibatkan
para orang tua dan juga pengasuh bayi menjadi khawatir dengan keselamatan anak. Arifianto
(2007) menjelaskan bahwa demam sering menyerang anak-anak diakibatkan anakanak
masih rentan terhadap kondisi infeksi, yaitu situasi dimana tubuh kemasukan
mikroorganisme. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan jumlah kasus demam di
seluruh dunia mencapai 18-34 juta, dimana anak merupakan rentang usia yang paling rentan
terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa.
Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam banyak terjadi pada anak usia 5-
19 tahun (Jayanti, 2011). Data survei Kementerian Kesehatan RI (dalam Suriadi, 2010)
menunjukkan bahwa frekuensi kejadian demam di Indonesia tercatat 15,4 per 10.000
penduduk, dengan tingkat peningkatan penderita sekitar 35,8% per tahun. Catatan data resmi
tentang berapa banyak kasus demam yang terjadi setiap tahun, hal ini mungkin karena sifat
penyakit demam
tersebut yang kebanyakan dikategorikan tidak berbahaya.
Pada tindakan medis, penanganan demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu
tindakan farmakologis dan non farmakologis. Tindakan farmakologis yaitu tindakan
pemberian obat sebagai penurun demam atau yang sering disebut dengan antipiretik.
Tindakan non farmakologis adalah tindakan penurunan demam dengan menggunakan terapi
fisik seperti menempatkan anak di ruang bersuhu dan bersirkulasi baik, mengganti pakaian
anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan hidrasi yang adekuat,
dan memberikan kompres (Saito, 2013).
Terapi kompres merupakan salah satu cara menurunkan panas yang dikenal oleh
banyak orang sejak dulu. Terapi kompres sendiri adalah metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh atau menghambat kenaikan suhu tubuh melalui mekanisme penyerapan energi dari
daerah demam lalu mentransfer energi tersebut pada molekul air dan menurunkan suhu
demam melalui penguapan. Beberapa tindakan kompres yang dapat dilakukan untuk
menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering
menggunakan buli-buli hangat, kompres dingin basah dengan larutan obat antiseptik,
kompres dingin basah dengan
air biasa, dan kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap) (Asmadi, 2008).
Kompres hangat merupakan salah satu usaha untuk menurunkan panas tubuh yang
murah harganya, mudah untuk dilakukan, dan juga sering terbukti efektif hasilnya. Kompres
ini juga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi anak demam yang dikompres.
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu alur atau cara kerja yang
sudahterstandarisasi memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk.
2.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah “Keterampilan Dasar Keperawatan”, juga sebagai ajang pembelajaran bagi
mahasiswa. Selain itu makalah ini juga dibuat untuk mengetahui metode-metode apa saja
yang bisa dilakukan untuk mengatasi kasus hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Hangat


1. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot,
perut kembung, dan kedinginan.
2. Tujuan
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus
3. Indikasi
a. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b. Klien dengan perut kembung
c. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
d. Sepasme otot
e. Adanya abses, hematoma
4. Alat dan Bahan
a. Larutan kompres berupa air hangat 40° dalam wadah (kom)
b. Handuk / kain / washlap untuk kompres
c. Handuk pengering
d. Sarung tangan
e. Termometer
5. Prosedur Tindakan
a. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan
b. Cuci tangan/pakain sarung tangan
c. Ukur suhu tubuh
d. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah
e. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher, bagian
belakang)
f. Tutup kain kompres dengan handuk kering
g. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali
kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai
6. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit
a. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
rapikan alat
b. Cuci tangan
7. Evaluasi
a. Respon klien
b. Alat kompres terpasang dengan benar
c. Suhu tubuh klien membaik
8. Dokumentasi
a. Waktu pelaksanaan
b. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
c. Nama perawat yang melaksanakan
2.1 Asuhan Keperawatan Suhu Tubuh
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jalan Citra Karya gang seram
Tanggal Pengkajian : 06 Juni 2022
II. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh 39◦C, panas
tidak turun-turun selama 3 hari dan ibu mengatakan pasien sulit makan.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Disebabkan karena proses infeksi didalam tubuh
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan memberikan kompres hangat dan membuat lingkungan menjadi
nyaman
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ibu pasien mengatakan An.A badannya terasa lemas, panas sehingga
untuk menurunkan panas tubuh pasien, ibu pasien disarankan untuk
memberikan kompres hangat di daerah kening dan memberikan pasien
dan istirahat.
2. Bagaimana dilihat
Pada saat pengkajian dilakukan diperoleh temperatur pasien 39◦C
pasien terlihat lemas, wajah pasien terlihat kemerah-merahan dan
berkeringat, mukosa bibir kering.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Seluruh tubuh panas
2. Apakah menyebar
Ibu mengatakan demam yang dirasakan An. A menyebar pada seluruh
tubuh
D. Severity
Peningkatan suhu dialami oleh An. A adalah 39 oC
E. Time
Peningkatan suhu dirasakan oleh An. A sudah berlangsung selama 3 hari
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan An. A pernah mengalami kejang
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ibu pasien mengatakan jika An.A mengalami demam langsung mengukur
suhu tubuh dengan menggunakan termometer dan mengkompres
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ibu pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit hanya berobat
jalan
D. Lama dirawat
Tidak pernah
E. Alergi
Ibu mengatakan An. A alergi terhadap susu formula
F. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan pada An. A hanya imunisasi
BCG yang diberikan pada saat lahir.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
A. Orang Tua
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit tertentu yang diderita oleh
keluarga hanya terkadang ibu mengalami migrain, dan untuk meredakan
migrain tersebut ibu hanya membeli obat yang ada diwarung dekat rumah.
B. Saudara Kandung
Ibu pasien mengatakan An. A pada saat ini adalah anak satusatunya
C. Penyakit Keturunan yang ada
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit yang serius yang diderita oleh
keluarga.
D. Anggota Keluarga yang Meninggal
Ibu pasien mengatakan bahwa 2 tahun yang lalu anak pertama meninggal
disebabkan karena demam.
E. Penyebab Keluarga Meninggal
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
A. Pasien tentang penyakitnya Persepsi
Ibu pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita pasien saat ini adalah
penyakit yang cukup serius. Karena ibu pasien mengatakan trauma
kehilangan anak pertamanya yang meninggal secara tiba-tiba.
B. Konsep Diri
 Gambaran diri
Pasien merasa tiap hari selalu diperhatikan dan sangat disayang
oleh kedua orang tuanya.
 Peran Diri
Pasien merupakan anak ke 2 anak pertama sudah meninggal dunia.
 Ideal Diri
Ibu pasien berharap agar Tuhan dapat memberikan kesembuhan
pada anak An. A
 Harga Diri
Pasien merasa lebih diperhatikan oleh anggota keluarganya.
VII. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Compos Mentis
B. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh : 39◦C
 Tekanan darah : 95/65 mmHg
 Nadi : 94 x/i
 Pernapasan : 24 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk
Normal dan simetris
a. Kulit kepala
Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah kepala yang
merusak integritas jaringan kulit kepala.
2. Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala, berwarna
hitam, pertumbuhan rambut baik.
b. Bau
Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
c. Warna rambut
Warna rambut hitam.
3. Wajah
a. Warna kulit wajah
Kemerah-merahan.
b. Struktur wajah
Simetris antara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata kanan dan
kiri.
4. Mata
a. Kelengkapan dan keseimbanga.
Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.
b. Palpebra
Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem pada
daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.
c. Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera pasien terlihat
bersih dengan warna putih.
d. Pupil
Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan dan isokor.
e. Kornea dan iris
Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna yang normal.
f. Visus
Visus dalam keadaan normal.
g. Tekanan bola mata
Normal.
5. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum nasi dalam keadaan
normal, tidak ada pembengkakan pada bagian dalam hidung pasien,
tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus maksilaris, frontalis dan
sinus etmoideus.
b. Lubang hidung
Lubang hidung dalam keadaan simetris.
c. Cuping hidung
Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6. Telinga
a. Bentuk telinga
Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
b. Ukuran telinga
Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan
kanan.
c. Lubang telinga
Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam keadaan
normal dan simetris antara kiri dan kanan.
d. Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran pasien baik.
7. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir
Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah-pecah.
b. Keadaan gusi dan gigi
Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi belum
lengkap.
c. Keadaan lidah
Keadaan lidah cukup baik.
d. Orofaring
Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8. Leher
a. Posisi trakea
Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang teraba
b. Thyroid
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
c. Suara
Suara pasien terdengar normal tetapi sedikit lemah
d. Kelenjar Limfa
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
e. Vena jugularis
Vena jugularis teraba
f. Denyut nadi karotis
Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan frekuensi
denyut nadi radialias.
9. Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan
Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada ruam ataupun
jejas pada daerah kulit.
b. Kehangatan
Akral hangat
c. Warna
Warna kulit putih
d. Turgor
Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya edema pada
daerah ekstermitas.
e. Kelembaban
Integumen masih dalam keadaan lembab
f. Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya) kulit pasien.
10. Pemeriksaan thoraks/ dada
a. Inspeksi thoraks
Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat kelainan pada
bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan pada bentuk tulang
belakang pasien, dan terlihat adanya retraksi dada.
b. Pernafasan
Sifat pernapasan pasien terlihat kombinasi antar pernapasan
dadadan pernapasan perut, ritme pernapasan takipnea dengan
frekuensi 24x/i
c. Tanda kesulitan benafas
Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas
11. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara
Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan kanan
b. Perkusi
Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
c. Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi suara nafas
tambahan
12. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi
Normal
b. Palpasi
Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi
c. Perkusi
Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak
d. Auskultasi
Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan
13. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
Abdomen terlihat dalam keadaan simetris
b. Auskultasi
Terdengar bunyi peristaltik
c. Perkusi
Terdengar bunyi timpani
d. Palpasi
Tidak teraba massa pada abdomen pasien
14. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genitalia
Normal tidak terdapat kelainan
b. Anus dan perineum
Anus dan perineum ada dalam bentuk yang normal dan tidak ada
mengalami kelainan.
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari
A. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan
Ibu mengatakan pasien makan 2 kali sehari
2. Nafsu/selera makan
Ibu pasien mengatakan nafsu An. A sedikit berkurang karena demam.
3. Nyeri ulu hati
Tidak terdapat nyeri ulu hati keadaan baik dan normal.
4. Alergi
Ibu pasien mengatakan An. A alergi terhadap susu formula.
5. Mual dan muntah
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengalami mual dan
muntah, setelah sakit ada mual muntah tapi tidak terlalu parah.
6. Waktu pemberian makan
Waktu pemberian makan pasien 3x/hari
7. Jumlah dan jenis makan
Jenis makan yang diberikan yaitu nasi tim dan jumlahnya sedikit
berkurang dari biasanya.
B. Perawatan diri (personal hygiene)
1. Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh terlihat cukup bersih, bau badan tercium.
2. Kebersihan gigi dan mulut
Gigi pasien belum lengkap dan mulut tampak kering.
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kebersihan kuku kaki dan tangan cukup bersih.
C. Pola kegiatan atau aktivitas
Aktivitas pasien sangat terbatas karena pasien belum bisa jalan.
D. Pola eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
Ibu pasien mengatakan BAB pada pasien lancar dengan pola 1x/hari.
 Karakter fases
Ibu pasien mengatakan karakter fases yang dikeluarkan agak
keras berwarna coklat.
 Riwayat perdarahan
Ibu pasien mengatakan tidak ada perdarahan saat pasien BAB.
 BAB terakhir
Pada saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien sudah BAB
pada pagi harinya.
 Penggunaan laktasif
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat
pencahar dalam proses buang air besar (BAB).
2. Buang Air Kecil (BAK)
 Pola BAK
Ibu pasien mengatakan pola buang air kecil pasien sebelum sakit
5-7 kali sehari setelah sakit pasien jarang BAK.
 Karakter urine
Ibu mengatakan urine yang dikeluarkan sedikit kuning dan ada
bau yang khas.
 Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau
kandung kemih pada pasien.
3. Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau kandung
kemih pada pasien - Penggunaan diuretik Universitas Sumatera Utara 25
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat diuretik.
4. Upaya mengatasi masalah
Ibu mengatakan upaya untuk mengatasi masalah yaitu dengan banyak
memberi air putih.
B. ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Infeksi bakteri, virus, dan Hipertermi
 Ibu pasien parasit
mengatakan An.A .
mengalami Reaksi inflamasi
peningkatan suhu .
tubuh 39 c o
Proses demam
 Ibu pasien .
mengatakan panas Keseimbangan potensial
tidak turun selama membrane ATPASE
3 hari .
 Ibu pasien Difusi NA+ dan K+
mengatakan badan .
pasien terasa Kejang
lemas .

