Anda di halaman 1dari 46

TATALAKSANA KEMOPROFILAKSIS

KUSTA

Dr. Loister E. Sinambela, SpKK


RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim
• Kusta = Lepra = Morbus Hansen
• Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
lepra → ditemukan oleh GH. Armauer
Hansen tahun 1873
• Telah dikenal hampir 2000 tahun sebelum
Masehi

• Disebut dalam kitab suci Hindu (Kustha), Kong Hu Cu (Ta Feng), Kristen
(zaraath,kusta) dan Islam (Al-Abras)
• Penderita saat itu diasingkan, merasa rendah diri dan malu

Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2019


• Menyebabkan neuropati perifer nontraumatik (kelainan saraf tepi yang
bukan disebabkan trauma)
• Kelainan saraf (neuropati) yang terjadi bukan saja karena kerusakan
oleh M. leprae tetapi juga karena reaksi inflamasi & respon
imunologik terhadap infeksi

Sumber: Duthie MS, Combination chemoprophylaxis and immunoprophylaxis in


reducing the incidence of leprosy, Risk Management and Healthcare policy, 2016
• Sering menimbulkan kecacatan → mengurangi produktifitas

• Belum ada alat diagnosis kusta yg dapat mendeteksi secara dini, mudah, tepat
& dapat digunakan secara massal
• Penularan kusta di masyarakat masih terus berlangsung
• Kontak merupakan kelompok paling berisiko tertular → belum dikelola
dengan adekuat & cakupan pemeriksaan kontak masih rendah
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS KUSTA

• Etiologi kusta adalah Mycobacterium leprae, bakteri Gram (+) tahan asam,
obligat intraseluler, belum dapat dikultur diluar sel
• Bakteri masuk ke dalam tubuh host dan menimbulkan respon imun
berbeda → gambaran klinis berbeda
• Faktor genetik dan lingkungan menetukan kerentanan dan keparahan
penyakit
• Di dalam tubuh manusia, basil ini memasuki jaringan saraf dengan
berikatan pada unit akson sel Schwan → satu-satunya bakteri yang
menyerang sel saraf
Sumber: Leprosy, Fitzpatrick Dermatology in General Medicine, 2012
Sumber: Jopling's Handbook of leprosy, 2020
Sumber: Jopling's Handbook of leprosy, 2020
FAKTOR-FAKTOR PENENTU TERJADINYA
KUSTA
1. Penyebab: Mycobacterium leprae
2. Sumber penularan: manusia kepada manusia lain
3. Cara penularan: kuman kusta banyak ditemukan di mukosa hidung
manusia → saluran nafas bagian atas pasien kusta (terutama tipe
lepromatosa) merupakan sumber kuman → melalui kontak erat &
lama penderita dengan orang lain → kuman masuk melalui saluran
nafas bagian atas & kontak kulit
4. Pejamu: kekebalan tubuh sangat berperan. Misalnya: dari 100 orang
terpapar, 95 orang kebal, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat & hanya
2 orang menjadi sakit.
Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2019
Klasifikasi berdasarkan WHO (2017)

• Kasus PB: Kasus kusta dengan 1-5 lesi kulit tanpa ditemukan BTA pada
pemeriksaan hapus kulit

• Kasus MB: Kasus kusta dengan >5 lesi kulit; atau dengan keterlibatan saraf
(neuritis) atau berapapun jumlah lesi kulit disertai dengan keterlibatan saraf
atau ditemukan BTA pada pemeriksaan hapus kulit tanpa memperhitungkan
jumlah lesi kulit
Klasifikasi berdasarkan WHO (2017)

Kasus PB Kasus MB
 Jumlah lesi 1-5  Ditemukan lesi kulit > 5
 Tidak ditemukan  Neuritis murni (hanya neuritis)
BTA pada  Berapapun jumlah lesi +
pemeriksaan keterlibatan saraf
hapusan kulit
 BTA (+) pada sediaan hapusan kulit
tanpa memperhitungkan
berapapun jumlah lesi

Sumber: Jopling's Handbook of Leprosy, 2020


Klasifikasi Ridley-Jopling
Merupakan klasifikasi yang didasarkan pada 4 parameter yaitu:
gambaran klinis, gambaran histopatologik, gambaran
bakteriologik (hasil sediaan apus kulit (slit-skin smears) dan
gambaran imunologik (hasil tes lepromin)
• TT: Tuberculoid leprosy
• BT: Borderline tuberculoid leprosy
• BB: Borderline-borderline leprosy or mid-borderline leprosy
• BL: Borderline-lepromatous leprosy
• LL: lepromatous leprosy

Sumber: Jopling's Handbook of Leprosy, 2020


Penularan
• Risiko penularan terbesar terjadi pada kontak lama, sering dan
intim dengan penderita
• Resiko penyakit pada kontak tidak saja bergantung pada
kedekatan dengan penderita tetapi juga tipe penyakit pada Kasus
Indeks
• Resiko 6-8 X lebih besar pada yang kontak dengan kasus
multibasiler (MB) dibanding pausibasiler (PB)
• Kontak dengan kasus BTA (+) pada pemeriksaan apusan kulit &
nasal beresiko lebih tinggi terinfeksi jika dibandingkan dengan
kontak BTA (-)

