Anda di halaman 1dari 23

STUDI KASUS :

KETERLAMBATAN OPERASIONAL
FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH
B3 DI KABUPATEN BARITO KUALA
AKIBAT IZIN TEKNIS

Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7


OVERVIEW

 LATAR BELAKANG FENOMENA, LOKASI


 DAMPAK
 GAP ANALYSIS
 LIST ISU
 ARAH PEMECAHAN PERMASALAHAN
 NEEDS STATEMENT
 HIERARKI SISTEM
 TEORI SISTEM

2
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
LATAR BELAKANG
• Belum memadainya fasilitas
pembakaran sampah untuk
limbah B3 di Provinsi
Kalimantan Selatan
• Tingginya limbah B3
dikarenakan wabah Covid-19
• Lokasi bangunan limbah B3
berada di dekat pemukiman
penduduk
• Sampah Yang Diolah :
o Jenis : Limbah Medis/ Klinis
o Jumlah : 7200 kg/ hari

3
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
LOKASI
 Provinsi : Kalimantan Selatan
 Kabupaten : Barito Kuala
 Kecamatan : Alalak
 Kelurahan : Sungai Pitung
 Koordinat :
https://maps.app.goo.gl/RG8
Vc3RGdjQh28ms9
 JARAK FASILITAS
DENGAN BANGUNAN
SEKITAR

 TITIK A : 50 METER
 TITIK B : 200 METER
 TITIK C : 150 METER
 KETINGGIAN
BANGUNAN SEKITAR ~
7 METER
4
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
FAKTA LAPANGAN
 Fasilitas Pengolahan Limbah B3 sudah selesai
dibangun

 Belum beroperasi dikarenakan masih


terperangkap dalam aturan-aturan yang
dibuat sendiri

 Persetujuan lingkungan dan persetujuan


teknis yang belum terbit

 Limbah medis terkait penanganan COVID-19


termasuk dari pasien isoman/isoter yang
semakin menumpuk

 Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas dengan


KLHK pada 28 Juli 2021 memberikan arahan
agar pengelolaan limbah B3 medis COVID-19
dilakukan dengan intensif dan sistematis

9
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
MENGAPA FASILITAS PENGOLAHAN LB3
HARUS SEGERA DISELESAIKAN?
Dampak Mikro :

Biaya
Aset investasi
pemeliharaan
yang tidak Finansial loss
yang terus
digunakan
dikeluarkan

Dampak Makro :

Timbulan
LB3 tidak limbah Dampak
terolah medis terus lingkungan
meningkat

6
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
GAP ANALYSIS : STANDARD VERSUS EXISTING FACILITIES (1)
Uraian Standard Kondisi Eksisting Kesenjangan
Input Hasil analisis laboratorium jenis limbah yang akan diolah Data lab awal sudah tersedia Memenuhi

Terdapat fasilitas penunjang di fasilitas pengolahan LB3 Belum ada jembatan timbang dan loading Tidak
area memenuhi
Memiliki jembatan timbang dengan kapasitas min 20 ton
dengan panjang min 7,5m

Terdapat perkerasan rigid yang dapat menampung beban 5-


10 ton dengan golongan kendaraan 6 (truk 2 as)

Truk pengangkut limbah tertutup Belum ada Akses jalan yang memadai Tidak
memenuhi
Memiliki PJU
Memiliki saluran drainase di sepanjang jalan
Memiliki trotoar untuk pejalan kaki
Memiliki akses jembatan penyebrangan yang dapat
menanggung beban mati dan beban hidup

7
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
GAP ANALYSIS : STANDARD VERSUS EXISTING FACILITIES (2)
Uraian Standard Kondisi Eksisting Kesenjangan
Proses Surat Keputusan Izin TPS B3 TPS belum tersedia Tidak memenuhi
Surat izin IPLC IPLC belum tersedia Tidak memenuhi
Asuransi Pencemaran LH Sudah tersedianya asuransi Memenuhi
Memiliki lab dan/alat analisis limbah B3 Telah melakukan kerja sama dengan lab pihak Memenuhi
ke-3
Memiliki SDM terdidik pengelolaan limbah B3 Memiliki sdm terdidik yang sudah tersertifikasi Memenuhi
Surat persetujuan pengoperasian pabrik oleh masyarakat Dalam pengurusan Dalam Proses
sekitar pengurusan
Jarak terhadap bangunan sekeliling radius >500m, atau Jarak 150m dari lokasi penduduk Tidak memenuhi
bangunan lebih tinggi dari cerobong insenerator
Papan nama yang mudah terlihat dari jarak 10 m Sudah tersedia Memenuhi
Sistem pengumpanan limbah semi otomatis sudah tersedia FDF Memenuhi
incenerator dengan double chamber Incenerator memiliki double chamber Memenuhi
memiliki alat pengendali pencemar udara incenerator memiliki wet scrubber Memenuhi
tinggi cerobong minimum 14m dari permukaan tanah Tinggi cerobong sudah 17m dan 32 m Memenuhi
memiliki lubang sampling dan fasilitas pendukung untuk Memiliki lubang sampling di cerobong Memenuhi
pengambilan sample
memiliki sop pengoperasian insenerator Belum memiliki SOP pengeoperasian Tidak memenuhi

8
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
GAP ANALYSIS : STANDARD VERSUS EXISTING FACILITIES (3)
Uraian Standard Kondisi Eksisting Kesenjangan
Proses Lokasi bangunan TPS B3 harus bebas dari resiko banjir, jika Lokasi rawan banjir karena luapan Tidak memenuhi
tdak memungkinkan harus dilakukan rekayasa teknologi Sungai Barito

Ukuran bangunan TPS B3 minimal 4m x 5m Belum tersedia Tidak memenuhi


Dinding bangunan TPS B3 minimal memiliki ketebalan 15 Belum tersedia Tidak memenuhi
cm jika dinding beton bertulang dan minimal memiliki
ketebalan 23 cm jika dinding bata merah

Lantai bangunan TPS B3 harus kedap air, tidak Belum tersedia Tidak memenuhi
bergelombang, dan tidak ada retakan
Bangunan TPS B3 harus memliki ventilasi dan penerangan Belum tersedia Tidak memenuhi
yang baik
Bangunan TPS B3 harus memiliki saluran drainase yang baik Belum tersedia Tidak memenuh
dan tersedianya bak penampung untuk limbah B3
Limbah B3 harus terlindung dari sinar matahari dan hujan Belum tersedia Tidak memenuhi

Sistem penyimpanan limbah B3 menggunakan system blok Belum tersedia Tidak memenuhi

9
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
GAP ANALYSIS : STANDARD VERSUS EXISTING FACILITIES (4)
Uraian Standard Kondisi Eksisting Kesenjangan
output memiliki pengelolaan terhadap residu hasil Abu hasil pembakaran dibawa ke pihak Memenuhi
pembakaran ketiga (PPLI)

monitoring pengendalian pencemaran lingkungan Belum dilaksanakan  Tidak memenuhi


air dan emisi dari lab

memenuhi baku mutu emisi pembakaran Belum dilaksanakan Tidak memenuhi

Referensi Standar :
1. PermenLHK RI. Formulir Permohonan Izin Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dengan Insinerator
2. PermenLHK No P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Peraturan Kementerian PU. Standar Pembangunan Jalan.

10
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
LIST ISU
 Belum ada jembatan timbang dan loading area
 Belum ada akses jalan yang memadai
 Belum tersedia TPS B3
 Belum tersedia IPLC/IPAL
 Jarak fasilitas pengolahan LB3 terlalu dekat pemukiman penduduk
 Jaringan listrik belum memadai
 Persetujuan PLN
 Belum memiliki SOP pengoperasian
 Kapasitas Insinerator tidak mencukupi (Jumlah Limbah : 7200kg/ hari, Kapasitas : 2400kg)/ hari)
 Komplain masyarakat
 Pemeliharaan Mesin

11
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
ARAH PENYELESAIAN MASALAH
AKSES JALAN TPS & AREA IPAL JARINGAN PERIZINAN MESIN
BONGKAR MUAT (INSTALASI LISTRIK & ADMINISTRASI INSINERATOR
PENGOLAHAN
AIR LIMBAH)

Akses jalan belum Area bongkar Belum terdapat Jaringan listrik Jarak fasilitas Mesin
memadai muat yang belum instalasi belum memadai pengolahan LB3 mengeluarkan
memadai pengolahan air terlalu dekat suara bising
buangan limbah pemukiman
(lindi) penduduk
Belum dibuat Belum dibuat Perizinan IPAL Persetujuan PLN Komplain Kapasitas
fasilitas fasilitas masyarakat Insinerator tidak
pendukung pendukung mencukupi
berupa jembatan berupa TPS
timbang
Belum memiliki Pemeliharaan
SOP Mesin
pengoperasian

9
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
NEED STATEMENT
Maksud (Goal) : Mempercepat kegiatan operasional fasilitas pengolahan limbah B3 di kabupaten barito kuala

Tujuan (Objective) :

1. Membangun Akses Jalan yang memadai


2. Membangun Tempat Pembuangan Sampah (TPS) & Bongkar Muat yang memadai
3. Membangun IPAL
4. Membangun jaringan listrik sesuai kebutuhan fasilitas.

Kriteria :
5. Tersedianya jalan yang bisa dilewati oleh kendaraan truk dengan lebar jalan min. 7.5meter, dan load kendaraan: 12
ton;
6. Tersedianya jembatan timbang yang mampu … (spec jembatan timbang)
7. Tersedianya area bongkar muat yang dapat menampung min. 4 truk sampah (…) ;
8. Tersedianya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dengan kapasitas 5000 kg ;
9. Tersedia nya IPAL dengan kapasitas 12meter kubik/ hari;
10. Tersedianya jaringan listrik dari PLN dengan kapasitas 100KVA
11. Ada nya back power (listrik) dari genset yang mampu menyediakan back power selama 4 jam, kapasitas 100KVA

13
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
HIERARKI SYSTEM

14
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TABEL HIERARKI SYSTEM
TPS & AREA
AKSES JALAN BONGKAR MUAT IPAL JARINGAN LISTRIK
Membangun Tempat Untuk menyediakan
Untuk mempercepat
TUJUAN SISTEM Membangun Akses Jalan Pembuangan Sampah terbitnya perizinan Jaringan Listrik yang
yang memadai (TPS) & Bongkar Muat memadai untuk
operasional
yang memadai kebutuhan operasional
• Jembatan Timbang • Pengolahan Fisik • Trafo/ Gardu listrik
• Jalan Akses • Pengolahan Biologis • Genset
• LAHAN/ AREA
• Drainase Wastafel • Pengolahan Kimia • Panel Distribusi
KOMPONEN SISTEM Bahu Jalan & • Inlet Outlet Listrik
• • Emergency shower •
Pedestrian • Pompa
• Simbol B3
• Jembatan • Kolam Indikator

STRUKTUR SISTEM Tata Letak Fasilitas Layout TPS & Area Sertifikat Layak
Penunjang bongkar muat • Layout/Desain IPAL Operasional
• Birokrasi pemerintah
lambat Jaringan listrik PLN tidak
• Kualitas air bersih
KENDALA SISTEM • Keterbatasan Lahan Keterbatasan Lahan tidak baik
memadai untuk
• Pembebasan Lahan Badan air penerima mencukupi kapasitas
• operasional
digunakan sebagai air
bersih warga

15
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM ADMINISTRASI INSENERATOR TRANSPORTER
SARANA&PRAS
ARANA LAIN

TPS & AREA BONGKAR


 Perizinan Fasilitas B3 terdiri dari JARINGAN LISTRIK
MUAT
komponen-komponen yang kesemua
nya ter-integrasi dalam persyaratan
Izin Pengolahan LB3 Dengan IPAL
AKSES JALAN
Insinerator.
 Seluruh komponen harus bekerja
dengan baik sehingga memenuhi
standard, yang pada akhirnya
mendapatkan izin operasional. SYARAT OPERASIONAL
FASILITAS B3
 Teori Sistem yang paling relevant
dengan kasus ini adalah Teori The
Component Integration Approach IZIN PENGOLAHAN
LB3 DENGAN
INSINERATOR
16
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM & Modelling
IPAL Mathematical models :
1. Mass Balance Principle
• Komponen yang saling berinteraksi :
Inlet Limbah Unit Outlet Air
Pengolahan Air Buangan
Limbah
• Debit limbah • Kriteria • Kolam
• Karakteristik desain indikator
limbah • Unit operasi • Debit air
2. Determine detention time
(parameter fisik (primary buangan
fisik, biologis, treatment) • Baku mutu
kimia) • Unit operasi air buangan
• Baku mutu biologis (parameter
badan air (secondary fisik, kimia,
penerima treatment) biologi)
(upstream) • Unit operasi • Baku mutu 3. Determine dispersion number
kimiawi badan air
(tertiary penerima
treatment) (downstream
)