 Ibu pasien Aktivitas otot meningkat

mengatakan .

demam yang Metabolism meningkat

dirasakan An.A .

menyebar pada Suhu tubuh meningkat

seluruh tubuh .

 Ibu pasien Hipertermi

mengatakan
pasien pernah
mengalami kejang

DO :
 Suhu tubuh : 39oc,
tekanan darah :
95/65 mmHg,
nadi : 94 x/I,
Pernapasan : 24
x/i
 Pasien tampak
lemas dan pucat
 Pasien dalam
keadaan
berkeringat, wajah
kemerah –
merahan, dan
mukosa bibir
kering
DS : Mual dan muntal Ketidakseimbangan Nutrisi
 Ibu pasien . Kurang Dari Kebutuhan
mengatakan porsi Selera makan berkurang Tubuh
makan berkurang .
dan sulit makan Alergi makanan
karena demam .
 Ibu pasien Berat badan berkurang
mengatakan An.N .
mengalami mual Asupan makan kurang dari
muntah tapi tidak kebutuhan tubuh
terlalu parah .
 Ibu pasien Ketidakseimbangan nustrisi
mengatakan kurang dari kebutuhan tubuh
pasien alergi
terhadap susu
formula
DO :
 Pasien tampak
lemas dan pucat
 Mukosa bibir
kering dan terlihat
sedikit pecah-
pecah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses infeksi d.d demam terus – menerus selama 3 hari
dengan suhu 39oc.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pasien sulit
makan dan mual muntah d.d pasien tampak lemas dan pucat.

