Anda di halaman 1dari 41

HUKUM

PERIKATAN
Oleh Kelompok Satu
Hukum Perikatan Secara Garis Besar
2 HUKUM PERIKATAN: PERIKATAN:
Suatu kaidah-kaidah hukum yang mengatur “Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata,
hubungan hukum antara subjek hukum yang satu Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di
dengan subjek hukum yang lain dalam bidang antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di
harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu dalam lapangan harta kekayaan, di mana para
berhak atas suatu prestasi, sedangkan subjek pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
hukum yang lain berkewajiban untuk memenuhi lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
prestasi.

Kesimpulan Kelompok:

"Hukum Perikatan merupakan hukum yang mengikat antara subjek hukum dalam memenuhi prestasi.”

- Fiola Janetta
Pemahaman Mengenai Perikatan
3 “Hukum Perikatan Pada Umumnya” (J. Satrio) Definisi Hukum Kekayaan:
Dibedakan menjadi 4 bagian Kajian Ilmu; Hukum Kekayaan adalah hukum yang mengatur
tentang hak-hak kekayaan, yaitu hak-hak yang
1. Hukum Pribadi
mempunyai nilai ekonomis/uang. Jadi hak-hak
2. Hukum Keluarga kekayaan berbeda dengan hak-hak lain artinya dapat
dijabarkan dalam sejumlah uang tertentu.
3. Hukum Kekayaan
4. Hukum Waris

Kesimpulan Kelompok:

“Hukum Kekayaan adalah Hukum yang mengatur hak dan kewajiban manusia yang dapat dinilai secara
ekonomis”.

- Claudio Reginald Albert


Hukum Kekayaan
Kajian Ilmiah mengenai Hukum Kekayaan, dapat dibedakan lagi
pada ruang lingkup sebagai berikut:
◈ Hak Kekayaan Absolut
◈ Hak Kekayaan Relatif

4

◈ Hak Kekayaan Absolut
Hak kekayaan absolut hak yang dapat
ditujukan kepada semua orang, artinya
semua orang harus menghormati pemilik hak
kekayaan absolute tersebut. Miisalnya : Hak Milik,
Hak Gadai, Hak Hipotik.
Ruang lingkup hukum yang mempelajari hukum
harta kekayaan yang sebagian diatur dalam Buku II
KUH Perdata yaitu mengenai Hak-Hak Kebendaan,
dan yang berada diluar KUH Perdata atau diatur
dengan undang-undang tersendiri.

5

◈ Hak Kekayaan Relatif
Hak kekayaan relatif adalah hak-hak
kekayaan yang hanya bisa ditujukan kepada
orang-orang tertentu dan ia muncul dari atau
dalam perikatan-perikatan, sehingga orang
menyebut dengan istilah Ius in personam.
Hak ini lebih pada bersifat sementara, karena
ia menuju pada suatu pemenuhan prestasi
tertentu. Ruang lingkup hukum yang
mempelajari hukum harta kekayaan yang
diatur dalam Buku III KUH Perdata mengenai
Perikatan (Verbintenis).
6
SISTEMATIKA KUH PERDATA
TENTANG PERIKATAN

7
Pengaturan Perikatan
Dalam Hukum Indonesia
BUKU III KUHPer
1. PERIKATAN PADA UMUMNYA
2. PERIKATAN YANG LAHIR DARI KONTRAK ATAU PERJANJIAN
3. PERIKATAN YANG DILAHIRKAN DEMI UNDANG-UNDANG
4. HAPUSNYA PERIKATAN-PERIKATAN
5. JUAL-BELI
6. TUKAR MENUKAR
7. SEWA MENYEWA
7a. PERJANJIAN-PERJANJIAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN
8. PERSEKUTUAN
9. PERKUMPULAN
10. HIBAH
11. PENITIPAN BARANG
12. PINJAM-PAKAI
13. PINJAM-MEMINJAM
14. BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI
15. PERJANJIAN UNTUNG-UNTUNGAN
16. PEMBERIAN KUASA
17. PENANGGUNGAN
18. PERDAMAIAN

8
Sistematika KUHPer Tentang Perikatan
Perikatan yang merupakan doktrin dari hak kekayaan yang
bersifat relatif, telah diatur dalam Buku III KUH Perdata yang
terdiri dari :
A. Ketentuan Umum tentang Perikatan
Ketentuan ini, diatur pada BAB I sampai dengan BAB IV,
yang masing-masing mengatur mengenai :
BAB I tentang Perikatan-perikatan pada umumnya
BAB II tentang Perikatan-Perikatan yang lahir dari Perjanjian atau Persetujuan
BAB III tentang Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Undang-Undang
BAB IV tentang Hapusnya Perikatan

B. Ketentuan Khusus tentang Perikatan


Ketentuan khusus ini diatur dalam BAB V sampai dengan BAB XVII, yang
berturut-turut diatur tentang Perjanjian Khusus atau dengan istilah lain
Perjanjian Bernama (Nominaat Contraten) artinya perjanjian yang memiliki nama
tertentu dan diberikan pengaturannya secara khusus oleh undang-undang.
Pengaturannya tidak terbatas yang diatur dalam KUH Perdata tetapi oleh
undang-undang diluar KUH Perdata misalnya : Perjanjian tentang Hak
Tanggungan yang diatur dalam UU. No. 4 tahun 1996 tetang Hak tangungan, UU
No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Ketentuan khusus ini merupakan penjabaran dari ketentuan umum sehingga
sepajang tidak diatur dalam ketentuan khusus maka perjanjian yang dibuat harus
mengikuti ketentuan-ketentuan umum dalam KUH Perdata. Jadi Ketentuan
umum berlaku untuk semua perjanjian kecuali ketentuan khusus
menyimpanginya.

9
SISTEM PENGATURAN HUKUM PERIKATAN
• Pengaturan hukum perikatan MENGANUT SISTEM
TERBUKA. Artinya setiap orang bebas melakukan perjanjian,
baik yang sudah diatur maupun belum diatur dalam undang-
undang.
• Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”
• Ketentuan tersebut memberikan kebebasan para pihak
untuk :
 Membuat atau tidak membuat perjanjian;
 Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
 Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratannya;
 Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau
lisan.

10
1

Pengertian atau Definisi


TENTANG PERIKATAN
Pengertian atau Definisi tentang PERIKATAN
12
KUH Perdata tidak memberikan secara rinci tentang Pengertian atau Definisi
Perikatan, sehigga Perumusan mengenai Pengertian atau Definisi Perikatan pada
umumnya diberikan oleh para sarjana.

Dengan demikian Pengertian atau definisi Perikatan adalah merupakan doktrin


atau ajaran atau hanya ada dalam lapangan Ilmu Pengetahuan, bukan merupakan
ketentuan yang mengikat yang meliputi baik dari segi kreditor maupun dari segi
debitor (subyek dalam perikatan).
Pengertian atau Definisi tentang PERIKATAN
13 Beberapa sarjana yang mengemukaan pengertian atau definisi Perikatan, antara lain :
Menurut Hofmann :
Suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subyek-subyek hukum sehubungan dengan itu dengan seseorang atau
beberapa prang daripadanya mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain, yang
berhak atas sikap yang demikian itu.
 Menurut Pitlo :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara 2 orang atau lebih, atas dasar mana pihak
yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi.
 Menurut R. Subekti :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara 2 pihak, yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak
yang lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Menurut Dr. Achmad Busro :
Pada prinsipnya Perikatan adalah terdapatnya hubungan hukum dalam lapangan hukum harta kekayaan.
Unsur-unsur
PERIKATAN

14
Unsur-unsur Perikatan
Dari Pengertian atau definisi perikatan diatas, dapat diketahui unsur-unsur dalam perikatan, meliputi :
15

1. Adanya Hubungan Hukum


Unsur ini dimaksudkan untuk membedakan perikatan sebagaimana yang dimaksud dalam oleh Undang-undang dengan hubungan
yang timbul pada kebiasaan atau karena moral yang hidup dalam masyarakat pada umumnya. Hubungan hukum yang timbul
dalam lapangan moral atau kebiasaan yang berkembang di masyarakat, memang sama saja menimbulkan Hak dan Kewajiban
bagi anggota masyarakatnya, tetapi pemenuhan terhadap hak dan kewajiban yang dimaksud dini TIDAK DAPAT
DIPAKSAKAN. Terhadap sanksi yang ditimbulkan dengan tidak dilaksanakannya hak dan kewajiban tersebut didasarkan pada
“rasa penyesalan” atau “dikucilkan dari pergaulan social.”
Sebaliknya hubungan hukum yang dimaksud dalam hukum perikatan, jika debitor tidak memenuhi kewajibannya secara sukarela
dan dengan baik serta sebagaimana mestinya, maka Kreditor dapat meminta bantuan Hukum Perikatan agar ada tekanan kepada
debitor agar debitor memenuhi kewajibannya.
Sehingga secara luas, yang dimaksud dengan hubungan hukum dalam lapangan hukum perikatan adalah :
 
Hubungan yang terhadapnya hukum meletakkan “hak” pada satu pihak dan melekatkan “kewajiban” pada pihak lainnya.
Unsur-unsur Perikatan
Dari Pengertian atau definisi perikatan diatas, dapat diketahui unsur-unsur dalam perikatan, meliputi :
16

2. Pada Ruang Lingkup Hukum Kekayaan


Seperti telah diketahui diatas hubungan hukum dalam perikatan, dimana disatu pihak ada hak dan di lain pihak ada
kewajiban. Hubungan hukum yang demikian, memiliki arti yang luas karena hubungan hukum yang demikian ini, tersebar
dalam lapangan hukum yang luas, sehingga perikatan itu ada dalam ruang lingkup hukum yang luas pula. Perikatan tidak
hanya ada dalam Buku III KUH Perdata tetapi tersebar di Buku-Buku lain yang ada dalam KUH Perdata.
Sebagai contoh : Hubungan hukum (Perikatan) yang terdapat dalam lapangan hukum Keluarga. Sebuah perkawinan
dapatlah diartikan sebagai perikatan, karena adanya hubungan hukum antara calon suami atau istri untuk mengikatkan
dirinya secara suka rela dalam perkawinan dan disamping itu dalam hubungan hukum perkawinan menimbulkan akibat
lahirnya berbagai perikatan lainnya, seperti dalam lapangan hukum harta kekayaan perkawinan terdapatnya Harta Bersama
(Pasal 119 KUH Perdata), Perjanjian Kawin (pasal 139 KUH Perdata), dan lain sebagainya.
Karena contoh diatas bukanlah merupakan Perikatan yang diatur dalam Buku III KUH Perdata, maka apabila terjadi
sengketa terhadap perikatan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan Perikatan yang
diatur dalam BUKU III KUH Perdata.
Perikatan yang dimaksudkan dalam Hukum Perikatan adalah Perikatan-perikatan dimana hak dan kewajiban yang timbul
atau dilahirkan oleh debitor dan kreditor, haruslah mempunyai nilai uang (bernilai ekonomis) atau paling tidak pada
akhirnya dapat dijabarkan dalam sejumlah uang tertentu. Dengan arti lain, Hubungan hukum tersebut haruslah ada pada
ruang lingkup Hukum Kekayaan.
Unsur-unsur Perikatan
Dari Pengertian atau definisi perikatan diatas, dapat diketahui unsur-unsur dalam perikatan, meliputi :
17

3. Para Pihak dalam Perikatan


Dalam Perikatan ada 2 pihak yang saling berhubungan yaitu pihak Debitor dengan pihak
Kreditor. Debitor adalah pihak yang berkewajiban memenuhi atas prestasi, atau pihak yang
berutang disebut dengan DEBITOR.
Kreditor adalah pihak yang berhak atas prestasi,atau pihak yang berpiutang. Disebut sebagai
Para Pihak karena dimungkinkan dalam perikatan pihak debitor atau kreditor lebih dari 1
orang. Pihak debitor Para pihak dalam suatu perikatan disebut dengan SUBYEK
PERIKATAN.
Unsur-unsur Perikatan
Dari Pengertian atau definisi perikatan diatas, dapat diketahui unsur-unsur dalam perikatan, meliputi :
18

4. Obyek Perikatan berupa Prestasi


Obyek dalam perikatan berupa PRESTASI yaitu suatu hal dalam pemenuhan perikatan. Prestasi yang dimaksud, diatur dalam
Pasal 1234 KUH Perdata yaitu berupa :

Memberikan sesuatu
Berbuat sesuatu
Dan tidak berbuat sesuatu
Pada Perikatan, terjadi hubungan hukum antara Debitor dan Kreditor, dimana Debitor mempunyai hutang dan Kreditor
mempunyai tagihan. Hutang dan piutang itu selalu tertuju pada prestasi tertentu yang melekat pada debitor dan kreditor. Kreditor
sebagai pihak yang memiliki tagihan adalah pihak yang berhak atas suatu prestasi dari Debitor dan sebaliknya. Pemahan tagihan
yang dimiliki Kreditor ini tidaklah harus berupa uang tetapi berupa prestasi tertentu, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1320
KUH Perdata, bahwa obyek dalam suatu perjanjian harus berupa hal tertentu.
Pembagian
PERIKATAN

19
Pembagian Perikatan
Pembagian dalam perikatan menurut KUH Perdata, pembagian perikatan ini didasarkan pada SUMBER Perikatan. Hal mana
20 dapat kita lihat dari Pasal 1233 KUH Perdata yang mengatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan
(Perjanjian) , baik karena undang-undang.

Melalui Undang-undang
a) Pekarangan yang berdampingan
(Ps.625)
b) Kewajiban mendidik dan
memelihara anak (Ps. 104)
Perbuatan menurut hukum
a) Perwakilan sukarela
(Ps.1354)
b) Pembayaran (Ps.1359)
Pembagian Perikatan
21 Perbedaan yang mendasar dari Perikatan yang bersumber dari
perjanjian dengan perikatan yang bersumber dari undang-undang
adalah: Pada kehendak para pihak dalam perikatan.
1. Perikatan yang bersumber dari perjanjian lahirnya perikatan
adalah kehendak dari para pihak.
2. Perikatan yang bersumber dari undang-undang lahirnya
perikatan adalah karena kehendak dari undang-undang.
Pembagian Perikatan
22 Perikatan yang bersumber dari perjanjian/persetujuan
(Overenkomst)
Perjanjian menimbulkan atau berisikan ketentuan-ketentuan hak dan
kewajiban diantara kedua belah pihak yaitu pihak debitor dan kreditor,
dengan perkataan lain PERJANJIAN BERISI PERIKATAN.
Pasal 1313 KUH Perdata mengatur, sebagai berikut :
Pasal 1313
”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
Pembagian Perikatan
23 Menurut J. Satrio berpendapat bahwa : Pasal 1313 KUH Perdata yang mengatur tentang pengertian
perjanjian, masih mengandung kelemahan-kelemahan, sehingga menimbulkan pemahaman yang kabur atau
tidak jelas. Antara lain mengenai :
Kata ”Perbuatan” pada perumusan tentang perjanjian belumlah jelas, lebih tepat jika diganti dengan kata
”Perbuatan Hukum/Tindakan Hukum”, karena dalam suatu perjanjian, akibat hukum yang ditimbulkan
memang dikehendaki oleh para pihak.
 
1. Kalimat ”mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Setiap orang yang membaca
kalimat tersebut akan membayangkan adanya satu orang atau lebih yang terikat dengan satu orang
atau lebih lainnya. Sehingga kesan yang ditimbulkan adalah: di satu pihak ada kewajiban dan dilain
pihak ada hak. Kalimat ini lebih menggambarkan bahwa Pengertian Pasal 1313 KUH Perdata lebih
cocok dipakai sebagai pengertian PERJANJIAN SEPIHAK.
2. Sebab dalam Perjanjian Timbal-Balik, pada kedua belah pihak terkandung Hak dan Kewajiban.
Sehingga agar meliputi perjanjian timbal balik juga, maka sebaiknya ditambah kata ”ATAU dimana
kedua belah pihak saling mengikatkan diri”.
Perbedaan Perikatan (Hubungan Hukum) dengan Perjanjian (Perbuatan Hukum)
Perikatan (Hubungan Hukum) Perjanjian (Perbuatan Hukum)

1. Hubungan hukum yang ada dalam 1. Perbuatan hukum dalam perjanjian


perikatan masih bersifat abstrak, memiliki sifat lebih konkrit, berupa
termasuk didalam hubungan hukum tindakan hukum tertentu yang telah
yang terdiri dari Hak dan Kewajiban disepakati dan berakibat hukum terhadap
yang bersifat umum. para pihak.

2. Hubungan hukum dalam perikatan 2. Perbuatan hukum dalam perjanjian


memiliki pengertian yang luas, memiliki pengertian Sempit. Karena
didalamnya meliputi : perjanjian adalah merupakan tindakan
Dalam 1 (satu) perjanjian hukum dua pihak dalam suatu peristiwa
menimbulkan banyak perikatan hukum yang tertentu (telah ditentukan).
Hubungan hukum dalam perikatan Contoh Pasal 1457 KUH Perdata adalah
nerupakan isi dari perjanjian peristiwa hukum jual-beli dan telah
Hubungan hukum dalam perikatan ditentukan hak dan kewajiban dari masing-
memberikan ciri yang membedakan masing pihak yang terlibat didalamnya.
perjanjian tersebut dengan perjanjian
yang lainnya.

24
2

ASAS-ASAS
HUKUM PERIKATAN
&
HUKUM PERIKATAN NASIONAL
Asas-asas Hukum Perikatan
26
1. ASAS KONSENSUALISME
 Asas konsensualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat 1 KUHPer

 Pasal 1320 KUHPer : untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat sarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.

 Pengertian kesepakatan dilukiskan dengan sebagai pernyataan kehendak


bebas yang disetujui antara pihak-pihak.
Asas-asas Hukum Perikatan
27
2. ASAS PACTA SUNT SERVANDA
 Asas pacta sun servanda berkaitan dengan akibat suatu perjanjian.

 Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt : Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang….”

 Para pihak harus menghormati perjanjian dan melaksanakannya karena


perjanjian itu merupakan kehendak bebas para pihak.
Asas-asas Hukum Perikatan
28
3. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
 Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”

 Ketentuan tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk :


• Membuat atau tidak membuat perjanjian;
• Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
• Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
• Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Asas-asas Hukum Perikatan Nasional
29
1. Asas Kepercayaan:
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka dibelakang hari.

2. Asas Persamaan Hukum:


Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya,
walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
Asas-asas Hukum Perikatan Nasional
30
3. Asas Kesimbangan:
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi
dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut
prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan
debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian
itu dengan itikad baik.

4. Asas Kepastian Hukum:


Perjanjian sebagai figur hukum mengandung kepastian hukum. Kepastian ini
terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai undang-undang
bagi yang membuatnya.
Asas-asas Hukum Perikatan Nasional
31
5. Asas Moralitas:
◈ Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi
dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang
melakukan perbuatan dengan sukarela (moral).

◈ Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan


menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi
pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
Asas-asas Hukum Perikatan Nasional
32 6. Asas Kepatutan:
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPer. Asas ini berkaitan dengan
ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan
sifat perjanjiannya.
7. Asas Kebiasaan:
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang
menurut kebiasaan lazim diikuti.
8. Asas Perlindungan:
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur
harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu
adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.
SEKELUMIT PERIKATAN
Dengan alasan kebebasan berkontrak, seorang mahasiswa yang bernama Claudio
Reginald Albert (CRA), mengadakan perjanjian secara lisan dengan seorang
pengangguran yang bernama Jeremia Fevin (JF), dengan saksi dua orang yaitu
Desti (DI) dan Olin (OL). Isi perjanjian setiap hari JF harus menakut-nakuti gadis
yang bernama Fiola Janetta (FJ), seorang gadis lugu, yang juga Introvert dan
Pemalu, tetapi baik hati dan suka menolong, karena telah menolak cinta CRA, 
akibat penolakan itu CRA kehilangan gairah untuk makan sayur, akibatnya tubuh
CRA lemas, sorot matanya layu, sendu. JF dibayar 3 juta rupiah tunai, untuk
melakukan pekerjaan itu.

33
SEKELUMIT PERIKATAN
SOAL :
Apakah CRA dapat menuntut pengembalian uang yang telah dia bayarkan kepada JF di Pengadilan. Jika JF
ingkar janji, jelaskan dengan dasar hukumnya ?

JAWAB :
Tidak bisa karena :
-   Tidak memenuhi salah satu syarat obyektif sahnya perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu suatu
sebab yang halal
-   Tidak memenuhi Pasal 1339 KUH Perdata mengatur mengenai perjanjian yang dibuat para pihak
menjadi undang-undang bagi para pihak dan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum
dan kesusilaan.

34
SEKELUMIT PERIKATAN
SOAL :
Jika setelah menerima pembayaran JF tidak melakukan kewajibannya, apakah CRA dapat menuntut
pengganti kerugian kepada JF ? Jelaskan dan Lengkapi dengan dasar hukumnya ?

JAWAB :
Tidak bisa, karena perjanjian yang dibuat masuk dalam perikatan alamiah pasal 1359 ayat [2] KUH Perdata

35
SEKELUMIT PERIKATAN
SOAL :
Apakah CRA dapat menuntut pemenuhan perjanjian kepada JF, jelaskan dan beri dasar hukumnya

JAWAB :
Tidak bisa, karena JF hanya memiliki Schuld tanpa disertai haftung, pemenuhan tidak dapat dituntut oleh
hukum pasal 1359 ayat [2] KUH Perdata.
 

• Schuld atau Obligatio merupakan kewajiban debitur untuk berprestasi.


• Haftung adalah tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan prestasi
atau hutangnya dengan seluruh harta kekayaannya.

