Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Tanaman Obat – Obatan di Kawasan Hutan

Taman Nasional Ujung Kulon


Untuk Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tertinggal
Desa Mangkualam, Kecamatan Cimanggu, Pandeglang

Oleh :

Perhimpunan Hanjuang Mahardika Nusantara (Perhimpunan Hanjuang)


PROFIL ORGANISASI LOKAL

 Perhimpunan Hanjuang (PHMN) adalah LSM Lokal yang mendedikasikan diri sebagai lembaga
yang dapat menumbuhkan inovasi-inovasi dalam pengembangan ekonomi alternatif masyarakat
berbasis ekologi yang berkelanjutan. PHMN didirikan pada 5 Maret 2008 dengan Visi:
“Terwujudnya masyarakat yang inovatif dalam pengembangan ekonomi alternatif berbasis
ekologi yang berkelanjutan”

Koperasi Hanjuang merupakan badan usaha bersama petani dan pendamping untuk
memasarkan produk komunitas. Saat ini anggota berjumlah 116 orang dan memiliki 1 Unit
Pengolah Hasil (UPH) Madu hutan di Kota Pandeglang.
Kelompok Tani Madu Hutan Ujung Kulon
Kelompok Tani Tanaman Obat Ujung Kulon (tahap inisiasi)
PROFIL DESA & KOMUNITAS PENERIMA MANFAAT
 Desa Mangkualam, Kecamatan Cimanggu, Kab. Pandeglang
Desa mangkualam merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon (TNUK), Wilayah pertambangan emas (PT. Aneka Tambang, Tbk) dan
Perkebunan besar PT. Global Agro Lestari. Luas desa 13 Ha dengan jumlah penduduk 1.982
jiwa. Keterbatasan lahan mengakibatkan sempitnya sumber penghidupan masyarakat, tidak adanya
akses transportasi umum dan jauh dari fasilitas kesehatan serta Pendidikan, menjadikan desa
Mangkualam sebagai desa tertinggal.
Dampak dari kemiskinan :
 Warga usia produktif banyak yang terpaksa bekerja di luar kota.
 Perambahan Hutan
 Penambangan liar

 Komunitas Penerima Manfaat


Jumlah penerima manfaat : 25 KK Mustahiq (25 Petani laki-laki dan 25 Petani Perempuan)
Jumlah rata-rata pendapatan per-bulan tiap KK : Rp. 1.200.000
Tingkat Pendidikan : SD
LOG FRAME
struktur indikator Alat Verifikasi Asumsi

Goal Berlangsungnya kegiatan usaha


yang tidak merusak lingkungan.
Dokumentasi kegiatan usaha
Pengurangan kemiskinan
masyarakat di desa Mangkualam

Purpose Perencanaan usaha komunitas.


Transaksi penjualan dan
pembagian keuntungan.
Kegiatan usaha berjalan
Hutan sebagai sumber penghasilan
1. Meningkatnya pendapatan maka harus dijaga.
masyarakat desa Mangkualam. Mitra pasar
2. Kesadaran masyarakat Dokumen rencana usaha Target produksi dan pemasaran.
menjaga dan merawat hutan. Kemitraan dengan Balai TNUK
Purchasing Order

Output 1. Terciptanya produk tanaman Bahan baku, proses produksi dan Pelatihan produksi.
1. Komunitas memiliki keahlian obat yang diterima pasar Produk jadi.
dalam usaha tanaman obat dengan nilai jual yang baik. Pembagian kerja komunitas dalam
yang memiliki nilai tambah 2. Budidaya tanaman obat yang Kebun tanaman obat. proses produksi.
lebih besar. bibitnya bersumber dari
2. Komunitas dapat menyediakan hutan. Mesin dan fasilitas produksi. Ketersediaan bahan baku produk.
kebutuhan bahan baku yang 3. Tersedianya rumah produksi.
bersumber dari hutan.
3. Komunitas memiliki fasilitas
produksi.

Activities 1. Komunitas mengikuti kegiatan Laporan kegiatan


1. Peningkatan kapasitas peningkatan kapasitas. Pembiayaan program
kelompok dan Pendampingan 2. Pengamatan, pemungutan dan Berita acara serah terima
2. Asessment dan budidaya budidaya tanaman obat. mesin/fasilitas produksi
3. Pengadaan fasilitas produksi 3. Pembelian dan instalasi mesin.
4. Kegiatan produksi dan 4. Transaksi jual-beli dan Iklan medsos, PO-Invoice
pemasaran
TAHAPAN KEGIATAN

 Intervensi Usulan
Program

 Potensi
 Masyarakat Miskin di
Sumber
Desa Tertinggal
Daya Lokal

Pendampingan:
-Transformasi Pengetahuan
-Peningkatan Kapasitas
-Membangun Kepastian
Peluang Pasar

