Anda di halaman 1dari 120

NCP

Komunitas
di Puskesmas Oleh
Mohamad Rosihan
LATAR BELAKANG

Fokus PAG di Contoh: pencegahan Tenaga gizi sebagai Kata kunci: Masyarakat,
masyarakat termasuk utama penyakit dengan praktisi gizi masyarakat kebijakan dan program
individu adalah cara mengontrol faktor harus mengembangkan merupakan fokus dari
pencegahan penyakit risiko yang kebijakan dan program gizi masyarakat
dan promosi kesehatan berhubungan dengan untuk membantu
(bukan hanya KIE/KIPK) masalah gizi. Upaya meningkatkan pola
pencegahan kedua makan dan kesehatan
berfokus pada deteksi masyarakat.
dini penyakit melalui
skrining atau bentuk lain
dalam penilaian risiko

www.presentationgo.com
PENGERTIAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PERTAMA
Metoda standar dalam
memecahkan masalah gizi,
meningkatkan kualitas dan
keberhasilan asuhan gizi,
membutuhkan cara berpikir KEDUA
kritis dan menggunakan
terminologi internasional Sebuah pendekatan
(International Dietetic and sistematik dalam
NutritionTerminology –IDNT) memberikan pelayanan
asuhan gizi yang
berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang
terorganisir yang meliputi
identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian
pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi
www.presentationgo.com
TUJUAN
Memecahkan masalah gizi dengan mengatasi berbagai faktor
yang mempunyai kontribusi pada ketidakseimbangan atau
perubahan status gizi agar dapat menentukan akar masalah gizi
yang akan menetapkan pilihan intervensi yang sesuai

www.presentationgo.com
MANFAAT PAG
PERTAMA
Membuat keputusan sehingga
meningkatkan tingkat kinerja,
First dengan menentukan
diagnosis/masalah gizi yang
akan ditangani sampai
monitoring & evaluasi (dari
KEDUA Second tingkat merespon menjadi
tingkat menentukan)
Membantu praktisi dietetik
mengelola asuhan gizi berbasis
KETIGA
ilmiah dan komprehensif
Third Memudahkan pemahaman dan
komunikasi antar profesi

KEEMPAT Fourth
Mengukuhkan posisi dalam
ekonomi masyarakat
(pendidikan dan kredibilitas)

www.presentationgo.com
Sistem skrining
(USG) & rujukan Area praktik/pelayanan

Pengetahuan diet
etik
etik
d e
Ko Pengkajian Gizi Diagnosis gizi
 Identifikasi & memberi

Ke
 Mengumpulkan data yg

Sis
tra
label masalah
sesuai & terjadwal

tem
m
 Menentukan penyebab
 Analisa / interpretasi data

pi
 Kluster tanda & gejala

Pelayanan Kesehat
la
dibandingkan standar

n &Kompetensi
(karakter penentu )
Berbasis fakta  Dokumentasi
Hubungan klien  Dokumentasi
Ekonomi

(individu
ap dan
masyarakat)
Monitoring Intervensi gizi
dengan
& evaluasi  Rencana intervensi
Tenaga gizi
gizi  Menetapkan tujuan dan

an n
 Monitor tindak lanjut
 Mengukur indikator hasil Implementasi intervensi
Ko  Evaluasi hasil  Asuhan & tindakan
tis
mu r i
nik  Dokumentasi terlaksana
r k
i
as i  Dokumentasi ik
erp
B
Kolaborasi

Sistem manajemen Sistem sosial


hasil ( outcome) Gambar : Konsep Dasar
Proses Asuhan Gizi
4 langkah Proses Asuhan Gizi

7
Langkah 1. Pengkajian Gizi

TUJUAN

• Mengumpulkan, memverifikasi dan mengintepretasikan data yang


dibutuhkan untuk mengidentifikasikan masalah gizi terkait penyebabnya
secara signifikan.

• Proses berlangsung dinamis dan tidak linier, tidak hanya melibatkan


pengumpulan data awal, namun juga proses pengkajian ulang dan analisa
data status klien/ populasi dibandingkan kriteria spesifik (standar referensi)

Konsep Dasar PAG 8


Pengkajian Memerlukan Cara Berpikir Kritis

 Menentukan data spesifik apa yang akan dikumpulkan


 Menentukan kebutuhan akan informasi tambahan

 Memilih alat dan prosedur asesmen gizi sesuai situasi:


o Alat pengukuran / pengumpulan data
o Prosedur pengumpulan data
o Comparatives standard

 Pengetahuan terkait masalah gizi: Patofisiologis, metabolisme gizi, epidemiologi


 Validasi data
 Kemampuan membuat keputusan berdasarkan fakta (evidence based)

Konsep Dasar PAG 9


SUMBER DATA PENGKAJIAN

KELOMPOK
Informasi yang tersedia
• Pertanyaan awal tentang
komunitas pada diskusi
kelompok terarah
• Untuk terapi kelompok
termasuk sumber data
perorangan
• Untuk promosi grup
menyertakan data
masyarakat MASYARAKAT
. Informasi yang tersedia
PERSEORANGAN • Survey gizi
• Survey kesehatan
Informasi yang tersedia • Penelitian epidemiologi
• Hasil laboratorium • Data kegiatan rutin:
• Rekam medis klien Pencatatan pelaporan, dan
• Hasil wawancara klien wawancara
• Hasil wawancara pada • Penilaian kebutuhan
pendamping masyarakat secara strategis
• Pengamatan dan (melalui proses
pemeriksaan Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD))

www.presentationgo.com
Kategori Data Pengkajian Gizi

• Pengukuran antropometri
Data tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), indeks
pola pertumbuhan/persentil, dan riwayat berat badan
Tingkat masyarakat: Data jumlah/ prevalensi terkait data diatas.
Contoh: Prevalensi gizi buruk

•  Data biokimia, tes medis, dan prosedur data laboratorium


Data Glukosa, hemoglobin, kolesterol, asam urat, elektrolit
Tingkat masyarakat: profil anemia gizi besi; Data laboratorium berbasis
populasi dari sistem surveilans kesehatan; Analisis data rekam
kesehatan elektronik

Konsep Dasar PAG 11


Lanjutan 1….

• Data pemeriksaan fisik/klinis terkait gizi

Penampilan fisik, massa otot dan lemak, fungsi menelan, nafsu makan,
dan pengaruhnya terhadap status gizi, tumbuh kembang, masalah saat
menyusui (kemampuan mengisap dan menelan, koordinasi bayi),
pertumbuhan gigi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan menelan,
mengunyah pada lansia, pemeriksaan tekanan darah
Tingkat masyarakat: Data jumlah/ prevalensi terkait data diatas.

Konsep Dasar PAG 12


Lanjutan 2….

• Riwayat terkait asupan makanan dan gizi


Terdiri dari pemberian makanan dan gizi, penggunaan obat/herbal
suplemen, pengetahuan/kepercayaan, ketersediaan makanan dan
persediaan, serta aktivitas fisik.

Tingkat masyarakat: Ketersediaan makanan/air yang aman; Partisipasi


program makanan / gizi; Fasilitas menyusui; Akses terhadap aktivitas
fisik; Data populasi
Konsep Dasar PAG 13
Lanjutan 3…
• Riwayat klien
 Sejarah medis/kesehatan/keluarga, perawatan dan penggunaan pengobatan
komplementer / alternatif, dan riwayat sosial, riwayat ibu dan kehamilan,
riwayat ibu menyusui, keaksaraan, status sosial ekonomi, situasi tempat
tinggal/ perumahan, dukungan sosial, lokasi geografis, dan akses terhadap
layanan kesehatan dan gizi (termasuk kebijakan di fasilitas pelayanan
kesehatan)
 Tingkat masyarakat: Data jumlah/ prevalensi terkait data diatas, contoh:
prevalensi penyakit pada suatu populasi, data dari sistem informasi geografis
Konsep Dasar PAG 14
Cara Menentukan Diagnosis Gizi

Konsep Dasar PAG 15


ETIOLOGI

• Psikologis
• Sikap – Kepercayaan • Sosial – personal
• Budaya • Perawatan
Kategori Etiologi
• Pengetahuan • Akses
• Fungsi fisik • Perilaku
• Fisiologis metabolik
16
Konsep Dasar PAG
Diagnosis Gizi Masyarakat

Problem Etiology Sign/symptom

Tingginya proporsi berkaitan dengan ditandai dengan hasil


ibu hamil anemia di kurangnya survei terdapat kasus
wilayah kerja PKM pengetahuan tentang ibu hamil anemia
makanan sumber zat sebanyak …… orang di
besi dan keterbatasan Desa A, survei
akses terhadap konsumsi asupan
pemenuhan makanan sumber protein dan zat
besi rendah

Konsep Dasar PAG 17


Langkah 3. Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi

Konsep Dasar PAG 18


Bagaimana Cara Menentukan sebuah
Intervensi Gizi

 Pemilihan Intervensi Gizi berdasarkan Diagnosis Gizi dan Etiologinya


 Strategi Intervensi Gizi dipilih dengan tujuan untuk merubah asupan gizi,
pengetahuan dan perilaku terkait gizi, kondisi lingkungan atau akses
pada pelayanan/ asuhan yg mendukung
 Tujuan intervensi Gizi yg ditetapkan dpt digunakan sebagai basis untuk
memonitor perkembangan dan mengukur outcome
 FOKUS pada isu yang akan ditangani  berupa aksi/kegiatan &
menggunakan sumber-sumber daya yang ada

Konsep Dasar PAG 19


HUBUNGAN INTERVENSI GIZI DENGAN
DIAGNOSIS GIZI

PENGKAJIAN
ULANG MONEV
DIAGNOSIS INTERVENSI
PENGKAJIAN GIZI GIZI GIZI
GIZI *

PROBLEM ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA


PES (What) (Why) (How do I know?)
Statement
 Problem merupakan dasar untuk menetapkan tujuan intervensi
 Etiologi merupakan penyebab / faktor yang mempunyai kontribusi terjadinya masalah,
sebagai penentu dalam menetapkan strategi intervensi. Bila Etiologi teratasi, diharapkan
Problem terpecahkan
 Apabila Etiologi tidak bisa dikoreksi dengan Intervensi Gizi, maka Intervensi yang dipilih untuk
meminimalkan tanda dan gejala* Konsep Dasar PAG 20
KATEGORI/STRATEGI INTERVENSI GIZI -
TERMINOLOGI

ND

RC

Konsep Dasar PAG 21


Pemberian Makanan dan/ Zat Gizi pada Masyarakat

Konsep Dasar PAG 22


Komponen
EDUKASI (E)
Edukasi
Pengertian
Proses memberikan instruksi
dan latihan bagi pasien/ klien
untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan E.1 E.2
dalam mengatur dan KONTEN/MATERI APLIKATIF
memodifikasi makanan, memilih
aktivitas fisik terkait gizi serta Meningkatkan Meningkatkan
memelihara dan meningkatkan pengetahuan pemahaman dan
perilaku hidup sehat. keterampilan

Konsep Dasar PAG 23


Konseling Gizi

Pengertian Tujuan Sasaran

Sebuah dukungan
kegiatan kolaborasi antara  Membantu klien
konselor dan klien untuk mengidentifikasi dan
menetapkan pilihan menganalisis masalah Individu
makanan bergizi, aktivitas,  memberikan alternatif
menetapkan tujuan untuk pemecahan masalah
mengatasi masalah gizi
dan meningkatkan status  membimbing
kesehatan. kemandirian mengatasi
masalah
Konsep Dasar PAG 24
Perbedaan Edukasi Gizi & Konseling Gizi

EDUKASI GIZI KONSELING GIZI


Transfer Ilmu pengetahuan Perubahan sikap dan perilaku
Menyusun edukasi ttg pengetahuan Fokus pd perilaku dan lingkungan
yang kurang secara spesifik (sesuai yang mendasari identifikasi
PES) terjadinya etiologi (dlm Diagnosis
Gizi / PES)
Vertikal yaitu kedudukan konsultan Horisontal yaitu kedudukan klien dan
lebih tinggi dari klien. konselor sejajar.
Yang dihadapi konsultan adalah Yang dihadapi konselor adalah klien
masalah klien

Konsep Dasar PAG 25


Koordinasi Asuhan Gizi

1. Melakukan rujukan, koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya, pihak,


instansi atau dinas lainnya yang dapat mendukung perbaikan gizi

2. Menghentikan asuhan atau merujuk / memindahkan asuhan ke fasilitas


pelayanan kesehatan lainnya misal merujuk ke Puskesmas/ program gizi

3. Kolaborasi dan koordinasi di Puskesmas dapat berupa:


- Lintas Program Puskesmas
- Lintas Sektor

Konsep Dasar PAG 26


Langkah 4. Monitoring dan Evaluasi

TUJUAN:
• Untuk melihat perkembangan dan pencapaian tujuan yang diharapkan.
• Monitoring dan evaluasi gizi mengidentifikasi outcome yang
berhubungan dengan diagnosis dan tujuan intervensi gizi yang
direncanakan.
• Kajian gizi yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan membandingkan
outcome dengan status gizi sebelumnya dan tujuan intervensi.
• Secara umum, ini bertujuan untuk menilai efektivitas intervensi yang
dilakukan oleh tenaga gizi.

Konsep Dasar PAG 27


Konsep Dasar PAG 28
Hubungan Pengkajian, Diagnosis, Intervensi &
Monitoring Evaluasi Gizi

PENGKAJIAN DIAGNOSIS INTERVENSI MONEV


GIZI GIZI GIZI GIZI

Kemungkinan Tidak ada


ada masalah masalah
gizi lain gizi lain

Pengkajian
ulang gizi

Konsep Dasar PAG 29


3 KOMPONEN MONEV GIZI
3 KOMPONEN MONEV GIZI

Konsep Dasar PAG 30


Tahapan Outcome Asuhan Gizi dan Outcome Pelayanan
Kesehatan
Perubahan Pengetahuan, Keyakinan/ Sikap/ Perilaku, Akses dan
Lingkungan
Perubahan
Peningkatan tanda dan
asupan gejala
makanan

Outcome Asuhan Gizi Konsep Dasar PAG Outcome Pelayanan Kesehatan


31
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN,
STATUS GIZI DAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DALAM PROSES ASUHAN GIZI
Balita BB Kurang dan
BB Sangat Kurang, Gizi
Kurang dan Gizi Buruk
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA

Mengikuti pertumbuhan balita Status pertumbuhan


Definisi secara terus menerus dan teratur seorang anak dapat
melalui pengukuran antropometri. diketahui dengan cara
melihat kenaikan BB pada
grafik pertumbuhan yang
Mengetahui status pertumbuhan terdapat pada KMS atau
Tujuan dan mendeteksi secara dini bila Buku KIA
terjadi gangguan pertumbuhan

PP pada balita dilakukan melalui


Cara penimbangan Berat Badan (BB)
setiap bulan di Posyandu atau
Fasyankes
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 34
Grafik Berat Badan Mengikuti Garis
Pertumbuhan

Tidak Naik

Naik

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 35


STATUS GIZI BALITA

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh


keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi Kaitan
dengan kebutuhan tubuh. Pemantauan
Pertumbuhan
dan Status
Status gizi merupakan salah satu indikator Gizi
kualitas sumber daya manusia yang

K
menentukan tingkat kesehatan masyarakat

on
Pemantauan

f ir
m
Pertumbuhan

as
Penilaian status gizi pada balita dilakukan

i
dengan cara membandingkan hasil Status
penimbangan dengan standar antropometri Gizi
berdarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB.