36
SEKELUMIT PERIKATAN
SOAL :
Dapatkah JF menolak untuk mengembalikann pembayaran yang telah diterima, kepada CRA dengan alasan
hal itu merupakan perikatan alami. Jelaskan dengan dasar hukumnya ?

JAWAB :
Suatu perikatan alami terhadap haftung yaitu tanggung jawab debitor terhadap hutangnya kepada kreditor
berupa harta kekayaan yang dimiliki oleh debitor yang melekat pada JF tidak dapat dituntut oleh hukum,
karena sifat dari perikatan alami JF hanya melekat schuld saja. Selain Pasal 1359 ayat [2] KUH Perdata ada
pasal 1788 KUH Perdata.

37
SEKELUMIT PERIKATAN
SOAL :
Jika karena Teror itu FJ menderita stress dan harus dirawat, dapatkah dia menggugat JF maupun CRA
untuk membayar semua biaya Rumah Sakit dan pengobatan 10 juta rupiah ditambah kerugian immateriil
berupa kehilangan gairah hidup, dan takut (trauma) terhadap setiap lelaki yang ingin ”mendekatinya”,
akibatnya dia lebih tertarik pada sesama jenis (tapi ada perasaan sangat berdosa dengan perilaku ini)
sebesar 5 milyar rupiah, Jelaskan!?
 
JAWAB :
Dapat, karena perbuatan yang telah dilakukan CRA dan JF, termasuk dalam perbuatan melawan hukum
menurut Pasal 1365 KUH Perdata, yang memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum yaitu harus
adanya perbuatan melawan hukum, adanya kesalahan, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan
kerugian dan adanya kerugian yang diderita FJ.

38
SOAL :
SEKELUMIT PERIKATAN
Apabila CRA berjanji untuk memenuhi permitaan FJ asalkan FJ tidak melapor polisi. Buatlah perjanjian antara CRA dan FJ (yang terdiri maksimal 5
pasal) yang dapat digunakan sebagai bukti di Pengadilan jika salah satu wanprestasi (kaitkan jawabannya dengan unsur perjanjian, klausula transaksi,
klausula spesifik, klausula umum dalam merumuskan sebuah perjanjian/kontrak). Tidak perlu menuliskan bagian pendahuluan dari sebuah perjanjian
langsung pada isi perjanjian saja! 

Pihak Pertama dan Pihak Kedua dengan ini menerangkan bahwa perjanjian ganti kerugian ini dilakukan dengan syarat-
syarat sebagai berikut :
--------------------------------------- Pasal 1----------------------------------
Pihak Pertama setuju dan bersedia untuk membayar ganti kerugian sebesar Rp. 5.010.000.000,- dengan perincian :
-    Rp. 10.000.000,- sebagai ganti kerugian biaya Rumah Sakit dan Pengobatan.
-    Rp. 5.000.000.000,- sebagai ganti kerugian immateriil yang bersifat kejiwaan.
--------------------------------------- Pasal 2----------------------------------
Pembayaran terhadap ganti kerugian ini telah dilakukan oleh Pihak Pertama kepada Pihak kedua secara tunai, pada
tanggal 12 Maret 2022, di rumah kediaman Pihak Kedua, dengan alamat Pondok Indah Kapuk nomor 119 rukun tetangga
002 rukun warga 002, Kelurahan Pantai Mutiara, Kecamatan Jakarta Utara, Kota Jakarta.
--------------------------------------- Pasal 3----------------------------------
Pihak Kedua dengan ini menyatakan bahwa tidak akan menuntut dan/atau melaporkan kepada pihak yang berwajib atas
segala tindakan dan/perbuatan yang telah dilakukan Pihak Pertama terhadapnya.
--------------------------------------- Pasal 4----------------------------------
Kedua belah pihak dalam hal ini menyatakan secara sukarela bahwa telah menyelesaikan segala perbuatan hukum dan
akibat-akibat yang ditimbulkan secara perdamaian dan tidak akan ada gugatan dan/atau tuntutan dalam bentuk apapun
pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

39
DAFTAR PUSTAKA
◈ J. Satrio, Perikatan Pada Umumnya, tebal 376 halaman, ISBN 979414472x,
9789794144725, edisi 2, Alumni, 1999
◈ R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra A. Bardin, 1999
◈ R Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta, 1978.
◈ Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1990
◈ Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia Bagian 1. PT. Pradya Paramita. Jakarta. 2005.
◈ Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia Bagian 2. PT. Pradya Paramita. Jakarta. 2005.

40
TERIMA KASIH

Fiat Justitia Ruat Caelum


41

Anda mungkin juga menyukai