4. Determine efficiency needed


Graphical models :
Flow diagram unit
proses IPAL
Kesimpulan :
Teori sistem pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
menggunakan The Component Integration Approach

17
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM & MODELLING
SUB-SISTEM JARINGAN LISTRIK
 Modelling System yang
dilakukan adalah dengan
 Sistem Jaringan Listrik untuk metode Graphical models
fasilitas B3, menggunakan teori
The Component Integration
Approach
 Komponen yang saling
berinteraksi : DAYA LISTRIK UNTUK
 Listrik dari PLN KEBUTUHAN FASILITAS B3
 Panel Distribusi
 Genset
 Komponen tersebut saling
berinteraksi untuk memberikan daya
kepada seluruh kebutuh listrik dalam
fasilitas B3.

Listrik dari PLN


Panel Genset 18
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7 Distribusi
TEORI SISTEM & MODELLING
SUB-SISTEM AKSES JALAN

1. The Decision Proses Approach


• Dalam pendekatan sistem ini menggunakan pengambilan keputusan setiap proses. Karena sistem yang kami terdiri dari
variable keadaan.
• Contoh : Desain jalan dan jembatan menyesuikan beban dari truk dan beban limbah yang dideliver. Selain itu jenis jalan
yang digunakan juga menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar yang saling terhubung dengan komponen
system.
2. Component Integration Approach
• Dalam pendekatan sistem ini juga ada kebutuhan sistem satu sama lain, karena fungsi dari jalan sebagai area transportasi
limbah tetapi berperan juga sebagai jalan/akses umum bagi hunian disekitarnya. Tentunya komponen-komponen system
seperti pedestrian dan saluran irigasi berperan penting dalam membangun fasilitas.
• Contoh : Jenis jalan yang digunakan berimplikasi dengan fungsi jalan sesuai dengan kebutuhan. Apakah itu jalan
provinsi, jalan protocol dsb.

19
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM & MODELLING
SUB-SISTEM AKSES JALAN Rumus Analisa Desain Traffic :
Faktor distribusi Jalur (Dl) Reliability (R) disarankan Hubungan antara kuat tekan beton dan angka
ekivalen baja & beton

Rumus Umum Desain Traffic

20
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM & MODELLING
SUB-SISTEM BANGUNAN TPS B3

Pembangunan TPS B3 menggunakan teori The Decision Process Approach dan The Component Integration Approach
1. The Decision Process Approach
• Desain bangunan TPS B3 menyesuaikan dengan Peraturan Daerah setempat, yaitu struktur bangunan panggung,
dikarenakan ketika musim hujan, Sungai Barito akan meluap

2. Component Integration Approach


• Komponen yang berkaitan adalah akses jalan dan saluran drainase

21
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
TEORI SISTEM & MODELLING
SUB-SISTEM BANGUNAN TPS B3
Kebutuhan luas bangunan TPS B3: Pencahayaan = panjang x lebar
• Jumlah Limbah B3 Faktor depresi (d) = 1
12 drum
Luas bangunan = Panjang x Lebar Penyalur Petir
Ventilasi = Panjang x lebar • R = A+B+C+D+E
Luas bukaan ventilasi = • A = tipe struktur bangunan
• Ventilasi x 10% • B = tipe konstruksi
• C = tinggi bangunan
• D = situasi bangunan
• E = pengaruh kilat

22
Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7
THANK YOU

Program Profesi Insinyur – Batch 7 (2021) – Kelompok 7

Anda mungkin juga menyukai