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 36


INDEKS ANTROPOMETRI BALITA
(KEPMENKES RI NO 1995/ MENKES/ SK/ XII/ 2010)

R U:
TER BA
UN 20 20
Ambang Batas BB/U TB/U BB/TB
TA H IMT/U
NO. 2
PMK
< - 3 SD Gizi Buruk Sangat Pendek Sangat Kurus Sangat Kurus
- 3 SD sd < - 2 SD Gizi Kurang Pendek Kurus Kurus
- 2 SD sd + 2 SD Gizi Baik Normal Normal Normal
> + 2 SD Gizi Lebih Tinggi Gemuk Gemuk

Bila ditemukan balita gizi kurang, gizi buruk, kurus dan sangat kurus yang
dirujuk ke Puskesmas, maka dilakukan Proses Asuhan Gizi perorangan
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 37
Batasan Masalah Kesehatan untuk Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Berdasarkan Indikator BB/U

Nilai batas prevalensi untuk signifikansi Kategori


masalah kesehatan masyarakat

< 10 % Prevalensi rendah


10 - 19 % Prevalensi sedang
20 - 29 % Prevalensi tinggi
> 30 % Prevalensi sangat tinggi
Sumber : WHO, 1995

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 38


Batasan Masalah Kesehatan untuk Balita Kurus dan Sangat Kurus (Wasting)
Berdasarkan Indikator BB/TB

Nilai batas prevalensi untuk signifikansi Kategori


masalah kesehatan masyarakat

<5% Dapat diterima (Acceptable)


5-9 % Buruk (Poor)
10-14 % Serius (Serious)
> 15 % Bahaya/kritis (Critical)
Sumber : WHO, 1995

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 39


Balita Pendek / Stunting
Ketika ditemukan
• Balita dengan status gizi berdasarkan indikator
TB/U dengan kategori pendek dan sangat
balita dengan
pendek merupakan salah satu prioritas masalah gizi lebih
masalah gizi untuk diatasi di Indonesia. dan atau pendek
• Penanggulangan stunting melalui pendekatan maka perlu
sensitif dan spesifik sesuai dengan Konsep dirujuk ke fasilitas
Rencana Aksi Menangani Masalah Stunting
(Sumber: Ratas Menteri yang dipimpin oleh pelayanan
Wapres, 9 Agustus 2017) kesehatan yang
lebih tinggi
Balita Gemuk /
Obes 40
RENCANA INTERVENSI STUNTING
INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF
KEMENDIKBUD
• PAUD dengan muatan pendidikan
gizi dan kesehatan KEMENKEU
• Pendidikan Kesehatan • Dana Insentif Daerah
Reproduksi dan gizi untuk anak
sekolah dan Remaja
KEMENTAN
KEMENPUPR • Ketahanan pangan
• Sarana air bersih dan sanitasi • Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga

KEMEN. PERINDUSTRIAN KEMENAG


• Pemberian Tablet Tambah Darah • Pembinaan iodidasi industri • Pendidikan gizi dan kesehatan kepada calon
untuk remaja putri, calon pengantin, garam rakyat pengantin melalui KUA
ibu hamil • Pengawasan fortifikasi garam • Pendidikan Kesehatan  dan
• Promosi ASI Eksklusif beryodium gizi untukdi madrasah dan pondok pesantren
• Promosi Makanan Pendamping-ASI • Mendorong peran serta ulama untuk
• Promosi makanan berfortifikasi pendidikan gizi dan kesehatan
KEMENSOS
termasuk garam beryodium • Bantuan Pangan Non-Tunai
• Promosi dan kampanye Tablet dengan sumber protein (telur)
Tambah Darah • PKH, pemanfaatan fasilitator BPOM
• Suplemen gizi mikro (Taburia) untuk pendidikan gizi dan • Keamanan pangan
• Suplemen gizi makro (PMT) pemantauan kepatuhan layanan • Monitoring pangan terfortifikasi di lapangan
• Kelas Ibu Hamil kesehatan secara berkala
• Promosi dan kampanye gizi
seimbang dan perubahan perilaku KEMENDAGRI BKKBN
• Pemberian obat cacing • Nomor Induk Kependudukan • Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk
• Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk • Akta kelahiran Remaja termasuk madrasah dan pondok
• Suplementasi vitamin A • Fasilitasi program dan kegiatan pesantren
• Jaminan Kesehatan Nasional gizi dalam APBD • Bina Keluarga Balita untuk peningkatan
pengetahuan dan keterampilan orang tua dan
anggota kelurga lain dalam pembinaan
KEMENDESPDTT tumbuh kembang anak sejak dalam
• Pengangaran Dana Desa untuk kandungan
kegiatan gizi

41
Untuk melihat besaran masalah kesehatan
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta BB Kurang
dapat merujuk pada cut off point masalah
dan BB Sangat Kurang di Tingkat Masyarakat kesmas
Prevalensi/ proporsi balita gizi BB kurang, BB Sangat Kurang,
Antropometri balita Gizi Kurang, balita Gizi Buruk, BGM, 2T, N/D
Sumber data: laporan rutin dan data indikator keluarga sehat

Laboratorium - Bila setelah dikonfirmasi didapatkan hasil status


gizinya normal, maka intervensi  promotif
Fisik/ Klinis - preventif  berfokus pada edukasi dan konseling.

P Riwayat Gizi




Hasil survei konsumsi (Jika ada), gambaran food recall 10 RT
Akses ketersediaan dan keamanan pangan
Cakupan balita mendapat PMT dan kapsul vitamin A
Pola asuh/budaya/keyakinan (cth: pantangan makanan)
 Pengetahuan dan perilaku ibu dalam PMBA
 Cakupan D/S, imunisasi balita, PHBS, SDIDTK
 Prevalensi penyakit , wabah
Riwayat Klien  Daya beli masyarakat
 Geografis, akses ke Posyandu dan pelayanan kesehatan
42
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta
BB Kurang dan BB Sangat Kurang di Tingkat Masyarakat
Tingginya prevalensi / proporsi balita kurang dan buruk di wilayah
Problem kerja Puskesmas Maju Jaya Tahun 2017
 Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak
 Kurangnya akses terhadap fasyankes termasuk keterbatasan PMT
 Kondisi sosial ekonomi dan budaya, rendahnya daya beli
Etiologi  Kurangnya penerapan PHBS
 Kurang dukungan kebijakan pemerintah setempat

D Sign/ Symptom
Asupan energi dan protein < 70% AKG, Praktek PMBA tidak sesuai,
Rendahnya cakupan D/S dan N/D , tingginya angka kesakitan pada
balita, Rendahnya cakupan pemberian Vitamin A dan Imunisasi, Tidak
ada sumber air bersih / sanitasi buruk terkait pengolahan makanan

Contoh diagnosis gizi:


Tingginya proporsi balita kurang di wilayah kerja Puskesmas Maju Jaya Tahun 2017 (P)
berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak dan
rendahnya daya beli (E) ditandai dengan asupan energi pada balita <70% AKG sebesar 60 %
43
(S).
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta
BB Kurang dan BB Sangat Kurang di Tingkat Masyarakat

 Menurunkan proporsi balita kurus dari 21 % menjadi


Tujuan 16 % selama 1 tahun

 Balita kurus : Pemberian PMT pemulihan selama 90

I
hari (pangan lokal/pabrikan), pemberian
multimikronutrien (taburia) jika tersedia
Pemberian  Balita sangat kurus dengan komplikasi, rawat inap di
Makan TFC pemberian F75, F100 sesuai TAGB
 Balita sangat kurus tanpa komplikasi, pemberian
RUTF (jika tersedia)
 Pemberian kapsul vitamin A bagi kasus gizi buruk

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 44


Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta
BB Kurang dan BB Sangat Kurang di Tingkat Masyarakat
Penyuluhan kepada ibu balita tentang PMBA,
manfaat PMT, vitamin A, PHBS, Pemantauan
Edukasi pertumbuhan balita secara rutin di Posyandu,
Gizi PAUD/TK (diusulkan dalam RPK)
Penyediaan sarana dan media KIE

I Melakukan koordinasi:
 Lintas program (Dokter, Tim Asuhan Gizi, Pengelola
Program KIA, Kesling, Imunisasi)
Koordinasi  Lintas sektor (Kepala Desa, Camat, PKK, Kemendes,
Asuhan Gizi Pertanian, Perindustrian, Perikanan, Perternakan, dll)
 Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 45


Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta
Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat
Monitoring dan Evaluasi secara berkala untuk
memantau:
 Terselenggaranya penyuluhan PMBA, dll
 Tersedianya PMT, Vitamin A, sarana dan media KIE
 Pemantauan kenaikan berat badan selama diberikan PMT,

ME laporan asupan makan


 Cakupan balita kurus yang mendapat PMT (lokal/pabrikan)
 Cakupan balita sangat kurus dengan komplikasi mendapat
perawatan TAGB
 Cakupan balita sangat kurus tanpa komplikasi mendapat
perawatan di Pos PGBM
 Turunnya proporsi balita kurus dan sangat kurus
Jika setelah intervensi tidak terjadi perbaikan status gizi, dilakukan pengkajian
ulang dan bila perlu balita dirujuk kembali ke puskesmas/fasilitas pelayanan
46
kesehatan yang lebih tinggi.
IBU HAMIL ANEMIA
Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi dalam Proses Asuhan Gizi
ANEMIA
Pengertian Anemia :
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari normal (WHO, 2011).
Diagnosis Anemia
Melalui pemeriksaan laboratorium (Cyanmet). Khusus untuk survei di lapangan
digunakan metode yang sama dengan alat HemoCue. Klasifikasi anemia sesuai
dengan standar WHO 2011.

Setiap ibu hamil yang


memeriksakan
kehamilan di
pelayanan kesehatan
HARUS periksa
kadar Hemoglobin

48
Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
 Proporsi Ibu hamil trimester I dengan status gizi berdasarkan
IMT pra hamil : Gizi kurang/KEK, normal, kelebihan BB dan
obes
Antropometri  Proporsi Ibu hamil dengan penambahan berat badan tidak
sesuai standar (kohor)
 Proporsi Ibu hamil Risiko KEK, Bayi dengan BBLR
Untuk melihat besaran

P
Laboratorium  Proporsi Ibu hamil anemia (Hb < 11g/ dl)
masalah kesehatan dapat
- merujuk pada cut off point
Fisik/ Klinis masalah kesmas

 Survei konsumsi terutama makanan sumber protein dan Fe


 Hasil recall pada 10 RT ibu hamil
 Cakupan pemberian dan kepatuhan konsumsi TTD
Riwayat  Akses ketersediaan dan keamanan pangan
Gizi  Pengetahuan ibu tentang makanan sebelum dan saat hamil
 Perilaku makan terkait budaya (pantangan makan, dll)
49
Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
Jumlah/proporsi ibu hamil melakukan ANC (K1, K4)
Proporsi ibu hamil ikut kelas ibu
Proporsi ibu hamil dengan riwayat penyakit berkaitan
dengan kelainan darah dan kecacingan
Proporsi keluarga dengan PHBS

P Riwayat Catatan dari kantong-kantong daerah yang bermasalah


Klien (misalnya jumlah AKI)
Geografis, akses ke pelayanan kesehatan
Daya beli masyarakat
Dukungan sosiobudaya, psikologis, agama, kebijakan
Data ketersediaan dan distribusi TTD ibu hamil

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 50


Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
 Tingginya prevalensi/ proporsi ibu hamil anemia di
Problem wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kelor Tahun 2017

 Rendahnya asupan yang disebabkan ketersediaan


pangan di tingkat rumah tangga yang kurang
 Konsumsi makanan atau minuman yang membantu/

D
menghambat penyerapan zat besi
 Tingginya angka kesakitan ibu hamil
Etiologi  Rendahnya cakupan K1 dan K4
 Rendahnya cakupan pemberian dan konsumsi TTD
 Kurangnya penerapan PHBS di keluarga
 Kurangnya dukungan keluarga pada ibu hamil
 Akses yang kurang terhadap fasyankes
 Kurangnya pengetahuan
51
Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
 Rendahnya asupan protein pada ibu hamil ( < 70%
AKG)
Sign/
 Rendahnya cakupan pemberian dan konsumsi TTD
Symptom
pada ibu hamil

D Contoh diagnosis gizi:


Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas
Tanjung Kelor Tahun 2016 (P) dikaitkan dengan rendahnya asupan
protein hewani dan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD (E)
ditandai dengan proporsi ibu hamil dengan asupan protein < 70% AKG
sebanyak 70 % dan cakupan konsumsi TTD sebesar < 60 % (S).

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 52


Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
 Menurunkan proporsi anemia pada ibu hamil di
Tujuan wilayah Puskesmas Tanjung Kelor dari 30% menjadi
20 % selama 3 tahun

 Konsumsi TTD sesuai anjuran


Pemberian Makan

I Edukasi Gizi
 Penyuluhan tentang gizi ibu hamil saat kunjungan di
puskesmas, posyandu, pada pertemuan kelompok
pendukung, kelas ibu balita, dll
 Penyediaan sarana KIE berupa poster, leaflet dan
brosur

Konseling Gizi -

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 53


Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
Merujuk ibu hamil anemia ke Fasyankes
Koordinasi dengan dokter utk
penanggulangan penyakit terkait kelainan
darah, kecacingan
Koordinasi dengan program KIA dalam

I
pendistribusian TTD
Koordinasi
Meningkatkan ketersediaan pangan bekerja
Asuhan Gizi
sama dengan penyuluh pertanian, termasuk
ketersediaan sumber protein hewani
Menjaga kebersihan perumahan dan sanitasi
lingkungan dengan lintas program dan
camat/kades
54
Proses Asuhan Gizi
pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
 Jumlah ibu hamil anemia setelah intervensi
 Cakupan ibu hamil anemia yang mendapat TTD
 Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD
 Prevalensi/proporsi anemia pada ibu hamil pasca
intervensi

ME  Cakupan ANC
 Perencanaan kebutuhan dan distribusi TTD ibu
hamil
 Terselenggaranya penyuluhan tentang anemia pada
ibu hamil serta manfaat TTD pada saat kelas ibu
atau kunjungan ANC

Bila tujuan intervensi tidak tercapai, maka perlu dilakukan pengkajian ulang
55
Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi
Dewasa dan Lansia
Malnutrisi
masalah yang
sering ditemuai

Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Status Gizi Kategori IMT
Sangat Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 - < 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk (Overweight) Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
58
Obese Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Pengkajian pada lansia

Saat Aku
Lanjut Usia

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 59


Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi

Prevalensi/Proporsi:
Antropo Dewasa dan lansia gizi kurang/gizi buruk/gizi lebih
metri

P
Laborat
orium
Prevalensi/Proporsi:
Dewasa dan lansia gula darah tinggi/ kolesterol tinggi

Prevalensi/Proporsi:
Klinis/ Dewasa dan lansia kesulitan mengunyah/ tekanan
Fisik darah tinggi

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 60


Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi
Prevalensi/Proporsi Dewasa dan Lansia yang:
• Konsumsi energi, protein, lemak < 80% AKG
• Konsumsi energi, protein, lemak > 110% AKG
• Konsumsi serat rendah < 25 g/ hari
 Pengetahuan tentang gizi seimbang
Riway  Perilaku makan terkait budaya
at Gizi  Gambaran aktivitas fisik dewasa dan lansia

P
 Akses ketersediaan dan keamanan pangan

• Proporsi Dewasa dan Lansia mendapatkan pelayanan


Riwa Posbindu / Posyandu lansia
• Data Riwayat Penyakit
yat • Proporsi keluarga dengan PHBS
Klien • Daya beli masyarakat
• Kondisi Geografis, Akses ke Fasyankes
• Dukungan keluarga
• Dukungan sosek, budaya, psikologis, spiritual, kebijakan
61
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi
Contoh diagnosis gizi :
Problem Tingginya proporsi dewasa dan
lansia gizi lebih di PKM A Thn 2016
• Tingginya prevalensi/proporsi malnutrisi
(P) dikaitkan dengan tingginya
pada dewasa dan lansia di wilayah kerja asupan karbohidrat dan lemak tinggi
Puskesmas … Tahun….. (E) yang ditandai dengan asupan
karbohidrat dan lemak > 100 AKG,
Etiologi
D
proporsi status gizi lebih … % (S)
•Asupan Makan
• Kurang Aktivitas Fisik
• Rendah Daya Beli Tingginya proporsi dewasa dan
• Keterbatasan akses terhadap makanan lansia gizi kurang di PKM A Thn
2016(P) dikaitkan dengan sulitnya
Sign/Symptom akses terhadap fasyankes (E) yang
ditandai dengan rendahnya
• Rendahnya asupan energi (< 80 % AKG) cakupan kunjungan ke Posbindu
• Tingginya asupan energi (> 110 AKG) dan Puskesmas (S).
62
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi
Menurunkan prevalensi/proporsi malnutrisi pada
Tujuan Dewasa dan Lansia di wilayah kerja Puskesmas A
dari 15 % menjadi 10 % pada tahun 2019.

