KUSTA
• Disebut dalam kitab suci Hindu (Kustha), Kong Hu Cu (Ta Feng), Kristen
(zaraath,kusta) dan Islam (Al-Abras)
• Penderita saat itu diasingkan, merasa rendah diri dan malu
• Belum ada alat diagnosis kusta yg dapat mendeteksi secara dini, mudah, tepat
& dapat digunakan secara massal
• Penularan kusta di masyarakat masih terus berlangsung
• Kontak merupakan kelompok paling berisiko tertular → belum dikelola
dengan adekuat & cakupan pemeriksaan kontak masih rendah
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS KUSTA
• Etiologi kusta adalah Mycobacterium leprae, bakteri Gram (+) tahan asam,
obligat intraseluler, belum dapat dikultur diluar sel
• Bakteri masuk ke dalam tubuh host dan menimbulkan respon imun
berbeda → gambaran klinis berbeda
• Faktor genetik dan lingkungan menetukan kerentanan dan keparahan
penyakit
• Di dalam tubuh manusia, basil ini memasuki jaringan saraf dengan
berikatan pada unit akson sel Schwan → satu-satunya bakteri yang
menyerang sel saraf
Sumber: Leprosy, Fitzpatrick Dermatology in General Medicine, 2012
Sumber: Jopling's Handbook of leprosy, 2020
Sumber: Jopling's Handbook of leprosy, 2020
FAKTOR-FAKTOR PENENTU TERJADINYA
KUSTA
1. Penyebab: Mycobacterium leprae
2. Sumber penularan: manusia kepada manusia lain
3. Cara penularan: kuman kusta banyak ditemukan di mukosa hidung
manusia → saluran nafas bagian atas pasien kusta (terutama tipe
lepromatosa) merupakan sumber kuman → melalui kontak erat &
lama penderita dengan orang lain → kuman masuk melalui saluran
nafas bagian atas & kontak kulit
4. Pejamu: kekebalan tubuh sangat berperan. Misalnya: dari 100 orang
terpapar, 95 orang kebal, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat & hanya
2 orang menjadi sakit.
Sumber: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, 2019
Klasifikasi berdasarkan WHO (2017)
• Kasus PB: Kasus kusta dengan 1-5 lesi kulit tanpa ditemukan BTA pada
pemeriksaan hapus kulit
• Kasus MB: Kasus kusta dengan >5 lesi kulit; atau dengan keterlibatan saraf
(neuritis) atau berapapun jumlah lesi kulit disertai dengan keterlibatan saraf
atau ditemukan BTA pada pemeriksaan hapus kulit tanpa memperhitungkan
jumlah lesi kulit
Klasifikasi berdasarkan WHO (2017)
Kasus PB Kasus MB
Jumlah lesi 1-5 Ditemukan lesi kulit > 5
Tidak ditemukan Neuritis murni (hanya neuritis)
BTA pada Berapapun jumlah lesi +
pemeriksaan keterlibatan saraf
hapusan kulit
BTA (+) pada sediaan hapusan kulit
tanpa memperhitungkan
berapapun jumlah lesi
Kasus dengan
BTA (+)
Me ↑kemungkinan
terinfeksi pada
kontak
Melalui penelitian ini diperlihatkan basil M. leprae menginvasi mukosa hidung →bergerak
melalui aliran rongga hidung untuk mencapai darah tepi dan masuk ke jaringan saraf
Banyak individu pada daerah endemik sudah terinfeksi
sebelum penderita (kasus indeks) terdeteksi
Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
Penggunaan kemoprofilaksis dibuktikan efektifitasnya pada hasil
penelitian yang dilakukan di Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
(2000) & di Bangladesh (2002)
Kemoprofilaksis memberikan perlindungan selama 3 tahun pada kontak
serumah penderita kusta sekitar 60%
Perlu
dipertimbangkan
≥ 15 tahun 600 mg
10 - 14 tahun 450 mg
Anak 6-9 tahun (BB ≥ 20 kg) 300 mg
Anak ≥ 2 tahun (< 20 kg) 10-15 mg/kg BB
Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
• Vaksinasi BCG menguatkan efek protektif RDT pada 57%-80%
kontak
• RDT tidak meningkatkan risiko resistensi M. tuberculosis terhadap
rifampisin
• Efek kemoprofilaksis yang dihasilkan dapat lebih luas
bila definisi kontak diperluas dari hanya kontak serumah
menjadi semua kontak dalam komunitas
Sumber: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy, WHO (2018)
JANGAN ADA
KUSTA
DI ANTARA KITA
TERIMA KASIH
Rejimen pengobatan kusta menurut WHO
The reasons leprosy needs to be classified include:
1. Memperkirakan status imunologik dan kestabilan penyakit.
2. Untuk mengetahui seberapa infeksius penderita tersebut
3. Untuk memprediksi perkembangan penyakit dan prognosis penderita,
termasuk kemungkinan komplikasi dan reaksi
4. Menentukan pengobatan yang tepat dari segi jumlah dan lama pengobatan
5. Untuk menentukan nomenklatur seragam yang memudahkan pembahasan
secara ilmiah, baik antara klinisi dan penelitis better scientific discourse
between clinicians and researchers
6. To allow correlation of clinical and histological features
7. To explain the host-parasite relationship.
The reasons leprosy needs to be classified include: