Anda di halaman 1dari 148

HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA

SERTIFIKASI AHLI PENGAWAS JALAN DAN JEMBATAN

PEKERJAAN STRUKTUR DAN


JEMBATAN

IR. BUDI LEKSONO S, MT

FEBRUARI, 2006
PEKERJAAN STRUKTUR JEMBATAN

Beton

Beton pratekan

Baja tulangan dan struktur

Jembatan

Pondasi tiang pancang

Rigid pavement

Dan lain-lain yang terkait dengan struktur


PEMATOKAN DAN PENGUKURAN

• Pelaksanaan seluruh elemen-elemennya pada


posisi yang benar
• Harus ada titik kontrol pengukuran pada sistem
koordinat yang tetap
• Konstruksi harus dikaitan pada sistem koordinat
yang sama
• Bila terdapat ketidak jelasan informasi pada
gambar rencana, pengawas lapangan harus
menghubungi perencananya
Penentuan elemen-elemen struktur

 Letak elemen utama (kepala jembatan, pilar dan


bangunan atas) ditentukan secara pasti
 Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen
utama harus diperiksa
 Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan
yang paling kritis
MATERIAL/BAHAN BETON
a. Semen
Konsultan supervisi harus memastikan bahwa kontraktor memenuhi persyaratan
yang berhubungan dengan :
• Pemakaian
• Penyimpanan
• Umur semen
b. Aggregat
• Bersih, keras dan tahan serta cukup kuat
• Umumnya : pasir atau kerikil alam, atau batu pecah
• Bergradasi baik
• Bentuk partikel dan permukaan : crushed
• Penghematan, bila ukuran agregat maksimum tersebar digunakan
c. Air
• Tidak boleh mengandung garam, zat organik
• Air yang dapat diminum
• Air laut tidak boleh digunakan
e. Udara
• Rongga dalam beton mengurangi kekuatannya
• 5% rongga mengurangi kekuatan sampai 30%
• 2% rongga mengurangi kekuatan sampai 10%
• Rongga pada beton adalah : gelembung udara yang tertahan, atau ruangan
yang tertinggal setelah air berlebihan dihilangkan
PENYIMPANAN BAHAN
a. Semen
• Dalam gudang semen
• Bangunan tahan cuaca
• Dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman
• Semen yang disimpan lebih dari 4 bulan harus diuji kembali
sebelum digunakan
b. Aggregat
• Tiap ukuran tidak saling tercampur
• Lantai penimbunan harus kering, dilapisi kerikil

c. Baja tulangan
• Ditumpuk pada penyangga kayu
• Karat permukaan atau debu harus dihilangkan sebelum
pemasangan
PERANCAH BANGUNAN
• Batas lendutan max 1/300 bentang
• Batang penguat (bracing) : arah memanjang dan melintang
• Mempuyai sistem pengaturan untuk penyesuaian
• Perancah buatan pabrik (paten) : mempuyai beberapa
keuntungan yaitu aman, sederhana dalam desain dan
mudah dipasang serta dibongkar

Checklist pemeriksaan perancah scaffolding

• Landasan atau dasar kuat


• Pondasi cukup kering/ada drainase
• Periksa sekrup-sekrup penyesuaian
• Harus diperoleh copy dari gambar layout perancah
• Toleransi maksimum tegak 1:300
• Semua kerangka harus saling berhubungan
PONDASI
• Pekerjaan yang terpenting dalam konstruksi adalah pondasi yang kuat
• Harus diingat bahwa sekali konstruksi pondasi terjadi kegagalan,
perbaikan atau perkuatan pondasi sulit dilaksanakan
Kesalahan yang harus dihindari
• Pemancangan friction piles pada kedalaman kurang
• Pemancangan tiang berlebihan pada batuan
• Penggunaan tenaga pemancangan berlebihan
• Karatnya tiang baja
• Karat pada tulangan
• Ketidak stabilan pada pilar atau kepala jembatan
• Terdapat bagian beton yang lemah
• Penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah
• Penurunan pondasi langsung kerana daya dukung
• Tekanan negatif (down-drag)

Tanah yang sulit


• Tanah seragam (uniform) yang keras
• Kerikil
• Pasir
• Gaya geser negatif (down drag)
PRINSIP DASAR BETON BERTULANG
a. Sifat beton
• Plastis dan mudah dibentuk
• Kuat tekan tinggi kuat tarik rendah
• Ketahanan lebih tinggi terhadap api
• Tidak mahal
b. Sifat Baja
• Cocok untuk tulangan dalam beton
• Kuat tekan tinggi
• Kuat tarik tinggi
• Ketahanan rendah terhadap api
• mahal
c. Baja dan beton dikombinasikan bersama karena :
• Menahan rengangan dan retak pada daerah tegangan tarik
d. Balok atau pelat diatas dua tumpuan
• Balok melentur tengah kebawah
• Penulangan diletakkan didekat bawah balok
e. Konsol sederhana (kantilever sederhana)
• Ujung bebasnya melengkung kebawah, puncak balok
merengang dan bawahnya tertekan.
• Penulangan diletakkan pada bagian atas

f. Balok dijepit ujungnya


• Tengah melengkung kebawah dan dekat tepi keatas
• Tulangan baja ditempatkan dekat bagian atas balok pada
perletakan tetap
• Tulangan baja juga ditempatkan di bagian bawah tengah
g. Tembok penahan
• Tembok dan kaki pondasi melengkung pada ujungnya
• Penulangan ditempatkan di daerah tegangan tarik

h. Kolom
• Kolom dapat melendut ke beberapa arah tergantung dari
distribusi beban
• Tulangan ditempatkan dekat muka luar semua sisi

i. Geser
• Untuk mencegah retak diagonal pada ujung balok atau
yang berdekatan dengan tumpuan, sering diperlukan
pembengkok penulangan tarik atu menggunakan begel
PENGECORAN BETON
• Acuan harus bersih
• Keterlambatan harus diperkecil, beton harus dijaga supaya
tidak mengering atau terjadi pemisahan
• Beton tidak boleh dicor bila tingkat kemudahan
pengerjaannya (workability) telah hilang
• Pengadukan dengan benar
• Pengangkutan tanpa benturan atau getaran berlebihan
• Pengecoran beton serapat mungkin pada posisi akhir dalam
acuan, jangan memaksanya mengalir kesamping dengan
alat penggetar (internal vibrator) yang belebihan
• Memakai hopper dan talang pengecoran jika tinggi jatuh
1,5 m atau lebih
• Sambungan acuan terkat rapat untuk menghindari
kehilangan air dan adukan
• Memasukan dan mengeluarkan vibrator internal secara
vertikal
PEMADATAN BETON
Pemadatan sangat penting karena menghasilkan :

 Kekuatan maksimum
 Beton yang padat dan kedap air
 Pembentukan sudut dengan baik
 Penampilan permukaan yang baik
 Ikatan yang baik dengan penulangan baja
PENGECORAN BETON DALAM CUACA PANAS
• Suhu tinggi menyebabkan percepatan hidrasi semen
• Mengakibatkan berkurangnya waktu untuk pengerasan
• Mengakibatkan hilangnya workability
• Timbul retakan akibat penyusutan
Pencegahan :
• Pengecoran dibawah suhu 32 C (pagi atau malam)
• Pengecatan tangki dengan cat putih
• Pendinginan penulangan dan acuan dengan air
• Melindungi daerah kerja dari panas matahari
• Pembuatan penahan angin
• Mengurangi waktu untuk pengecoran dan penyelesaian
• Menutupi pekerjaan yang sudah selesai tanpa dituda-tunda
• Segera dimulai perawatan

Beton tidak boleh dicor bila :


• Suhu udara ditempat diatas 35 C
PERAWATAN BETON
• Tujuan perawatan : menahan kelembaban di dalam beton pada waktu
semen berhidrasi
• Perawatan yang kurang dapat menyebabkan penyusutan beton lebih
banyak dan terlampau cepat
• Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi dan dirawat

Prinsip perawatan :
• Adanya kelembaban
• Suhu yang memadai

Beberapa cara perawatan :


• Menggenangi, menyiram dan menutupi dengan penutup basah (karung,
tanah, pasir, atau jerami)
• Menutupi permukaan dengan kertas tahan air, lembaran plastik
• Perawatan suhu tinggi, misanya perawatan uap dan auto cleaving

Perawatan paling sedikit 7 hari


PENGUJIAN BETON
• Slump
• Kuat tekanan
• Flexual strength
Penerimaan dan penolakan

• Kekuatan yang perlu : 95% atau kekuatan karakteristik,


yaitu kekuatan, dimana 95% dari semua pengujian akan
melampaui kekuatan yang diisyaratkan, 5% dibawah
kekuatan yang diisyaratkan
BETON
1. Semen
• Jenis semen portland
• Satu merk
2. Air
• Bersih, bebas dari bahan minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik
• Air yang dapat diminum

3. Gradasi agregat
Batasan proporsi takaran campuran
Contoh concrete mix design : mutu K -350
Bahan
• Slump : 12 cm + 2
• Fini aggregate, pasir ex. Bangka : Sp. Gr SSD= 2,60
• Coarse aggregate, batu pecah ex rumpin : Sp. Gr SSD= 2,64
• Semen, tiga roda, ordinary portlant cement : Sp. Gravity = 3,15
• Flyash, PT. Wahana Pozolanic : Sp. Gravity = 2,10
• Air, portable : Sp. Gravity = 1,00
• Additives, Pozolith 100 RI, 1 ltr/m3 : Sp. Gravity = 1,06

Desain
• Water cement ratio = 0,50
• Free water, 190 kg/m3 = 190 dm3
• Semen, 328 kg/m3 = 104 dm3
• Flyash, 82 kg/m3 = 39 dm3
• Additives, 0,98 ltr/m3 = 0,9 dm3
• Paste volume = 334 dm3
• Aggregate volume = 666 dm3
• Fine aggregate (SSD) = 0,4x666x2,60 = 693 kg
• Coarse aggregate (SSD) = 0,6x666x2,62 = 1.047 kg
sifat-sifat campuran
PENGECORAN
• Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti
• Tidak boleh melampui 1 m dari tempat awal
• Tebal pengecoran berkisar 15 cm-30 cm
• Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam acuan dengan
ketinggian lebih dari 150 cm
• Beton tidak boleh dicor langsung dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam
setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode Drop-bottom-bucket
• Pengecoran dilakukan pada kondisi masih plastis
• Air tidak boleh dialirkan diatas permukaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran
• Beton harus dipadatkan dengan vibrator
• Vibrator tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30
detik
PEMBONGKARAN ACUAN

 Acuan tidak boleh dibongkar lebih awal 30 jam


setelah pengecoran beton
 Acuan tidak boleh dibongkar sebelum kuat
tekan mencapai paling sedikit 85%
PERAWATAN
Segera setelah pengecoran, beton harus
dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang
terlalu panas
Beton harus dirawat sesegera mungkin dengan
bahan yang dapat menyerap air
Lalu-lintas tidak boleh diperkenankan melewati
permukaan beton selama 7 hari setelah beton
dicor
Lantai beton sebagai lapis aus dirawat dengan
lapisan pasir lembab tebal 5 cm paling sedikit
selama 21 hari
Perawatan dapat dilakukan dengan penguapan
Pengujian kuat tekan
Toleransi
BETON PRATEKAN
BETON
 Beton sesuai dengan mutu yang digunakan

GROUTING
 Semen portland biasa dan air
 Rasio air-semen ≤ 0,45
 Bahan plasticizer untuk penyuntikan (grouting) jika
digunakan harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya

BAJA PRATEGANG
 Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat
(wire), kuat tarik tinggi
 Kuat tarik minimum : 19.00 kg/cm2
PENJANGKARAN
 Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik
minimum baja pra-tegang
 Alat penjangkaran untuk semua sistem pasca-penegangan (post-
tensional) akan dipasang tepat tegak lurus terhadap semua arah
sumbu kabel
 Jangkar harus dilengkapi dengan selongsong

PELAKSANAAN
a. Perlengkapan pra-tegang

Perlengakapan penarikan kabel paling sedikit 2 alat pengukur


tekanan, satu untuk membaca lendutan akibat penegangan dan yang
satunya untuk membaca pembebanan
b. Perakitan kabel pra-tegang
 Permukaan baja harus diperiksa terhadap korosi, karat
 Jangkar harus dirakit dengan kabel sehingga dapat mencegah setiap
pergeseran posisi
c. Pra-tegang (prestressing)
Data yang harus dicatat
 Nama dan nomor pekerjaan
 Nomor balok / gelagar
 Tanggal selesainya pengecoran
 Tanggal diberikannya gaya pra-tegang

Kabel penegangan sebelum pengecoran (post-tension)


 Pabrik pembuatannya, toleransi dan nomor dynamometer, alat pengukur, pompa
dan dongkrak
 Besarnya gaya yang dicatat oleh dynamometer
 Tekanan pompa atau dongkrak dan luas piston
 Pemuluran terakhir segera setelah penjangkaran
Kabel penegangan setelah pengecoran (post-tension)