No Diagnose keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan


(berdasarkan prioritas) ditemukan teratasi Nama
1. Hipertermi b.d proses - 16/03/2022 An.A/
infeksi d.d demam terus – 1 th
menerus selama 3 hari
dengan suhu 39oc.
2. Ketidakseimbangan nutrisi - 16/03/2022 An. A
kurang dari kebutuhan 1 th
tubuh b.d pasien sulit
makan dan mual muntah
d.d pasien tampak lemas
dan pucat.

D. INTERVENSI

N Tujuan dan Kriteria hasil Rencana tindakan


o
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia
dalam 3x24 jam diharapkan suhu tubuh Observasi
kembali normal dengan kretria hasil :  Identifikasi penyebab hipertermia
 Suhu tubuh dalam rentang (mis. dehidrasi, terpapar
normal (4-2) lingkungan panas, penggunaan
 Kulit kemerah – merahan (4-2) incubator)
 Pucat (4-1)  Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi atau kipasi permukaan
tubuh
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih)
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi


dalam 3x24 jam diharapkan nutrisi Observasi
pasien terpenuhi dengan kretria hasil :  Identifiksi status nutrisi
 Nafsu makan (4-1)  Identifikasi makanan yang disukai
 Membrane mukosa (3-1)  Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrisi
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi sear untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
 Kolaborasi dengan para ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan.
BAB III

ANALISIS

1.1 Hasil Pencarian


2.1 Ringkasan Pencarian
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan menuju area
hipotalamus merangsang preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor.
Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui
dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat
sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas, sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.
Adapun asumsi penelitian kompres hangat memiliki pengaruh terhadap perubahan
suhu tubuh pada pasien hipertermi khususnya anak-anak. Kompres hangat termasuk
tindakan
mandiri yang harus diketahui oleh semua tenaga kesehatan begitupun dengan orang tua.
Maka dari itu diharapkan bagi orang tua untuk memberikan tindakan kompres hangat kepada
anaknya yang mengalami demam. Kompres hangat berpengaruh karena pembuluh tepi
dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas, sehingga terjadi perubahan suhu tubuh.
3.1 Ringkasan Hasil Penelitian

Judul Author Metode Sampel Hasil Penelitian


Tahun
Pengarus 2018 Kuantitatif Berjumlah Rerata suhu tubuh sebelum di
kompres experimental 17 sampel berikan tindakan kompres hangat
hangat dengan pada pasien hipertermi di ruangan
terhadap desain quasi instalasi gawat darurat puskesmas
perubahan eksperimen. Puskesmas Tanru Tedong
suhu tubuh kabupaten Sidrap dengan nilai mean
pada pasien 38,14 dan rerata suhu tubuh
Hipertermi sesudah di berikan tindakan
kompres hangat pada pasien
Hipertermi di ruangan instalasi
gawat darurat. Puskesmas Tanru
Tedong kabupaten Sidrap dengan
nilai hasil mean 37,54. Sedangkan
Pada analisis bivariat didaptkan nilai
selisih rerata 0,65 dan nilai p =
0,0001, sehingga ada pengaruh
kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
Hipertermi

4.1 Hasil Analisis SOP


a. Indikasi
1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma
b. Kontra Diksi
1. Kulit terbuka
2. Suhu tubuh rendah (hipotermia)
c. Langkah-Langkah
1. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan
2. Cuci tangan/pakain sarung tangan
3. Ukur suhu tubuh
4. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah
5. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher, bagian
belakang)
6. Tutup kain kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali
kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai.
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari hasil penemuan dari beberapa sumber dapat ditarik kesimpulan bahwa kompres
hangat berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien hipertermi, yang dilakukan
dengan menerapkan aturan standar operasional prosedur yang baik dan benar bisa
mempercepat kestabilan suhu tubuh pada pasien yang menderita hipertermi..
2.1 Saran
Pemahaman perawat dalam merealisasikan standar operasional prosedur harus
benar-benar diperhatikan, demi kenyamanan dan keselamatan pasien. Selain memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku, perawat
juga harus tetap memberikan edukasi menganai Langkah-langkah kompres hangat ini
kepada anggota keluarga dari pasien agar bisa dilakukan secara mandiri demi menjaga
kestabilan suhu tubuh pasien.

Anda mungkin juga menyukai