Pemberian Makan -

I
 Gizi seimbang, Konsumsi buah dan sayur
 Teknik mengolah makan
Edukasi Gizi  Menerapkan perilaku CERDIK, PHBS, GERMAS
 Penyediaan sarana KIE

Konseling Gizi -

Koordinasi Merujuk, Koordinasi LS, keikutsertaan JKN


Asuhan Gizi
63
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia
dengan Malnutrisi
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk
memantau:
 Prevalensi/proporsi gizi kurang dan buruk pada lansia

ME
 Prevalensi/proporsi lansia dengan konsumsi energi,
protein, lemak < 80% AKG
 Data penurunan/ peningkatan konsumsi makanan berlemak,
gula, garam
 Data penerapan gizi seimbang
 Data perbaikan status gizi lansia

Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 64


Contoh Soal Studi Kasus Gizi Kurang pada Lansia
di Tingkat Masyarakat
• Hasil rekap laporan rutin bulan tahun 2016 Puskesmas Mekar Sari diketahui:
sebanyak 20% lansia dengan status gizi kurang, posbindu di wilayah ini kurang
aktif
• Hasil survey konsumsi pada kelompok lansia Prevalensi jumlah lansia dengan
konsumsi energi dan protein < 80% sebesar 35%
• Daya beli kurang terhadap makanan sumber protein hewani maupun nabati,
buah dan sayur yang diambil dari data gambaran konsumsi makanan dan
minuman
• Di wilayah kecamatan Mekar sari ini terdapat pasar dengan jenis makanan
yang cukup beragam
• Usia rata – rata 60 – 70 tahun dan masih bisa beraktifitas ringan misalnya
kegiatan sosial masyarakat, kegiatan ibadah dan lainnya, rata – rata tinggal
sendiri sehingga mempengaruhi motivasi makan lansia hal ini disebabkan
anak–anaknya bekerja di kota.
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG 65
Asuhan Gizi pada Kelompok Lansia Gizi Kurang
Di
Pengkajia Kurang
Diagnosis
gizi
nwilayah
Gizi nya
puskes konsu
mas A msi
ditemuk makan
an an
sebany
sesuai
ak 20%
lansia
dengan
mengal kebutu
ami gizi han (P)
kurang. berkait
an
Prevale dengan
nsi kurang
jumlah
lansia
nya
dengan motiva
konsum si
si
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
meme66
Asuhan Gizi pada Kelompok Lansia Gizi Kurang
Tujuan
Intervensi Monitori
Monev
Meningk ng
atkan IMT
asupan lansia
energi dan
dan pelaksan
protein aan
sehingga program
dapat masak
mengura dan
ngi makan
jumlah bersama
lansia lansia
dengan
status Evaluasi
gizi penurun
kurang an angka
Impleme status
ntasi gizi
Mengak
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
lansia
67
PROSES ASUHAN
GIZI (PAG) PADA
PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK
(PMBA)
SISTEMATIKA PENYAJIAN

Rekomendasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Kontak 7+ ≈ Program KIA

Proses Asuhan Gizi pada PMBA

Studi Kasus
PAG pada PMBA 69
REKOMENDASI PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK (PMBA)

PAG pada PMBA 70


REKOMENDASI
PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
P M
I P e el
n e m a
b
m nj
i b
er
ia
ut
k
s e
n
M
a
i ri a
n
p
k
a a a e
m
n
s n a b
A n er
i P ia
ir
M S
e
n
n
A
e u
d
a
SI
s
n s m
pi
a
m
y u n
p
g
u I A
ai
b SI a
s u
( n
M a
u ( P k
b
D A
A
SI er
i S )
m
u
si
n I) ul a
ai
E 2
i b ta
k a
h
( s
yi
u
u
I k si
n
at
a
M l 6 a
u
D u b
ul le
) s PAG pada PMBA a 71 bi
n h
if
1

3
2

4
1
Proses menyusu
Inisiasi Menyusu Dini dimulai segera
setelah lahir yang
dilakukan dengan
IMD memberikan
cara kontak kulit
perlindungan ke
alamiah
kulit antara
bagi bayi dan
bayi, karena
ibu
Bayidan
ketika berlangsung
bayi
lebih merayap
cepat
selama
di dada minimal
mendapat bayisatu
ibu,kolostrum
jam. penting
menjilat
yang kulit ibu dan
untuk
PAG pada PMBA 72
menelan bakteri non
kelangsungan
Pemberian ASI Eksklusif

ASI yang diberikan kepada bayi


sejak dilahirkan selama enam
bulan (0-5 bulan 29 hari), tanpa
menambahkan dan/atau

2
mengganti dengan makanan atau
minuman lain.

Pemberian ASI dapat


meningkatkan daya tahan tubuh,
sehingga bayi tidak mudah
terkena diare atau infeksi lainnya.
PAG pada PMBA 73
Pemberian MP ASI mulai Bayi usia 6
bulan

MP ASI diberikan saat bayi


memasuki usia 6 bulan, untuk
melengkapi kekurangan zat gizi
yang terdapat dalam ASI.

3
Menu MP ASI harus memenuhi
prinsip gizi seimbang, yaitu
adanya makanan pokok, protein
hewani, nabati, sayuran dan
buah-buahan (menu 4 bintang).
Semakin beragam bahan
makanan yang digunakan untuk
MP ASI, maka MP ASI tersebut
akan semakin baik.
PAG pada PMBA 74
Rekomendasi Pemberian MP ASI (6-24 Bulan)…(1)
Rekomendasi
Usia Berapa banyak Tekstur
Frekuensi
setiap kali (kekentalan/ Variasi
(per hari)
makan konsistensi)
Mulai 2-3 kali makan Mulai dengan Bubur kental ASI (bayi disusui
berikan ditambah ASI 2-3 sendok sesering yang
makanan makan diinginkan)
tambahan +
ketika anak Mulai dengan Makanan Hewani+
berusia 6 pengenalan rasa Makanan Pokok+
bulan dan secara Kacang + Buah-
perlahan buahan dan
ditingkatkan Sayuran
jumlahnya (makanan lokal)
PAG pada PMBA 75
Rekomendasi Pemberian MP ASI (6-24 Bulan)…(2)
Rekomendasi

