Anda di halaman 1dari 57

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS BESAR SISTEM REKAYASA DAN NILAI


“PENINGKATAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN
DENGAN KONSEP SMART CITY”

Disusun Oleh:
Kelompok 12
Dio Reyhan Fardizsa 1806202765
Rizka Harastuti Oktaviani 1806149980
Timotius 1806203080
Ruthmedy Jemima 1806202746
Shafira Yuli Azana 2106782252

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Sistem Rekayasa dan
Nilai ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk lulus Mata Kuliah Sistem Rekayasa dan Nilai di Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mohammed Ali Berawi M.Eng.Sc., Ph.D., sebagai dosen pengampu Mata Kuliah
Sistem Rekayasa dan Nilai yang sudah mengajar dan memberi arahan pada kami
dalam pengerjaan tugas ini;
2. Dr. Ir. Wisnu Isvara M.T., sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Rekayasa
dan Nilai yang juga sudah mengajar dan memberi pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam tugas ini;
3. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan material dan moral;
dan
4. Teman-teman yang telah membantu memberi dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam penulisan
makalah ini. Maka dari itu, kami menerima kritik, komentar, dan saran dari para
pembaca agar penulisan makalah serupa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada para pembaca.

Depok, Desember 2021


Tim Penulis

Universitas
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................4
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................................5
1.3 RUMUSAN MASALAH......................................................................................5
1.4 TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
1.5 MANFAAT PENULISAN.....................................................................................5
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................6
BAB 2 LANDASAN TEORI....................................................................................7
2.1 REKAYASA NILAI.............................................................................................7
2.2 FAST DIAGRAM..............................................................................................9
2.3 TEORI SMART CITY........................................................................................10
2.3.1 Pengertian Smart City................................................................................10
2.3.2 Pembagian Smart City...............................................................................10
2.4 SMART WASTE MANAGEMENT.......................................................................13
2.5 TEKNOLOGI PENGEOLAHAN SAMPAH................................................................14
BAB 3 STUDI BANDING....................................................................................18
3.1 SENSOR KETERISIAN TEMPAT SAMPAH DI BANDARA DUBLIN.................................18
3.2 STUDI BANDING KONVERSI SAMPAH MENJADI ENERGI DI COPENHAGEN.................18
3.3 UPAYA SWEDIA MENGONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK.....................19
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................20
4.1 DESAIN KONSEPTUAL....................................................................................20
4.2 LOKASI PILIHAN............................................................................................23
4.2.1 Kota Banjarmasin (Jumlah Penduduk, Luas Kota).....................................23
4.2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin..........................................23
4.2.3 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banjarmasin..........................................31
4.2.4 Komposisi Sampah Kota Banjarmasin.......................................................35
4.2.5 Kondisi Pengelolahan Sampah Excisting...................................................36
4.2.6 Potensi Pemanfaatan Sampah Kota Banjarmasin....................................38
4.2.7 Perhitungan Kebutuhan Pengumpulan, Pemindahan, dan Pengelolaan. 41
4.3 INITIAL COST................................................................................................44
4.4 ANNUAL COST.............................................................................................46
4.4.1 Operational Cost........................................................................................46
4.4.2 Maintenance Cost......................................................................................47
4.5 ANNUAL BENEFITS........................................................................................48

Universitas
3
4.6 CASHFLOW..................................................................................................50
4.7 EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI.....................................................................53
4.7.1 Metode Net Present Value (NPV)..............................................................53
4.7.2 Metode Internal Rate of Return (IRR)........................................................53
4.7.3 Metode Benefit Cost Ratio (BCR)...............................................................53
4.7.4 Metode Payback Period (PBP)...................................................................54
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................55
5.1 KESIMPULAN...............................................................................................55
5.2 SARAN........................................................................................................55
REFERENSI.......................................................................................................56

Universitas
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep smart city merupakan konsep mengenai tata kota yang berhasil
melakukan optimalisasi teknologi informasi dan digital guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan layanan masyarakat sehingga biaya,
waktu, dan tenaga yang digunakan bisa lebih efisien (Eniyati, 2017). Konsep ini erat
dikaitkan dengan pemanfaatan Internet of Things (IoT) yang bertujuan untuk
memperluas manfaas konektivitas secara terus menerus, berperan dalam memudahkan
pemerintah dan masyarakat untuk mendapatkan data dan informasi untuk perubahan dan
perbaikan lebih lanjut (Syahbudin, 2016). Salah satu kota yang akan dikembangkan
menjadi smart city adalah Kota Banjarmasin.
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin,
timbulan sampah kota tersebut mencapai 558 ton/hari atau sebesar 0,0035
m3/orang/hari. Nilai timbulan sampah di Kota Banjarmasin yang cukup tinggi ini dapat
disebabkan belum adanya pemilahan sampah yang baik dalam proses pengelolaan
sampah, sehingga sampah-sampah daur ulang seperti plastik, kertas, dan botol kaca
masih tercampur di timbulan sampah yang dibawa ke TPS, padahal seharusnya sampah-
sampah daur ulang tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan kembali sebelum diangkut
ke TPS dan TPA untuk mengurangi timbulan sampah yang ada.
Pada tahun 2019, tercatat bahwa tingkat pelayanan persampahan di Kota
Banjarmasin hanya 50%. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan optimalisasi sistem
persampahan eksisting agar pelayanan yang direncanakan dapat terealisasi secara
menyeluruh. Penulis mendesain sebuah teknologi berbasis digital yang berfungsi untuk
menangangi timbulan yang ada beserta dampaknya, dimulai dari efektivitas
pengangkutan sampah, pemilahan sampah, hingga konversi sampah menjadi energi
terbarukan.
Keseluruhan konsep ini termasuk dalam smart waste management. Konsep
smart waste management merupakan salah satu aspek dalam smart environment yang
dirancang untuk melindungi lingkungan dengan mengurangi polusi dan limbah dengan
menerapkan kemampuan Internet of Things (IoT). Optimasi sistem smart waste

Universitas
5

management akan mempertimbangkan pertumbuhan jumlah penduduk sebagai salah


satu variabel utama yang menimbulkan peningkatan timbulan sampah. Oleh karena itu,
optimasi sistem dilakukan berdasarkan proyeksi hingga tahun 2040 untuk
mempertahankan aspek keberlanjutan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas, identifikasi masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Belum adanya sistem pemilahan sampah yang baik untuk mengurangi
nilai timbulan sampah di Kota Banjarmasin yang cukup tinggi.
2. Tingkat pelayanan persampahan di Kota Banjarmasin yang hanya
mencapai 50%.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknologi smart waste management membantu proses
pemilahan dan pengolahan sampah di Kota Banjarmasin?
2. Bagaimana teknologi smart waste management mempermudah proses
daur ulang sampah hingga menghasilkan profit?
3. Bagaimana analisis aspek biaya penerapan teknologi smart waste
management pada penanganan sampah di Kota Banjarmasin?
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis solusi alternatif berbasis teknologi untuk mengatasi
permasalahn sampah di Kota Banjasmasin
2. Menganalisis aspek biaya teknologi smart waste management pada
penanganan sampah di Kota Banjarmasin
3. Menganalisis kelayakan penerapan teknologi smart waste management
pada penanganan sampah di Kota Banjarmasin.
1.5 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkaan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.Manfaat bagi penulis: membangun cara berpikir kritis dan analitis terhadap
penerapan suatu perkembangan dalam hal sistem rekayasa dan nilai.

Universitas
6

2. Manfaat bagi akademisi: menambah wawasan dalam hal pengelolaan


sampah berbasis teknologi.
3. Manfaat bagi pemerintah: sebagai salah satu referemsi untuk menerapkan
smart waste management.
1.6 Sistematika Penulisan
 Bab 1 Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.

 Bab 2 Landasan Teori


Bab ini berisikan kajian literatur mengenai rekayasa nilai, fast diagram, teori
smart city dan teknologi pengelolaan sampah

Bab 3 Studi Banding


Bab ini berisikan tentang studi banding pada negara lain seperti Irandia, Denmark
dan Swedia
 Bab 4 Pembahasan
Bab ini membahas tentang desain konseptual dari smart waste management,
informasi mengenai kota Banjarmasin, data timbunan sampah di kota
Banjarmasin, komposisi sampah kota Banjarmasin, kondisi pengolahan sampah,
pemanfaatan sampah, perhitungan initial cost, biaya pengeluaran, perhitungan
revenue, perhitungan benefits, cash flow dan cost ratio
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi intisari dari penelitian sehingga memudahkan pembaca untuk
memahi seluruh isi penulisan ini.

Universitas
7

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Rekayasa Nilai


Rekayasa nilai (value engineering) merupakan pendekatan yang sistematis
dan terorganisir dalam menghasilkan fungsi pada sebuah proyek dengan biaya
terendah. Dalam proses rekayasa nilai, dilakukan substitusi material dan metode
dengan biaya yang lebih rendah namun tanpa mengorbankan mutu, keandalan,
maupun performance dari suatu produk. Rekayasa nilai dapat meningkatkan value
dari sebuah proyek konstruksi dengan memeriksa fungsi dan biaya dari setiap
barang atau elemen. Rekayasa nilai pada sebuah proyek bukan berarti mengurangi
biaya proyek, melainkan lebih kepada optimasi dari setiap elemen proyek.
Rekayasa Nilai (Value Engineering) adalah suatu proses pembuatan
keputusan berbasis multidisiplin yang sistematis dan terstruktur. Melakukan
analisis fungsi untuk mencapai nilai terbaik (best value) sebuah
proyek dengan
mendefinisikan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran nilai (value)
yang diinginkan dan menyediakan fungsi-fungsi tersebut dengan biaya yang
optimum, konsisten dengan kualitas dan kinerja yang dipersyaratkan (Berawi,
2013).
Terdapat 8 fase utama/tahapan dalam melakukan rekayasa nilai yaitu
sebagai berikut:
1. Orientation Phase/Pre-Workshop
Fase ini dilakukan sebelum workshop dilakukan dengan tujuan untuk
memahami kebutuhan yang ingin dijawab, prioritas strategis, dan lingkup, data,
serta informasi dari proyek. Aktivitas yang dilakukan pada fase ini pertama adalah
melakukan pertemuan dengan senior management untuk memahami kebutuhan dan
mendapatkan dukungan. Setelah itu, pengumpulan dokumen proyek, analisis
proyek serupa (benchmarking), review biaya dan jadwal proyek, dan pembagian
informasi kepada anggota tim Value Engineering juga menjadi aktivitas yang
dilakukan pada fase ini.
2. Information Phase
Fase ini bertujuan untuk memahami kondisi eksisting pada proyek serta
batasan dan tantangan yang akan mempengaruhi keputusan nantinya. Pada fase ini

Universitas
8

dilakukan pengumpulan data dan informasi proyek. Informasi atau data proyek
dapat didapatkan melalui site visit, analisa dokumen proyek, gambar proyek,
laporan, dll. Pada fase ini juga dilakukan identifikasi isu prioritas dan pendefinisian
lingkup serta objektif dari proyek secara lebih detil. Aktivitas ini dapat dilakukan
dengan SWOT atau analisa project charter proyek. Selanjutnya dilakukan
benchmarking dengan menggunakan tear down analysis, pareto analysis, dll.
Setelah semua informasi didefinisikan dan dibagikan, fase ini selesai. Setelah fase
ini diharapkan anggota tim memahami proyek yang ingin dievaluasi.
3. Function Analysis Phase
Saat memulai untuk memikirkan cara meningkatkan nilai dari suatu
proyek, penting untuk membagi proyek menjadi fungsi karakteristik. Pada fase ini
dilakukan peninjauan fungsi dari proyek atau apa yang harus dilakukan oleh proyek
yang ditinjau. Pada fase ini, aktivitas yang dilakukan adalah identifikasi fungsi,
mengembangkan model FAST diagram, dan estimasi nilai dari fungsi yang ada.
Keluaran dari fase ini adalah anggota tim memahami lebih dalam mengenai proyek
dan apa yang dilakukan oleh proyek yang ditinjau itu sendiri. Selain itu juga, dapat
diidentifikasi fungsi ataupun objektif yang perlu difokuskan oleh tim.
4. Creative Phase
Pada fase ini, tim dapat dibagi menjadi subkelompok untuk fokus pada
satu atribut/objektif dan cara mencapai objektif tersebut. Dalam fase ini, dieksplor
apakah ada cara yang lebih efektif untuk melakukan fungsi yang sudah
diidentifikasi di fase sebelumnya. Metode yang dapat dipakai untuk menghasilkan
ide pada fase ini termasuk TRIZ, brainstorming, Gordon technique, dll. Dari fase
ini akan dihasilkan beragam ide yang menyediakan cara alternatif untuk melakukan
fungsi untuk meningkatkan nilai dari proyek.
5. Evaluation Phase
Fase evaluasi digunakan untuk mengeliminasi ide yang memiliki potensial
yang tidak cukup baik untuk meningkatkan nilai proyek. Pada sesi ini, dilakukan
kategorisasi ide dan diskusi mengenai biaya proyek serta parameter proyek. Setelah
itu dipilih ide yang akan diprioritaskan untuk dikembangkan dnegan lebih lanjut.
6. Development Phase

Universitas
9

Pada fase ini, ide yang telah dipilih, dikembangkan dengan lebih lanjut
menjadi alternatif fungsi. Alternatif ini dibuat agar mudah dipahami oleh owner
atau stakeholder proyek lainnya. Pada fase ini, dilakukan komparasi hasil studi
dengan parameter sukses yang telah disusun di awal. Setelah itu dilakukan cost-
benefit analysis dan dilakukan penyusunan action plan untuk implementasi ide
nantinya.
7. Presentation Phase
Pada fase ini, ide atau value alternative yang dihasilkan pada workshop
dipresentasikan kepada owner, project stakeholder, dan decision maker. Sebelum
presentasi disiapkan dokumen-dokumen pendukung serta action plan implementasi
ide. Selain itu juga dipersiapkan formal report dari value alternative yang
ditawarkan.
8. Implementation Phase/Post-Workshop
Pada fase ini dipastikan bahwa value alternative yang dipilih
diimplementasikan dan benefit yang diproyeksikan tercapai. Pada fase ini, tim
mereview preliminary report yang menggambarkan hasil dari value alternative.
Kemudian disusun timeframe implementasi dan plan implementasi. Setelah itu
disusun laporan hasil studi yang berisi lessons learned, missed opportunities,
roadblocks, dll.
2.2 Fast Diagram
FAST merupakan anagram dari Function Analysis System Technique,
sebuah tools yang digunakan untuk menganalisis fungsi suatu proyek dalam value
analysis. Dengan FAST Diagram, semua fungsi proyek akan tersusun secara
skematis, dari fungsi utama hingga fungsi turunan. Diagram ini juga melakukan
pembagian antara lingkup desain dan lingkuo konstruksi untuk tercapainya analisis
yang dibuat.
FAST Diagram dapat membantu kita untuk menguji keabsahan fungsi-
fungsi, memastikan kesiapan fungsi untuk dianalisis, mendefinisikan dan
menyederhanakan masalah, mempermudah proses kreatif, serta mendefinisikan
ruang lingkup proyek.
Penyusunan FAST Diagram dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan daftar fungsi-fungsi suati item dengan definisi dua kata
2. Menuliskan setiap fungsi

Universitas
10

3.
4. Menentukan posisi fungsi utama, fungsi tertinggi, fungsi terendah, dan
fungsi sekunder berdasarkan bagaimana fungsi itu dilaksanakan.
2.3 Teori Smart City

2.3.1 Pengertian Smart City


Smart city adalah sebuah impian dari semua kota-kota besar di seluruh
dunia.Konsep smart city sendiri sebenarnya dapat didefiniskan secara luas, bahkan
dapat dikatakan tidak ada definisi yang benar-benar tepat atau absolut. Sebagai
parameter, terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda tentang definisi smart city.
Smart City (kota cerdas) pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari
kawasan perkotaan yang mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan menuju
kepada pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (KSPPN Bappenas, 2013)
2.3.2 Pembagian Smart City
IBM merupakan slah satu perusahaan IT yang mewadahi dan mengenalkan
mengenalkan konsep smart city di seluruh dunia untuk pertama kali. IBM
mengembangkan sebuah konsep smart city yang bernama IBM Smarter Planet dengan
visi interkoneksi, instrumensi dan intelegensi. Smarter planet memiliki arti bahwa bumi
ini harus menjadi sebuah planet yang semakin pintar dengan cara mengembangkan
potensi diri masing-masing dan memanfaatkan beragam teknologi yang ada maupun
yang sedang dikembangakan. Terdapat 3 (Tiga) komponen utama dalam model IBM
tersebut yaitu:
1. Manajemen dan perencanaan
2. Sumberdaya manusia
3. Pengelolaan infrastruktur
The Smart Cities Wheel didasarkan pada 6 (enam) kategori utama, yaitu smart
economy, smart environmental practices, smart governance, smart living, smart
mobility, dan smart people. Dari masing-masih kategori tersebut, Cohen menetapkan 3
(tiga) key drivers (pendorong utama). Selain itu, terdapat pula peneliti perorangan yang
melakukan kajian mengenai smart city, seperti Van Lendegem berikut ini.
1. Smart Economy

Universitas
11

Ekonomi merupakan salah satu pilar penopang daerah/kota/negara.


Pengelolaan ekonomi suatu daerah hendaknya perlu dilakukan dengan lebih baik dan
terkomputerisasi. Implementasi dan penilaian smart city pada bagian (dimensi) smart
economy meliputi dua hal, yakni proses inovasi (innovation) dan kemampuan daya
saing (competitives). Kedua hal tersebut berguna untuk mencapai peningkatan ekonomi
bangsa yang lebih baik dan pintar, sebab inovasi dan kemampuan daya saing merupakan
modal utama untuk kemajuan bangsa serta peningkatan pembangunan sumber daya.
Arah pembangunan sumber daya disuatu wilayah diwujudkan melalui peningkatan
akses, pemerataan, relevansi, dan mutu layanan sosial dasar, peningkatan kualitas dan
daya saing tenaga kerja, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk serta
peningkatan partisipasi masyarakat.
2. Smart People
Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi dalam
mewujudkan smart city. Pada bagian ini terdapat kriteria proses kreatifitas pada diri
manusia dan modal sosial. Berikut kriteria penilaian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan perguruan
tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT seperti penerapan e-learning,
pemanfaatan sistem informasi sekolah/perguruan tinggi, pembelajaran dengan sarana
komputer, penyediaan akses internet untuk sumber informasi/ bahas pembelajaran, dan
lain-lain.
2. Adanya komunitas IT dan komunitas lainnya yang berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi informasi.
3. Adanya peranan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi.
3. Smart Governance
Smart governance merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Adanya kerja sama antara pemerintah
dan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan
yang bersih, jujur, adil, dan demokrasi, serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang
lebih baik. Smart governance terdiri atas tiga bagian sebagai berikut:
1. Keikutsertaan masyarakat di dalam penentuan keputusan secara langsung
maupun online.

Universitas
12

2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik. Implementasi smart city


dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan dengan cara
penyedian sistem informasi berbasis web dan mobile untuk pelayanan publik
(pembuatan KTP, SIM dan lain-lain), penyediaan layanan administrasi
keuangan/pembayaran yang efektif, hemat waktu, dan otomatis (pembayaran listrik, air
dan lain-lain), dan
adanya database yang terstruktur dan tertata baik di dalam penyimpanan data
dan informasi terkait dengan layanan publik.
3. Adanya transparansi di dalam pemerintahan, sehingga masyarakat menjadi
tahu dan cerdas.
4. Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart mobility ini
terdapat proses transportasi dan mobilitas yang cerdas, sehingga diharapkan tercipta
layanan publik untuk transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus
permasalahan umum pada bidang transportasi, misalkan macet, pelanggaran lalu lintas,
polusi dan lain-lain.
5.Smart Environment
Smart Environment merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada bagaimana menciptakan lingkungan yang pintar. Kriteria
penilaian disini mencakup proses kelangsungan dan pengelolaan sumber daya yang
lebih baik. Untuk mewujudkan smart environment perlu adanya beragam terapan
aplikasi dan komputer dalam bentuk sensor network dan wireless sensor network,
jaringan komputer, kecerdasan buatan, database sistem, mobile computing, sistem
operasi, paralel computing, recognition(face recognition, image recognition), image
processing, intellegence transport system, dan beragam teknologi lainnya yang terkait
dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
6.Smart Living
Pada smart living terdapat syarat dan kriteria serta tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup dan budaya yang lebih baik dan pintar. Untuk mewujudkan
smart living, terdapat tiga buah sub bagian yang harus dipenuhi, diataranya sebagai
berikut:

Universitas
13

1. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat dengan


memanfaatkan teknologi informasi seperti penyediaan sarana internet gratis dan sehat
(bebas dari konten pornografi, kekerasan, melalui II-5 sistem filtering/proxy), CCTV
yang terpasang ditempat umum dan lalu lintas untuk menekan jumlah kriminalitas.
2. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi
pariswisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi informasi seperti
adanya sistem informasi geografis untuk pemetaan lokasi objek wisata, proses
pemesanan tiket masuk dan kamar hotel secara online dan mobile.
3. Infrastruktur teknologi informasi yang memadai, sehingga semua fasilitas
dan layanan publik dapat berjalan dengan baik melalui bantuan komputerisasi dan
teknologi informasi seperti tersedianya komputer publik di tempat-tempat umum,
tersedianya jaringan internet yang memadai, tersedianya tenaga IT/SDM yang kompeten

2.4 Smart Waste Management


Menurut Gilpin (1996) waste management merupakan kegiatan pengumpulan,
transportasi, penyimpanan,perlakuan,pemulihan dan pembuangan terhadap limbah
didefinisikan sebagai komprehensif,integrasi, dan pendekatan sistem rasional terhadap
pencapaian dan perawatan kualitas lingkungan dan mendukung pembangunan
berkelanjutan.
The European Environment Information and Observation Network (EIONET
(2006) mendefinisikan waste management adalah dokumen strategis yang disusun yang
bertujuan untuk mencapai tujuan majemen pengelolaan, pencegahan dan dampak
limbah bagi kesehatan dan lingkungan.
Menurut TAM dkk (2007) waste management akan memberikan kontribusi dalam
beberapa hal berikut ini:

1.Penghematan biaya dan optimalisasi profit


2. Mengurangi kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA)
3. Meningkatkan Manajemen sumberdaya
4. Peningkatan Produktifitas dan kreatifitas
Perkembangan teknologi di Indonesia terus eningkat setiap tahunnya, begitu
juga dengan jumlah sampah yang terus mengalami peningkatan. Diperlukan
pembiayaan yang efektif dalam menanggulangi permasalahan sampah yang kritis saat
ini. Hal ini

Universitas
14

disebabkan permasalahan sampah yang cukup pelik di negara berkembang seperti


Indonesia, menimbulkan tingkat polusi yang semakin meningkat. Kemampuan dalam
melakukan efektivitas pada biaya yang dikeluarkan menunjukkan bahwa jumlah sampah
telah berada pada tingkat yang berbeda pada waste hierarchy, yaitu equimarginal
principle (Environment and Growth Economics Defra, 2011). Rekayasa teknologi dapat
menjadi salah satu cara dalam menyelesaikan permasalahan sampah (Prima, 2016).
Penerapan teknologi sebagai upaya menyelesaikan permasalahan sampah
kemudian dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Kustiasih,
Darwati, & Aryenti, 2017). Penerapan teknologi juga dapat menciptakan nilai bagi
sampah tersebut, sehingga kemudian dapat dimanfaatkan menjadi hal yang lebih
berguna (Kedia, 2016). Integrated data science merupakan suatu bentuk integrasi sistem
informasi yang berada pada suatu wilayah untuk memantau proses atau kinerja setiap
bidang.
Konsep dari integrated data science dapat diterapkan dalam manajemen
pengelolaan sampah berbasiskan teknologi. Tempat sampah yang memiliki sensor
ultrasonik dan modul GPS. Sensor menggunakan sonar untuk melakukan pengukuran
jarak antara sensor dengan tempat sampah. Setiap tempat sampah akan mengirim kan
informasi tingkat keterisiannya. Data ini selanjutnya akan disampaikan oleh operator
kepada petugas pengangkut sampah sehingga proses pengangkutan menjadi optimal.
Pada fasilitas pengolahan, sampah ditaruh ke dalam tempat sampah yang memiliki fitur
untuk menyortir sampah berdasarkan jenisnya, pemilahan ini menggunakan teknologi
artificial intelligence (AI).
2.5 Teknologi Pengeolahan Sampah
Teknologi pengolahan sampah pada umumnya dibagi menjadi 3 kategori yaitu
teknologi berbasis pengolahan secara fisik, biologi dan termal.

2.5.1 Pengeolahan sampah berbasis proses fisik


1. Compacting
Salah satu masalah dalam pembuangan sampah adalah massa jenis yang rendah
dari material sehingga dibutuhkan volume yang besar untuk pengumpulan, penanganan
dan pembuangan akhir. Pemadatan dapat menghemat biaya secara signifikan.
Pemadatan dilakukan dengan menghilangkan rongga void dalam struktur sampah.
Ketika sampah dipadatkan, massa jenis akan meningkat akibat deformasi pada struktur
sampah.

Universitas
15

2. Shredding
Shredding atau pencacah merupakan salah satu cara untuk mereduksi ukuran
dari sampah seperti pemotongam, penguraian, penggilingan atau penghancuran.
3. Pulping
Wet pulping merupakan proses yang pada umumnya diaplikasikan dalam
industri pulp dan kertas. Bubur sampah yang dihasilkan memiliki kandungan padatan
sekitar 4%. Bubur sampah yang dihasilkan dapat disentrifuga untuk menghasilkan
materi organik.
4.Granulating
Pada beberapa material seperti botol plastik, energi dan biaya yang besar dari
hammermill tidak menjamin hasil yang diharapkan. Reduksi ukuran dapat dicapai
dengan lebih baik dengan menggunakan granulator yaitu merupakan alat pemotong
dengan kecepatan rendah. Granulator akan efisien secara ekonomi jika plastik yang
dikirimkan dengan jarak yang jauh karena plastik yang tergranulasi memiliki mas jenis
yang lebih tinggi dibandingkan botol yang terkompaksi.
5. Roll crushing
Alat ini digunakan dalam usaha pemulihan dari sumber daya untuk
menghancurkan bahan yang rapuh seperti kaca, meratakan kaleng metal sehingga
memungkinkan untuk dilakukan pemisahan berikutnya dengan screening.

2.5.2 Teknologi Berbasis Proses Biologi


1. Composting
Pengomposan merupakan salah satu elemen dalam strategi pengelolan sampah
yang dapat diaplikasikan terhadap campuran sampah atau sampah spesifik seperti
dedaunan, sampah halaman dan sampah makanan. Empat tahap dasar dalam
pengomposan yaitu persiapan, dekomposisi, pasca proses dan pemasaran.
Pengomposan akan mendegradasi material tanaman yang mudah didegradasi
dan jaringan pada hewan tetapi tidak mengubah banyak senyawa organik yang sulit
didegradasi seperti (kayu, kulit dan polimer) atau senyawa anorganik. Pengomposan
ditujukan untuk menghasilkan produk yang dapat memperbaiki sifat tanah.
Pengomposan dapat dilakukan dengan menggunakan oksigen (aerob) dan tanpa oksigen
(anaerob). Pengomposan aerobik lebih banyak dilakukan karena tidak menimbukan
bau, waktu

Universitas
16

pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat


membunuh bakteri patogen dan telur cacing sehingga kompos yang dihasilkan lebih
higienis.
Proses yang penting dalam pengomposan terdiri dari tahap penerimaan,
menghilangkan kontaminan dan material yang dapat didaur ulang, mereduksi ukuran
bahan dan modifikasi bahan seperti mengatur kadar rasio karbon/nitrogen.
2. Anaerobic Digestion (AD)
AD merupakan teknologi yang dapat menghasilkan energi dari material
organik yang terdapat dalam sampah atau limbah. Pada dasarnya, AD menyediakan
panas yang ideal dan kondisi tanpa oksigen yang memungkinkan mikroorganisme untuk
berkembang baik dan mendekomposisi materi organik menjadi biogas dan digestat yang
merupakan fertiliser yang kaya akan nitrogen (Rawlins dkk, 2013). Biogas dapat
dibakar untuk menghasilkan listrik dan atau panas. Selain itu dapat juga diproses
menjadi biometana tanpa CO2 yang dapat diinjeksikan dalam aliran gas.
3. Landfill Gas Recovery (LFG)
Meskipun teknologi ini bergantung juga pada dekomposisi secara biologi
seperti teknologi anaerobic digestion, LFG tidak mengkondisikan lingkungan untuk
mikroorganisme mencerna bahan organik, tetapi lebih mengambil manfaat pada
kapasitas lingkungan dari landfill (Rawlins dkk, 2013). Landfill mulai menghasilkan gas
setelah sampah masuk dan dapat menyimpan produksi gas sampai 30 tahun setelah
landfill ditutup. Pengeboran pada landfill dengan serangkaian pipa dapat membuat
landfill gas dapat digunkan dan dimanfaatkan seperti biogas.

2.4.3 Teknologi Berbasis Proses Thermal


1. Insenerasi
Panas yang digunakan merupakan panas yang dihasilkan dari pembakaran
sampah untuk memproduksi uap untuk menghasilkan listrik. Teknologi insenerasi dapat
juga dioperasikan dengan mengkombinasikan panas dan energi dengan memperoleh
panas dari sampah untuk mengubah efisiensi proses, atau untuk penggunaan langsung di
pemukiman dan/atau di Industri. Teknologi Insenerasi yang paling umum yaitu moving
grate combustion.

Universitas
17

Potensi teknis pembakaran yang lebih efisien adalah fluidised bed combustion.
Fluidisasi merupakan istilah yang diterapkan pada proses ketika lapisan padatan halus
berubah menjadi kedaan seperti cairan melalui kontak dengan gas yang mengalir ke atas
biasanya udara ketika dibakar. Teknologi ini merupakan proses yang efektif untuk
mengkonversi berbagai bahan baku termasuk bahan baku sampah, walaupun
membutuhkan dana investasi yang lebih besar dibandingkan moving grates.
2. Pirolisis
Pirolisis merupakan teknologi yang menggunakan panas kondisi tanpa oksigen
untuk memecah material organik pada sampah menjadi tiga produk yaitu char padat,
minyak pirolisis dan syngas pirolisis. Proporsi dari setiap output ditentukan dari
karakteristik sampah dan temperatur yang beroperasi pada reaktor pirolisis bervariasi
antara 3000C -8000C (Rawlins dkk, 2013). Pada umumnya semakin panas proses, maka
semakin banyak syngas yang diproduksi dengan mengorbankan jumlah minyak pirolisis
yang dihasilkan. Output ini dapat digunakan untuk bahan bakar turbin uap sehingga
menghasilkan listrik atau digunakan sebagai bahan bakar lain.
3. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan teknologi dengan oksidasi materi organik yang ada di
sampah secara pasial. Gasifikasi mengacu pada pemanasan tingkat tinggi dari sampah
yang mengandung material karbon kemudian diubah menjadi syngas. Pada proses
gasifikasi, mayoritas karbon dan hidrogen pada sampah dikonversi menjadi syngas,
menyisakan sejumlah residu padat berupa abu atau char. Kualitas dari syngas sangat
bergantung pada apakah bahan baku gasifikasi dengan oksigen murni menghasilkan
nilai kalor syngas yang lebih tinggi atau menghasilkan nilai kalor yang lebih rendah jika
dengan udara. Reaktor gasifikasi beroperasi antara 7000C-14000C dengan gasifikasi
oksigen murni memiliki kecenderungan yang lebih tinggi (Rawlins dkk, 2013).
Temperatur yang lebih tinggi memiliki keuntungan untuk melelehkan abu dari
material anorganik pada sampah untuk memproduksi slag yang merupakan bahan inert
yang dapat dijadikan bahan konstruksi.

Universitas
18

BAB 3
STUDI BANDING

3.1 Sensor Keterisian Tempat Sampah di Bandara Dublin


Pengelola bandara Dublin meluncurkan sistem pengumpulan sampah cerdas
di Bandara Dublin. Inisiatif ini dilakukan dengan Bantian Ecube Labs dan ESE
World sebagau produsen penyimpanan sementara untuk limbah.

Gambar 3.1 Tempat Sampah di Bandara Dublin


Sumber: EcubeLabs.com
Bandara Dublin membeli sejumlah 300 sensor tempat sampah yang
berfungsi meninjau timbulan sampah dan daur ulangnya. Pada pelaksanaannya,
digunakan juga pemanfaatan algoritma cerdas yang membantu operator di bandara
untuk mengoptimalkan waktu pengumpulan sampah didasari dari akses ke data
real-time dan proyeksi tingkat keterisian. Adanya penerapan solusi ini telah
membantu Bandara Dublin untuk menghemat biaya sebesar 90%. Pasalnya,
bandara yang sebelumnya perlu mengumpulkan 840 kontainer sampah per hari
kini hanya perlu pengumpulkan 80 kontainer sehari akibat optimasi yang
dilakukan.
Selain mengoptimasi jadwal pengosongan tempat sampah, sensor yang
berada dalam tempat sampah juga membantu untuk memilah atau membedakan
jenis-jenis sampah. Hal ini dapat mempermudah pemantauan terhadap proses daur
ulang agar lebih efisien.
3.2 Studi Banding Konversi Sampah Menjadi Energi di Copenhagen
Kota Copenhagen menambahkan salah satu aspek lainnya terkait energi
terbarukan, yakni sebuah resor ski buatan manusia bernama Amager Bakke.
Lereng ski ini akan berada di atas pembangkit listrik tenaga sampah bertenaga

Universitas
19

60-megawatt yang berbahan bakar sampah dari kota. Pembangkit listrik ini
memproduksi panas yang dapat digunakan oleh 160.000 rumah tangga dan listrik
untuk 62.500 penduduk.

Gambar 3.2 Amage Bakke


Sumber: Artelia.com
Gabungan pembangkit listrik dan panas bertenaga sampah ini mampu
mengolah lebih dari 400.000-ton limbah setiap tahunnya. Kondensasi gas buang
dan pompa panas akan dibuat untuk mengoptimalkan produksi panas. Total
energi bersih yang dihasilkan oleh Amager Bakke akan mencapai 107%, dan
akan menjadi salah satu fasilitas pengkonversi limbah menjadi energi terbesar di
dunia.
3.3 Upaya Swedia Mengonversi Sampah Organik Menjadi Pupuk
Dalam usaha Swedia mengurai sampah makanan, Swedia menggunakan
pendekatan biologis berupa dekomposisi anaerobik guna mengubah limbah
makanan menjadi pupuk. Hingga Mei 2011, 154 dari 290 kotamadya Swedia
yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan sampah telah mengembangkan
sistem pengumpulan sampah makanan dengan motif untuk digunakan sebagai
energi atau pengolahan biologis. Manajemen Limbah Swedia, Avfall Sverige,
mencatat bahwa pada tahun 2012, Swedia mengubah 673.180 ton sampah
menjadi pupuk. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada 2012, 15,3 persen
dari semua limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga diolah secara biologis.
Bahkan, sejak tahun 2021, Swedia mengimport sampah organic dari
negara-negara tetangganya, seperti Norwegia. Swedia berhasil mengumpulkan
800.000 ton limbah setiap tahunnya dan mengubahnya menjadi pupuk kompos
serta biogas.

Universitas
20

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Desain Konseptual

Gambar 4.1 FAST Diagram Smart Waste Management


Tempat sampah yang terletak di tempat umum seperti pasar tradisional, pusat
perniagaan, atau fasilitas publik dirancang untuk mengumpulkan tingkat ketirisian dan
geo-lokasi. Tempat sampah ini memiliki sensor ultrasonik dan modul GPS. Sensor
menggunakan teknologi sonar untuk melakukan pengukuran jarak antara sensor dengan
sampah. Sensor terdiri dari emiter yang mengirimkan sinyal suara dan penerima yang
mendeteksi suara tersebut berdasarkan pantulannya. Jarak dapat ditentukan dengan
mengukur waktu antara pemancaran dan penerimaan pantulan suara.
Setiap tempat sampah akan mengirim tingkat keterisiannya yang kemudian
terbaca oleh operator dalam kode warna. Warna hijau menandakan tempat sampah
kosong hingga sedikit terisi, warna kuning menandakan tempat sampah terisi sebagian,
dan warna merah menandakan tempat sampah hampir penuh. Data keterisian beserta
geo- lokasi dari tempat sampah kemudian disampaikan oleh operator kepada petugas
pengangkut sampah sehingga rute pengumpulan sampah menjadi optimal.

Universitas
21

Gambar 4.2 Alur Kerja Tempat Sampah dengan Sensor


Sampah yang berasal dari tempat umum dan rumah tangga kemudian diangkut
menuju fasilitas pengolahan sampah. Pada fasilitas pengolahan, sampah ditaruh ke
dalam tempat sampah yang memiliki fitur untuk menyortir sampah berdasarkan jenisnya
agar lebih mudah untuk diproses. Pemilahan ini menggunakan teknologi artificial
intelligence (AI) dimana kamera akan mengenali sampah berdasarkan jenisnya untuk
kemudian dimasukkan ke dalam kompartemen masing-masing. Model AI mampu
menghafal item sampah baru dan mengkategorikannya berdasarkan kemiripannya
dengan item yang sudah dikenali. Dengan cara ini, kategori sampah dapat diperluas
tanpa pelatihan tambahan. Sampah kemudian dikompresi agar tempat sampah dapat
memuat lebih banyak sampah.

Gambar 4.3 Alur Kerja Tempat Pemilahan Sampah


Sumber: bine.world
Sampah anorganik yang telah dipilah dipisahkan menjadi sampah yang dapat
didaur ulang dan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Sampah anorganik yang tidak
dapat didaur ulang diangkat ke dalam ruang bakar tungku dengan teknologi
reciprocating grate. Teknologi ini mampu mengolah 100 ton sampah per hari. Gas
buang panas hasil dari pembakaran sampah, digunakan untuk mengkonversi air dalam
boiler menjadi uap panas untuk memutar turbin.

Universitas
22

Turbin terhubung ke generator yang mengubah energi menjadi listrik.


Pembakaran 1ton sampah dapat menghasilkan sekitar 110 kwh listrik. Setelah sampah
dibakar, 17-20 persen akan tertinggal sebagai Fly Ash Bottom Ash (FABA). Sekitar 10-
15 kg logam dapat didaur ulang dari setiap 200 kg FABA. Sisanya dapat digunakan
sebagai agregat untuk material perkerasan jalan, campuran beton, atau produk paving
block.

Gambar 4.4 Alur Konversi Sampah menjadi Energi Listrik


Sumber: www.energycouncil.com.au
Sampah organik yang telah dipilah akan diproses menjadi pupuk kompos.
Proses dimulai dengan menggunakan alat pemisah pres ulir untuk mengurangi kadar air
dari sampah organik. Selanjutnya sampah diaduk dan diayak dengan mesin pengayak
getar. Setelah itu sampah dimasukkan ke dalam bak untuk pre-rotting limbah sebelum
selanjutnya dilakukan proses komposting. Setiap harinya, dapat diolah 18 ton sampah
yang menghasilkan 3 ton pupuk kompos.

Universitas
23

Gambar 4.5 Alur Konversi Sampah menjadi Pupuk Kompos


Sumber: Bruni et al (2020)
4.2 Lokasi Pilihan
4.2.1 Kota Banjarmasin (Jumlah Penduduk, Luas Kota)
Kota Banjarmasin berada hampir di tengah-tengah Indonesia yaitu di Pulau
Kalimantan dengan koordinat antara 3° 16’ 46’’ sampai dengan 3° 22’ 54’’ Lintang
Selatan dan 114° 31’ 40’’ sampai dengan 114° 39’ 55’’ Bujur Timur. Kota Banjarmasin
berada di ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut dan kemiringan tanah
sebesar 0,13%. Luas wilayah Kota Banjarmasin adalah sebesar 98,46 km2 yaitu sekitar
0,26% dari luas total Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif Kota
Banjarmasin terdiri atas lima kecamatan yaitu Banjarmasin Barat, Banjarmasin Selatan,
Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Timur, dan Banjarmasin Utara dengan total memiliki
52 kelurahan.
4.2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin
Optimasi sistem smart waste management sangat berkaitan dengan
pertumbuhan jumlah penduduk sebagai salah satu variabel utama yang menimbulkan
peningkatan timbulan sampah. Oleh karena itu, dalam perancangan sistem smart waste
management Kota Banjarmasin dilakukan proyeksi jumlah penduduk pada kota
Banjarmasin hingga tahun 2040 dengan tujuan agar optimasi sistem memiliki unsur
keberlanjutan.

4.2.2.1 Penentuan Metode Proyeksi


Proyeksi penduduk kota Banjarmasin dilakukan dengan komparasi terhadap 3
metode pendekatan yaitu aritmatik, geometrik dan eksponensial. Data acuan yang
digunakan merupakan data jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk kota
Banjarmasin pada rentang tahun 2009 hingga 2019 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Aktual Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin 2009-2019

Universitas
24

Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa %
2009 638902 - -
2010 628199 -10703 -1.70
2011 637873 9674 1.52
2012 647403 9530 1.47
2013 656778 9375 1.43
2014 666223 9445 1.42
2015 675440 9217 1.36
2016 684183 8743 1.28
2017 692793 8610 1.24
2018 700869 8076 1.15
2019 708606 7737 1.09
Jumlah 7337269 69704 10.26
Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka 2020
1. Metode Aritmatik
Metode aritmatik seringkali digunakan pada kondisi ini dapat terjadi pada kota
dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah,
dan perkembangan kota tidak terlalu pesat secara matematis (Novi Yanti
Kimsan, 2005). Berikut ini merupakan hasil proyeksi penduduk Kota
Banjarmasin dengan metode aritmatik.
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin 2009-2019 Metode Aritmatik
Standar
Tahun Ka Jumlah Penduduk (Pn)
Deviasi
2009 6970.4 638,902 0.000
2010 6970.4 645,872 8836.700
2011 6970.4 652,843 7484.900
2012 6970.4 659,813 6205.100
2013 6970.4 666,784 5002.800
2014 6970.4 673,754 3765.500
2015 6970.4 680,724 2642.200
2016 6970.4 687,695 1755.900
2017 6970.4 694,665 936.100
2018 6970.4 701,636 383.300
2019 6970.4 708,606 0.000
Ka 6970.4
Standar Deviasi Total 3364.773
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
25

Proyeksi Penduduk Aritmatik


720000
700000
680000 y = 0.82 82x + 1213 17

Penduduk Proyeksi
660000
R²= 0.968
640000
620000
620000640000660000680000700000720000

Penduduk Aktual

Grafik 4.1 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin Metode Aritmatik


Sumber: Pengolahan Penulis,2021
2. Metode Geometrik
Metode geometri seringkali digunakan pada wilayah yang menunjukan
peningkatan jumlah penduduk secara pesat dari waktu ke waktu. Berikut ini
merupakan hasil proyeksi penduduk Kota Banjarmasin dengan metode
geometrik.
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin 2009-2019 Metode Geometrik
Tahun n rg Jumlah Penduduk (Pn) Standar Deviasi
2009 0 0.01041 638902 0.000
2010 1 0.01041 645552 8676.555
2011 2 0.01041 652271 7199.220
2012 3 0.01041 659061 5828.854
2013 4 0.01041 665921 4571.322
2014 5 0.01041 672852 3314.491
2015 6 0.01041 679855 2207.734
2016 7 0.01041 686932 1374.424
2017 8 0.01041 694082 644.442
2018 9 0.01041 701306 218.672
2019 10 0.01041 708606 0.000
rg 0.01041
Standar Deviasi 3094.156
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
26

Proyeksi Penduduk Geometrik


720000
710000 y = 0.8291x + 120 171

Penduduk Proyeksi
700000 R² = 0.9702
690000
680000
670000
660000
650000
640000
630000
620000
640000 660000 680000 700000 720000
Penduduk Aktual

Grafik 4.2 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin Metode Geometrik


Sumber: Pengolahan Penulis,2021
3. Metode Eksponensial
Metode terakhir yang digunakan untuk mengetahui proyeksi penduduk Kota
Banjarmasin adalah metode eksponensial. Berikut ini merupakan hasil
prooyeksi penduduk Kota Banjarmasin dengan metode eskponensial.
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin 2009-2019 Metode
Eksponensial
Tahun n re e^rt Jumlah Penduduk (Pn) Standar Deviasi
2009 0 0.010355 1 638902 0.000
2010 1 0.010355 1.010409 645552 8676.555
2011 2 0.010355 1.020926 652271 7199.220
2012 3 0.010355 1.031552 659061 5828.854
2013 4 0.010355 1.042289 665921 4571.322
2014 5 0.010355 1.053138 672852 3314.491
2015 6 0.010355 1.0641 679855 2207.734
2016 7 0.010355 1.075176 686932 1374.424
2017 8 0.010355 1.086367 694082 644.442
2018 9 0.010355 1.097674 701306 218.672
2019 10 0.010355 1.1091 708606 0.000
re 0.010354858
Standar Deviasi 3094.156
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
27

Proyeksi Penduduk Eksponen


720000
710000 y = 0.8291x + 120171
700000
Penduduk Proyeks R² = 0.9702
690000
680000
670000
660000
650000
640000
630000
620000

640000 660000 680000 700000 720000


Penduduk Aktual

Grafik 4.3 Proyeksi Penduduk Kota Banjarmasin Metode Eksponensial


Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Penentuan metode proyeksi yang akan digunakan untuk memproyeksikan
jumlah penduduk Kota Banjarmasin di tahun-tahun yang akan datang didasarkan pada
standar deviasi dan/atau koefisien korelasi (R2). Metode proyeksi yang digunakan
adalah metode yang memiliki koefisien korelasi (R2) paling mendekati 1 atau proyeksi
dengan nilai standar deviasi paling kecil. Sehingga, metode proyeksi yang akan
digunakan adalah metode proyeksi geometrik karena merupakan metode yang dianggap
menyerupai karakteristik kondisi eksisting dan pola pertumbuhan penduduk pada Kota
Banjarmasin.

