SPLINTING
Nama : ST
NO RM : 291**
Jenis Kelamin : Laki - Laki
TTL : Semarang, 24 April 1979
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Pegawai Puskesmas
Kewarganegaraan : Indonesia
INFORMASI MEDIS
Golongan Darah :O
Penyakit Gastritis : Tidak ada
Penyakit Jantung : Tidak ada
Diabetes : Tidak ada
Haemophilia : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Penyakit Lainnya : Tidak ada
Alergi terhadap obat : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 42 tahun datang ke RSIGM Sultan
Agung dengan keluhan gigi depan bawah goyang. Keluhan tersebut
dirasakan dalam waktu 1 tahun ini. Pasien mengaku kesulitas pada
saat menyikat gigi. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan
obat – obatan. Pasien mengaku sudah pernah melakukan pembersihan
karang gigi 1 bulan yang lalu.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
UMUM
• Jasmani : Sehat (Baik)
• Rohani : Kooperatif
PEMERIKSAAN UMUM
• Tekanan Darah : 155/85 mmHg
• Suhu Badan : 36 C
• Berat Badan : 76 Kg
• Tinggi Badan : 168 cm
PEMERIKSAAN INTRAORAL
Rahang Bawah
Rahang Atas
PEMERIKSAAN EO dan IO
• EO : Wajah Simetris
• OHI : 1,58 (Baik)
• GI : 0,36(Gingivitis Ringan)
• Karies : Gigi 12, 13, 17,23, 24, 28, 36, 44, 46, 47
• Missing teeth : Gigi 15, 16, 18, 26, 37, 38,48
• BOP (+) :-
• Poket Depth : Gigi 4.42 ( 3,5 mm)
• Konsistensi Gingiva : Kenyal
• Mobilitas gigi : 31, 41, 42 (derajat 3) dan 32 (derjat 1)
• Resesi gingiva : Gigi 22, 23, 31, 41, 42, 43
ALUR PERAWATAN
SPLINTING
Splinting merupakan suatu piranti yang dibuat untuk
menstabilkan atau mengencangkan gigi – gi yang goyang
akibat suatu trauma ataupun penyakit. Spliting diindikasikan
pada gigi dengan kegoyangan derajat 3. FUNGSI
• Menstabilkan gigi goyang
• Mendistribusikan tekanan
• Mempertahankan gigi pada posisinya setelah
perawatan orthodontik
Macam – macam splinting: • Menghindari migrasi patologis.
• Temporary Provisional Splint
(Evaluasi setiap 3 bulan).
• Permanent splint.
Syarat Pemasangan Splinting
1. Splint harus melibatkan gigi yang stabil sebanyak mungkin untuk mengurangi
beban tambahan yang mengenai gigi-gigi individual seminimal mungkin
2. Splint harus dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak memberi stress torsional
pada gigi yang dipegangnya.
3. Splint harus diperluas kesekitar lengkung rahang, sehingga tekanan
anteroposterior dan tekanan fasiolingual yang terjadi dapat saling dinetralkan.
4. Splint tidak boleh mengahalangi oklusi. Bila mungkin, ketidakharmonisan oklusi
yang menyeluruh harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pemasangan splint.
5. Splint tidak boleh mengiritasi pulpa
6. Splint tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, gingival, pipi, bibir dan lidah.
7. Splint harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dibersihkan
INDIKASI SPLINTING
• Trauma oklusal primer
Trauma oklusal primer didefinisikan sebagai trauma akibat gaya
oklusal berlebihan pada gigi atau gigi dengan dukungan jaringan
periodontal yang normal.
• Trauma oklusal sekunder
Trauma oklusal sekunder adalah trauma akibat gaya oklusal normal
yang diaplikasikan pada gigi atau gigi dengan dukungan periodontal
yang inadequat
• kegoyangan gigi derjat 3 dengan kerusakan tulang yang parah.
KONTRAINDIKASI SPLINTING
• Inflamasi pada jaringan periodontal gigi belum teratasi
• Penyesuaian oklusal terhadap trauma belum dilakukan
• Stabilitas oklusal dan kondisi periodontal yang sehat sulit diperoleh
MACAM SPLINTING PERIODONTAL
Temporary Splint Permanent Splint