Usia Berapa banyak Tekstur


Frekuensi
setiap kali (kekentalan/ Variasi
(per hari)
makan konsistensi)
Dari usia 2-3 kali 2-3 sendok Bubur kental/ ASI (bayi disusui
6 – 9 bulan makan makan penuh makanan sesering yang
ditambah setiap kali makan keluarga diinginkan)
ASI yang +
Tingkatkan dilumatkan Makanan Hewani +
1-2 kali perlahan sampai Makanan Pokok +
makanan setengah dari Kacang + Buah-
selingan cangkir/mangkuk buahan dan Sayuran
berukuran 250 ml (makanan lokal)
PAG pada PMBA 76
Rekomendasi Pemberian MP ASI (6-24 Bulan)…(3)
Rekomendasi
Usia Berapa banyak Tekstur
Frekuensi
setiap kali (kekentalan/ Variasi
(per hari)
makan konsistensi)
Dari usia 3-4 kali Setengah dari Makanan keluarga ASI (bayi disusui
9 – 12 makan cangkir/ yang sesering yang
bulan ditambah mangkuk dicincang/dicacah diinginkan)
ASI berukuran 250 +
ml Makanan dengan Makanan Hewani
1-2 kali potongan kecil yang + Makanan
makanan dapat dipegang Pokok + Kacang
selingan + Buah-buahan
Makanan yang dan Sayuran
diiris-iris (makanan lokal)
PAG pada PMBA 77
Rekomendasi Pemberian MP ASI (6-24 Bulan)…(4)
Rekomendasi
Usia Tekstur
Frekuensi Berapa banyak
(kekentalan/ Variasi
(per hari) setiap kali makan
konsistensi)
Dari usia 3-4 kali Tiga perempat dari Makanan ASI (bayi disusui
12 – 24 makan cangkir/mangkuk yang diiris- sesering yang
bulan ditambah berukuran 250 ml iris diinginkan)
ASI +
Makanan Makanan Hewani
1-2 kali keluarga + Makanan Pokok
makanan + Kacang + Buah-
selingan buahan dan
(snack) bisa Sayuran
diberikan (makanan lokal)
PAG pada PMBA 78
pemberian ASI
sampai anak
berusia 2 tahun
atau lebih
• Saat berusia 6 bulan
dan mulai mendapat
MP ASI, bayi harus

4
tetap diberikan ASI
sampai usia 24
bulan atau lebih.
• Tenaga pelaksana
gizi atau bidan dapat
menyampaikan 4
Rekomendasi PMBA
pada setiap kontak
dengan
PAG pada PMBA ibu 79
KONTAK 7+ ≈ PROGRAM KIA

PAG pada PMBA 80


Sumber: Modifikasi Dr.Utami Roesli dalam Pekan ASI 2017
PAG pada PMBA 81
Keterangan Gambar:

Kontak 1 dan 2:
• Minimal 2 kali dari 4 kunjungan ANC:
K2 (4-5 bulan) dan K3 (6-7 bulan)
• Nakes melakukan edukasi terkait IMD dan ASI

Kontak 3:
• Saat persalinan
• Memastikan penerapan IMD
(jika tidak ada penyulit pada ibu dan bayi)
PAG pada PMBA 82
Keterangan Gambar:

Kontak 4:
• Pada 7-48 jam setelah bayi lahir (KN1)
• Ibu perlu mendapat bantuan menyusui dari tenaga
kesehatan.
• Sebelum ibu kembali ke rumah, nakes perlu memastikan
bahwa ibu mendapatkan dukungan dari keluarga
• Ibu dapat berdiskusi dengan nakes jika ibu memerlukan
bantuan

PAG pada PMBA 83


Keterangan Gambar:

Kontak menyusui selanjutnya pasca bersalin


(Kontak 5-7 dan selanjutnya):
• Hari ke 3-7 (Kontak 5, KN2)
• Hari ke 8-28 (Kontak 6, KN3)
• Bayi berusia 2 bulan (Kontak 7, imunisasi DPT 1)
• Bayi berusia 3 bulan (Kontak 7+, imunisasi DPT 2)
• Bayi berusia 4 bulan (Kontak 7+, imunisasi DPT 3)
• Bayi berusia 9 bulan (Kontak 7+, imunisasi Campak)

PAG pada PMBA 84


PROSES ASUHAN GIZI PADA
PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK
(PMBA)

PAG pada PMBA 85


Proses Asuhan Gizi pada PMBA
• Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan sebaiknya diperiksakan
kesehatannya ke tenaga kesehatan untuk memperoleh asuhan gizi.
• Proses Asuhan Gizi PMBA, terdiri dari:

Pengkajian Diagnosis
(P) (D)
PAG pada PMBA 86
PROSES ASUHAN GIZI PADA
INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

PAG pada PMBA 87


1
• Prevalensi/proporsi ibu hamil KEK
Antropometri
• Prevalensi/proporsi bayi BBLR

P
Laboratorium -

Fisik/Klinis -

• Proporsi/jumlah pengetahuan dan sikap ibu terhadap


Riwayat Gizi IMD
• Proporsi/jumlah bayi yang mendapat IMD (kohort)
PAG pada PMBA 88
• Cakupan program (ANC, Kelas Ibu, Persalinan di
Fasyankes)
• Jumlah/proporsi sikap nakes penolong persalinan
terhadap IMD
• Prevalensi/proporsi riwayat penyakit pada ibu & bayi

P Riwayat Klien • Adanya faktor penyulit


• Akses ke Posyandu/Fasyankes
• Prevalensi/proporsi keluarga dengan PHBS
• Dukungan keluarga
• Sosio budaya, spiritual, psikologis, kebijakan

PAG pada PMBA 89


Rendahnya cakupan IMD di wilayah kerja Puskesmas …
2 Problem (P) Tahun …

• Kurangnya pengetahuan atau komitmen nakes penolong


persalinan untuk melakukan IMD
• Kurangnya dukungan dari fasyankes
• Adanya faktor penyulit dalam persalinan

D Etiologi (E) • Kondisi budaya yang tidak mendukung


• Kurangnya pengetahuan dan motivasi ibu tentang IMD
• Kurangnya dukungan keluarga maupun kebijakan
setempat

• Rendahnya prevalensi/proporsi bayi yang mendapat IMD


Sign/
• Tingginya prevalensi/proporsi bayi dengan gangguan
Symptom (S) menghisap dan merespon
PAG pada PMBA 90
Meningkatkan cakupan bayi mendapat IMD pada
3 Tujuan
Puskesmas … dari …% pada tahun … menjadi ...% pada
Intervensi
tahun …

• Edukasi tentang IMD kepada nakes penolong persalinan


a. Edukasi • Penyuluhan

I
• Penyediaan media KIE

• Berkoordinasi dengan nakes penolong persalinan untuk


mencegah adanya penyulit saat persalinan
b. Koordinasi • Meminta bantuan nakes penolong persalinan agar
Asuhan Gizi melibatkan keluarga dalam pelaksanaan IMD
• Meningkatkan cakupan IMD, penyuluhan/konseling
tentang IMD pada saat ANC
PAG pada PMBA 91
4
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau:
• Jumlah/proporsi bayi baru lahir mendapat IMD
• Tersedianya data bayi mendapat IMD di wilayah kerja Puskesmas

M berdasarkan catatan buku KIA


• Terselenggaranya edukasi IMD pada nakes penolong persalinan
E
Bila target cakupan IMD tidak tercapai, perlu dilakukan pengkajian
ulang

PAG pada PMBA 92


Contoh:

Data cakupan IMD di wilayah kerja Puskesmas A pada tahun 2016 sebesar
10%. Sebagian besar ibu berpendidikan SD dan SMP. Ibu-ibu di wilayah
tersebut jarang memeriksakan kehamilannya di Posyandu maupun
fasyankes. Sebagian besar dari mereka melahirkan di fasyankes, tetapi bayi
mereka tidak mendapatkan IMD.

Bagaimana Proses Asuhan Gizi untuk kasus tersebut?

PAG pada PMBA 93


P D I ME
Riwayat Gizi: Tujuan:
Rendahnya • Jumlah/proporsi
• Cakupan IMD di Meningkatkan cakupan
cakupan IMD di bayi mendapat
wilayah kerja IMD di wilayah
wilayah Puskesmas IMD
Puskesmas A Puskesmas A dari 10%
Tahun 2016 A Tahun 2016 (P) pada Tahun 2016 menjadi • Tersedianya data
sebesar 10% berkaitan dengan 20% pada Tahun 2017. bayi mendapat
kurangnya IMD di wilayah
Riwayat Klien Jenis Intervensi:
dukungan dari Puskesmas A
• Cakupan ANC - Edukasi tentang IMD berdasarkan cat.
nakes penolong
di wilayah persalinan (E) yang kepada nakes penolong buku KIA
Puskemas A ditandai dengan persalinan
• Terselenggaranya
masih rendah tidak dilakukannya - Koordinasi dengan edukasi IMD untuk
• Sebagian besar IMD segera setelah nakes tsb untuk nakes penolong
ibu melahirkan bayi lahir (S). mencegah adanya persalinan
di fasyankes penyulit saat persalinan
PAG pada PMBA 94
PROSES ASUHAN GIZI PADA
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PAG pada PMBA 95


• Prevalensi/proporsi bumil dan busui KEK
1
• Prevalensi/proporsi bayi BBLR
Antropometri
• Prevalensi/proporsi bayi 0-6 bulan yang tidak naik berat
badannya

Laboratorium -

P Fisik/Klinis -

• Proporsi pengetahuan & sikap ibu terhadap ASI Eksklusif


• Proporsi bayi 0-5 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
Riwayat Gizi
• Proporsi bayi < 6 bulan yang telah mendapat MP ASI
• Pengetahuan ibu menyusui
PAG pada PMBA 96
• Cakupan Program (IMD, D/S, N/D)
• Prevalensi/proporsi riwayat penyakit pada ibu dan bayi
• Jumlah/proporsi ibu yang bekerja
• Jumlah/proporsi kematian ibu

P Riwayat Klien • Akses ke Posyandu/Fasyankes


• Prevalensi/proporsi keluarga dengan PHBS
• Daya beli masyarakat
• Dukungan keluarga
• Sosio budaya, spiritual, psikologis, kebijakan

PAG pada PMBA 97


2 Problem (P)
Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas …Tahun …

• Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga


• Kurangnya dukungan (keluarga, tempat kerja dan
D Etiologi (E)
fasyankes)
• Tingginya jumlah/proporsi ibu bekerja
• Tingginya jumlah/proporsi kematian ibu

• Banyaknya bayi yang mendapatkan MP ASI sebelum usia


Sign/ 6 bulan
Symptom (S) • Rendahnya cakupan ASI Eksklusif
PAG pada PMBA 98
Tujuan Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas ...
3 dari ...% pada tahun… menjadi ...% pada tahun …
Intervensi

• Penyuluhan (kepada ibu hamil dan ibu menyusui,


keluarga, serta pengelola tempat kerja)
a. Edukasi
• Penyediaan media KIE

I
• Kolaborasi dengan dokter dan nakes lain untuk
pengobatan ibu dan bayi yang sakit
b. Koordinasi • Koordinasi dengan fasyankes yang mempunyai
konselor menyusui
Asuhan Gizi
• Kolaborasi dengan lintas sektor, tokoh agama, tokoh
masyarakat, motivator ASI dll
PAG pada PMBA 99
4 Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau :
• Proporsi bayi 0-5 bulan mendapat ASI Eksklusif
• Proporsi/jumlah busui yang dirujuk ke konselor menyusui
• Terselenggaranya penyuluhan tentang ASI Eksklusif kepada busui,

M
keluarga, dan tempat kerja
• Cakupan pemberian ASI Eksklusif setelah pasca intervensi

E • Pencatatan pemberian ASI Eksklusif pada kohort ibu dan di klinik atau
praktik bidan swasta dan terintegrasi dengan PWS-KIA

Bila target cakupan ASI Eksklusif tidak tercapai, perlu dilakukan


pengkajian ulang PAG pada PMBA 100
Contoh:
Data cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas B pada tahun 2016
sebesar 35%. Sebagian besar ibu yang mempunyai bayi 0-5 bulan bekerja
sebagai buruh di pabrik sepatu. Demi mengejar target, mereka hanya diberi
waktu istirahat sebentar dan tidak dapat memerah ASI. Mereka selalu
mengonsumsi makanan ala kadarnya yang dijual di kantin pabrik. Anak
diasuh di rumah oleh nenek dan diberi susu formula dengan menggunakan
dot, bahkan ada yang sudah diberi pisang. Ibu hanya menyusui setelah
pulang kerja.

Bagaimana Proses Asuhan Gizi untuk kasus tersebut?


PAG pada PMBA 101
P D I ME
Riwayat Gizi
Tujuan:
• Cakupan ASI Eksklusif
Meningkatkan cakupan ASI
di wilayah Puskemas B
Eksklusif di wilayah Puskesmas • Proporsi bayi 0-5 bulan
sebesar 35% Rendahnya cakupan
B dari 35% menjadi 45% pada mendapat ASI Eksklusif
• Perilaku makan Ibu ASI Eksklusif di
tahun 2017. • Proporsi/jumlah ibu
menyusui yang kurang wilayah Puskesmas B
Jenis Intervensi: menyusui yang dirujuk
sehat Tahun 2016 (P) -Penyuluhan kepada pengelola
• Ibu hanya menyusui berkaitan dengan ke konselor
tempat kerja agar
setelah pulang kerja kurangnya dukungan • Terselenggaranya
mengeluarkan kebijakan dan
Riwayat Klien tempat ibu bekerja (E) penyuluhan untuk
menyediakan fasilitas untuk
• Sebagian besar ibu yang ditandai dengan tempat kerja dan busui
mendukung ibu bekerja yang
bekerja di pabrik banyaknya (65)bayi • Pencatatan pemberian
menyusui
sepatu yang mendapat -Penyuluhan kepada ibu ASI Eksklusif pada
• Kurangnya dukungan MPASI sebelum usia 6 kohort ibu, di klinik dan
menyusui tentang Manajemen
tempat ibu bekerja bulan (S). praktik bidan swasta
ASI selama Ibu Bekerja
karena waktu istirahat -Koordinasi dengan nakes lain,
singkat dan tidak dapat
lintas sektor, TOMA, dan TOGA
memerah ASI
PAG pada PMBA 102
PROSES ASUHAN GIZI PADA
PEMBERIAN MP ASI ADEKUAT
MULAI USIA 6 BULAN DAN
MELANJUTKAN PEMBERIAN ASI
HINGGA USIA 24 BULAN ATAU LEBIH

PAG pada PMBA 103


• Prevalensi/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan
1 dengan berat badan kurang/sangat kurang (BGM)
• Prevalensi/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan yang
Antropometri tidak naik berat badannya
• Prevalensi/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan
dengan gizi lebih

Laboratorium -
P Fisik/Klinis -

• Pengetahuan dan perilaku ibu tentang PMBA


• Pengetahuan ibu menyusui
• Prevalensi/proporsi bayi yg mendapat MP ASI adekuat
Riwayat Gizi
mulai usia 6 bulan
• Proporsi/jumlah bayi dan anak usia 6-24 bulan yang
masih mendapat
PAG pada PMBAASI 104
• Cakupan program (ASI Eksklusif, D/S, N/D)
• Prevalensi/proporsi riwayat penyakit pada ibu dan bayi
• Jumlah/proporsi ibu yang bekerja
• Jumlah/proporsi kematian ibu

P Riwayat Klien • Akses ke Posyandu/Fasyankes


• Prevalensi/proporsi keluarga dengan PHBS
• Daya beli masyarakat
• Dukungan keluarga
• Sosio budaya, spiritual, psikologis, kebijakan

PAG pada PMBA 105


• Tingginya prevalensi/proporsi pemberian MPASI pada bayi
2 dan anak usia 6-24 bulan tidak adekuat di wilayah
Puskesmas …Tahun …
Problem (P)
• Tingginya prevalensi/proporsi bayi dan anak sebelum usia 2
tahun yang sudah tidak mendapat ASI di wilayah
Puskesmas C…Tahun …

D • Kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dan


pengasuh tentang MP ASI dan pemberian ASI hingga usia 2
tahun atau lebih
• Keterbatasan daya beli untuk menyediakan MP ASI yang
Etiologi (E)
berkualitas
• Tingginya jumlah/proporsi ibu bekerja
• Kurangnya dukungan keluarga maupun tempat kerja
PAG pada PMBA 106
• Banyaknya ibu yang memberikan MP-ASI tidak adekuat
Sign/

D Symptom
(S)
• Banyaknya ibu sudah tidak menyusui anaknya yang
berusia < 2 tahun

PAG pada PMBA 107


3 • Meningkatkan prevalensi/proporsi bayi dan anak usia
6-24 bulan yang mendapat MP ASI adekuat di wilayah
kerja Puskesmas … dari …% pada tahun … menjadi
Tujuan …% pada tahun …
Intervensi • Meningkatkan prevalensi/proporsi bayi dan anak usia

I
6-24 bulan yang masih mendapat ASI di wilayah kerja
Puskesmas … dari …% menjadi …% Tahun ...