4.2.2.2 Perhitungan Penduduk Kota Banjarmasin


Perhitungan penduduk hingga tahun 2040 menggunakan metode geometrik
berdasarkan data aktual penduduk Kota Banjarmasin bedasarkan persebaran kecamatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Aktual dan Perhitungan Koef Setiap Kecamatan
Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin
Tahun
Selatan Timur Barat Tengah Utara
2009 153012 120476 152536 116714 96164
2010 146068 111318 143461 91700 132934
2011 148230 112633 145366 91248 137513
2012 151175 115147 146448 93167 142092
2013 153254 116726 147482 93660 145656
2014 155505 118429 148640 94207 149442
2015 157678 120062 149732 94750 153218
2016 159741 121611 150693 95206 156932
2017 161773 123135 151600 95625 160659

Universitas
28

2018 163682 124565 152367 95950 164305


2019 164070 123199 139569 92786 150391
- -
rg 0.007002082 0.002237537 0.008844806 0.022681882 0.045733288
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Hingga Tahun 2040 Berdasarkan Kecamatan

Tahun Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin


Selatan Timur Barat Tengah Utara
2019 164070 123199 139569 92786 150391
2020 165219 123475 138335 90682 157269
2021 166368 123751 137101 88577 164147
2022 167517 124026 135866 86473 171025
2023 168666 124302 134632 84368 177903
2024 169815 124578 133397 82264 184781
2025 170963 124853 132163 80159 191659
2026 172112 125129 130928 78055 198537
2027 173261 125405 129694 75950 205414
2028 174410 125680 128459 73845 212292
2029 175559 125956 127225 71741 219170
2030 176708 126232 125990 69636 226048
2031 177856 126507 124756 67532 232926
2032 179005 126783 123522 65427 239804
2033 180154 127059 122287 63323 246682
2034 181303 127334 121053 61218 253560
2035 182452 127610 119818 59114 260437
2036 183601 127886 118584 57009 267315
2037 184749 128161 117349 54904 274193
2038 185898 128437 116115 52800 281071
2039 187047 128713 114880 50695 287949
2040 188196 128988 113646 48591 294827
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
29

Proyeksi Penduduk Kec. Banjarmasin Selatan


2019 - 2040
190000
185000
180000
Jumlah penduduk (jiwa)
175000 R² = 1
170000
165000
160000
20162021202620312036

2041
Tahun

Grafik 4.4 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banjarmasin Selatan


Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Proyeksi Penduduk Kec. Banjarmasin Timur


2019 - 2040
130000
129000
128000
Jumlah penduduk (jiwa)

127000
126000 R² = 1
125000
124000
123000
122000
20162021202620312036

2041
Tahun

Grafik 4.5 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banjarmasin Timur


Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
30

Proyeksi Penduduk Kec. Banjarmasin Barat 2019 - 2040


160000
140000
120000
100000
Jumlah Penduduk (jiwa)
80000
60000
40000 R² = 1
20000
0
20162021202620312036

2041
Tahun

Grafik 4.6 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banjarmasin Barat


Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Proyeksi Penduduk Kec. Banjarmasin Tengah 2019 - 2040


100000
90000
80000
70000
60000
Jumlah Penduduk (jiwa)

50000
40000
30000
20000
10000
0 R² = 1
201620212026203120362041
Tahun

Grafik 4.7 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banjarmasin Tengah


Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
31

Proyeksi Penduduk Kec. Banjarmasin Utara 2019 - 2040


350000
300000
250000
200000
Jumlah Penduduk (jiwa)
150000
100000 R² = 1

50000
0
2016
2021 2026 2031 2036 2041
Tahun

Grafik 4.8 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banjarmasin Utara


Sumber: Pengolahan Penulis,2021
4.2.3 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banjarmasin
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah
Perkotaan, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat
dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau
perpanjang jalan. Standar dan kriteria timbulan sampah diatur dalam SNI 19-3983-1995
tentang “Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di
Indonesia” yang berisi standar volume serta berat timbulan sampah berdasarkan
klasifikasi kota baik kota sedang maupun kota kecil dan standar volume serta berat
sampah yang dihasilkan dengan berdasarkan beberapa jenis sumber sampah. Berikut
merupakan data aktual, perhitungan timbulan sampah total (kg/orang/hari) dan proyeksi
dari timbulan sampah Kota Banjarmasin untuk setiap kecamatan.
Tabel 4.7 Perhitungan Standar Timbulan Sampah Kota Banjarmasin

Volume Timbulan
Jumlah Berat Sampah
No. Kecamatan Sampah Sampah Total
Penduduk (kg/hari)
(m3/hari) (kg/orang/hari)
1 Banjarmasin Selatan 165219 130735.816 683 0.791288023
2 Banjarmasin Timur 123475 97704.289 520 0.791288023
3 Banjarmasin Barat 138335 109462.829 653 0.791288023
4 Banjarmasin Tengah 90682 71755.581 414 0.791288023
5 Banjarmasin Utara 157269 124445.076 657 0.791288023
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
32

Tabel 4.8 Proyeksi Timbulan Sampah Banjarmasin Selatan


Banjarmasin Selatan
Standar Proyeksi
Jumlah
Tahun Timbulan Timbulan
Penduduk
(kg/o/hari) (kg/hari)
2019 164070 0.79129 129826.6
2020 165219 0.79129 130735.8
2021 166368 0.79129 131645.0
2022 167517 0.79129 132554.2
2023 168666 0.79129 133463.4
2024 169815 0.79129 134372.6
2025 170963 0.79129 135281.0
2026 172112 0.79129 136190.2
2027 173261 0.79129 137099.4
2028 174410 0.79129 138008.5
2029 175559 0.79129 138917.7
2030 176708 0.79129 139826.9
2031 177856 0.79129 140735.3
2032 179005 0.79129 141644.5
2033 180154 0.79129 142553.7
2034 181303 0.79129 143462.9
2035 182452 0.79129 144372.1
2036 183601 0.79129 145281.3
2037 184749 0.79129 146189.7
2038 185898 0.79129 147098.9
2039 187047 0.79129 148008.1
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.9 Proyeksi Timbulan Sampah Banjarmasin Timur
Banjarmasin Timur

Standar Proyeksi
Jumlah
Tahun Timbulan Timbulan
Penduduk
(kg/o/hari) (kg/hari)
2019 123199 0.79129 97485.9
2020 123475 0.79129 97704.3
2021 123751 0.79129 97922.7
2022 124026 0.79129 98140.3
2023 124302 0.79129 98358.7
2024 124578 0.79129 98577.1
2025 124853 0.79129 98794.7
2026 125129 0.79129 99013.1
2027 125405 0.79129 99231.5
2028 125680 0.79129 99449.1
2029 125956 0.79129 99667.5
2030 126232 0.79129 99885.9

Universitas
33

2031 126507 0.79129 100103.5


2032 126783 0.79129 100321.9
2033 127059 0.79129 100540.3
2034 127334 0.79129 100757.9
2035 127610 0.79129 100976.3
2036 127886 0.79129 101194.7
2037 128161 0.79129 101412.3
2038 128437 0.79129 101630.7
2039 128713 0.79129 101849.1
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.10 Proyeksi Timbulan Sampah Banjarmasin Barat
Banjarmasin Barat
Standar Proyeksi
Jumlah
Tahun Timbulan Timbulan
Penduduk
(kg/o/hari) (kg/hari)
2019 139569 0.79129 110439.3
2020 138335 0.79129 109462.8
2021 137101 0.79129 108486.4
2022 135866 0.79129 107509.1
2023 134632 0.79129 106532.7
2024 133397 0.79129 105555.4
2025 132163 0.79129 104579.0
2026 130928 0.79129 103601.8
2027 129694 0.79129 102625.3
2028 128459 0.79129 101648.1
2029 127225 0.79129 100671.6
2030 125990 0.79129 99694.4
2031 124756 0.79129 98717.9
2032 123522 0.79129 97741.5
2033 122287 0.79129 96764.2
2034 121053 0.79129 95787.8
2035 119818 0.79129 94810.5
2036 118584 0.79129 93834.1
2037 117349 0.79129 92856.9
2038 116115 0.79129 91880.4
2039 114880 0.79129 90903.2
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.11 Proyeksi Timbulan Sampah Banjarmasin Tengah
Banjarmasin Tengah
Standar Proyeksi
Jumlah
Tahun Timbulan Timbulan
Penduduk
(kg/o/hari) (kg/hari)
2019 92786 0.79129 73420.5
2020 90682 0.79129 71755.6
2021 88577 0.79129 70089.9

Universitas
34

2022 86473 0.79129 68425.0


2023 84368 0.79129 66759.4
2024 82264 0.79129 65094.5
2025 80159 0.79129 63428.9
2026 78055 0.79129 61764.0
2027 75950 0.79129 60098.3
2028 73845 0.79129 58432.7
2029 71741 0.79129 56767.8
2030 69636 0.79129 55102.1
2031 67532 0.79129 53437.3
2032 65427 0.79129 51771.6
2033 63323 0.79129 50106.7
2034 61218 0.79129 48441.1
2035 59114 0.79129 46776.2
2036 57009 0.79129 45110.5
2037 54904 0.79129 43444.9
2038 52800 0.79129 41780.0
2039 50695 0.79129 40114.3
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.12 Proyeksi Timbulan Sampah Banjarmasin Utara
Banjarmasin Utara

Standar Proyeksi
Jumlah
Tahun Timbulan Timbulan
Penduduk
(kg/o/hari) (kg/hari)
2019 150391 0.79129 119002.6
2020 157269 0.79129 124445.1
2021 164147 0.79129 129887.6
2022 171025 0.79129 135330.0
2023 177903 0.79129 140772.5
2024 184781 0.79129 146215.0
2025 191659 0.79129 151657.5
2026 198537 0.79129 157100.0
2027 205414 0.79129 162541.6
2028 212292 0.79129 167984.1
2029 219170 0.79129 173426.6
2030 226048 0.79129 178869.1
2031 232926 0.79129 184311.6
2032 239804 0.79129 189754.0
2033 246682 0.79129 195196.5
2034 253560 0.79129 200639.0
2035 260437 0.79129 206080.7
2036 267315 0.79129 211523.2
2037 274193 0.79129 216965.6
2038 281071 0.79129 222408.1
2039 287949 0.79129 227850.6
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
35

4.2.4 Komposisi Sampah Kota Banjarmasin


Berdasarkan data yang diperoleh dari Sistem Informasi Pengelolahan Sampah
Nasional 2018, berikut merupakan gambaran komposisi sampah di Kota Banjarmasin:

Grafik 4.9 Persentase Komposisi Sampah Kota Banjarmasin Tahun 2018


Sumber: Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional 2018

Grafik 4.10 Persentase Sampah Organik dan Anorganik Kota Banjarmasin


Sumber: Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional 2018

Universitas
36

Grafik 4.11 Persentase Sumber Timbulan Sampah Kota Banjarmasin


Sumber: Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional 2018
4.2.5 Kondisi Pengelolahan Sampah Excisting
Berikut merupakan kondisi pengelolahan sampah excisting yang
dikelompokkan kedalam beberapa aspek tinjauan:

4.2.5.1 Aspek Organisasi/Lembaga/Institusi


Pengelolaan persampahan di Kota Banjarmasin diatur dalam Peraturan Daerah
Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan Dan Pertamanan. Pada Perda tersebut disebutkan dalam Bab
III tentang Hak Dan Kewajiban Pasal 11 menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah
berkewajiban menyelenggarakan pengelolaan sampah dan pertamanan dan berhak
memungut retribusi. Pemerintah Kota Banjarmasin dalam melaksanakan tugas terkait
pasal tersebut dibantu oleh dinas-dinas terkait sesuai kebutuhan dan ini diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Banjarmasin. Pada pasal 3 perda tersebut terutama poin
d dicantumkan perangkat daerah yang dibentuk dan salah satunya adalah Dinas
Kebersihan dan Pertamanan.

4.2.5.2 Aspek Teknis dan Operasional


1. Pengumpulan Sampah
Pada kota Banjarmasin, terdapat 2 jenis TPS yang digunakan yakni TPS 3R
dan TPST. TPS 3R adalah TPS yang menerapkan prinsip reduce, reuse,
recycle mulai dari menjemput sampah dari tiap rumah, memilah sampah,
hingga mengolah sampah menjadi lebih bernilai ekonomis. Sedangkan TPST
adalah
Universitas
37

tempat dilakukan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran


ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Kota Banjarmasin memiliki
10 TPS 3R yang dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) serta 1
TPS 3R, 3 TPST, 1 Rumah Cacah, dan 1 Rumah Kompos yang dikelola oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin (Departemen
Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, 2020).
2. Pemisahan, Prosesing, dan Transformasi Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat terdapat pada Pasal 15 Perda Kota Banjarmasin
Nomor 21 tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan
Pertamanan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan cara TPST, sanitary
landfill, incinerator untuk limbah padat medis di rumah sakit, dan cara lain
dengan memperhatikan keselamatan lingkungan. Pengelolaan ini berdasarkan
karakteristik, komposisi, dan jumlah limbah padat. Limbah padat yang
dikumpulkan menghasilkan air lindi yang dapat mencemari lingkungan dan
berdampak buruk bagi kesehatan. Air lindi tersebut harus diolah oleh unit
pelaksana teknis di TPA (Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin, 2020).
3. Pemindahan (Transport)
Pada 2018, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin memiliki armada
pengangkut sampah sebanyak 60 unit, terdiri dari 34 unit truk sampah (dump
truck), 19 unit jenis pick up, dan sisanya yaitu angkutan sampah jenis Tossa
atau gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari sumber sampah.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
memberi pedoman yang mencakup pelayanan minimal untuk pengelolaan sampah
secara umum dalam wilayah permukiman dan perkotaan. Khusus untuk
pengangkutan, dicantumkan bahwa jenis alat angkut mempengaruhi pelayanan,
sebagai berikut.
- Truk sampah dengan kapasitas 6 m3 dapat melayani pengangkutan untuk
700-1000 Kartu Keluarga (KK) sedangkan kapasitas 8 m3 dapat melayani
1500-2000 KK, dengan frekuensi 2-3/hari.
- Arm roll truck dengan container 8m3 dapat melayani 2000-3000 KK,
dengan frekuensi 3-5 hari
- Compactor truck dengan kapasitas 8m3 dapat melayani 2500 KK

Universitas
38

Tabel 4.13 Kapasitas Alat Angkur

Sumber: Penganggaran,2019
4. Pemrosesan
Akhir
Pengangkutan sampah di Kota Banjarmasin berakhir di TPA Basirih yang
terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan. TPA Basirih ini memiliki luas
sekitar 40 hektare dengan daya tampung sampah (volume) sekitar 2.340.000
m3, Terdapat beberapa fasilitas yang ada di TPA Basirih seperti jembatan
timbang, IPL (Instalasi Pengolahan Lindi), instalasi gas metan, kantor
pengelola UPTD TPA Basirih, pos jaga dan pos timbang, pencucian mobil,
kebun bibit, kantor kebun bibit, garasi, gudang, pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM)/sekolah pemulung, TPA organik, dan perumahan
karyawan. Kemudian terdapat 9 unit alat berat di TPA Basirih yaitu lima unit
excavator, serta masing-masing dua unit buldozer dan satu loader.
4.2.6 Potensi Pemanfaatan Sampah Kota Banjarmasin
Pada tahun 2019 tercatat bahwa tingkat pelayanan persampahan di Kota
Banjarmasin hanya 50% hal ini berarti berdasarkan proyeksi 265087 kg sampah tidak
terkelola dan dimanfaatkan dengan baik. Kondisi ini lah yang menjadi sebuah potensi
ekonomi dari penerapan sistem smart waste management. Berikut merupakan
persentase dari sampah organik dan anorganik pada setiap kecamatan:
Tabel 4.14 Potensi Sampah Organik dan Anorganik Banjarmasin Selatan
Banjarmasin Selatan

Proyeksi Sampah Sampah


Tahun Timbulan Organik Anorganik
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
2019 129826.6 77895.98 51930.7
2020 130735.8 78441.49 52294.3
2021 131645.0 78987.00 52658.0
2022 132554.2 79532.52 53021.7

Universitas
39

2023 133463.4 80078.03 53385.4


2024 134372.6 80623.55 53749.0
2025 135281.0 81168.58 54112.4
2026 136190.2 81714.10 54476.1
2027 137099.4 82259.61 54839.7
2028 138008.5 82805.13 55203.4
2029 138917.7 83350.64 55567.1
2030 139826.9 83896.15 55930.8
2031 140735.3 84441.19 56294.1
2032 141644.5 84986.71 56657.8
2033 142553.7 85532.22 57021.5
2034 143462.9 86077.74 57385.2
2035 144372.1 86623.25 57748.8
2036 145281.3 87168.76 58112.5
2037 146189.7 87713.80 58475.9
2038 147098.9 88259.32 58839.5
2039 148008.1 88804.83 59203.2
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.15 Potensi Sampah Organik dan Anorganik Banjarmasin Timur
Banjarmasin Timur
Proyeksi Sampah Sampah
Tahun Timbulan Organik Anorganik
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
2019 97485.9 58491.54 38994.4
2020 97704.3 58622.57 39081.7
2021 97922.7 58753.61 39169.1
2022 98140.3 58884.17 39256.1
2023 98358.7 59015.21 39343.5
2024 98577.1 59146.25 39430.8
2025 98794.7 59276.81 39517.9
2026 99013.1 59407.85 39605.2
2027 99231.5 59538.88 39692.6
2028 99449.1 59669.45 39779.6
2029 99667.5 59800.48 39867.0
2030 99885.9 59931.52 39954.3
2031 100103.5 60062.08 40041.4
2032 100321.9 60193.12 40128.7
2033 100540.3 60324.16 40216.1
2034 100757.9 60454.72 40303.1
2035 100976.3 60585.76 40390.5
2036 101194.7 60716.80 40477.9
2037 101412.3 60847.36 40564.9
2038 101630.7 60978.40 40652.3
2039 101849.1 61109.43 40739.6
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

Universitas
40

Tabel 4.16 Potensi Sampah Organik dan Anorganik Banjarmasin Barat


Banjarmasin Barat
Proyeksi Sampah Sampah
Tahun Timbulan Organik Anorganik
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
2019 110439.3 66263.57 44175.7
2020 109462.8 65677.70 43785.1
2021 108486.4 65091.83 43394.6
2022 107509.1 64505.48 43003.7
2023 106532.7 63919.61 42613.1
2024 105555.4 63333.27 42222.2
2025 104579.0 62747.40 41831.6
2026 103601.8 62161.05 41440.7
2027 102625.3 61575.19 41050.1
2028 101648.1 60988.84 40659.2
2029 100671.6 60402.97 40268.6
2030 99694.4 59816.63 39877.8
2031 98717.9 59230.76 39487.2
2032 97741.5 58644.89 39096.6
2033 96764.2 58058.54 38705.7
2034 95787.8 57472.67 38315.1
2035 94810.5 56886.33 37924.2
2036 93834.1 56300.46 37533.6
2037 92856.9 55714.11 37142.7
2038 91880.4 55128.25 36752.2
2039 90903.2 54541.90 36361.3
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.17 Potensi Sampah Organik dan Anorganik Banjarmasin Tengah
Banjarmasin Tengah
Proyeksi Sampah Sampah
Tahun Timbulan Organik Anorganik
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
2019 73420.5 44052.27 29368.2
2020 71755.6 43053.35 28702.2
2021 70089.9 42053.95 28036.0
2022 68425.0 41055.03 27370.0
2023 66759.4 40055.63 26703.8
2024 65094.5 39056.71 26037.8
2025 63428.9 38057.31 25371.5
2026 61764.0 37058.39 24705.6
2027 60098.3 36059.00 24039.3
2028 58432.7 35059.60 23373.1
2029 56767.8 34060.68 22707.1
2030 55102.1 33061.28 22040.9
2031 53437.3 32062.36 21374.9
2032 51771.6 31062.96 20708.6

Universitas
41

2033 50106.7 30064.04 20042.7


2034 48441.1 29064.64 19376.4
2035 46776.2 28065.72 18710.5
2036 45110.5 27066.32 18044.2
2037 43444.9 26066.93 17378.0
2038 41780.0 25068.00 16712.0
2039 40114.3 24068.61 16045.7
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
Tabel 4.18 Potensi Sampah Organik dan Anorganik Banjarmasin Utara
Banjarmasin Utara
Proyeksi Sampah Sampah
Tahun Timbulan Organik Anorganik
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
2019 119002.6 71401.56 47601.0
2020 124445.1 74667.05 49778.0
2021 129887.6 77932.53 51955.0
2022 135330.0 81198.02 54132.0
2023 140772.5 84463.51 56309.0
2024 146215.0 87729.00 58486.0
2025 151657.5 90994.48 60663.0
2026 157100.0 94259.97 62840.0
2027 162541.6 97524.98 65016.7
2028 167984.1 100790.47 67193.6
2029 173426.6 104055.96 69370.6
2030 178869.1 107321.45 71547.6
2031 184311.6 110586.93 73724.6
2032 189754.0 113852.42 75901.6
2033 195196.5 117117.91 78078.6
2034 200639.0 120383.39 80255.6
2035 206080.7 123648.41 82432.3
2036 211523.2 126913.89 84609.3
2037 216965.6 130179.38 86786.3
2038 222408.1 133444.87 88963.2
2039 227850.6 136710.36 91140.2
Sumber: Pengolahan Penulis,2021
4.2.7 Perhitungan Kebutuhan Pengumpulan, Pemindahan, dan Pengelolaan

4.2.7.1 Pengumpulan
Pengumpulan sampah baik organik maupun anorganik pada sistem smart waste
management dilakukan menggunakan tempat sampah berkapasitas 1000 liter dengan
penggunaan sensor pada setiap tempat sampah tersebut. Perhitungan kebutuhan tempat
sampah dan sensor menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut:
𝑇𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 =
𝐾𝑘 × 𝐹𝑝 × 𝑅𝑘

Universitas
42

Dengan menggunakan faktor pemadatan sesuai dengan SNI 3243:2018 adalah sebesar 3
dan ritasi untuk kota Banjarmasin sebesar 3, maka diperoleh jumlah kebutuhan tempat
sampah dan sensor kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Rekapitulasi Kebutuhan Tempat Sampah dan Sensor
Total tong
Tahun Selatan Timur Barat Tengah Utara
sampah+sensor
2019 76 58 74 48 70 326
2020 76 58 73 46 73 326
2021 77 58 72 45 77 329
2022 77 59 72 44 80 332
2023 78 59 71 43 83 334
2024 78 59 70 42 86 335
2025 79 59 70 41 89 338
2026 80 59 69 40 93 341
2027 80 59 69 39 96 343
2028 81 59 68 38 99 345
2029 81 59 67 37 102 346
2030 82 60 67 36 105 350
2031 82 60 66 35 109 352
2032 83 60 65 34 112 354
2033 83 60 65 33 115 356
2034 84 60 64 32 118 358
2035 84 60 63 30 121 358
2036 85 60 63 29 125 362
2037 85 60 62 28 128 363
2038 86 61 61 27 131 366
2039 86 61 61 26 134 368
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

4.2.7.2 Pemindahan
Pemindahan sampah baik organik dan organik dari tempat pemukiman ke
tempat penampungan sementara pada sistem smart waste management menggunakan 3
alat yaitu Truk Biasa, Dump truck, dan truk container. Perhitungan kebutuhan truk
biasa, drum truck, dan truk container dilakukan dengan memperhatikan kapasitas jenis
pengangkutan, total haul time, waktu tempuh setiap kendaraan, dan kondisi prasarana
dan sarana excisting yang dimiliki oleh kota Banjarmasin berdasarkan data aktual pada
tahun 2018 sehingga diperoleh kebutuhan sarana pengangkutan/pemindahan sampah
baik organik maupun anorganik di kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