 Pabrik pembuatannya, toleransi dan nomor dynamometer, alat


pengukur, pompa dan dongkrak
 Identifikasi kabel
 Gaya awal pada saat penegangan awal
 Gaya akhir dan pemuluran pada saat penegangan akhir
 Gaya dan pemuluran pada selang waktu tertentu jika dan bilamana
diminta oleh direksi pekerjaan
 Pemuluran setelah dongkrak dilepas
METODE PENEGANGAN SEBELUM PENGECORAN
(PRE-TENSIONAL)
a. Penempatan kabel
 Kabel harus ditempatkan sesuai dengan gambar
 Harus dipasang tidak bergeser selama pengecoran beton
 Agar kabel tidak menyentuh acuan yang diminyaki

b. Besarnya gaya penegangan yang dikehendaki


 Perbedaan gaya penegangan adalah 5% dari gaya yang diperlukan
 Kabel harus dilengkungkan bilamana ditunjukkan dalam gambar, alat
pelengkung (hold down) harus diletakkan memanjang dalam 20 cm dan
vertikan dalam 5 mm dari lokasi yang ditunjukan dalam Gambar
 Beton tidak boleh dicor lebih dari 12 jam setelah perakitan kabel
c. Pemindahan gaya pra-tegang
Ketentuan kekuatan beton
 Kabel tidak boleh dilepas sebelum beton mencapai 85% kuat tekan
beton umur 28 hari
 Bilamana, setelah 28 hari kuat tekan beton gagal mencapai kekuatan
minimum yang diisyaratkan maka kabel segera dilepaskan dan unit
beton tersebut harus ditolak

Prosedur
 Semua kabel harus diberi tanda pada kedua ujung balok pratekn, agar
dapat dilakukan pencatatan bilamana terjadi slip atau masuknya kabel
(draw-in)
 Pelepasan kabel harus secara berangsur-angsur dan tidak boleh terhenti
 Setelah gaya pra-tegang dipindahkan seluruhnya pada beton kelebihan
panjang kabel harus dipotong
METODE PENEGANGAN SETELAH
PENGECORAN (POST-TENSIONAL)
a. Penempatan jangkar
 Setiap jangkar harus ditenpatkan tegak lurus terhadap garis kerja gaya pra-
tegang
 Dipasang sedemikian hingga tidak akan bergeser selama pengecoran beton
 Sesudah pekerjaan pra-tegang dan penyuntikan selesai, jangkar harus
ditutup dengan beton tebal paling sedikit 3 cm

b. Penemptan kabel
 Lubang jangkar harus ditutup untuk menjamin bahwa tidak terdapat
adukan semen atau bahan ,lainnya masuk kedalam lubang selama
pengecoran
 Segera sebelum penarikan kabel, kontraktor harus menunjukan bahwa
semua kabel bebas bergerak antara titik-titik penjangkaran
c. Kekuatan beton yang diperlukan
 Gaya pra-tegang belum boleh diberikan pada beton sebelum mencapai
kekuatan beton yang diperlukan
 Dan tidak boleh kurang dari 14 hari setelah pengecoran jika perawatan
dengan pembasahan digunakan atau kurang dari 2 hari setelah
pengecoran jika perawatan dengan uap digunakan

d. Penarikan kabel
 Semua pekerjaan penarikan kabel harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan
atau wakilnya
 Pelepasan dongkrak harus bertahap dan menerus
 Penarikan kabel harus sesuai dengan urutan yang telah ditentukan
dalam Gambar
 Dalam keadaan apapun kabel tidak ditarik melebihi 85% dari kekuatan
maksimumnya
e. Penyuntikan (grouting)
 Lubang penyuntikan harus disediakan pada jangkar, pada titik atas dan
bawah profil kabel dan pada tirik-titik lainya yang cocok
 Tidak boleh lebih dari 30 m dari panjang selongsong
 Lobang paling tidak harus berdiameter 10 mm
 Kabel harus disuntik dalam waktu 24 jam sesudah penarikan kabel
 Lubang penyuntikan harus diuji dengan diisi air selama 1 jam sebelum
penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air dan
udara bertekanan
 Setelah semua lobang ditutup, tekanan penyuntikan harus dipertahankan
paling tidak selama 1 menit
 Selongsong penyuntikan tidak boleh terpengaruh oleh goncangan atau
getaran dalam waktu 1 hari setelah penyuntikan
 Kabel tidak boleh dipotong dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan
PELAKSANAAN BALOK BETON PRATEKAN SEGMENTAL

 Pekerjaan ini terdiri dari perakitan penyambungan dan


penegangan segmen-segmen pracetak dilapangan
 Unit-unit ini harus difabrikasi
TOLERANSI
1. Balok

a. Toleransi dimensi

 Panjang setiap unit tidak boleh berbeda lebih dari 0,06% panjang yang
diisyaratkan dengan perbedaan maksimum sebesar 15mm

b. Toleransi bentuk
 Lebar total kurang dari 60 cm : + 3 mm
 Lebar total lebih besar dari 60 cm : + 5 mm
 Tinggi total : + 5 mm
c. Lendutan

Maksimum 20 mm
d. kabel
 Lubang keluar kabel dalam acuan : + 2 mm
 Selimut kabel : + 5 mm
2. Tiang pancang

a. Toleransi dimensi
 Dimensi penampang : + 6 mm
 Panjang total : + 25 mm
 Penyimpangan dari garis lurus : 1 mm per m1
 Ketidak sikuan pangkal : 2 mm
 Selimut tulangan : + 5 mm – 3 mm
 Kabel pada umumnya : + 1,5 mm
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA
1. BAHAN

Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap struktur


jembatan yang diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sitem
patent
a. Pemasangan dengan cara peluncuran
Material: panel rangka utama trasom, ikatan angin pengaku vertikan,
alat penggaru, patok dan perletakan sendi bersama dengan semua
perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung perangkat
penyambung antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil
untuk merakit dan komponen peluncuran tambahan seperti rol
perakitan, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan bahan
untuk perakitan kerangka pengimbang dan ujung peluncuran
(lauching nose)
b. Pemasangan dengan perakitan bertahap
Material: kerangka utama termasuk bagian elemen-elemen batang,
diagonal gelagar melintang, pengaku (bracing), patok, balok
(stringer) perletakan jenis neoprene, bersama dengan seluruh
penyampungan yang diperlukan, perangkat penyambungan antar
struktur rangka, dongkrak hidrolik, perkakas kecil untuk merakit dan
bahan untuk perakitan struktur rangka jangkar
2. PELAKSANAAN
• Perakitan dan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan, oleh masing – masing buku petunjuk
pabrik pembuat jembatan
• Atas permintaan kontraktor dukungan teknis tambahan oleh personil
pemilik yang berpengalaman
• Perakitan dan pemasangan dilapangan hanya dengan baut
penghubung. Pengelasan dilapangan tidak diijinkan

a. Pemasangan perletakan jembatan


• Perletakan dapat berupa elastomerik atau sendi
• Harus dipasang pada elevasi dan posisi yang benar

b. Perakitan komponen baja

• Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang
ditunjukkan pada gambar kerja pabrik pembuat
• Sesuai dengan prosedur urutan pemasangan
• Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan diameter yang
benar sebagaimana yang ditunjukan dalam daftar baut dari pabrik
pembuat jembatan
c. pemasangan
• Sesuai dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat
• Untuk jembatan peluncuran : stuktur jembatan aman dari
pergerakan bebas pada rol. Pergerakan bebas pada rol.
Pergerakan melintasi rol selama operasi peluncuran harus
dikendalikan
• Beban pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian
rupa sehingga faktor keamanan dicapai
• Operasi pemasangan dengan peluncuran atau perakitan
bertahap harus dilaksanakan sampai struktur jembatan rangka
baja terletak diatas lokasi perletakan akhir
• Struktur jembatan harus didongkrak sampai elevasi yang cukup
PONDASI TIANG PANCANG
1. MACAM-MACAM TIANG PANCANG

a. Menurut cara pemindahan beban

1. Point bearing pile (end bearing pile)


2. Friction pile
b. Menurut bahan yang digunakan
1. Tiang pancang kayu
2. Tiang pancang beton
• Precast reinforced concrete pile penampangnya dapat berupa : bulat,
segi-empat segi delapan
• Precast prestressed concrete pile
• Cast in place : Franki, raymond, Simplek, dsb
3. Tiang pancang baja:
• H. pile
• Pipe pile
4. Tiang pancang komposit:
• Kayu beton
• Baja beton
2. PRECAST REINFORCED CONCRETE PILE
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (lebih
besar 50 ton per tiang)
Keuntungan pemakaian precast reinforced pile :
• Tegangan tekan besar, tergantung mutu beton yang digunakan
• Dapat sebagai end bearing pile maupun sebagai friction pile
• Tahan lama, tahan terhapat pengaruh air maupun bahan-bahan
(corrosive)
• Poer (pile cap) tidak terpengaruh oleh tinggi muka air tanah

