PE R AN AN I T ER AT IV E R EC ON STR U CT I ON T E RHA DA P Oleh :
KU A LI TA S C I TR A YA NG BA I K D AN D OSI S R AD I ASI DESY AYU PURNAMA PUTRI (
PA DA PE M E RI KSA AN M SC T T H ORA X P ED I AT RI K NPM : P2130222909 ) Alih Jenjang CT- Scan
PENDAHULUAN Perkembangan dan penggunaan CT Scan sebagai modalitas pencitraan diagnostik telah berkembang secara pesat dan digunakan secara luas, namun di lain pihak terdapat kekhawatiran mengenai efek biologis yang ditimbulkan dari paparan radiasi yang dihasilkan. Terutama pada pasien anak-anak yang menjalani pemeriksaan CT Scan, salah satunya pemeriksan MSCT Thorax pada anak-anak. Saat ini, terdapat algoritma Iterative Reconstruction (IR) yang dikembangkan sebagai metode untuk mengurangi noise pada citra saat menggunakan faktor eksposi yang lebih rendah, namun dapat meningkatkan kualitas citra yang dihasilkan. Lalu bagaimanakah peranannya ? ITERATIVE RECONSTRUCTION DAN PERANANNYA TERHADAP MSCT THORAX PEDIATRIK Pada masa sekarang ini algoritma IR telah membantu mengurangi noise saat dosis yang diberikan relative rendah dan juga menghasilkan kualitas gambar yang baik (spatial resolution, low contrast detectability, mengurangi artefak akibat metal implants, beam hardening effects dan photon starvation (Ehman et al.,2014). DOSIS RADIASI YANG DIHASILKAN PADA PEMERIKSAAN MSCT THORAX PEDIATRIK DENGAN ITERATIVE RECONSTRUCTION Penelitian Brady et al., (2014) Menggunakan faktor eksposi 120 kVp; 100-150 mAs untuk BMI >11,5 kg yang direkonstruksi menggunakan FBP,menghasilkan dosis keseluruhan sebesar 21,2 mGy dan dosis rata-rata 5,9 mGy. Pada rekonstruksi algoritma IR, menggunakan faktor eksposi berdasarkan BMI, yaitu pasien dengan BMI 6-31,5 kg menggunakan 100 kVp; 100-150 mAs; >32.5 kg menggunakan 120 kVp; 100-150 mAs, menghasilkan DLP pada ASIR adalah 19,9 mGy, menunjukkan penurunan dosis sebesar 6%, sedangkan CTDIvol yang dihasilkan adalah 4,0 mGy, terjadi pengurangan dosis sebesar 39% Penelitian yang dilakukan Haesung et al., (2015) Faktor eksposi yang digunakan sesuai dengan BMI pasien, yaitu >40 kg menggunakan 120 kVp; 100 mA;<40 kg, 80 kVp; 100 mA yang direkonstruksi menggunakan FBP. Sedangkan citra yang direkonstruksi menggunakan ASIR faktor eksposi pada BMI >40 kg, 120 kVp; 20-100 mA; 0,5 s, dan BMI <40kg, 80-120 kVp; 10-40 mA; 0,5 s. Penelitian ini menghasilkan dosis radiasi pada FBP sebesar 4,1 mSv pada pasien dengan BMI normal dan sebesar 7,6 mSv pada pasien kelebihan berat badan atau overweight. Sedangkan dosis radiasi yang dihasilkan ASIR adalah 1,7 mSv, menunjukkan terjadinya pengurangan dosis sebesar 58,8% pada BMI normal dan 3,2 mSv pada pasien overweight dengan pengurangan dosis sebesar 57,9%. Pada penelitian Gervais & Thrall, (2012) Menggunakan faktor eksposi 120 kVp; 10-4-mA; 0,5 s, citra direkonstruksi menggunakan FBP, sedangkan citra yang direkonstruksi menggunakan ASIR menggunakan faktor eksposi 80-120 kVp; 10-40 mA; 0,5 s. Penelitian ini menghasilkan dosis radiasi pada FBP sebesar 6,9 mGy, dosis radiasi pada pasien dengan berat badan 27-45 kg adalah 9,1 mGy. Sedangkan dosis radiasi yang dihasilkan pada rekonstruksi ASIR adalah 4,2 mGy, menunjukkan terjadinya pengurangan dosis sebesar 39,1% . Pasien dengan berat badan 27-45 kg memiliki pengurangan dosis yang lebih besar yaitu 63,7% sebesar 3,3 mGy KUALITAS GAMBAR YANG DIHASILKAN PADA PEMERIKSAAN MSCT THORAX PEDIATRIK DENGAN ITERATIVE RECONSTRUCTION Brady et al., (2014) pada penelitiannya menggunakan faktor eksposi yang berbeda menyesuaikan berat badan pasien, yaitu pasien dengan berat >32.5 kg dicitrakan pada 120 kVp; 100-150 mAs menggunakan FBP; berat badan 6.0-31.5 kg dicitrakan pada 100 kVp; 100-150 mAs menggunakan ASIR. Kemudian gambar direkonstrukksi pada 3,75 mm untuk pasien dengan berat 6,0-9,5 kg, sedangkan pasien dengan BMI >9,5 kg dicitrakan pada 5 mm. Citra yang dihasilkan pada kedua parameter tersebut menunjukkan bahwa dengan algoritma IR nilai noise citra menurun sebesar 2%. Nilai CNR antara protokol CT pada pasien 0-31,5 kg yang dicitrakan pada 100 kVp menunjukkan peningkatan CNR dibandingkan dengan pencitraan pada 120 kVp sebesar 8% (15,3 vs 14,2). - A. Scan pada pasien berusia 3 tahun dengan BMI 16 kg sebelum menggunakan ASIR (noise, 13,1 HU; CNR, 13,0), kemudian dicitrakan kembali menggunakan ASIR (noise, 12,8 HU; CNR, 140), dan dicitrakan kembali dengan menggunakan ASIR dan reduksi tegangan tabung (noise, 12,6 HU; CNR, 14,1) - B. Scan pada pasien berusia 7 tahun dengan BMI 22 kg
dicitrakan sebelum menggunakan ASIR (noise, 13,9 HU;
CNR, 12,5), kemudian dicitrakan kembali menggunakan ASIR (noise, 13,8 HU; CNR 15,5), dan dicitrakan kembali dengan implementasi ASIR dan reduksi tegangan tabung (noise, 13,1 HU; CNR, 15,5). Pada penelitian Gervais & Thrall, (2012) mendapatkan hasil bahwa noise pada citra IR lebih sedikit daripada gambar FBP sebesar 11.86 vs 13,86. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas citra subjektif, termasuk deteksi lesi, keyakinan diagnostik, dan visibilitas struktur kecil.
Keterangan: Gambar CT pada anak perempuan berusia 10
tahun (37 kg ). Gambaran A dan B transversal, coronal dengan FBP (9,1 mGy, 88 mA, 120 kVp). Gambaran C dan D transversal dan coronal dengan ASIR (2,9 mGy, 55 mA, 120 kVp). KESIMPULAN 1. Berbagai jenis IR telah banyak disuarakan untuk dimanfaatkan dalam pemeriksaan CT scan dewasa maupun pediatrik karena berdampak pada pengurangan radiasi dan kualitas gambaran yang dihasilkan. 2. Iterative Reconstruction terlihat berperan secara tidak langsung dalam pengurangan dosis karena selain penggunaan IR pengurangan dosis juga dipengaruhi faktor eksposi yang dipilih. 3. Iterative Reconstruction juga dapat mengurangi noise, meningkatkan SNR dan mampu memperlihatkan struktur anatomi yang kecil.