Anda di halaman 1dari 101

Public Health by CEA Winslow

 Ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang


hidup, dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi
 Melalui upaya masyarakat yang terorganisir untuk
sanitasi lingkungan, pengendalian infeksi
masyarakat, pendidikan individu dalam kesehatan
pribadi, organisasi pelayanan medis dan
keperawatan
 Diagnosis dini dan pengobatan pencegahan
penyakit, dan pengembangan mekanisme sosial
yang akan menjamin setiap individu dalam
masyarakat standar hidup yang memadai untuk
pemeliharaan atau peningkatan kesehatan....
Public Health
 Kesehatan masyarakat (public health) adalah “sains
dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui upaya-
upaya yang terorganisasi dan pilihan yang
berpengetahuan, yang dilakukan oleh masyarakat,
organisasi, baik pemerintah maupun swasta,
komunitas, dan individu-individu” (Winslow, 1920).
 Jadi kesehatan masyarakat tidak hanya berarti sains,

tetapi juga seni, dan upaya-upaya terorganisasi.


 Kesehatan masyarakat tidak hanya bertujuan

mencegah penyakit, tetapi juga memperpanjang


hidup, dan meningkatkan kesehatan.
What is PH ? WHO said
 Kesehatan masyarakat mengacu pada semua
tindakan terorganisir (baik publik atau swasta)
untuk mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, dan memperpanjang hidup di antara
populasi secara keseluruhan.
 Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi
di mana orang bisa sehat dan fokus pada seluruh
populasi, bukan pada pasien atau penyakit individu.
 Kesehatan masyarakat berkaitan dengan sistem
total dan bukan hanya pemberantasan penyakit
tertentu.
What is PH ? WHO said…
Tiga fungsi utama kesehatan masyarakat adalah:
 Pengkajian dan pemantauan kesehatan

masyarakat dan populasi berisiko untuk


mengidentifikasi masalah dan prioritas kesehatan.
 Perumusan kebijakan publik yang dirancang

untuk memecahkan masalah dan prioritas


kesehatan lokal dan nasional yang teridentifikasi.
 Memastikan bahwa semua populasi memiliki

akses ke perawatan yang tepat dan hemat biaya,


termasuk layanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
What is PH ? WHO said…
 Istilah kesehatan masyarakat global
mengakui bahwa, sebagai akibat dari
globalisasi, kekuatan yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat dapat dan memang
datang dari luar batas negara
 Menanggapi masalah kesehatan masyarakat

sekarang memerlukan perhatian terhadap


risiko kesehatan lintas batas, termasuk akses
ke produk berbahaya dan perubahan
lingkungan.
Level Prevention in PH
Primary prevention
Here the goal is to protect healthy people from
developing a disease or experiencing an injury in the
first place. For example:
 education about good nutrition, the importance of

regular exercise, and the dangers of tobacco,


alcohol and other drugs
 education and legislation about proper seatbelt and

helmet use
 regular exams and screening tests to monitor risk

factors for illness


 immunization against infectious disease

 controlling potential hazards at home and in the

workplace
Prevention in PH
Secondary prevention
These interventions happen after an illness or serious
risk factors have already been diagnosed. The goal is
to halt or slow the progress of disease (if possible) in
its earliest stages; in the case of injury, goals include
limiting long-term disability and preventing re-injury.
For example:
 telling people to take daily, low-dose aspirin to

prevent a first or second heart attack or stroke


 recommending regular exams and screening tests in

people with known risk factors for illness


 providing suitably modified work for injured workers
Prevention in PH
Tertiary prevention
This focuses on helping people manage
complicated, long-term health problems such
as diabetes, heart disease, cancer and chronic
musculoskeletal pain. The goals include
preventing further physical deterioration and
maximizing quality of life. For example:
 cardiac or stroke rehabilitation programs
 chronic pain management programs
 patient support groups
Health and determinants of Health
 World Health Organization (WHO) in the 1940s: “Health is
a state of complete physical, mental and social well being
and not merely, the absence of disease or infirmity.”
 Determinants of health combine together to affect the
health of individuals and communities. Whether people
are healthy or not, is determined by their circumstances
and environment.
 Factors such as where we live, the state of our
environment, genetics, our income and education level,
and our relationships with friends and family all have
considerable impacts on health, whereas the more
commonly considered factors such as access and use of
health care services often have less of an impact.
Relationship determinants of Health
 The determinants of health do not act
independently of each other.
 They are interconnected, and the concepts of

ecology provide the framework for


understanding how to model their
interconnectedness.
 In the most general sense, the ecological

approach means that the person is viewed as


embedded in the environment—both social and
physical—and is both influenced by and
influences that environment
Epidemiology
Triangle

Agent = Microbial organism that causes


the infectious disease
Virus, Bacteri, Protozoa, Fungus
Host = Organism that harbors the agent
Environment = factors that facilitate
transmission agent to host
DISEASE PRESENT
RISK FACTORS YES NO TOTAL
VS RSIK
FACTORS
YES A
NO C
B
D
A+B
C+D
DISEASE PRESEN TOTAL A+C B+D A+B+C+D

A = Mereka yang memiliki resiko dan menderita sakit


B = mereka yang memiliki resiko dan tidak menderita sakit
C = Mereka yang tanpa resiko dan menderita sakit
D = Mereka yang tanpa resiko dan tidak menderita sakit