 Peningkatan  Produk
Ekonomi Yang
Komunitas di Bernilai
Desa Tertinggal Jual

 Pertumbuhan
Ekonomi Desa
dengan di Ikuti
Peningkatan
Ekonomi
Masyarakat
Key Partnership Key Actifities Value Propositions Customer Relationship Customer Segments
8 7 2 4 1
  1. Sosisalisasi      
- Balai TNUK 2. Pengoranisasian 1. Sistem Kemitraan dengan 1. Membangun Jaringan 1. Otlet –otlet Obat Herbal
- KelompokPenerima Pengelola Kawasan Balai Komunitas Pelanggan di Pandeglang dan
Koperasi
Manfaat (Mustahik) Taman Nasional yang Obat Organik. Banten.
Hanjuang 3. Identifikasi Lokasi berpotensi sebagai 2. Membangun kerjasama 2. Apotik di pandeglang
- Pemdes Budidaya Tanaman jaminan penyediaan dengan Toko Jamu Banten.
Mangkualam Komoditas Unggulan bahan baku dimana Tradisional. 3. Membuka Toko Online.
- PT. Haldin 4. Pelatihan Peningkatan kawasan tersebut kaya 3. Edukasi pelangga 4. Industri pangan.
- PT. Ciabaliung Kapasitas Petani. akan keaneka ragaman melalui Seminar 5. Industri Kosmetik dan
Sumber Daya a. Pelatihan Pegelolaan hayati terkait tanaman Kesehatan. obat-obatan
- Dinas Usaha Bersam yang mengandung obat – 6. Industri Aromaterapi
PerdaganganKa b. Pelatihan Pengolahan obatan.
bupaten Produk. 2. Dengan Membeli prodk
1. Study Banding Pengolahan tanaman obat secara
Pandeglang Tanaman Obat Herbal. tidak langsung pelanggan
- Non Timber 2. Pembangunan membantu meningkatkan
Forest Produk Infrastruktur UPH ekenomi masyarakat
Indonesia 3. Pengadaan Alat sekitar hutan dan
  Pengolahan mendukung upaya
 
 
 
4. Pelatihan Kemasan kelestarian alam dari
 
 
Produk. perambahan hutan oeh
5. Louncing Produk (Promosi) masyarakat.
6. Monev
 
 
 

Key Resources Channels


6 3
 
1. Demplot Tanaman Obat 1. Suplayer Bahan Baku
(Bank Tanaman Obat) penunjang ke Industri
2. Perkebunan Tanaman Obat Pangan dan kosmetik
50 Hektar. obat-obatan.
3. Membangun Unit 2. Penjualan langsung
Pengolahan Hasil (Rumah produk jadi ke pasar.
Produksi) 3. Penjualan Online.
4. Membangun Jaringan pasar
 
 
 
 
ANALISA USAHA
 Biaya Investasi Rp. 157.287.000  Penerimaan dalam 1 tahun Rp. 288.900.000
• Mesin destilasi Rp. 73.250.000 • Minyak atsiri Lengkuas
• Alat perajang manual Rp. 3.125.000 Rp. 450.000 x 500 Kg = Rp. 225.000.000
• Mesin penepung Rp. 9.650.000 • Minyak Jahe
• Mesin ekstraksi Rp. 8.762.000 1 kali masa panen Rp. 700.000 x 30 Kg = Rp. 21.000.000
• Rak Rp. 2.000.000 • Minyak sirih
• Bak air Rp. 500.000
1 kali produksi Rp. 1.500.000 x 10 Kg = Rp. 15.000.000
• Rumah Produksi Rp. 60.000.000
• Tepung/bubuk Jahe
 Biaya Tetap (FC) Rp. 73.000.000 1 Kali produksi Rp. 45000 x 500 Kg = 22.500.000
• Penguatan Kapasitas Rp. 56.000.000 • Madu herbal (mix jahe dan mix temulawak)
• Perijinan produk (BPOM) Rp.5.000.000 1 kali produksi Rp. 45.000 x 120 pcs = Rp. 5.400.000
• Pendampingan Rp. 12.000.000

 Biaya Tidak Tetap (VC) Rp. 37.775.000  Keuntungan dalam 1 tahun


• Bibit, demplot, pupuk, perawatan, dll Rp. 37.775.000
Keuntungan = Penerimaan – biaya
Rp. 288.900.000 - Rp. 268.062.000 = Rp. 20.838.000
JUMLAH BIAYA : Rp. 268.062.000  Ratio Biaya dan Pendapatan (R/C)
Rp. 288.900.000/Rp. 268.062.000 = Rp. 1.08
PRODUK JADI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai