Anda di halaman 1dari 28

TRAUMA INHALASI


Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panasdan zat
kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri.


Hasil dari pembakaran tidak hanya dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari
udara, partikel padat yang terurai di udara (melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik).

Aerosol dari cairan yang bersifat iritasi dan sitotoksik serta gas toksik tersebut bekerja sistemik.

Partikel padat yang ukurannya lebih dari 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. 3- 10

mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli.
Trauma inhalasi diklasifikasikan menjadi 3
1. Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis) .

Trauma saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalannafas sesaat
setelah trauma namun bila ditangani secara benar, edema salurannafas dapat hilang tanpa sekuele beberapa
hari.
2. Trauma pada saluran nafas bawah dan parenkim paru (trauma subglotis)

. Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru & mungkin
akan susah ditangani. Asap memiliki kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarangdidapatkan
trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru,trauma ini terjadi bila seseorang
terpapar uap yang sangat panas.
3. Toksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik

Seperti karbon monoksida (CO) & sianida.Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama
kematian cepat akibat api,meskipun biasanya trauma supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik
terjadi bersamaan. Intoksikasi CO terjadi jika afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar dari afinitas
oksigen terhadap hemoglobin, sehingga ikatan CO dan hb membentuk suatu karboksihemoglobin dan
menyebabkan hipoksia.
TANDA TANDA YANG BISA DICURIGAI:

• Luka bakar pada


wajah

Alis mata dan bulu hidung
hangus

Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring



Sputum yang mengandung arang atau karbon

Wheezing, sesak dan suara serak

Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api

Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan



Tanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalam lingkungan api) seperti
kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakitkepala, mual, pusing, pandangan kabur,
halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma)
PEMERIKSAAN PEN UN JAN G TRAUMA
INHALASI
• 1.Laboratorium

Pulse oximetery :Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang meningkat palsu akibat ikatan
CO terhadap hemoglobin sehingga kadar karboksihemoglobin seringkali diartikan
sebagai oksihemaglon
• Analisa Gas Darah: :Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan asam basa dan kadar
sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumahtangga dan biasanya terjadi peningkatan
kadar laktat plasma.

Elektrolit : Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resuitasi cairan dalam
jumlah besar

Darah Lengkap : Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya terjadi sesaat setelah trauma.
Hematokrit yang menurun secara progresif akibat pemulihan
volumeintravaskular.
Anemia berat biasa terjadi akibat hipoksia atau ketidakseimbangan hemodinamik.
Peningkatan sel darah putih untuk melihatadanya infeksi

2. Foto Thoraks

Biasanya normal dalam 3-5 hari, gambaran yang dapat muncul sesudahnya termasuk
atelektasis, edema paru, dan ARDS

3. Laringoskopi dan bronkoskopi fiberoptik

Keduanya dapat digunakan sebagai alat diagnostik maupun terapeutik. Pada bronkoskopi
biasanya didapatkan gambaran jelaga, eritema, sputum dengan arang, petekie, daerah
pink
sampai abu-abu karena nekrosis, ulserasi, sekresi, mukopurulen.Bronkoskopi serial berguna
untuk menghilangkan debris dan sel-sel nekrotik padakasus-kasus paru atau jika suction dan
ventilasi tekanan positif tidak cukup memadai
PENATALAKSANAAN

1. Airway
• Jika dicurigai seseorang dengan trauma inhalasi maka sebelum dikirim ke pusat luka bakar sebaiknya dilakukan intubasi cepat untuk melindungi jalan
nafas sebelum terjadi pembengkakan wajah dan faring yang biasanya terjadi 24-48 jam setelahkejadian, dimana jika terjadi edema
maka yang diperlukan adalah trakeostomi atau krikotiroidotomi jika intubasi oral tidak dapat dilakukan.

2. Breathing

Jika didapatkan tanda-tanda insufisiensi pernapasan, susah bernapas, stridor, batuk,retraksi suara nafas bilateral atau tanda-tanda
keracunan C O maka dibutuhkan oksigen100% atau oksigen tekanan tinggi yang akan menurunkan waktu paruh dari C O dalam darah

3. Circulation
• Pengukuran tekanan darah dan nadi untuk mengetahui stabilitas hemodinamik. Untuk mencegah syok hipovolemik diperlukan resusitasi
cairan intravena. Pada pasiendengan trauma inhalasi biasanya dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid40-75% lebih banyak
dibandingkan pasien yang hanya luka bakar saja

4. Neurologi

• Pasien yang berespon/sadar membantu untuk mengetahui kemampuan mereka untuk melindungi jalan nafas dan merupakan
indikator yang baik untuk mengukur kesuksesan resusitasi.Pasien dengan kelainan neurologik seringkali memerlukananalgetik poten

5. Luka bakar

Periksa seluruh tubuh untuk mengetahui adanya trauma lain dan luka bakar. Cuci NaCl kulit yang tidak
terbakar untuk menghindari sisa zat toksik yang bermakna


6. Medikasi

Kortikosteroid : digunakan untuk menekan inflamasi dan menurunkan edema

Antibiotik : Mengobati infeksi sekunder yang biasanya disebabkan olehStaphylococcus Aureus dan
Pseudomonas Aeruginosa pada pasien-pasiendengan kerusakan paru

Amyl dan Sodium Nitrit untuk mengobati keracunan sianida tetapi harus berhati-hati jika ditemukan pula
tanda-tanda keracunan CO karena obat inidapat menyebabkan methahemoglobinemia. Oksigen dan
Sodium tiosulfat juga dapat sebagai antidotum sianida, antidotum yang lain adalahhidroksikobalamin dan
EDTA.

Bronkodilator untuk pasien-pasien dengan bronkokonstriksi. Pada kasus-kasus berat bronkodilator
digunakan secara intavena
KOMPLIKASI


Trauma paru berat, edema, dan ketidak mampuan untuk oksigenasi atau ventilasi
yang adekuat dapat menyebabkan kematian.

Keracunan CO dan inhalasi dari hasil pembakaran yang lain secara bersamaan
dapat menyebabkan hipoksemia, trauma organ dan morbiditas.
HISTOLOGI
PERNAFASAN
SISTEM PERNAFASAN


Mencangkup paru paru sistem saluran bagian atas dan bawah

Bagian konduksi: rongga hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, laring, trakea,
bronki, brokiolus dan bronkiolus terminal.

Bagian resprasi: bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.
EPITEL RESPIRATORIK
RONGGA HIDUNG

1. Vestibulum: bagian paling anterior


dan lebar, terdapat banyak kelenjar

sebasea, keringat, dan vibrisa.


2. Rongga hidung dalam tengkorak
dipisahkan oleh septum nasi. Dimana
setiap dinding lateral terdapat tonjolan

beperituepl apeconongnhcihdaue),
(epitel respirotorik &
OLFAKTORIUS


Terletak di epitel olfaktorius, yaitu regio
khusus membran mukosa concha superior.

Tepeirtleeltabkerdtinbgakgaiant

silaitnadprirsonyggtaerhdiidriu d gn r ,tijgeanis
lapis:

1. Sel basal: berbentuk kerucut dan


membentuk suatu lapisan

2. Sel penyokong: bentuk kolumnar


dengan apeks silindris dan dasar sempit

3. Neuron olfaktorius:
SINUS & NASOFARING


Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan
sfenoid. Sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dan sedikit sel goblet.
Lamina
proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum.

Nasofaring adalah bagian pertama dr faring, dilapisi oleh sel epitel repiratorik dan memiliki tonsila

pharyngeal di media dan muara bilateral.


LARING


Dindingnya diperkuat oleh kartilago
hialin (tiroid,krikoid,cartylago arytenoid
inferior) dan kartilago elastis (epiglotis,
cuneiformis, cormikulatum, dan
cartylago
arytenoid superior). Yang kesemuanya
dihubungkan oleh ligamen
EPIGLOTIS
TRAKEA


Dilapisi oleh mukosa repiratorik khas, di
lamina propria terdapat sejumlah besar
kelnkar serousmukus yang
menghasilkan mukosa encer dan di
submukosa
TRAKEA POTONGAN MELINTANG
TRAKEA POTONGAN
MEMAN JAN G
BRONKUS


Bronkus primer

-sama seperti trakea



Bronkus sekunder

-Tulang rawan hyalin irreguler

- Epitel kolumnar bertingkat bersilia

• Bronkus Tersier
-Epitel kolumnar

-Potongan tulang rawan


BRONKEOLUS


Pada bronkiolus yang lebih besar epietlnya masih epitel bertingkat silindris bersilia,
tetapi semakin memendek berubah menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis
kuboid di
bronchiolus terminalis yang lebih kecil.

Epitel bronchiolus terminalis juga mengandung sejumlah sel kolumnar lainnya, sel bronkial eksokrin

(sel clara) fungsinya untuk mensekresi surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahan
BRONCHIOLUS RESPIRATORIUS


Dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan
sel clara tetapi pada tepi muara
alveolus,
epitel bronkiolus menyatu dengan sel
sel alveolus gepeng.
DUCTUS ALVEOLARIS


Dilapisi oleh muara alveoli, di lamina propia yang mengelilingi tepian alveolus
terdapat anyaman sel otot polos.

Ductus alveolaris akan bermuara ke saccus alveolaris
ALVEOLUS


Merupakan kantong yang dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang sangat tipis. Selain
itu juga terdapat sel epitel yang berbentuk kuboid yaitu sel septal.
REFERENS
I

Histologi Dasar Junqueir a
12th

Histologi Trisakti

Anda mungkin juga menyukai