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Deteksi Diagnosis &
Kontak lama
terlambat Treatment terlambat

Kasus dengan
BTA (+)

Me ↑kemungkinan
terinfeksi pada
kontak

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Pasien kusta tipe LL (lepromatous leprosy) menyebarkan bakteri dari
mukosa hidung & kulit mereka dan infeksius sebelum memulai terapi
MDT
Penelitian Patricinio dkk di Brazil
(2004) → melakukan biopsi
mukosa hidung pada 52 pasien
kusta yang tidak diobati dan 99
orang kontaknya menemukan BTA
pada 10,1% kontak (10 0rg)

Melalui penelitian ini diperlihatkan basil M. leprae menginvasi mukosa hidung →bergerak
melalui aliran rongga hidung untuk mencapai darah tepi dan masuk ke jaringan saraf
Banyak individu pada daerah endemik sudah terinfeksi
sebelum penderita (kasus indeks) terdeteksi

Jadi bila ada beberapa pasien terdeteksi dan terdiagnosis kusta di


lapangan, sebenarnya sudah banyak anggota masyarakat yang
terinfeksi tetapi belum menunjukkan manifestasi penyakit oleh
karena masa inkubasi kusta sangat lama

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Penularan

• Resiko tertular pada laki-laki 2x lebih besar dibanding perempuan


• Resiko penularan 3x lebih besar pada keluarga yang beranggotakan >
7 orang dibandingkan dengan keluarga yang lebih kecil (< 4 orang)

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


• Anak lebih rentan terhadap penularan kusta
• Terdapat hubungan erat antara resiko berkembangnya gejala klinis
kusta dengan usia saat terpapar
• Individu dengan sosio-ekonomi lemah beresiko lebih besar terhadap
infeksi dan timbulnya penyakit. Hal ini mungkin karena higiene
personal jelek, kontak erat, nutrisi buruk, sanitasi buruk dsb

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Kerentanan
• Kerentanan tertular juga diturunkan secara genetik
• Human leucocyte antigen (HLA)(DR2) dan gen non HLA terlihat
berkontribusi terhadap kerentanan genetik terhadap kusta dan tipenya
• Lokus pada kromosom 6q25 mengontrol kerentanan terhadap infeksi
M. leprae
• Lokus kromosom 10p13 berhubungan dengan peningkatan resiko
kusta tipe PB

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Segala usaha yang dilakukan pada eliminasi kusta 50 tahun
terakhir adalah → deteksi dini & pengobatan pasien dengan tujuan
mengurangi kelompok terinfeksi dalam komunitas → kemudian
mencegah penularan kepada anggota masyarakat lainnya

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


UPAYA PENGENDALIAN PENULARAN
1. Pengobatan MDT pada pasien kusta
2. Vaksinasi BCG
3. Kemoprofilaksis dengan pemberian rifampisin dosis tunggal

Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2019


PENGERTIAN KEMOPROFILAKSIS
KUSTA
• Pemberian obat pada kontak penderita kusta untuk mencegah
penularan kusta
• Dilakukan pada daerah yg memiliki jumlah penderita kusta tinggi
• Dilaksanakan dalam bentuk pemberian obat rifampisin dosis tunggal
pada kontak penderita kusta yang memenuhi kriteria dan persyaratan
• Pemberian kemoprofilaksis kusta dilaksanakan 1 kali dan dapat
diulang kembali setelah 2 tahun dari pemberian sebelumnya apabila
diantara kontak serumah/kontak tetangga/kontak sosial ditemukan lagi
penderita kusta baru
• Obat diberikan oleh petugas kesehatan dan wajib diminum langsung di
depan petugas
• Kemungkinan penggunaan obat kusta MDT untuk pencegahan kusta
pada kontak diperoleh dari studi penggunaan dapson jangka panjang
pada kontak pasien dapat mencegah tertularnya penyakit ini.
• COLEP Study Group pada penelitian RCT (2008) menemukan bahwa
pemberian RDT (rifampisin dosis tunggal) mengurangi risiko kusta 57%
selama 2 tahun dan 30% selama 5-6 tahun
• Pada setiap 1000 kontak yang diberikan RDT, dapat dicegah 4 kasus
setelah 1-2 tahun dan 3 kasus dicegah dalam 5-6 tahun
• Efek protektif RDT terjadi pada 2 tahun pertama dengan tanpa
penambahan efek setelah 4-6 tahun

Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
Penggunaan kemoprofilaksis dibuktikan efektifitasnya pada hasil
penelitian yang dilakukan di Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
(2000) & di Bangladesh (2002)
Kemoprofilaksis memberikan perlindungan selama 3 tahun pada kontak
serumah penderita kusta sekitar 60%

Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2019


KEMOPROFILAKSIS DAPSON

• Penelitian di Bombay (Mumbay, 1967) menunjukkan tidak satupun


dari 51 kontak yang mendapat kemoprofilaksis dapson tertular kusta,
dibandingkan dengan 9,35% dari 524 kontak yang menunjukkan
gejala kusta yang tidak diberikan dapson
• Lew & Kim (1968) melaporkan hanya 2 dari 325 kontak serumah
yang diberikan dapson menunjukkan gejala. Berbeda dengan
penelitian 31 dari 425 kontak serumah yang tidak diberikan dapson
menunjukkan gejala penyakit
• Hasil penelitian → bila kemoprofilaksis diberikan terbatas pada
kontak saja, tidak terlalu menolong untuk mengontrol penyebaran
kusta.
• Dipertimbangkan kembali untuk memberikan dapson pada
seluruh populasi agar dapat diperoleh hasil memuaskan

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


KEMOPROFILAKSIS DENGAN RDT
(Rifampisin dosis tunggal)

• Rifampisin dipertimbangkan sebagai obat kemoprofilaksis kusta


karena aksi poten bakterisidalnya terhadap M. leprae
• Obat ini membunuh > 99% M. leprae pada dosis tunggal
• Penelitian Oskam dkk (2006) di India pada 7.500 kontak serumah
menunjukkan efektivitas RDT melindungi terhadap kusta. Terdapat
penurunan signifikan kasus baru dalam rentang waktu 4-5 tahun pada
kontak yang di beri RDT (10mg/kg BB)

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Untuk mencegah kasus kusta → banyak individu sehat harus diberikan
kemoprofilaksis

Oskam dkk (2006) → Jumlah kemoprofilaksis yang harus diberikan


untuk mencegah terjadinya 1 kasus adalah 1.556 orang

SUATU POPULASI YANG BESAR

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Dengan membandingkan efektivitas kemoprofilaksis dapson dan
rifampisin diperoleh kesimpulan:

Dosis tunggal (atau 2 dosis) rifampisin merupakan pilihan paling baik


dibandingkan dengan dapson yang butuh asupan lebih lama dan terus
menerus

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


Logistik Etik cost effective

Perlu
dipertimbangkan

Sumber: IAL Textbook of Leprosy, Indian Association of Leprologist, 2016


TUJUAN DAN SASARAN KEMOPROFILAKSIS
KUSTA
SASARAN
TUJUAN Penduduk yg menetap paling singkat 3 bulan
pada daerah yang memiliki penderita kusta
Menurunkan risiko Berusia > 2 tahun
terjadinya penyakit Tidak dalam terapi rifampisin dalam kurun 2
kusta diantara kontak tahun terakhir
penderita dan Tidak sedang dirawat di rumah sakit
masyarakat
Tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan hati
Bukan suspek tuberkulosis
Bukan suspek kusta atau terdiagnosis kusta
DOSIS RIFAMPISIN DOSIS TUNGGAL UNTUK
KEMOPROFILAKSIS KUSTA
Umur/BB Dosis rifampisin

≥ 15 tahun 600 mg
10 - 14 tahun 450 mg
Anak 6-9 tahun (BB ≥ 20 kg) 300 mg
Anak ≥ 2 tahun (< 20 kg) 10-15 mg/kg BB

Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
• Vaksinasi BCG menguatkan efek protektif RDT pada 57%-80%
kontak
• RDT tidak meningkatkan risiko resistensi M. tuberculosis terhadap
rifampisin
• Efek kemoprofilaksis yang dihasilkan dapat lebih luas
bila definisi kontak diperluas dari hanya kontak serumah
menjadi semua kontak dalam komunitas

Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
JANGAN ADA
KUSTA
DI ANTARA KITA
TERIMA KASIH
Rejimen pengobatan kusta menurut WHO
The reasons leprosy needs to be classified include:
1. Memperkirakan status imunologik dan kestabilan penyakit.
2. Untuk mengetahui seberapa infeksius penderita tersebut
3. Untuk memprediksi perkembangan penyakit dan prognosis penderita,
termasuk kemungkinan komplikasi dan reaksi
4. Menentukan pengobatan yang tepat dari segi jumlah dan lama pengobatan
5. Untuk menentukan nomenklatur seragam yang memudahkan pembahasan
secara ilmiah, baik antara klinisi dan penelitis better scientific discourse
between clinicians and researchers
6. To allow correlation of clinical and histological features
7. To explain the host-parasite relationship.
The reasons leprosy needs to be classified include:

1. To estimate the patient's immunological status and stability


2. To know the infectivity of the patient
3. To predict the likely evolution of disease and formulate prognosis for patients
including likelihood of complications and reactions
4. To be able to guide the treatment regarding the number of drugs and duration of
treatment
5. To allow uniform nomenclature that allows better scientific discourse between
clinicians and researchers
6. To allow correlation of clinical and histological features
7. To explain the host-parasite relationship.
Sumber: Jopling's Handbook of leprosy, 2020
Bacterial Index (BI)
• BI 6 -- ≥1.000 basil/lapangan pandang (OIF)
• BI 5 --100 - 1.000 basil/OIF
• BI 4 -- 10 - 100 basil/OIF
• BI 3 -- 1 - 10 basil/OIF
• BI 2 -- 1 basil/ 1-10 OIF
• BI 1 -- 1 basil/10-100 OIF
• BI 0 -- 0 basil/100 OIF

Anda mungkin juga menyukai