Universitas
43

Tabel 4.20 Rekapitulasi Kebutuhan Pengangkutan


Total Dump truck/truk
Tahun Selatan Timur Barat Tengah Utara
biasa/Container
2019 16 26 26 25 42 135
2020 16 26 26 25 42 135
2021 16 26 26 25 42 135
2022 16 26 26 25 42 135
2023 16 26 26 25 42 135
2024 16 26 26 25 42 135
2025 16 26 26 25 42 135
2026 16 26 26 25 42 135
2027 16 26 26 25 42 135
2028 16 26 26 25 42 135
2029 18 26 26 25 42 137
2030 18 26 26 25 42 137
2031 18 26 26 25 42 137
2032 18 26 26 25 42 137
2033 18 26 26 25 42 137
2034 18 26 26 25 42 137
2035 18 26 26 25 42 137
2036 18 26 26 25 42 137
2037 18 26 26 25 42 137
2038 18 26 26 25 42 137
2039 18 26 26 25 42 137
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

4.2.7.3 Pengelolaan
Pengelolaan dan pemilahan sampah menggunakan bin-e dilakukan pada setiap
TPS. Setiap TPS diproyeksikan memiliki luas 200 m 2 untuk sampah organik dan 200 m2
untuk sampah non organik sehingga total luasan untuk 1 TPS yaitu 400 m 2. Perhitungan
kebutuhan TPS dilakukan menggunakan perhitungan berikut:
𝑇𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑚3)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑃𝑆 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (𝑚) × 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑃𝑆 (𝑚2)

Diperoleh jumlah kebutuhan TPS kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:


Tabel 4.21Rekapitulasi Kebutuhan TPS
Tahun Selatan Timur Barat Tengah Utara Kebutuhan TPS
2019 5 5 5 4 4 23
2020 5 5 5 4 4 23
2021 5 5 5 4 4 23
2022 5 5 5 4 4 23
2023 5 5 5 4 4 23
2024 5 5 5 4 4 23

Universitas
44

2025 5 5 5 4 4 23
2026 5 5 5 4 4 23
2027 5 5 5 4 4 23
2028 5 5 5 4 4 23
2029 6 6 6 4 6 28
2030 6 6 6 4 6 28
2031 6 6 6 4 6 28
2032 6 6 6 4 6 28
2033 6 6 6 4 6 28
2034 6 6 6 4 6 28
2035 6 6 6 4 6 28
2036 6 6 6 4 6 28
2037 6 6 6 4 6 28
2038 6 6 6 4 6 28
2039 6 6 6 4 6 28
Sumber: Pengolahan Penulis,2021

4.3 Initial Cost


Perhitungan initial cost didasarkan pada kebutuhan pada tahun 2021 dimana
konstruksi proyek akan dimulai. Initial cost yang dikalkulasikan terdiri dari pengadaan
alat pengumpulan, pengadaan alat pemindahan, pengadaan teknologi pengelolahan
sampah organik (kompos), pengadaan teknologi pengelolahan sampah anorganik
(energi listrik), pengadaaan lahan dan konstruksi TPS, Pengadaan peralatan pendukung
(gerobak sampah, sekop, cangkul, sepatu boot, sarung tangan, selang air), pengadaan
bin-e, dan biaya pembuatan sistem website dan aplikasi.
Perhitungan biaya untuk mempertimbangkan kebutuhan unit seperti
perhitungan pada subbab sebelumnya. Refrensi yang digunakan untuk harga pengadaan
tong sampah, alat pengangkut, bin-e, peralatan pendukung, website dan aplikasi
bersumber dari supplier, dan refrensi pengadaan teknologi pengolaan sampah anorganik
merujuk pada proyek di TPA Bantar Gebang. Untuk pengadaan konstruksi TPS dan
teknologi kompos merujuk kepada RAB berikut:
Tabel 4.22 RAB Konstruksi TPS
No Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp)
I Pekerjaan Persiapan Rp 16,562,443
II Pekerjaan Tanah dan Pasir Rp 133,600,792
III Pekerjaan Pasangan Rp 60,002,755
IV Pekerjaan Beton Rp 308,958,906
V Pekerjaan Plesteran Rp 36,681,620
VI Pekerjaan Pintu Jendela Rp 6,637,532

Universitas
45

VII Pekerjaan Lantai dan Dinding Rp 6,313,866


VIII Pekerjaan Plafond Rp 7,370,809
IX Pekerjaan Atap Rp 319,259,945
X Pekerjaan Pengecatan Rp 15,403,915
XI Pekerjaan Elektrikal Rp 964,664
XII Pekerjaan Sanitair Rp 8,515,810
I Jumlah (A+B) Rp 920,273,057
II PPN 10% (A x 10%) Rp 92,029,637
III Biaya Konstruksi (I + II) Rp 1,012,326,003
IV Dibulatkan Rp 1,012,326,000
Sumber: TPS Pasar Pagesangan, 2018
Tabel 4.23 RAB Pengelolahan Kompos
No Peralatan dan Fasilitas Jumlah Harga (Rp)
I Screen Plant Rp 271,000,000
II Composting Area Rp 960,000,000
III Screw press plant Rp 246,836,000
IV Wheel Loader Rp 490,532,000
V Turning Machine Rp 570,916,000
VI Pump Rp 4,000,000
Total Rp 2,543,104,000
Sumber: Komposting RPH Cakung-Jakarta Timur, 2018
Dari asumsi dan acuan tersebut, berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan initial
cost:
Tabel 4.24 Rekapitulasi Perhitungan Initial Cost

No. Item Biaya Vol Sat Harga satuan Total Harga

1 Pengadaan Tong Sampah + Sensor 329 Unit 3,800,000 1,250,200,000


2 Pengadaan Alat Pengangkut (Dump Truck) 22 Unit 250,000,000 5,500,000,000
3 Pendagaan Teknologi Pengelolaan Kompos 5 Unit 2,543,104,000 12,715,520,000
4 Pengadaaan BIN-E 161 Unit 7,000,000 1,127,000,000
5 Pengadaan Reciprocating Grade 3 Unit 35,000,000,000 105,000,000,000
6 Pengadaan Lahan dan Konstruksi TPS 7 Unit 1,612,326,000 11,286,282,000
7 Pengadaan Peralatan Pendukung
Gerobak Sampah 46 Unit 1,900,000 87,400,000
Timbangan Gantung 23 Unit 510,000 11,730,000
Sekop 69 Unit 51,500 3,553,500
Cangkul 69 Unit 77,250 5,330,250
Sepatu boot 69 Unit 82,500 5,692,500
Sarung tangan 69 Unit 22,500 1,552,500

Universitas
46

8 Pengadaan Website dan Aplikasi 1 Unit 250,000,000 250,000,000

INITIAL COST 137,244,260,750


Sumber: Perhitungan Penulis,2021
4.4 Annual Cost
Perhitungan annual cost dilakukan dengan memperhatikan 2 komponen biaya
yaitu Operational Cost dan Maintenance Cost.
4.4.1 Operational Cost
Perhitungan operational cost dilakukan dengan mempertimbangkan komponen
biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan sistem smart waste management. Berikut
merupakan hasil rekapitulasi perhitungan Operational Cost:
Tabel 4.25 Rekapitulasi Perhitungan Operational Cost
Item Biaya Satuan Jumlah Harga Harga Total
Rp Rp
Upah tenaga kerja Unit 546 72,600 39,639,600
Rp Rp
Bahan bakar Liter 2025 5,150 10,428,750
Rp Rp
Instalasi listrik TPS kwh 4.6 1,343 6,178
Rp Rp
Pompa Air TPS kwh 3.45 1,343 4,633
Kemasan karung pupuk Rp Rp
kompos (10kg) unit 12700 1,500 19,050,000
Pengelolaan jaringan listrik Rp Rp
dan distribusi unit 3 1,000,000 3,000,000
Rp Rp
Website dan Aplikasi Unit 2 1,000,000 2,000,000
Listrik Pengelolaan Sampah Rp Rp
Anorganik kwh 99 1,343 132,957
Rp Rp
Air Pengelolaan Energi Unit 112,987 1,050 118,636,001
Listrik Pengelolaan Sampah Rp Rp
Organik Unit 5 333,333 1,666,667

Universitas
47

Rp
Total Biaya Operasional/Hari 194,564,786
Rp
Total Biaya Operasional/Tahun 2,334,777,428
Sumber: Perhitungan Penulis,2021
4.4.2 Maintenance Cost
Berikut merupakan asumsi dan perhitungan dalam menentukan maintenance
cost:
1. Asumsi Biaya Perawatan = 10% per tahun
2. Inflasi = 6.29%
3. Faktor Nilai Future = 1.0629
4. Harga Alat = Rp 118,842,520,000 (Biaya Bin-e, pengelolaan
kompos, dan pengelolaan listrik)
5. Umur Pakai = 20 Tahun
6. Biaya Pemeliharaan = Rp 594,212,600
Keseluruhan hasil perhitungan annual cost dapat terlihat pada tabel rekapitulasi berikut:
Tabel 4.26 Rekapitulasi Perhitungan Annual Cost
Tahun investasi Operasional Cost Maintenance Cost Annual Cost
1 Rp 2,334,777,428 Rp 594,212,600 Rp 2,928,990,028
2 Rp 2,481,634,929 Rp 631,588,573 Rp 3,113,223,501
3 Rp 2,637,729,766 Rp 671,315,494 Rp 3,309,045,259
4 Rp 2,803,642,968 Rp 713,541,238 Rp 3,517,184,206
5 Rp 2,979,992,110 Rp 758,422,982 Rp 3,738,415,093
6 Rp 3,167,433,614 Rp 806,127,788 Rp 3,973,561,402
7 Rp 3,366,665,189 Rp 856,833,226 Rp 4,223,498,414
8 Rp 3,578,428,429 Rp 910,728,036 Rp 4,489,156,464
9 Rp 3,803,511,577 Rp 968,012,829 Rp 4,771,524,406
10 Rp 4,042,752,455 Rp 1,028,900,836 Rp 5,071,653,291
11 Rp 4,297,041,585 Rp 1,093,618,698 Rp 5,390,660,283
12 Rp 4,567,325,500 Rp 1,162,407,315 Rp 5,729,732,815
13 Rp 4,854,610,274 Rp 1,235,522,735 Rp 6,090,133,009
14 Rp 5,159,965,261 Rp 1,313,237,115 Rp 6,473,202,375
15 Rp 5,484,527,076 Rp 1,395,839,729 Rp 6,880,366,805
16 Rp 5,829,503,829 Rp 1,483,638,048 Rp 7,313,141,877
17 Rp 6,196,179,619 Rp 1,576,958,881 Rp 7,773,138,501
18 Rp 6,585,919,317 Rp 1,676,149,595 Rp 8,262,068,913
19 Rp 7,000,173,643 Rp 1,781,579,405 Rp 8,781,753,047
Sumber: Perhitungan Penulis,2021

Universitas
48

4.5 Annual Benefits


Pada sistem pengelolaan smart waste management, perhitungan benefit dalam
aspek ekonomi didasari 2 komponen utama yaitu perhitungan nilai ekonomis kompos,
dan perhitungan nilai ekonomis dari energi listrik yang dihasilkan. Dalam perhitungan
benefit kompos diasumsikan bahwa 80% sampah organik yang telah dilakukan
pemilahan dapat dijadikan kompos, produktivitas pengelolaan sampah organik menjadi
kompos adalah 50%, dan harga acuan jual kompos adalah 4 ribu rupiah per 10kg.
Sehingga hasil rekapitulasi perhitungan penjualan pupuk adalah sebagai berikut:

Universitas
49

Tabel 4.27 Benefit Pengelolaan Sampah Organik

Sumber: Perhitungan Penulis,2021


Dalam perhitungan nilai benefit untuk energi listrik digunakan asumsi bahwa
produktivitas energi listrik yang dihasilkan adalah 110 kWh untuk setiap 1 ton sampah
anorganik hal ini merupakan hasil benchmark sesuai dengan sistem TPA Bantar
gerbang, 70% dari sampah anorganik dapat dijadikan energi listrik, dan harga listrik
mengikuti acuan yang ditetapkan oleh PLN yaitu sebesar 1352 rupiah. Berikut
merupakan hasil rekapitulasi perhitungan penjualan energi listrik:

Universitas
50

Tabel 4.28 Benefit Pengelolaan Sampah Anorganik


TahunJumlah SampahJumlah Sampah InvestasiAnorganikAnorganik Penjualan Listrik (Rupiah)
Jumlah listrik
(Kwh) Hari Bulan Ta
(kg/hari) (Ton/Hari)
1 215212.7 150.64889 16571.3779 22,404,503 672,135,088
2 216783.5 151.74845 16692.3295 22,568,029 677,040,885
3 218354.8 152.84836 16813.3196 22,731,608 681,94
4 219925.8 153.94806 16934.2866 22,895,155
5 221496.4 155.04748 17055.2228 23,058,661
6 223067.6 156.14732 17176.2052 23,222
7 224638.4 157.24688 17297.1568 2
8 226208.9 158.34623 17418.0853
9 227780.4 159.44628 17539.09
10 229351.4 160.54598 17
11 230922.2 161.64554
12 232493.3 162.7453
13 234064.6 163
14 235635.4
15 237206.3
16 2387
17
18

Sumber: Perhitungan Penulis,2021


4.6 Cashflow
Cashflow yang diperhitungkan adalah hasil penjualan pupuk dan energi listrik,
biaya initial cost, Operational dan Maintenance cost, dan biaya tambahan setiap
tahunya. Untuk biaya peralatan tambahan (External Cost) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.29 Rincian External Cost
Umur Investasi Keterangan External Cost
0 -
1 -
2 Penambahan 3 TS 1000 Liter
3 Penambahan 2 TS 1000 Liter
4 Penambahan 1 TS 1000 Liter
5 Penambahan 3 TS 1000 Liter
6 Penambahan 3 TS 1000 Liter
7 Penambahan 2 TS 1000 Liter
Penambahan 2 TS 1000
8
Liter, 2 TPS, dan 2 DT
9 Penambahan 1 TS 1000 Liter
10 Penambahan 4 TS 1000 Liter
11 Penambahan 2 TS 1000 Liter
12 Penambahan 2 TS 1000 Liter

Universitas
51

13 Penambahan 2 TS 1000 Liter


14 Penambahan 2 TS 1000 Liter
15 -
16 Penambahan 4 TS 1000 Liter
17 Penambahan 1 TS 1000 Liter
18 Penambahan 3 TS 1000 Liter
19 Penambahan 2 TS 1000 Liter
Sumber: Perhitungan Penulis,2021
Dalam perhitungan cashflow dilakukan juga konsiderasi terhadap pajak mengacu
kepada UU nomor 2 tahun 2020. Berikut merupakan cashflow dari proyek Smart Waste
Management kota Banjarmasin:

Universitas
52

Tabel 4.30 Perhitungan Cash Flow Smart Waste Management Kota Banjarmasin (Dalam Rupiah)
Annual Cost External Cost
Umur Annual (Operational (Biaya
Initial Cost CFBT Pajak CFAT
Investasi Benefit and Pertambahan
Maintenance) Alat Baru)
-
0 137,244,260,750 137,244,260,750 -137,244,260,750
1 26,660,341,051 2,928,990,028 0 23,731,351,023 2,373,135,102 21,358,215,921
2 26,856,010,614 3,113,223,501 11,400,000 23,742,787,113 2,374,278,711 21,368,508,402
3 27,050,258,916 3,309,045,259 7,600,000 23,741,213,656 2,374,121,366 21,367,092,291
4 27,244,495,974 3,517,184,206 3,800,000 23,727,311,768 2,372,731,177 21,354,580,591
5 27,438,718,041 3,738,415,093 11,400,000 23,700,302,949 2,370,030,295 21,330,272,654
6 27,634,402,595 3,973,561,402 11,400,000 23,660,841,193 2,366,084,119 21,294,757,074
7 27,828,632,158 4,223,498,414 7,600,000 23,605,133,744 2,360,513,374 21,244,620,369
8 28,022,850,477 4,489,156,464 3,732,252,000 23,533,694,013 2,353,369,401 21,180,324,611

9 28,217,106,274 4,771,524,406 3,800,000 23,445,581,868 2,344,558,187 21,101,023,681


10 28,412,783,332 5,071,653,291 15,200,000 23,341,130,041 2,334,113,004 21,007,017,037
11 28,607,012,895 5,390,660,283 7,600,000 23,216,352,612 2,321,635,261 20,894,717,351
12 28,801,253,701 5,729,732,815 7,600,000 23,071,520,886 2,307,152,089 20,764,368,798
13 28,995,502,003 6,090,133,009 7,600,000 22,905,368,994 2,290,536,899 20,614,832,094
14 29,191,171,565 6,473,202,375 7,600,000 22,717,969,190 2,271,796,919 20,446,172,271
15 29,385,404,876 6,880,366,805 0 22,505,038,071 2,250,503,807 20,254,534,264
16 29,579,649,430 7,313,141,877 15,200,000 22,266,507,553 2,226,650,755 20,039,856,798
17 29,773,860,254 7,773,138,501 3,800,000 22,000,721,753 2,200,072,175 19,800,649,578
18 29,969,552,303 8,262,068,913 11,400,000 21,707,483,390 2,170,748,339 19,536,735,051
19 30,163,781,866 8,781,753,047 7,600,000 21,382,028,818 2,138,202,882 19,243,825,937
Sumber: Perhitungan Penulis,2021

Universitas Indonesia
5

4.7 Evaluasi Kelayakan Ekonomi


4.7.1 Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan nilai bersih (netto) dari suatu investasi
pada waktu sekarang (present time)
𝑃 𝑃
𝑁𝑃𝑉 = −𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 + 𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑠 ( , 𝐼, 𝑛) − 𝑐𝑜𝑠𝑡 ( , 𝐼, 𝑛)
𝐴 𝐴
𝑃
− 𝐸𝑥𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 ( , 𝐼, 𝑛)
𝐹
𝑁𝑃𝑉 = −137,244,260,750 + 187,270,707,235 − 29,084,261,658 − 1,403,174,758
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 16,539,010,068
Berdasaran hasil analisis diperoleh net present value (NPV) bernilai positif di angka
16,359,010,068 artinya penerapan sistem waste management jika ditinjau dalam aspek
ekonomi memiliki prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang (layak).
4.7.2 Metode Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga pada pengendalian internal
dengan nilai discount rate I yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol.
Perhitungan Internal Rate of Return adalah sebagai berikut:
𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖𝑁𝑃𝑉 + (𝑖𝑁𝑃𝑉 −) + (𝑖𝑁𝑃𝑉+)
(𝑁𝑃𝑉 −) + (𝑁𝑃𝑉 +)
16,539,010,068
𝐼𝑅𝑅 = 12% + (14% − 12%)
(−217,939,395) + 16,539,010,068
𝐼𝑅𝑅 = 13.97%
Berdasarkan analisa tersebut dapat dijelaskan bahwa diperoleh tingkat pengembalian
sebesar 13.97% ≥ MARR=12%. Hal ini berarti investasi yang ditanamkan pada proyek
smart waste management kota Banjarmasin direkomendasikan layak secara ekonomi.
4.7.3 Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara
aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan kerugian yang
ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut. Perhitungan benefit cost ratio
adalah sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑜𝑠𝑡
𝐵𝐶𝑅 = 137,244,260,750
204,745,230,261 + 32,315,846,288 + 1,559,083,065

Universitas
5

𝐵𝐶𝑅 = 1.2
Berdasarkan hasil analisis tersebut, nilai benefit cost ratio adalah sebesar 1.2>1. Hal ini
menandakan dengan berinvestasi pada sistem ini, benefit yang didapatkan akan lebih
besar dari cost yang dikeluarkan sehingga dapat disimpulkan sistem ini akan bermanfaat
untuk publik.
4.7.4 Metode Payback Period (PBP)
Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui periode investasi akan
dapat dikembalikan saat terjadinya konsisi break even point. Perhitungan payback
period adalah sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝐵𝑃 =
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 − 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
137,244,260,750
𝑃𝐵𝑃 =
16,539,010,068
𝑃𝐵𝑃 = 8.30 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
Berdasarkan hasil analisis payback period (PBP) menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu
8.3 tahun < 10 tahun untuk pengembalian investasi. Hal ini menandakan pengembalian
investasi memenuhi syarat/layak secara ekonomi.

Universitas
5

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Sistem pengelolaan sampah dengan konsep smart city terdiri dari tempat
sampah dengan data tingkat keterisian, alat pemilah sampah, konversi
sampah menjadi energi listrik, dan konversi sampah menjadi pupuk
kompos.
2. Tingkat pelayanan sampah akibat penggunaan sistem naik dari 50%
menjadi 76%.
3. Sistem pengelolaan sampah dengan konsep smart city layak untuk
diinvestasikan dengan IRR lebih besar dari MARR dan nilai NPV yang
positif. Payback period yang didapatkan adalah 8 tahun.
4. Analisis ekonomi mendapatkan hasil benefit cost ratio sebesar 1.2 yang
menandakan benefit lebih besar dari cost sehingga sistem layak untuk
diimplementasikan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini, kami menyarankan kepada Pemerintah Kota
Banjarmasin untuk berani mengambil risiko dalam mengoptimalisasi penggunaan
sampah. Meski biaya awal yang dikeluarkan besar, namun keuntungan baik dari segi
ekonomi, biaya, hingga sosial yang bisa didapatkan dari inovasi ini sangat
menguntungkan. Tentu saja, dibutuhkan penelitian lebih mendetail mengenai cara kerja,
efektivitas, dan pendanaan alat untuk bisa diaplikasikan.

Universitas
5

REFERENSI

Badan Standardisasi Nasional. (2002). SNI 19-2454-2002. Retrieved from


http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI_19-2454-
2002_Tata_Cara_Teknik_Operasional_Pengelolaan_Sampah_Perkotaan.pdf

Bappeda Banjarmasin. (2020). Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin.


Banjarmasin: Badan Perencana Pembangunan Daerah.

Berita Kota Banjarmasin. (2020). Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin. Retrieved
from Berita Kota Banjarmasin: https://berita.banjarmasinkota.go.id/

BSN. (1995). SNI 19-3983-1995. Indonesia: BSN.

Ma’ruf. A, Kustiani, I dan Arifaini, N. (2017).Persepsi Mengenai Manfaat


ManajemenLimbah Konstruksi Studi Kasus ProyekKonstruksi di Bandar
Lampung,Fakultas Teknik Universitas Lampung,Lampung.
Rawlins, J., Beyer, J., Lampreia, J dan Tumiwa, F. (2013) Waste to Energy in
Indonesia. Carbon Trust Kementerian PUPR. (2015 ).Laporan Akhir Pengembangan
Smart City di Indonesia. Jakrta: Direktorat Jendral Penataan Ruang

Eniyati, S. S. (2017). Perhitungan Tingkat KEsiapan Impelementasi SMart City dalam


Perspektif Smart Governance dengan Metode Fis Mamdani. Dinamik.

Partners, B. a. (1999). Surabaya River Pollution Control Action Plan Study.

SDA, D. J. (2010). Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas.

Syahbudin. (2016). Analisis Penerapan SMart City dan Internet of Things (IoT) di
Indonesia .

Universitas

Anda mungkin juga menyukai