Anda di halaman 1dari 15

Etika Profesi dan Hak Kekayaan Intelektual

Perspektif Tarjih
(Disampaikan pada Kajian fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Unismuh)

Abbas Baco Miro


Allah SWT menciptakan manusia
supaya menjadi khalifah di atas muka
bumi.

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi


(tanah) dan menjadikan kamu sebagai
pemakmurnya”
(Q. S. Hud: 61)
ِ ْ‫•ه َُو َأ ْن َشَأ ُك ْم ِم َن اَأْلر‬
‫ض َواسْ َتعْ َم َر ُك ْم ِفي َها‬

ٍ ‫ض َدرج‬
‫ات‬ ٍ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ق‬
َ ‫و‬ ‫ف‬َ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ع‬ َ‫ف‬ ‫ر‬‫و‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬‫َأْل‬‫ا‬ ‫ف‬َ ‫ِئ‬ ‫اَل‬ ‫خ‬ ِ
َ ْ َ َ ‫َو ُه َو ال‬
‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ َّ
ََ َْ ْ ْ َ َْ َ َ َ ْ
‫يم (االنعان‬ ِ ‫اب وِإنَّه لَغَ ُفور ر‬
‫ح‬ ِ ‫ق‬ ِ
‫ْع‬‫ل‬‫ا‬ ‫يع‬ ِ َّ ‫ِإ‬ ِ ِ
ٌ ٌَ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َْ‫ل‬
‫ر‬ ‫س‬ ‫ك‬ ‫ب‬
َّ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ا‬‫ت‬‫ا‬ ‫ء‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫و‬ُ‫ل‬‫ب‬ ‫ي‬
)165
Hukum Taklif

Untuk memastikan berjalannya fungsi


khalifah sesuai kehendak Allah, maka
diturunkanNya hukum-hukum taklifi:

1. Wajib
2. Haram
3. Sunnah
4. Makruh
5. Mubah
Allah menurunkan syari’at
supaya manusia dapat meraih
kemaslahatan dan menghindari
kemudaratan

( jalbul mashalih wa dar’ul mafasid )

Imam Syathibi
membagi maslahat ini kepada tiga bagian:
dharuriyat (primer), hajiyat (sekunder)
dan tahsiniyat (tersier).
A. Dharuriyyat (Primer)
Maqashid atau Maslahat Dharuriyyat
adalah sesuatu yang mesti adanya demi
terwujudnya kemaslahatan agama dan
dunia.

Apabila hal ini tidak ada, maka akan


menimbulkan kerusakan bahkan hilangnya
hidup dan kehidupan
Tujuan syariat agama adalah
untuk menjaga 5 kemaslahatan
(al-kulliyyat al-khamsah):

1. Agama ( al din )
2. Jiwa ( al nafs )
3. Akal ( al ‘aql )
4. Keturunan ( al nashl )
5 Harta ( al mal )
2 Cara Menjaga
al-kulliyyat al-khamsah :

1. Dari segi adanya (min nahiyyat al


wujud) yaitu dengan cara memelihara
hal-hal yang dapat melanggengkan
keberadaannya

2. Dari segi tidak adanya (min nahiyyat


al ‘adam) yaitu dengan cara mencegah
hal-hal yang menyebabkan
ketiadaannya.
ETIKA DALAM MENGEMBANGKAN PROFESI
1. Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap orang sesuai
dengan keahliannya yang menuntut kesetiaan (komitmen), kecakapan
(skill), dan tanggunggjawab yang sepadan sehingga bukan semata-mata
urusan mencari nafkah berupa materi belaka.

2. Dalam memilih dan menjalani profesinya di bidang masing-masing


hendaknya senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kehalalan (halalan) dan
kebaikan (thayyibah), amanah, kemanfaatan, dan kemaslahatan yang
membawa pada keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

3. Dalam menjalani profesi dan jabatan dalam profesinya hendaknya


menjauhkan diri dari praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme,
kebohongan, dan hal-hal yang batil lainnya yang menyebabkan
kemudharatan dan hancumya nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan
kebaikan umum.
4. Di mana pun dan apapun profesinya hendaknya pandai bersyukur
kepada Allah di kala menerima nikmat serta bersabar serta bertawakal
kepada Allah manakala memperoleh musibah sehingga memperoleh
pahala dan terhindar dari siksa.

5. Hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati dan kejujuran sebagai


wujud menunaikan ibadah dan kekhalifahan di muka bumi ini.

6. Hendaknya mengembangkan prinsip bekerjasama dalam kebaikan


dan ketaqwaan serta tidak bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.

7. Hendaknya menunaikan kewajiban zakat maupun mengamalkan


shadaqah, infaq, wakaf, dan amal jariyah lain dari penghasilan yang
diperolehnya serta tidak melakukan helah (menghindarkan diri dari
hukum) dalam menginfaqkan sebagian rejeki yang diperolehnya itu.
B. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1. Dalam hukum Islam, Hak Kekayaan


Intelektual dipandang sebagai salah satu
ḥuquq mᾱliyyah (hak kekayaan) yang
mendapat perlindungan hukum (maʼṣun)
sebagaimana mᾱl (kekayaan).
2. Hak Kekayaan Intelektual yang mendapat
perlindungan Hukum Islam sebagaimana
dimaksud angka 1 tersebut adalah Hak
Kekayaan Intelektual yang tidak bertentangan
dengan hukum Islam
3. Hak Kekayaan Intelektual dapat dijadikan obyek
akad (al-ma`qud ‘alaih), baik akad mu`awadhah
(pertukaran, komersial), maupun akad tabarru`at (non
komersial), serta dapat diwaqafkan dan diwariskan.

4. Setiap bentuk pelanggaran terhadap Hak Kekayaan


Intelektual, termasuk namun tidak terbatas pada
menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan,
menyerahkan, menyediakan, mengumumkan,
memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak Hak
Kekayaan Intelektual milik orang lain secara tanpa
hak merupakan kezaliman dan hukumnya adalah
haram.

(Fatwa MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/5/2005)


Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta pasal 15, menyebutkan bahwa
penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta, tidak
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta dengan
syarat sumbernya harus dicantumkan.
Mengingat dan memperhatikan:
• Asas kepemilikan hak dan larangan
kezhaliman (Qs. Al Nisa: 29)
• Asas agama sebagai rahmatan lil aalamin,
kemanfaatan bagi seluruh umat Islam
• Asas keadilan antara pemilik hak dan
pengguna hak
.

SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai