PENYEBABNYA
2
ANATOMI LIDAH: DORSUM,
VENTRAL, LATERAL
3
PERSARAFAN
4
PAPILLA
LIDAH
• Hampir seluruh permukaan dorsal lidah diliputi oleh papila lidah
• 4 bentuk papilla:
1. Filiformis
2. Fungiformis
3. Foliata
4. Circumvallata
5
PAPILA
FILIFORMIS
• Bentuk runcing
• Epitel berlapis gepeng
• Lamina propria
6
PAPILA
FUNGIFORMI
S • Bentuk seperti jamur
– Epitel berlapis gepeng
– Papila jaringan ikat
• Di bawahnya terdapat
– Otot skeletal
– Kelenjar saliva kecil
17-APR-13 7
PAPILA
FOLIATE
• Papila mempunyai tanda khas
3 papila (tonjolan) jaringan
ikat ke dalam papila
• Ada taste bud di dinding luar
8
PAPILA
SIRKUMVALLA
TA • Papila sirkum valata adalah
papila lidah terbesar
• Jumlah 8-12
• Di sulkus terminalis
• Dikelilingi lipatan epitel
seperti parit
• Di permukaan lateral banyak taste
bud bermuara pada lumen parit.
• Duktus exkretorius kelenjar serosa
von Ebner bermuara ke parit
• Fungsi membersihkan parit
9
TASTE BUDS
• Taste bud paling banyak di
papillae fungiformis,
sirkumvallata dan foliata
• Taste bud juga ditemukan di
palatum, pharynx, larynx,
lengkung (arkus) palatoglossus
dan palatofaringeus
• Tampak sebagai badan bulat
Cairan saliva pada pori mencapai ujung saraf pucat, yang berjalan dari
sensoris yang tdpt di dalam taste bud.
Badan sel saraf ujung dendrit bersifat
membran basal menuju lubang
pseudounipolar, terletak di dlm ganglion kecil = pori pengecap pada
sensoris saraf kranial (saraf VII, facialis) permukaan epitel.
10
TASTE BUD = KUNCUP
PENGECAP • Selnya panjang
• Secara fungsional, sel dapat dibagi
dalam 3 tipe
1. Sel sensoris
2. Sel penyokong = sustentakular
3. Sel basal
• Sel sensoris mempunyai mikrovili
yang memanjang ke pori pengecap
• Mikrovili ini mempunyai reseptor
untuk berbagai rasa dasar: manis,
asin, pahit, dan asam)
• Pergantian sel cukup cepat, diduga
berganti setiap 10 hari
• Sel basal yang akan meregenerasi
11
TONSILA
LINGUALIS
12
EVALUATION OF TASTE
ABNORMALITY
a. Presenting complaint
b. General medical history
c. Physical examination
Taste testing
Regional or spatial taste testing
Electrogustatory
Laboratory tests
Craniofacial imaging
Clinical examination
CLASSIFICATION OF TASTE
DISORDERS
They are mainly classified into
1. Gustatory – olfactory confusion in patients with hyposmia.
2. Secondary dysgensia and paragensia.
3. Transport disorders.
4. Idiopathic taste abnormality.
Gustatory – olfactory confusion in patients with hyposmia:
Following upper respiratory tract infection or any multiple causes of olfactory
loss, individual experience smell and taste loss on report that particular food
no longer tastes the same. Most of such problems are due to decreased
transport of volatile substances to olfactory receptors on a result of heavy
nasal mucous or sneezing of the sinus mucosa. So in either examination of
patients reveal abnormal or loss or altered olfactory function rather than taste.
a/ suatu lesi inflamasi pada lidah yang bersifat jinak dan tidak memiliki
kecenderungan berubah menjadi ganas.
22
Klinis: Tampak berwarna kuning, putih atau abu-abu pada bagian tepinya dengan bentuk
yang irreguler, lesi ini juga tampak seperti lingkaran merah dengan tepi berwarna putih
yang tidak teratur pada bagian samping, maupun tengah lidah
Lesi ini biasanya muncul selama satu atau dua minggu, lalu menghilang dan muncul
kembali pada tempat yang berbeda dari lidah.
Lesi terasa sakit hanya saat terdapat faktor pencetus rasa sakitnya, seperti makanan
yang pedas, panas dan asam serta minuman yang berkarbonasi atau beralkohol.
GT mampu sembuh tanpa pengobatan, tetapi adanya lesi ini dapat menganggu aktifitas
penderita apabila terlalu sering timbul. Lesi GT akan mengganggu fx mastikasi dan fx
bicara, kualitas hidup penderita dan asupan gizi bagi penderita itu sendiri.
23
GEOGRAPHIC
TONGUE
Biasanya muncul bersamaan dengan munculnya
Benign migratory glossitis/ Erythema migrains Fissure tongue
Klinis Klinis
Daerah depapilasi, kuning atau putih, atau Terdiri dari suatu garis tengah atau beberapa celah di atas
warna abu-abu, dan tampak meninggi di permukaan lidah yang ada dari depan sampai belakang
tepinya dengan bentuk tidak teratur. lidah dan memiliki pola yang beragam
24
Geographic tongue
ETIOLOGI
Belum diketahui
• Beberapa peneliti mengatakan Bahwa itu berasal dari faktor genetik atau keturunan.
25
Predisposisi
keluarga
Kekurangan Gangguan
nutrisi hormonal
Faktor Resiko
Geographic
Tongue
Penggunaan
Faktor
kontrasepsi
psikologis
oral
Kondisi alergi
seperti alergi
serbuk bunga
dan rinitis
26
KARAKTERISTIK
GEOGRAPHIC TONGUE
Ditandai dengan periode
eksaserbasi dan remisi
• Periode eksaserbasi merupakan suatu periode dimana lesi kambuh setelah periode remisi.
• Pada periode remisi biasanya lesi jarang atau hanya sedikit tampak, karena sedang dalam
proses penyembuhan.
Lesi GT akan bertahan selama beberapa hari, kemudian hilang tanpa bekas, lalu akan muncul kembali pada
lokasi berbeda sehingga menghasilkan pola yang berpindah pindah. Secara histologis, keadaan ini hanya terjadi
pada bagian superfisial saja. Adanya kehilangan papilla filiformis menyebabkan permukaan mukosa tampak rata.
27
Pada pasien anak dengan Geographic
Tongue
Kadang hipersensitif, sehingga mereka
menolak mengkonsumsi makanan tertentu.
Namun pada kuesioner penelitian beberapa penderita geographic tongue mengeluhkan adanya rasa
sakit dari munculnya lesi. Prevalensi keluhan rasa sakit muncul sebanyak 0,9%. Penderita
mengaku lesi akan terasa sakit apabila mengonsumsi makanan pedas, asin, asam dan panas
serta saat meminum minuman yang panas, asam, beralkohol dan berkarbonasi.
28
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis geograpgic tongue biasanya ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan anamnesa. Biospsi jarang
dibutuhkan kecuali dicurigai adanya lesi lainnya yang timbul pada lidah.
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan bila ditemukan juga adanya gambaran klinis psoriasis pada kulit.
Candidiasis oral
Untuk membedakan candidiasis dari geographic tongue, candidiasis mudah diangkat dan meninggalkan
daerah yang kasar dan berdarah.
29
PERAWATAN
Jika pasien melaporkan gejala nyeri tekan dan terbakar, pengobatan dalam
kasus ini bersifat empiris.
Cara pengobatan termasuk:
Steroid topikal,
Terapi Multivitamin,
Kumur dengan agen anestesi topikal,
Antihistamin,
Analgesik,
Diphenhydramine