Pemberian makanan tambahan (PMT) Penyuluhan


a. Pemberian
berbasis pangan lokal bagi bayi dan anak usia 6-24
Makan bulan di Posyandu

PAG pada PMBA 108


• Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu atau
pengasuh dalam menyediakan MP ASI adekuat
b. Edukasi (penyuluhan atau demo masak)
• Penyediaan sarana KIE

I • Kolaborasi dengan dokter dan nakes lain untuk


pengobatan bayi dan anak 6-24 bulan yang sakit
c. Koordinasi • Kolaborasi dengan lintas sektor dalam rangka
meningkatkan ketersediaan pangan
Asuhan Gizi
• Kolaborasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
kader PMBA, dll

PAG pada PMBA 109


4 Monitoring dan evaluasi secara berkala dilakukan dengan melihat :
• Jumlah/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan masih diberikan ASI
• Jumlah/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan mendapatkan MP ASI
yang adekuat
• Prevalensi/proporsi bayi dan anak usia 6-24 bulan yang naik berat
M badannya
• Terselenggaranya penyuluhan atau demo masak tentang penyiapan

E atau pemberian MP ASI yang adekuat

Bila target cakupan tidak tercapai, perlu dilakukan pengkajian


ulang

PAG pada PMBA 110


Contoh:
Data di wilayah kerja Puskesmas C menunjukkan bahwa proporsi bayi dan
anak usia 6-24 bulan yang tidak naik berat badannya sebesar 20%.
Sebagian besar ibunya bekerja dan tidak sempat membuat makanan untuk
anaknya. Anaknya diberi makanan pabrikan yang dibeli di warung dekat
rumah. Sebagian besar dari ibu tersebut juga sudah tidak lagi menyusui.

Bagaimana Proses Asuhan Gizi untuk kasus tersebut?

PAG pada PMBA 111


P D I ME
Antropometri Tujuan: • Jumlah/proporsi bayi
• Proporsi balita usia Meningkatkan proporsi balita usia
dan anak usia 6-24
6-24 bulan yang Tingginya proporsi 6-24 bulan yang mendapat
bulan masih diberikan
tidak naik BBnya ibu yang memberikan MP ASI adekuat di wilayah kerja
ASI
sebesar 20% MP ASI yang tidak Puskesmas C dari 20% pada Tahun
Riwayat Gizi adekuat di wilayah 2016 menjadi 30% pada Tahun • Jumlah/proporsi bayi
• Kurangnya Puskesmas C (P) yang 2017. dan anak usia 6-24
pengetahuan ibu berkaitan dengan Jenis Intervensi: bulan mendapatkan
• Perilaku pemberian rendahnya • PMT Penyuluhan berbasis MP ASI yang adekuat
makan yang salah, pengetahuan ibu (E) pangan lokal bagi bayi dan anak • Prevalensi/proporsi
anak selalu diberi yang ditandai dengan usia 6-24 bulan di Posyandu bayi dan anak 6-24
MP ASI pabrikan proporsi balita usia • Demo masak untuk menyiapkan bulan yang naik berat
• Ibu sudah tidak lagi 6-24 bulan yang MP ASI yang tepat di Posyandu badannya
menyusui tidak naik Bbnya • Kolaborasi dengan dokter dan • Terselenggaranya
Riwayat Klien sebesar 20% (S). tenaga kesehatan lain untuk penyuluhan atau demo
• Sebagian besar pengobatan bayi dan anak 6-24 masak
Ibunya bekerja bulan yang sakit
PAG pada PMBA 112
TERIMA KASIH
Antropometri Prevalensi/ proporsi status gizi remaja putri
1
Laboratorium Prevalensi/ proporsi anemia pada remaja putri

Fisik/Klinis -

• Data asupan zat besi total sehari kurang dari 20 mg/hari


P (AKG) dan data konsumsi protein, sayuran dan buah-buahan
• Ketersediaan makanan sumber zat besi
• Pengetahuan remaja putri, orang tua dan keluarga tentang
anemia dan pentingnya mengonsumsi sumber zat besi dan
Riwayat Gizi vitamin C
• Ketersediaan dan distribusi TTD remaja putri • Persepsi
remaja putri tentang bentuk tubuh ideal (body image) •
• Cakupan pemberian dan konsumsi TTD pada remaja putri
yang diperoleh dari Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor
Kesehatanku
114
• Prevalensi/ proporsi remaja putri yang telah menstruasi
• Prevalensi/ proporsi keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
P Riwayat Klien • Kondisi geografis, akses ke Posyandu Remaja atau fasilitas
pelayanan kesehatan
• Daya beli masyarakat
• Dukungan sosial, budaya, psikologis, agama dan kebijakan

115
Tingginya prevalensi/ proporsi anemia remaja putri di wilayah kerja
2 Problem (P) Puskesmas X tahun…

• Rendahnya asupan protein hewani


• Rendahnya asupan sayuran dan buah-buahan
• Rendahnya asupan zat besi total
• Kurangnya pengetahuan keluarga dan remaja putri tentang anemia
• Kurangnya kepatuhan dalam mengonsumsi TTD

D
• Persepsi remaja putri yang salah tentang bentuk tubuh ideal (body
Etiologi (E) image)
• Kondisi sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung (adanya
pantangan dalam makanan)
• Perencanaan kebutuhan dan distribusi TTD remaja putri yang kurang
tepat
• Kurangnya edukasi tentang anemia dan manfaat TTD

Sign/ • Rendahnya asupan makanan sumber zat besi pada remaja putri
• Rendahnya cakupan pemberian dan konsumsi TTD pada remaja putri
Symptom (S)
116
3

Tujuan • Menurunkan prevalensi/ proporsi anemia pada remaja


putri di wilayah kerja Puskesmas X dari … % pada tahun …
Intervensi menjadi …% tahun ….

I
• Penyediaan dan pemberian makanan sumber zat besi di
a. Pemberian kantin bagi remaja putri di sekolah
Makan • Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak 1 tablet
setiap minggu (blanket approach)

PAG pada PMBA 117


• Penyuluhan mengenai gizi seimbang, anemia pada remaja
putri dan manfaat TTD
b. Edukasi
• Penyediaan sarana KIE berupa poster, leaflet dan brosur

I • Berkoordinasi dengan penanggung jawab program kesehatan


remaja

c. Koordinasi • Berkoordinasi dengan guru penanggung jawab UKS/ komite


sekolah untuk pemberian TTD dan konseling saat minum TTD
Asuhan Gizi di sekolah
• Merujuk remaja putri dengan gejala anemia ke fasilitas
pelayanan kesehatan

118
Monitoring dan evaluasi secara berkala dilakukan dengan melihat :
4 • Jumlah/ proporsi remaja putri yang mengalami kenaikan kadar Hb dan
remaja putri yang tidak mengalami kenaikan kadar Hb setelah intervensi
• Cakupan pemberian TTD, cakupan remaja putri yang mengonsumsi TTD,
melakukan cross check jumlah TTD yang didistribusikan dengan jumlah
remaja putri yang mendapat TTD

M • Perencanaan kebutuhan dan distribusi TTD remaja putri


• Terselenggaranya kantin di sekolah yang menyediakan makanan sumber zat
besi bagi remaja putri

E • Terlenggaranya penyuluhan tentang gizi seimbang, anemia pada remaja


putri dan manfaat TTD

Bila tujuan intervensi tidak tercapai, maka perlu dilakukan pengkajian ulang.

119
Matur Nuwun
120

Anda mungkin juga menyukai