“JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA SERTA HAKIKAT PENGGUNAAN MEDIA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KONSELING”
Rahmat Agus
Pungky Amalia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka berbagai model penyelesaian masalah yang diterapkan juga mengalami
perkembangan. Seorang konselor memang masih tetap merupakan salah satu alat untuk menyelesaikan masalah tetapi tidak
lagi satu-satunya alat penyelesaian masalah bagi klien. Konselor menggunakan alat penyelesaian masalah lain yang disebut
sebagai media untuk memberikan panduan klienmenyelesaiakan masalahnya. Oleh karena itu sebelum klien menggunakan
media dalam proses konseling, maka konselor dituntut untuk mengetahui bagaimana teknik pemilihan media konseling agar
media yang digunakan dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhandan tujuan penyelesaian masalah
Media merupakan Sasaran akhir dari teknologi pelayanan adalah memudahkan belajar bagi pebelajar. Dan untuk itu,
teknologi-teknologi di bidang ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya.
Untuk itu dibutuhkan alat bantu dalam pelayanannya, salah satunya menggunakan media pelayanan. Media pelayanan sebagai
bagian dari teknologi pelayanan memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pelayanan. Empat manfaat
tersebut adalah:
1). Meningkatkan Produktivitas Pendidikan.
2). Memberikan Kemungkinan Pelayanan BK Dan Pelayanan Yang Sifatnya Individual.
3). Memberikan Dasar Lebih Ilmiah Pada Pelayanan BK Dan Pelayanan
4). Pelayanan BK Dan Pelayanan Lebih Mantap
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Media BKI?
2. Bagaimana Hakikat Media Dalam Bimbingan Konseling?
3. Apa Alasan Penggunaan Media dalam Bimbingan Konseling Islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui jenis dan karakteristik media BK
2. Untuk Mengetahui Hakikat Penggunaan Media BKI
3. Apa Alasan Penggunaan Media dalam Bimbingan Konseling Islam?
BAB II
A. Jenis dan Karakteristik Media
PEMBAHASAN
1. Pengertian media
Menurut Warsito & Agus Triyanto (2010) media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan dari
komunikator atau pemberi pesan kepada komunikan atau penerima pesan sehingga ide dari komunikator
dapat tersampaikan kepada komunikan dengan baik. AECT (dalam Nursalim, 2013) media adalah sebagai
segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. Sedangkan media pendidikan
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa dengan sedemikian rupa
(Arief Sadiman dkk, 1996:6).
2. Media layanan BK
Media layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan atau informasi dari
pembimbing kepada klien atau individu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
sehingga individu akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik
Ada beberapa jenis media dalam program BK contoh-contoh media tersebut yaitu :
A. Media untuk menyampaikan informasi; selebaran, leaflet, booklet, dan papan bimbingan
B.Media sebagai alat (pengumpul data dan penyimpan data);
1) Media Pengumpul data: Angket, pedoman wawancara, lembaran observasi berupa anekdo record, daftar cek,
skala penilaian, mekanikal device, camera, tape, daftar cek masalah, lembar isian pilihan teman (semua
dapat dibuat sendiri kecuali mekanikal device, camera, tape)
2) Media penyimpan data: kartu pribadi, buku pribadi, map, disket, folder, filing cabinet, almari, rak dll
C.Media sebagai alat bantu dalam memberikan group information;
1) Media auditif,: radio, tape
2) Media visual: gambar, foto, tranparansi, lukisan, dll
3) Audio visual: film yang ada suaranya.
D.Media sebagai biblioterapi; buku-buku, majalah, komik (yang penting di dalamnya berisi cara-cra atau tips)
misalnya cara cepat membaca Alquran, cara mengatasi rendah diri, dll.
E. Media sebagai alat menyampaikan laporan; berupa laporan kegiatan BK kepada atasan. Laporan bisa mingguan,
bulanan, semesteran dan tahunan
3. Karakteristik media BK
Media BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan BK yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri,
mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi. Media BK terdiri atas dua unsur penting
yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawa (message/software).
Jadi media BK memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang paling penting adalah pesan
atau informasi BK yang dibawakan media tersebut.
Dilihat dari bentuk dan cara penyajiaannya, media BK dapat diklasifikasikan atas:
A. Media grafis, bahan cetak dan gambar diam
B. Media audio
C. Media proyeksi diam
D. Media permainan dan simulasi (interaktif)
E. Media objek
B. Hakikat Media Dalam Bimbingan Konseling
1. Bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi
Manusia selalu berkomunikasi satu dengan lainnya, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial
yang membutuhkan interaksi antara satu dengan lainnya. Individu menghasbiskan 70 persen waktunya untuk
berkomunikasi, baik melalui tulisan maupun perkacapan.
Komunikasi adalah proses penerimaan dan penyampaian pesan dan pemahaman pada waktu yang sama tanpa
ada awal dan akhir. Semua berkomunikasi melibatkan pengiriman simbol dengan makna tertentu. Simbol ini
dapat berupa simbol verbal dan non verbal.
2. Kedudukan media dalam sistem bimbingan dan konseling
Sebelum membahas tentang sistem bimbingan dan konseling, kita pahami terlebih dahulu kata “sistem”.
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bimbingan dan konseling dikatakan sebagai sistem karena di dalamnya
mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan komponen-
komponen tersebut meliputi: masalah, tujuan, teknik, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling
berkaitan erat merupakan satu kesatuan.
C. Alasan Penggunaan Media dalam Bimbingan Konseling Islam
A. Kemampuan belajar manusia
Individu dalam proses mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, serta perubahan-perubahan sikap dan
perilaku dapat terjadi karena hasil penemuan pemahaman yang datang dapat melalui apa saja termasuk
dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Di samping itu dapat juga diperoleh melalui interaksi antara
pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Pengalaman-pengalaman yang
individu alami tersebut dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perantara media.
Bagaimana individu belajar untuk memperoleh pengalaman baru tersebut menurut Bruner dapat terjadi
dalam tiga tingkatan, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial / gambar (iconic), dan
pengalaman abstrak (symbolic).
B. Kemampuan indera manusia
Kemampuan indera manusia ini dimaksudkan, bahwa melalui penyerapan lebih banyak indera yang
digunakan, akan lebih baik hasilnya daripada mengandalkan salah satu indera saja. Belajar dengan
menggunakan indera ganda, pandang dan dengar berdasarkan konsep di atas akan memberikan
keuntungan bagi individu. Individu akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran
disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli memiliki
pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera
pandang dan dengar sangat berbeda. Menurut Achsin kurang lebih 90 % hasil belajar diperoleh
melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5 % melalui indera dengar dan 5 % lagi dengan indera
lainnya. Sementara Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang
berkisar 75 %, melalui indera dengar 13 %, dan melalui indera lainnya sekitar 12 % (dalam Arsyad,
2009).
C. Kemampuan media
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009) media digunakan dalam berbagai bidang termasuk
bimbingan dan konseling, karena kemampuan media itu sendiri dalam menyampaikan materi dengan
lebih baik, sehingga lebih mudah diserap oleh manusia sebagai penggunanya. Kemampuan media
tersebut terkait dengan:
1) Fixative property, xative property ini menggambarkan kemampuan media untuk merekam,
menyimpan, melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau
objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotogra, video tape, audio tape, disket
komputer, dan lm. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video
kamera dengan mudah dapat direproduksi kapan saja diperlukan.
.
2) Manipulative property, transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif
3) Distributive property, ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar individu atau kelompok
dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut. Dewasa ini, distribusi media tidak
hanya terbatas pada satu komunitas seperti di satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu
wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar ke seluruh
penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, maka dapat
diproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara
berulang ulang di suatu tempat.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Media bimbingan konseling islam dapat didefinisikan sebagai sarana atau alat bantu dalam proses bimbingan konseling islam,
agar proses bantuan yang menjadi perhatian bimbingan konseling islam dapat berjalan lebih baik dan sesuai dengan
harapan. Media bimbingan dan konseling dapat dipilih dengan pertimbangan akan memberi dukungan terhadap isi bahan layanan
BKI dan kemudahan untuk memperolehnya. Media layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan
atau informasi dari pembimbing kepada klien atau individu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
sehingga individu akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik.
B. Saran
Dalam sangat diharapkan konselor mampu sebagai penyelengara administrasi
instrumen sekaligus sebagai pengguna hasil-hasilnya. Ada kalanya, yaitu untuk instrumen tes psikologis yang pengguanaanya di
luar kewenangannya konselor meminta bantuan psikolog menyelenggarakan instrumen yang dimaksud dan kemudian konselor
menggunakan hasil-hailnya untuk keperluan layanan terhadap klien. Kerjasama seperti ini termasuk ke dalam kolaborasi
profesional yang dapat menyemburkan kehidupan kedua profesi (dalam hal ini profesi konseling dan profesi psikolog).
SABTU, 08 OKT 2022
TERIMA KASIH