2MA03
Sumber
• Metode utama penelitian telah observasi partisipan orang media yang di tempat
kerja atau dalam wawancara mendalam dari informan yg terlibat.
• Namun metode ini memerlukan operasi dari organisasi media yang diteliti dan
ini telah menjadi semakin sulit didapat.
Isu-isu Utama
• Seberapa besar derajat kebebasan yang dimiliki sebuah organisasi media dalam hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas dan
seberapa jauh kebebasan dimungkinkan di dalam organisasi tersebut?
• Bagaimana rutinitas media organisasi dan prosedur organisasi media dalam memilah dan memproses pengaruh konten apa yang di
hasilkan?
Shoemaker dan Reese (1991) menyebutkan lima hipotesis utama tentang pengaruh faktor-faktor struktural dan organisasi pada isi media
seperti berikut ini:
1. Isi media merupakan refleksi dari kenyataan sosial (media massa sebagai cermin masyarakat)
2. Isi media dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap para pekerja media (a communicator-centered approach)
3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas kerja organisasi media.
4. Isi media dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuatan-kekuatan dari luar media.
5. Isi media adalah fungsi dari posisi ideologi dan memelihara status quo (the hegemony approach).
Bab ini akan dibahas hipotesis kedua, ketiga, dan keempat. Ketiganya yang paling relevan untuk membahas tentang organisasi media.
Hipotesis kelima terlalu luas. Tapi secara umum diasumsikan bahwa organisasi media tidak berjalan secara otonom, tetapi ditekan oleh
sumber-sumber kekuatan lain, khususnya politik dan ekonomi.
Hipotesis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konten
(shoemaker dan reese, 1991)
Ada dua golongan peran jurnalis, yaitu peran aktif dan netral dalam masyarakat. Cohen membagi peran
reporter menjadi reporter netral, sebagai pencari informasi, penerjemah, dan alat pemerintah;
dan partisipan atau yang dikenal dengan istilah tradisional pilar keempat (fourth estate) sebagai wakil
masyarakat, pengkritik pemerintah, pendukung kebijakan, dan sebagai ”anjing penjaga”.
Para jurnalis paling menggemari peran yang netral. Weaver menyimpulkan dari studi jurnalis di 21 negara,
bahwa satu-satunya peran profesional yang disetujui para jurnalis adalah pentingnya publik mendapatkan
informasi secara cepat. Dalam dikotomi “Neutral” versus “Participant”, Weaver dan Wilhoit lebih memilih
membedakan peran reporter sebagai:
Interpreter (penafsir), menganalis dan menafsirkan masalah kompleks, meneliti tuntutan yang dikeluarkan
pemerintah, membahas kebijakan nasional yang berlaku.
Disseminator (penyebar), penyampaian informasi kepada publik secepatnya, dan pemusatan perhatian pada
khalayak terbesar.
Adversary (penentang), berperan bagi pemerintahan bisnis, perannya lemah tapi masih diakui keberadaannya
oleh kebanyakan jurnalis.
Jurnalisme Sebagai Profesi
Studi peran jurnalistik telah dipengaruhi dengan kuat oleh gagasan umum dari sebuah profesi. Sebuah
profesi yang memiliki beberapa kunci utama, yaitu peran publik yang signifikan dalam masyarakat; sebuah
keahlian yang dilatih dalam proses yang panjang; kontrol mandiri terhadap regulasi; dan memiliki kode etik.
Beberapa peneliti telah menekankan eksistensi dari sebuah ideologi jurnalisme, meski ada beberapa
perbedaan versi dari apa yang dikandung di dalamnya, tergantung pada pengaturan lembaga dan lokasi nasional.
Dalam analisis menyeluruh dari budaya jurnalistik, Hanitsch (2007), merinci elemen-elemen dari obyektivisme,
empirisme dan kecenderungan etis alternatif baik idealisme maupun relativitas. Ideologi jurnalis yang dapat
diterapkan: elemen dasar (Deuze, 2005)
Pelayanan public
Obyektivitas
Otonomi
Kecepatan
Etika
Jurnalisme Online
Hubungan antara media dan masyarakat adalah hubungan informal, tetapi terorganisir.
Kelompok penekan mencari pengaruh langsung apa yang media lakukan, terutama dengan
mencoba membatasi yang ditayangkan oleh media tersebut, seperti masalah agama,
berhubungan dengan pekerjaan atau politik, moralitas, dan lain-lain. Di beberapa negara,
masyarakat dapat menekan media secara legal untuk memberikan perhatian secara positif
kepada kelompok suatu suku bangsa, perempuan, kelompok gay dan lesbian, anak-anak,
orang miskin, orang cacat, tunawisma, dan orang berpenyakit jiwa. Media berhati-hati
menangani segala tekanan dan keberatan, serta mengalah pada aturan tersebut, terkadang
kesuksesan ini juga karena pengaruh dari luar. Hal ini terjadi ketika media komersial menjadi
ancaman bagi media lain, atau ketika media tersebut memberitakan hal buruk yang ditakuti
dapat menimbulkan berbagai masalah. Media berhati-hati pada tindakan balas dendam dan
condong untuk menghindari kontroversi yang tidak pasti dalam lingkup domain masyarakat.