A+B = menggambarkan mereka yang dengan faktor resiko


C+D = menggambarkan mereka yang tidak dengan faktor resiko
A+C = menggambarkan mereka yang menderita sakit
B+D = menggambarkan mereka yang tidak menderita sakit
A+B+C+D = menggambatkan mereka dalam studi populasi
Desain Studi
 Cross-sectional, E dan D diukur bersamaan
prevelensi
 Case control, D ditentukan, E ditelusuri. OR
 Cohort, E ditentukan, D diamati, RR
 Intervensi, E diberikan, D diamati, RR

Olah Raga

Diet HIPERTENSI
E
Pola Hidup
sehat D
BMI
Case Control Study
 Use two groups of subjects
◦ Subjects selected on basis of disease status
 Disease
 No Disease
 Retrospective only
 Seeks to determine whether a person with the

disease was more likely exposed to the risk


factor than someone without the disease
 Results usually reported as odds ratios
Calculating an Odds Ratio (Cross-Products Ratio)

A ratio of the probabilities diseased individuals were/were not exposed


is compared to the ratio of probabilities that disease-free people
were/were not exposed

Figure 10.10
EXAMPLE - Calculating Odds Ratio

Disease No Disease
Exposed 300 200
Not 150 350
Exposed
OR = (a/c) ÷(b/d) = (300/150)÷ (200/350) = 2/0.5714 = 3.5

Interpreting results:

OR >1; person with disease was more likely exposed


OR=1; no difference in exposure likelihood
OR<1; person with disease was less likely exposed

or

When 95% CI includes a “1” then no difference in likelihood of exposure


(such as 95% CI of 0.25 – 2.7)
Figure 10.8
CASE CONTROL STUDY
TERKONTROL TIDAK TERKONTROL
AMLODIPIN 600 200
FUROSEMID 400 800
TOTAL 1000 1000

OR 480000 6
80000
Cohort Study
 Use two groups of subjects
◦ Subjects selected on basis of exposure status
 Exposed
 Not exposed
 May be prospective or retrospective
 Seeks to determine whether an exposure

affects the likelihood that a person will get


the disease
 Results usually reported as Relative Risk
Calculating Relative Risk using a 2x2 Table

A ratio of percent of exposed individuals who get the disease


compared to percent of not-exposed people who get the disease

Figure 10.8
EXAMPLE - Calculating Relative Risk

Disease No Disease
Exposed 300 200
Not 150 350
Exposed
RR = a/(a+b) ÷(c/(c+d) = 300/500 ÷ 150/500 =2

Interpreting results:

RR >1; exposure increases risk of disease


RR=1; no difference due to exposure
RR<1; exposure is protective and reduces risk of disease

or

When 95% CI includes a “1” then no difference in risk is seen


(such as 95% CI of 0.55 – 3.6)
Figure 10.8
COHORT STUDY
TERKONTROL TIDAK TERKONTROL TOTAL
AMLODIPIN 250 750 1000
FUROSEMID 200 800 1000

RR 0.25 1.25
0.2
Interventional Study Designs
• Use same approach as experimental design
• Random assignment to study arms
• Researcher controls the exposure

• Indirect method for learning more about a disease


• Used to test the effects of removing risk
factors or adding protective factors on
subsequent disease development
• Never used to directly test whether an
exposure causes a disease
Interventional study

Covid 19 + Covid 19 - Total


Vaksinasi 50 950 1000
Tidak Vaksinasi 250 750 1000

RR 0,05 0,2
0,25
1-RR 0,8 VE 80%
Efficay VS effectiveness
SEHAT (WHO 1948)
 Kesehatan sebagai “keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh, dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. ”

• Kesehatan sebagai keadaan abstrak


dan sarana untuk mencapai tujuan
yang dapat dinyatakan dalam istilah
fungsional, memungkinkan orang
untuk menjalani kehidupan yang
produktif secara individu, sosial, dan
ekonomi.
Promosi kesehatan

 Program promosi kesehatan menyediakan


kegiatan dan acara yang terencana, terorganisir,
dan terstruktur dari waktu ke waktu yang
berfokus pada membantu individu membuat
keputusan tentang kesehatan mereka.
 Program promosi kesehatan mempromosikan

perubahan kebijakan, lingkungan, peraturan,


organisasi, dan legislatif di berbagai tingkat
pemerintahan dan organisasi
 Promosi Kesehatan adalah proses yang

memungkinkan orang untuk meningkatkan


kontrol atas faktor-faktor penentu kesehatan
dan dengan demikian meningkatkan kesehatan
mereka.
Health promotion Interaction
Model Health Promotion
 Model promosi kesehatan sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan yang positif dan mencegah
kesehatan yang buruk, melalui kolaborasi bidang
pendidikan kesehatan, pencegahan dan perlindungan
Kesehatan (downie 1990).
 Model promosi Kesehatan menempatkan promosi
kesehatan dalam kerangka cakupan luas domain
kesehatan masyarakat tradisional
 Model tersebut dapat digambarkan sebagai satu set
lingkaran yang dengan tujuh domain, yang disatukan
oleh prinsip-prinsip promosi kesehatan, yang sifatnya
mencari yang terbaik dan multidisiplin.
Problem definition

 Identifikasi parameter masalah kesehatan yang akan


ditangani mungkin melibatkan pengambilan berbagai
informasi epidemiologi dan demografi, serta informasi dari
ilmu perilaku dan sosial dan pengetahuan tentang
kebutuhan dan prioritas masyarakat
 Di sini, berbagai teori dapat membantu Anda
mengidentifikasi apa yang harus menjadi fokus intervensi.
Secara khusus, teori dapat menginformasikan pilihan Anda
untuk fokus intervensi.
 Ini mungkin karakteristik individu, keyakinan dan nilai-
nilai yang terkait dengan perilaku kesehatan yang berbeda
dan yang mungkin dapat diubah. Atau, fokusnya mungkin
karakteristik organisasi yang mungkin perlu diubah
Solution generation
 Langkah kedua melibatkan analisis solusi potensial, yang
mengarah pada pengembangan rencana program yang
menentukan tujuan dan strategi yang akan digunakan, serta
urutan kegiatan.
 Teori paling berguna di sini dalam memberikan panduan tentang
bagaimana dan kapan perubahan dapat dicapai dalam populasi
sasaran, organisasi atau kebijakan. Ini juga dapat menghasilkan
ide-ide yang mungkin tidak terpikirkan oleh Anda.
 Teori yang berbeda dapat membantu Anda memahami metode
yang dapat Anda gunakan sebagai fokus intervensi Anda;
khususnya dengan meningkatkan pemahaman tentang proses di
mana perubahan terjadi dalam variabel target (yaitu orang,
organisasi dan kebijakan), dan dengan memperjelas cara untuk
mencapai perubahan dalam variabel target ini.
Solution generation
 Misalnya, teori dapat membantu menjelaskan pengaruh
lingkungan eksternal yang berbeda dan dampaknya
terhadap perilaku individu. Wawasan ini akan
membantu dalam desain program, misalnya dengan
menunjukkan bagaimana perubahan lingkungan dapat
berdampak pada perilaku kesehatan.
 Dengan demikian, teori-teori yang menjelaskan dan
memprediksi perilaku kesehatan individu dan kelompok
dan praktik organisasi, serta yang mengidentifikasi
metode untuk mengubah determinan perilaku
kesehatan dan praktik organisasi ini, layak untuk
dipertimbangkan dengan cermat dalam fase
perencanaan ini.
 Beberapa teori juga menginformasikan keputusan
tentang waktu dan urutan intervensi Anda untuk
mencapai efek maksimal.
CAPACITY BUILDING
 Setelah rencana program dikembangkan, tahap
pertama dalam pelaksanaan biasanya diarahkan
untuk membangkitkan minat publik dan politik
dalam program, memobilisasi sumber daya untuk
pelaksanaan program, dan membangun kapasitas
dalam organisasi di mana program dapat beroperasi
(misalnya sekolah, tempat kerja, pemerintah).
 Model teori yang menunjukkan bagaimana
mempengaruhi kebijakan dan prosedur organisasi
sangat berguna di sini, seperti juga teori yang
memandu pengembangan kegiatan media.
Health Promotion Action
 Pelaksanaan suatu program dapat melibatkan beberapa
strategi, seperti pendidikan dan advokasi. Di sini,
elemen-elemen kunci teori dapat memberikan tolok
ukur terhadap pemilihan metode aktual dan urutan
intervensi yang dapat dipertimbangkan dalam kaitannya
dengan implementasi program yang ideal secara teoritis.
 Dengan cara ini, penggunaan teori membantu Anda
untuk memahami keberhasilan atau kegagalan dalam
program yang berbeda, terutama dengan menyoroti
kemungkinan dampak perbedaan antara apa yang
direncanakan dan apa yang sebenarnya terjadi dalam
pelaksanaan program.
 Hal ini juga dapat membantu dalam mengidentifikasi
elemen-elemen kunci dari suatu program yang dapat
menjadi dasar untuk menyebarkan program-program
yang berhasil
Outcomes
 Intervensi promosi kesehatan diharapkan memiliki
dampak pada awalnya pada proses atau kegiatan seperti