Hubungan antara Pemilik dan Klien
Isu utama dalam hubungan ini adalah untuk memperluas organisasi media
agar dapat terbentuk hubungan yang mampu mengarah kepada otonomi media,
dimana yang pertama ditujukan pada pemilik media, dan yang kedua pada agen-
agen ekonomi lain yang berada dalam lingkungan organisasi media, khususnya
para penyedia dana operasional (investor, pengiklan, sponsor). Biasanya ada
beberapa tinjauan otonomi pada komunikator.
Pengaruh Pemilik
Ada hubungan empiris antara jumlah wartawan perempuan yang rendah dalam organisasi
berita dengan keterwakilan atau stereotype perempuan dalam berita. Isi berita membedakan
antara perempuan feminis dan perempuan biasa. Korelasi antara dominasi laki-laki di
organisasi media dan nilai-nilai patriarki membuat perbedaan di konten media.
Ada dua isu yang berbeda, antara otonomi jurnalistik versus determinasi (dengan
kekuatan eksternal atau hirarki organisasi atau ”media logic”), dan antara keinginan untuk
berubah dalam bentuk asli berita dan arah yang akan diambil. Tidak ada satupun isu berupa
argumen melawan fakta adanya perbedaan gender, atau melawan kesetaraan bagi pekerja
perempuan, dan tidak ada pula yang menentang perubahan.
Berbagai isu yang ada saling terpisahkan dan tidak dapat disatukan dalam kerangka umum
tentang banyaknya perempuan dalam organisasi berita. Banyaknya perubahan-perubahan
yang dilakukan oleh media, termasuk usaha untuk menambah jumlah pembaca perempuan,
menyebabkan kekuatan perempuan dalam organisasi berita kian bertambah, dan
menyebabkan terjadinya tren feminis. Sehingga, perempuan pun menjadi semakin
independen, yang meningkat posisi dan kekuatannya dalam organisasi media.
Konflik Peran dan Dilema
Terdapat banyak tipe laten konflik dalam organisasi media yang disebabkan oleh beberapa faktor, yang biasanya menggambarkan
ketegangan antara pekerja media dengan pemegang kendali dalam media. Menurut Bantz, kultur organisasional dari organisasi berita itu
sendiri berorientasi konflik. Hal ini didasarkan pada faktor-faktor ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber eksternal, konflik antara norma-
norma profesional versus norma bisnis dan hiburan, dan kompetisi berita.
Murel Cantor mengklasifikasikan tiga tipe utama pada sekelompok pekerja produksi yang membuat film, tipe pertama yaitu ‘film
makers’, yang terdiri dari orang-orang muda, berpendidikan, dan berambisi untuk menjadi sutradara film di masa yang akan datang, tipe
kedua adalah kelompok penulis-produser, yang bertujuan untuk membuat cerita bermakna yang dapat dikomunikasikan dengan masyarakat
luas, dan tipe yang ketiga didominasi oleh orang-orang yang lebih tua, yaitu para produser yang kurang berpendidikan, yang orientasi
utamanya mengabdi pada jaringan televisi tempatnya bekerja dan karir mereka di sana. Dari ketiga kelompok ini, yang paling jarang
berkonflik dengan dengan manajemen adalah yang ketiga, dan yang paling sering berkonflik adalah kelompok kedua, dikarenakan perbedaan
tujuan dalam penyampaian program. Dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi antara organisasi media dan para pegawainya biasanya
disebabkan oleh motif politik atau media, yang menghalangi kebebasan ekspresi individu.
Hal paling utama dalam dunia media adalah kemampuan untuk mengolah berita menurut aturan-aturan yang ada. Pandangan pribadi
harus dikesampingkan demi menyampaikan berita. Jelas terlihat bahwa kekuasaan dari para pemilik media dan para chief editor dalam
mempengaruhi isi berita merupakan sumber utama konflik. Gans menemukan beberapa ambiguitas mengenai kekuasaan para eksekutif
tersebut atas reporter.
Menurut Turow (1994) konflik sering terjadi di antara media yang berada di bawah perusahaan yang sama. Nilai profesional jurnalistik
menginginkan kebebasan untuk melaporkan kontroversi yang mungkin dapat merugikan kepentingan komersil dari perusahaan
induknya. Tidak jelas seberapa besar kekuatan yang dimiliki oleh para pemilik media dan pemimpin redaksi dalam mempengaruhi isi media
ini dapat dikatakan sebagai sumber konflik
KESIMPULAN
A. Laba
B. Politik , agama , budaya
C. Melayani kepentingan publik
D. Memetingkan urusan kelompok ****
SOAL
A. Interpersonal ****
B. Kelompok
C. Massa
D. Organisasi
SOAL
10. Untuk menangani keluhan konsumer yang bersifat kritik dengan teknik …
A. Negosiasi ****
B. Kolaborasi
C. Partisipasi
D. Koersi
SOAL
11. Cara menghadapi keluhan dengan menyerang dan menghindar adalah cara yang...
A. Dihindari ****
B. Dilaksanakan
C. Diketahui
D. Tidak perlu
SOAL
A. Politikana
B. Kompasiana
C. Yahoo
D. Detik.com ****
SOAL
14. Yang termasuk Indexing and category (pelabelan dan kategori) adalah....
A. Kaskus
B. Kompasiana
C. Detik.com
D. Yahoo ****