partisipasi dan praktik organisasi.
 Teori dapat memberikan panduan tentang langkah-
langkah yang tepat yang dapat digunakan untuk menilai
kegiatan tersebut. Misalnya, di mana teori menyatakan
bahwa target intervensi adalah untuk mencapai
perubahan pengetahuan atau perubahan norma sosial,
pengukuran perubahan ini menjadi titik evaluasi
pertama.
 Ukuran dampak seperti itu sering disebut sebagai hasil
promosi kesehatan (perhatikan, bukan hasil dalam
pengertian peningkatan kesehatan).
Outcomes
 Penilaian intermediate outcomes adalah tingkat evaluasi
berikutnya. Teori juga dapat digunakan untuk memprediksi
hasil kesehatan menengah yang dicari dari suatu intervensi.
Biasanya ini adalah modifikasi perilaku orang atau
perubahan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang
menentukan kesehatan atau mempengaruhi perilaku.
 Teori dapat memprediksi bahwa hasil promosi kesehatan
akan mengarah pada hasil intermediate outcomes.
 Hasil kesehatan dan sosial mengacu pada hasil akhir dari
intervensi dalam hal perubahan status kesehatan fisik atau
mental, dalam kualitas hidup, atau dalam peningkatan
kesetaraan dalam kesehatan dalam populasi.
Outcomes
 Definisi hasil akhir akan didasarkan pada hubungan
yang diprediksi secara teoritis antara perubahan
hasil kesehatan menengah dan hasil kesehatan
akhir.
 Tabel 3.1 merangkum bidang perubahan dan teori
atau model yang mendukungnya untuk mendukung
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
promosi kesehatan.
 Bab ini memperkenalkan Anda pada beberapa teori
penting yang digunakan untuk memandu
perubahan perilaku individu
1. Health belief model
 HBM adalah salah satu model teortis yang paling
lama didirikan ini dirancang untuk menjelaskan
perilaku kesehatan dengan memahami kepercayaan
orang tentang kesehatan.
 Awalnya ditujukan untuk menjelaskan mengapa
individu berpartisipasi dalam skrining kesehatan
dan program imunisasi, dan telah dikembangkan
untuk penerapan jenis perilaku kesehatan lain yang
mereka anggap rentan terhadap kondisi masalah.
1. Health belief model
 Kemungkinan individu mengambil tindakan untuk
masalah kesehatan tertentu didasarkan pada interaksi
antara empat jenis keyakinan. model memprediksi bahwa
individu akan mengambil tindakan untuk melindungi atau
mempromosikan kesehatan jika:
1. Mereka percaya itu akan memiliki konsekuensi yang
berpotensi serius.
2. Mereka percaya tindakan kursus tersedia yang akan
mengurangi kerentanan mereka, atau meminimalkan
konsekuensinya.
3. Mereka percaya bahwa manfaat dari mengambil tindakan
akan lebih besar daripada biaya atau hambatan
1. Health Belief Model
2. The stages of change (transtheoretical)
model
 Model ini dikembangkan untuk menggambarkan
dan menjelaskan tahapan yang berbeda dalam
perubahan perilaku (Prochaska dan DiClemente,
1984).
 Model ini didasarkan pada premis bahwa
perubahan perilaku adalah sebuah proses, bukan
peristiwa, dan bahwa individu memiliki tingkat
motivasi atau kesiapan yang berbeda untuk
berubah (Gambar 3.3).
2. The stages of change (transtheoretical)
model
Lima tahap perubahan telah diidentifikasi:
1. Prakontemplasi: ini menggambarkan individu yang
bahkan tidak mempertimbangkan untuk mengubah
perilaku atau secara sadar berniat untuk tidak berubah
2. Kontemplasi: tahap di mana seseorang
mempertimbangkan untuk membuat perubahan pada
perilaku tertentu
3. Determinasi, atau persiapan: tahap di mana seseorang
membuat komitmen serius untuk berubah
4. Tindakan: tahap di mana perubahan perilaku dimulai

5. Pemeliharaan: mempertahankan perubahan, dan


pencapaian keuntungan kesehatan yang dapat diprediksi.
Kambuh juga bisa menjadi tahap kelima
2. The stages of change
(transtheoretical) model
 Dari perspektif perencanaan program, model ini
sangat berguna dalam menunjukkan bagaimana
proses perubahan yang berbeda dapat mempengaruhi
bagaimana kegiatan dipentaskan.
 Beberapa proses telah secara konsisten berguna dalam
mendukung pergerakan antar tahapan. Proses-proses
ini kurang lebih dapat diterapkan pada berbagai tahap
perubahan.
 Misalnya, peningkatan kesadaran mungkin paling
berguna di antara pra-kontemplator yang mungkin
tidak menyadari ancaman kesehatan yang ditimbulkan
oleh perilaku mereka, sedangkan komunikasi manfaat
perubahan dan ilustrasi keberhasilan orang lain dalam
perubahan mungkin penting bagi mereka yang
merenungkan perubahan.
2. The stages of change (transtheoretical)
model
 Begitu perubahan telah dimulai pada tahap tindakan,
dukungan sosial dan kontrol stimulus (misalnya,
dengan menghindari situasi tertentu atau memiliki
dukungan lingkungan) menjadi lebih penting.
 Dengan mencocokkan tahapan perubahan perilaku
dengan proses tertentu, model tersebut menentukan
bagaimana intervensi dapat diatur untuk populasi
yang berbeda, dengan kebutuhan yang berbeda dan
dalam keadaan yang berbeda.
 Tahapan model perubahan menekankan perlunya
meneliti karakteristik populasi sasaran, pentingnya
tidak mengasumsikan bahwa semua orang berada
pada tahap yang sama, dan kebutuhan untuk
mengatur intervensi secara berurutan untuk
mengatasi berbagai tahap yang akan dihadapi.
2. The stages of change (transtheoretical)
model
 Model tersebut telah digunakan dalam program-program di
tempat kerja untuk mempromosikan aktivitas fisik secara
teratur, yang secara tradisional tidak banyak berhasil.
 Marcus dan rekan (1992) menguji intervensi yang
menggunakan tahapan model perubahan untuk
mengklasifikasikan pekerja menurut tingkat aktivitas mereka
saat ini dan motivasi untuk berubah.
 Intervensi terdiri dari campuran bahan tertulis dan peristiwa
yang ditargetkan sesuai dengan tahap perubahan yang
berbeda.
 Intervensi menghasilkan hasil jangka pendek yang
menjanjikan dengan mendukung banyak peserta untuk
bergerak melalui berbagai tahap perubahan menuju aktivitas
yang lebih teratur.
3. Social Cognitive Theory
 Ini adalah salah satu teori yang paling banyak
diterapkan dalam promosi kesehatan karena membahas
baik determinan yang mendasari perilaku kesehatan
dan metode untuk mempromosikan perubahan.
 Teori tersebut dibangun atas pemahaman tentang
interaksi yang terjadi antara individu dengan
lingkungannya (Bandura 1995). Penelitian psiko-sosial
awal cenderung berfokus pada cara lingkungan
membentuk perilaku, dengan membuatnya lebih atau
kurang bermanfaat untuk berperilaku dengan cara
tertentu.
 Contoh : Jika peraturan regulasi tentang di mana orang
menjadi sulit untuk merokok maka perokok lebih
sedikit merokok dan menemukan lingkungan yang
mendukung untuk berhenti.
3. Social Cognitive Theory
 Pemahaman dasar tentang hubungan antara individu
dan lingkungan, berbagai faktor kognitif pribadi
memerlukan bagian ketiga dari hubungan ini, yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan
lingkungan tertentu.
 Pertama, kapasitas untuk belajar dengan mengamati
baik perilaku orang lain maupun penghargaan yang
diterima untuk pola perilaku yang berbeda
(pembelajaran observasional). Misalnya, beberapa
remaja putri mungkin mengamati perilaku (seperti
merokok) oleh orang-orang yang mereka anggap
canggih dan menarik (model peran).
3. Social Cognitive Theory
 Jika mereka mengamati dan menghargai imbalan
yang mereka kaitkan dengan merokok, seperti daya
tarik seksual atau citra diri yang diinginkan, maka
mereka lebih mungkin untuk merokok sendiri –
harapan mereka dalam kaitannya dengan merokok
adalah positif.
 Pemahaman seperti itu semakin memperkuat
pentingnya mempertimbangkan pengaruh teman
sebaya dan norma sosial pada perilaku kesehatan,
dan potensi penggunaan model peran dalam
mempengaruhi norma sosial.
Social Cognitive Theory
 Kedua, kapasitas untuk mengantisipasi dan menempatkan
nilai pada hasil dari pola perilaku yang berbeda (disebut
sebagai harapan). Misalnya, jika Anda yakin bahwa
merokok akan membantu Anda menurunkan berat badan
dan Anda sangat menghargai penurunan berat badan,
maka kemungkinan besar Anda akan merokok atau terus
merokok.
 Pemahaman ini menekankan pentingnya memahami
keyakinan dan motivasi pribadi yang mendasari perilaku
yang berbeda, dan kebutuhan untuk menekankan manfaat
jangka pendek dan nyata.
 Misalnya, kaum muda telah terbukti lebih merespons efek
buruk jangka pendek dari merokok (bau mulut, pakaian
bau) daripada ancaman jangka panjang yang ditimbulkan
oleh kanker paru-paru atau penyakit jantung terhadap
kesehatan.
Social Cognitive Theory
 Akhirnya, teori ini menekankan pentingnya keyakinan pada
kemampuan Anda sendiri untuk berhasil melakukan suatu
perilaku (disebut sebagai self-efficacy). Self-efficacy
diusulkan sebagai prasyarat yang paling penting untuk
perubahan perilaku dan akan mempengaruhi seberapa
banyak usaha dimasukkan ke dalam tugas dan hasil dari
tugas itu.
 Promosi self-efficacy dengan demikian merupakan tugas
penting dalam pencapaian perubahan perilaku. Telah
diusulkan bahwa pembelajaran observasional dan
pembelajaran partisipatif (misalnya dengan latihan dan
pengulangan yang diawasi) akan mengarah pada
pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk perubahan perilaku (kemampuan
perilaku).
 Ini dilihat sebagai alat yang ampuh dalam membangun
kepercayaan diri dan efikasi diri.
The Determinants of Health
 Those factors associated with health either
internal to the person or a characteristic of
their external environment
 Health determinants within an ecological

framework will be used to guide the


discussion of health promotion
Health promotion
 Is defined as actions affecting one or more
determinants of health
 Goal is to enable people to maintain or

improve their physical, mental, or social well-


being
Determinants of hypertension

HBM
Berat Badan SCT
Usia
Aktifitas fisik
Lingkar pinggang
Asupan garam Hipertensi
Asupan lemak
Diabetes
Kolesterol
Stress
How severe is the infection?

 Apakah kita membutuhkan vaksin ? Lakukan survei.


 Pertanyaan untuk dijawab adalah: seberapa umum
penyakit ini, usia dan populasi berapa yang paling
terpengaruh, berapa tingkat komplikasi, rawat inap,
kematian?
 Pola musiman atau sekuler dapat mempengaruhi waktu
dari setiap strategi atau kampanye vaksinasi massal.
 Distribusi geografis mungkin juga relevan dalam
menentukan strategi. Studi penetapan biaya penting
bahkan pada tahap ini.
How good is the vaccine?
 Studi kohort epidemiologi terencana diperlukan untuk
menetapkan seberapa efektif vaksin tersebut, durasi
kemanjuran dan apa efek sampingnya.

How do we use it ?
• Apa strategi terbaik - vaksinasi massal atau selektif? Jika selektif,
kepada siapa? Kalo masal, berapa kelompok umur, berapa dosis
berapa lama termasuk kebutuhan dosis booster?
• Apakah kita bertujuan untuk penahanan, eliminasi atau
pemberantasan?
• Studi pemodelan berguna
The characteristics of an ideal vaccine
are:
 Khasiat: kemanjuran 100 persen - semua
orang di segala usia memperoleh kekebalan
permanen hanya dengan satu dosis;
 Efek samping: tidak ada;
 Rute: tidak menyakitkan,
 Gratis;
 Stabilitas: 100 persen pada semua suhu dan

potensi tidak pernah menurun.


Preclinical and fields study
 Sebelum uji coba pada manusia dimulai, harus ada bukti teoritis
bahwa komponen vaksin berfungsi. Vaksin tersebut harus lulus uji
ketat untuk sterilitas dan stabilitas.
 Penelitian pada hewan memberikan beberapa informasi tentang
respon dosis dan rute pemberian yang ideal. Studi awal ini
diklasifikasikan sebagai praklinis.
 Uji coba manusia paling awal perlu menetapkan kemanjuran dan
keamanan. Sekalipun infeksi sangat umum, biasanya tidak mungkin
untuk menguji perlindungan terhadap penyakit pada tahap ini.
 Sebaliknya, kemanjuran dinilai dengan menguji konversi sero. Uji
coba vaksin pada manusia umumnya dilakukan dalam tiga tahap.
Keberhasilan di setiap fase diperlukan sebelum melanjutkan ke fase
berikutnya.
Preclinical and fields study
 Fase 1: vaksin diberikan kepada sejumlah kecil (<50) sukarelawan
dewasa yang sehat dengan risiko rendah tertular penyakit, untuk
menilai keamanan terutama. imunogenisitas juga diselidiki.
 Vaksin tersebut harus terbukti konsisten dengan strain organisme
yang beredar di dunia atau negara. Dosis mungkin perlu
disesuaikan. Pengujian berurutan dapat dilakukan - yaitu menguji
kurang dari sepuluh orang di setiap batch, menyesuaikan dosis
setiap kali.
 Hanya efek samping yang serius dan umum yang dievaluasi pada
fase ini. Informasi yang tersedia dari studi fase 1 jelas terbatas,
terutama jika kelompok sasaran akhirnya adalah bayi dan anak-
anak yang sangat kecil. Tidak perlu memiliki grup kontrol.
Preclinical and fields study
 Fase 2: sampel yang lebih besar - sekitar 100–200 - dari
kelompok sasaran divaksinasi pada fase ini, lebih disukai
dengan kelompok kontrol. Meskipun tidak selalu
memungkinkan, risiko tertular penyakit dalam sampel ini harus
rendah. Berbeda dengan fase 1 di mana antibodi dan respons
seluler merupakan tujuan tambahan, inilah tujuan utamanya,
meskipun efek sampingnya juga dipantau dengan cermat.
 Karena ini adalah pendahuluan untuk percobaan fase 3 yang
lebih besar, informasi tentang hubungan dosis-respons
diperoleh untuk memastikan jadwal yang paling tepat untuk
fase berikutnya. Beberapa informasi tentang kontraindikasi
mungkin muncul.
Preclinical and fields study
 Fase 3: ini adalah uji coba khasiat, jauh lebih besar dan ditujukan
pada populasi sasaran, dengan kontrol yang sesuai, dan dilakukan
di bawah prosedur ilmiah yang ketat.
 Secara umum ini berarti uji coba terkontrol secara acak. Subjek yang
menjalani uji coba fase 3 harus berisiko tinggi terserang penyakit.
 Jumlah yang termasuk dalam uji coba fase 3 harus diperkirakan
secara statistik, dengan mempertimbangkan kejadian penyakit yang
diharapkan, perkiraan efikasi vaksin (VE) dan ketepatan VE yang
akan diukur, serta tingkat kekuatan dan signifikansi yang dipilih.
(Begg dan Cutts 1994).
 Dalam uji coba fase 3 perlindungan terhadap penyakit menjadi hasil
utama yang harus diukur, meskipun hasil penting lainnya jelas
adalah efek samping dan akseptabilitas.
Preclinical and fields study
 Dalam uji coba fase 3 terkontrol, penting untuk melakukan
random jika memungkinkan.
 Setiap orang dalam penelitian yang menjadi relawan, harus

diacak menjadi ‘Intervensi' dan kelompok kontrol. Hal Ini


karena memvaksinasi sukarelawan yang mungkin memiliki
beberapa bias yang berbeda - seperti kelas sosial - dan
tidak 'membutakan'.
 Subjek harus 'dibutakan' dan diacak dengan benar, jika

tidak memperkirakan efek samping vaksin akan sangat


sulit, seperti diagnosis klinis infeksi jika itu adalah salah
satu ukuran hasil utama. Juga diinginkan untuk
'membutakan' para peneliti.
Deciding on a vaccine strategy
 Ada berbagai pilihan dalam menentukan strategi
vaksin. Keputusan pertama yang harus diambil adalah
apakah akan menjalani vaksinasi selektif atau massal.
 Kebijakan vaksin selektif berarti memberikan vaksin
hanya kepada kelompok orang atau individu tertentu
yang dipilih karena mereka mempunyai resiko yang
lebih besar daripada masyarakat umum.
 Kebijakan massal tidak selalu berarti bahwa seluruh
populasi harus divaksinasi. Satu atau lebih kelompok
usia biasanya cukup, tetapi strategi Anda harus
memasukkan semua orang dalam kelompok itu, dan
pada akhirnya melindungi seluruh populasi.
Deciding on a vaccine strategy
Beberapa alasan untuk memilih kebijakan vaksin selektif daripada
massal adalah:
1. Penyakit langka

2. Penyakit yang lebih umum terjadi pada kelompok tertentu yang


dapat diidentifikasi seperti pelancong, pekerjaan (termasuk
pekerja laboratorium) atau mereka yang sangat rentan
3. Ancaman infeksi serius yang diimpor atau menyebabkan wabah

4. Biaya vaksin juga dapat mempengaruhi pilihan strategi.

5. Vaksinasi meningitis pada Jemaah haji atau umroh


Selective immunization
 Infeksi harus jarang terjadi di negara itu sendiri atau
lebih mungkin mempengaruhi pekerjaan tertentu atau
kelompok yang rentan.
 Namun di sebagian besar negara maju, vaksin
diberikan secara rutin kepada kelompok pekerjaan
tertentu.
 Untuk pelancong yang bepergian dari negara non-
endemik ke negara di mana infeksi biasa terjadi
 Contohnya Vaksinasi meningitis pada Jemaah haji
Mass immunization
 Jika infeksi cukup umum, cukup serius dan
vaksin yang efektif tersedia, bahan-bahan
penting tersedia untuk program imunisasi
massal.
 Namun demikian, strateginya tergantung

pada tujuan program.


 Contohnya Vaksinasi Covid-19
Mass immunization
 Untungnya tidak semua orang harus diimunisasi. Untuk penyakit
yang dapat menyebar antar manusia, tingkat imunitas kelompok
yang tinggi dapat dicapai tanpa tingkat vaksinasi yang sangat
tinggi.
 Ini berarti bahwa kejadian penyakit turun lebih dari yang
diharapkan oleh tingkat vaksinasi. Ini juga alasan mengapa angka
penyakit menular pada anak-anak dan orang dewasa dapat
berkurang ketika anak-anak diimunisasi, menghindari kebutuhan
untuk mengimunisasi seluruh populasi.
 Untuk penyakit yang tidak menular antar manusia, seperti tetanus
dan penyakit legiuner, kekebalan kelompok tidak berfungsi.
Penanganan vaksin
  Cold chain  Cool Chain  vaccine chain
(Rantai vaksin) kegiatan meliputi ;
◦ Pembuatan vaksin (pabrik)
◦ Distribusi (Pengiriman)
◦ Penyimpanan (prov, Kab/kota dan pusk)
◦ Pemakaian vaksin (Pusk, UPS, Bides)
 Adanya VVM (VACCINE VIAL MONITOR) dan
freeze tag maka Paradigma penyimpanan,
pengiriman vaksin, dapat mengubah salah
pengertian bahwa makin dingin vaksin akan
semakin baik.
Cold chain terbagi menjadi 3 bagian:

Cold chain Data


Data Inventory
Cold / freezer room
equipment. Lemari es / freezer
Tool
Cold box / VC CCEM

Pelatihan
Penanganan Vaksin. Tool
Cold chain
Stored – Distribusi EVSM
manageme Pemeliharaan L.es / SMS
nt freezer

Cold chain Pemeliharaan & Teknisi


Perbaikan. Suku cadang
technician Cold room, refrig, freezer biaya
Pengertian Vaksin
Vaksin

suatu produk biologik yang terbuat dari kuman,


komponen kuman, atau racun kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna
untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh
seseorang.
Penggolongan berdasarkan
sensitivitas terhadap suhu
gol. vaksin yang Hepatitis B
FS akan rusak
terhadap suhu
DPT
DPT/HB
(Freeze dingin <00C
Sensitive) DT
(beku)
tidak tahan beku TT
gol. vaksin yang

HS akan rusak
terhadap
paparan panas
BCG
POLIO
(Heat Sensitive) CAMPAK
yang berlebih
tidak tahan panas
(>340C)
Masa Simpan Vaksin
SUHU UMUR
VAKSIN
PENYIMPANAN VAKSIN
HEP. B 26 bulan
DPT/HB 2 tahun

FS DPT
DT
+20C s/d +80C 2 tahun
2 tahun
TT 2 tahun
+20C s/d +80C
BCG -150C s/d -250C 1 tahun

HS POLIO

CAMPAK
+20C s/d +80C
-150C s/d -250C
+20C s/d +80C
6 bulan
2 tahun

-150C s/d -250C 2 tahun

Pelarut BCG
+20C s/d suhu kamar 4 tahun
Pelarut Campak
Kerusakan Vaksin terhadap Suhu
VAKSIN SUHU BERTAHAN

Hep. B -0,50C Max ½ jam


DPT, TT, DT -50C s/d - Max 1,5-2

FS DPT
100C jam
14 hari
Hep.B & TT Beberapa 30 hari
0
C di atas
Polio suhu kamar 2 hari
HS Campak &
BCG
(<340C) 7 hari
SEMUA VAKSIN AKAN RUSAK BILA
TERKENA SINAR MATAHARI
LANGSUNG

PEMBEKUAN AKAN
MERUSAK VAKSIN FS
PASTIKAN PELARUT VAKSIN TIDAK
TERTUKAR ANTARA BCG
DAN CAMPAK

PASTIKAN VAKSIN DAN PELARUTNYA BERASAL


DARI PABRIK YANG SAMA

PELARUT CAMPAK DAN BCG


TIDAK BOLEH BEKU
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin
Dosis Pemberian
Hep. B 0,5 mL intra muskular
BCG 0,05 mL intra kutan
Polio 2 tetes oral
DPT 0,5 mL intra muskular
DPT/HB 0,5 mL intra muskular
DT 0,5 mL intra muskular
TT 0,5 mL intra muskular
Campak 0,5 mL sub kutan
Penggunaan vaksin yang telah dibuka di pelayanan
statis

VAKSIN MASA PEMAKAIAN


HEP. B (Uniject) Satu dosis
BCG 3 jam
POLIO 2 minggu
DPT 4 minggu
DPT/HB 4 minggu
CAMPAK 6 jam
DT 4 minggu
TT 4 minggu
A. PERALATAN RANTAI VAKSIN

1. Pengertian
adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.

2. Fungsi
Adalah untuk untuk menyimpan/membawa vaksin
pada suhu yang telah ditetapkan sehingga potensi
vaksin dapat terjamin.

3. Peralatan Rantai Vaksin


Alat menyimpan vaksin : Cold room, Lemari es,
Freezer
Alat membawa vaksin : Cold box, Vaccine
carrier
Alat mempertahankan suhu : Cool pack, Cold pack
Fungsi Lemari Es
 Menyimpan semua vaksin di tingkat
puskesmas pada suhu yang ditentukan +20C
s/d +80C
 Dapat juga untuk membuat cool pack (kotak

dingin cair)
Fungsi Freezer
 Menyimpan vaksin OPV (Oral Polio Vaccine) di
tingkat kabupaten/provinsi pada suhu yang
ditentukan -150C s/d -250C
 Dapat juga untuk membuat cold pack (kotak

dingin es beku)
Manfaat Lemari Es dan Freezer
Agar vaksin yang disimpan masih tetap
mempunyai potensi baik sampai pada sasaran
Bentuk Pintu Lemari Es/Freezer
 Buka dari depan (front opening)
◦ Lemari es rumah tangga
◦ Tidak dianjurkan untuk menyimpan vaksin
 Buka ke atas (top opening)
◦ Untuk menyimpan vaksin
◦ Contoh: RCW 42 EK, RCW 50 EK
Alat Pembawa Vaksin
 Cold Box
◦ Menyimpan sementara
◦ Mengirim/membawa vaksin dari Pabrik  Provinsi
 Kabupaten
◦ Vaccine Sinovac = Biofarma kirim ke GF Kab/Kota
 Vaccine Carrier
◦ Megirim/membawa vaksin dari puskesmas ke
posyandu
Alat Mempertahankan Suhu
 Cold pack (kotak dingin es beku)
◦ Wadah plastik segi empat (warna putih)
◦ Diisi dengan air  dibekukan dalam freezer dengan
suhu -150C s/d -250C selama minimal 24 jam
◦ Digunakan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten
 Cool pack (kotak dingin cair)
◦ Wadah plastik segi empat (warna biru dan merah)
◦ Diisi dengan air  didinginkan di dalam lemari es
dengan suhu +00C s/d +30C selama minimal 12
jam
◦ Digunakan di tingkat Puskesmas
PENEMPATAN LEMARI ES
 Jarak minimal LE dengan dinding bag belakang adalah ±
10 – 15 cm.
 Jarak minimal antara LE satu dengan yang lain ± 15 cm
 LE tidak terkena sinar matahari langsung
 Ada sirkulasi udara yang cukup dalam ruangan
 Setiap unit LE atau Freezer hanya menggunakan 1 stop
kontak listrik, menggunakan stabilisator untuk tiap unit
UU no 40 tahun 2004 tentang SJSN :
9 Prinsip SJSN
1. Kegotong-royongan
2. Nirlaba
3. Keterbukaan
4. Kehati-hatian
5. Akuntabilitas
6. Portabilitas
7. Kepesertaan bersifat wajib
8. Dana amanat
9. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan
seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta
UU no 24 tahun 2011 tentang BPJS
Perpres No 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan
Permenkes no 59 tahun 2014 tentang standar
tarif pelayanan kesehatan dalam program JKN
Permenkes no 59 tahun 2014 tentang standar
tarif pelayanan kesehatan dalam program JKN
The role of pharmacy in public health
includes:
1) Access to medications
2) Assuring safe & effective
medications
3) Safely using/discarding medications

Anda mungkin juga menyukai