Kerugian pemakaian precast reinforced pile :


• Berat sendiri besar, maka transportnya akan mahal
• Tiang pancang beton, baru dipancang setelah cukup keras, memerlukan
waktu lama
• Jika perlu pemotongan, maka pelaksanaannya akan lebih sulit
• Bagian dari tiang yang berada diatas tanah, akan bekerja sebagai kolom dan
ada tekuk (buckling), sedangkan terhadap beban horizontal akan bekerja
sebagai balok cantilever
a. Sepatu tiang pancang

• Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu


• Sepatu tersebut dapat dibuat dari baja atau besi tuang

b. Pembuatan dan perawatan

• Tiang pancang yang akan dipancang harus berumur paling sedikit 28


hari atau telah mencapai kekuatan menimum yang diisyaratkan
• Acuan samping dalam dibuka 24 jam setelah pengecoran beton
• Tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah dicor
• Pengangkatan tiang pancang harus didukung pada titik perempat
panjangnya

c. Pengupasan kepala tiang pancang.


• Beton harus dikupas sehingga beton yang tertinggal akan masuk
kedalam pur (pile cap) sedalam 50 mm – 75 mm
• Baja tulangan yang tertinggal setelah pengelupasan harus cukup
panjang sehingga dapat diikat kedalam pur. Untuk tiang pancang beton
pratekan, kawat pra-tegang yang tertinggal setelah pengupasan harus
dimasukkan ke dalam pur paling sedikit 60 cm
3. FRANKI PILE

Tiang Franki termasuk salah satu dari tiang beton yang


dicor setelah (cast in place pile)
Prinsip pelaksanaannya :

• Pipa baja ujung bawahnya disumbat dengan beton yang dicor dalam
ujung pipa
• Dengan menumbuk yang jatuh bebas (drop hammer) sumbat beton
tersebut ditumbuk
• Setelah pipa mencapai kedalaman yang direncanakan kemudian pipa
diisi dengan beton sambil terus ditumbuk dan pipanya ditarik
keluar/keatas
• Tahap akhir, disini sumbat beton menjadi melebar, sehingga ujung
bawah akan berbentuk seperti jamur (the mushroom base) Permukaan
sangat kasar
4. TIANG PANCANG BAJA (STELL PILE)
• Pemakaian tiang pancang baja ini akan bermanfaat jika kita
memerlukan tiang pancang yang panjang
• Kelemahan tiang pancang baja ini terhadap karat/korosi, karat/korosi
dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada kunstruksi baja biasa
• Tiang pancang baja struktur berupa profil baja, atau pipa

a. Kepala tiang pancang

• Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak


lurus
• Topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan
sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu

c. Sepatu tiang pancang

• Tiang pancang pipa dapat dipancang tanpa sepatu


• Jika diperlukan, dapat diberi sepatu yang telah dibentuk dari besi
tuang, baja tuang atau baja pabrikasi
4. PEMANCANGAN TIANG
1. Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis
hammer
2. Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan
bantalan topi atau mandrel
3. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi
maksimum, atau ditentukan dengan pengujian
pembebanan
4. Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi,
maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menambah jumlah tiang pancang
5. Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis
gravitasi, uap atau diesel
6. Berat hammer tidak boleh kurang dari setengah
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya dan
minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk
tiang pancang baja, berat palu harus 2 kali berat tiang
beserta topi pancangnya.
7. Tinggi jatuh palu tidak boleh melampui 2,5 m
8. Alat pancang harus mampu memasukan tiang pancang
tidak kurang dari 3mm untuk setiap pukulan pada 15 cm
dari akhir prmancangan dengan daya dukung yang
diinginkan
9. Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk
10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang
memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus
dilaksanakan dengan hati-hati dan pemancangan yang
terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti
penetrasi harus dicegah
10. Tidak diperkenankan mamancang tiang pancang dalam
jarak 6 m dari beton yang berumur kurang dari 7 hari
Catatan pemancangan (calendering)

Catatan ini yang meliputi


 Jumlah tiang pancang
 Posisi
 Jenis
 Ukuran
 Panjang aktual
 Tanggal pemancangan
 Dalam pondasi telapak
 Penetrasi pada saat penumbukan terakhir
 Enerji pukulan palu
 Panjang perpanjangan
 Panjang pemotongan
8. Rumus dinamis untuk perkiraan kapasitas taing pancang
Rumus dinamis Hiley :

Ef WH W+n 2 Wp
Pu = ------------------ x ------------------
C1 – C2 + C3
S+ ------------------
2
Pu : kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa : kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
e1 : Efesinsi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan kotrol
W : Berat tiang pancang (ton)
W : Berat tiang pancang (ton)
N : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : tinggi jatuh palu (m)
H=2 un tuk palu diesel (H = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada penumbukan terakhir, atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari
batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor keamanan

Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan


9. TOLERANSI
a. Lokasi kepala tiang pancang
Penggeseran laterai kepala tiang pancang dari posisi yang
ditentukan tidak boleh melampaui 75 mm dalam segala arah

b. Kemiringin tiang pancang


Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang diisyaratkan
tidak boleh lebih melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50)

c. Tiang bor beton cor langsung di tempat


Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) harus 0 sampai +
5% dari diameter nominal pada setiap posisi
PERKERASAN JALAN BETON SEMEN PORTLAND
Referensi : Dinas Pekerjaan Umum

1. Semen
• Semen portland
• Hanya produk dari suatu pabrik atau satu jenis merk semen portland yang
boleh digunakan
2. Air
• Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan minyak, garam, asam,
alkali, gula atau bahan-bahan organik
• Air yang diketahui bermutu dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa
pengujian

3. Membran kedap air


• Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang
kedap setebal 125 mikron
4. Tulang baja
• Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja atau
batang baja berprofil sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar
• Dowel harus berupa batang bulat biaya batang dowel berlapis plastik
dapat digunakan
• Batang pengikat harus berupa batang baja berulir
5. Persyatan sifat campuran
• Beton kelas K-350 kecuali jika diperlihatkan lain dalam gambar atau
diarahkan lain oleh Pemimpin Proyek
• Kuat lentur karakteristik harus 45 kg/cm
• Slump : 2-6 cm toleransi + 2 m dari slump optimum
• Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump tidak boleh digunakan
untuk pelat-pelat perkerasan beton
6. Perawatan

• Segera setelah penyapuan dan perapian tepi selesai perawatan beton


harus dimulai
• Permukaan terbuka beton yang baru dicor harus dilindungi dengan
menggunakan rangka-rangka yang ditutup dengan bahan-bahan yang
bersifat merefleksi panas dan hujan
• Bahan perawatan ini harus berupa dua lapisan kain goni, atau selapis
pasir atau bahan bersifat sangat menyerap lainnya yang disetujui
• Waktu perawatan minimum 5 hari
• Kegiatan pengecoran beton harus ditunda jika penyediaan air tidak
cukup baik untuk perawatan dan pengecoran
7. Persyaratan Permukaan
• Permukaan dalam arah membujur perbedaan harus tidak melebihi 4
mm bila perbedaan atau penyimpangan dan alat penguji stralght edge
3 m lebih dari 8 mm maka perkerasan harus dibongkar. Bagian-bagian
yang dibongkar itu harus sekurang-kurangnya sepanjang 3 m dan
untuk seluruh tebal dan lebar pelat yang bersangkutan

8. Sambungan (joints)

1. Bahan penyegel sambung

Material ; expandite Plastic, senyawa gabungan bitumen karet Grade


99 yang dituangkan dalam keadaan panas

2. Sambungan memanjang (longitudinal joints)

• Batang baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak


seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus dengan
sambungan longitudinal atau dipasang dengan besi penahan (chair)
• Sambungan (logitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur ke
bawah memanjang pada permukaan jalan
• Sambungan longtudinal gergajian (longitudinal sawn joint) harus
dibuat dengan pemotongan beton. Sambungan longitudinal ini harus
digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton
3. Sambungan ekspansi melintang
(transverse expansion joints)
• Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansional joint
filler) harus menerus yang dibentuk sesuai dengan takikan

4. Sambungan kontraksi melintang


(transverse contraction joints)
• Sambungan ini terdiri dari bidang yang diperlemah dengan membuat
takikan/alur dengan pemotongan permukaan perkerasan
• Pengergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras,
jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton
5. Sambungan membujur
• Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jalur
dalam satu oprasi, maka suatu creak inducer berupa batang tipis dari
kayu atau bahan sintetis atau pelat tipis yang disetujui harus dipasang
pada badan jalan sepanjang garis sambungan
• Suatu alur harus dibuat pada puncak pelat tersebut dan ditempatkan
vertikal diatas sumbu pelat tipis tersebut
• Kedalaman gabungan alur dan crack inducer harus berada antara ¼ -
1/3 dari tebal pelat dan perbedaan antara kedalaman alur puncak dan
tinggi crack inducer pada dasar harus tidak lebih besar dari 12w mm
• Jika alur dibuat dengan mengergaji, maka kedalaman alur tersebut
harus antara ¼ - 1/3 tebal pelat
9. Pengendalian kualitas
Kekuatan karakteristik :

Memenuhi syarat
• Kekuatan rata-rata yang ditentukan dari suatu kelompok hasil
pengujian yang berurutan harus melampui kekuatan karakteristikyang
ditetapkan
• Setiap hasil pengujian harus lebih besar dari pada 90% kekuatan
karakteristik yang ditetapkan
10. Toleransi
CONTOH EVALUASI KUAT TEKAN BETON : RIGID PAVEMANT
PADA PROYEK UNDERPASS CIPUTAT JAKARTA, TA - 2003
Persyaratan mutu beton K-400
Suatu kebutuhan atau
persyaratan suatu produk yang
dihasilkan dan sesuai dengan
persyaratan atau spesifikasi
DEFINISI
Mutu dapat didefinisikan juga sebagai :

Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan


Kecocokan dengan pemakaian
Penyempurnaan berkelanjutan
Bebas dari kerusakan/cacat
Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan
setiap saat.
Sesuatu yang membahagiakan pelanggan.
MODEL PROSES GENERIK

INPUT OUTPUT
PROSES
KONTROL
PRODUKTIVITAS
output
Produktivitas =
input
Pencapaian produktivitas dengan:
 Improve efficiency
 Improve effectiveness
 Achieve higher performance
 Develop better organizational health
Peningkatan Produktivitas
Improve efficiency (meningkatkan efisiensi) – menekan biaya
total untuk operasi, mengurangi hal yang tidak perlu

Improve effectiveness ( meningkatkan efektivitas)- membuat


keputusan yang lebih baik dan tingkatkan komunikasi

Achieve higher performance (kinerja yang lebih tinggi) –


tingkatkan kualitas, kurangi hal yang tidak terduga dan waktu yang
tidak perlu serta menimalkan kerusakan alat.

Develop better organizational health (mengembangkan


organisasi yang lebih sehat) – tingkatkan moral, kepuasan
pelanggan dan kerja sama.
ALASAN-ALASAN DILAKUKANNYA QUALITY
CONTROL

Meningkatnya tekanan kompetitif


Persepsi pengguna jasa yang berubah
Pemborosan tersembunyi dari metode yang berlaku
Persepsi manajer dan orang yang berubah
Merealisasikan potensi orang
Kelangsungan hidup
MANFAAT QUALITY CONTROL

Peningkatan produk atau jasa secara pesat


Pengurangan besar-besaran kebocoran sumber daya
Peluang terbaik untuk meningkatkan keuntungan
Peningkatan pangsa pasar jangka panjang
Keuntungan kompetitif yang berkelanjutan
Penyal potensi orang secara nyata
Penin motivasi kerja karyawan
Penghapusan kekacauan dan frustasi yang terlibat
dalam manajemen
HAMBATAN DALAM MUTU

Kurangnya komitmen manajemen


Puas dengan hasil yang ada
Kurangnya wawasan dan perencanaan
Rancunya peraturan
Budaya pendekatan proyek
Manajemen mutu menjadi birokratis
Manajemen tidak mengubah perilakunya
Orang tidak terlibat secara sungguh-sungguh
Kurangnya ukuran bisnis dalam mengukur QC
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI MUTU
PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIINGINKAN

Perencanaan Inspeksi & Pelaksanaan


Kontrak
Operasional Evaluasi

Survei Apakah mutu


lokasi Pekerjaan sudah sesuai Pengawasan
Dengan persyaratan ? Pekerjaan

Pemeriksaan
Produk
akhir proyek
SIKLUS PRODUKSI - DISTRIBUSI

Kebutuhan Desain dan


Pelanggan Rekayasa produk

Proses Spesifikasi

spesifikasi produk

Pelaksanaan

Produksi Flow

Informasi Flow
8 DIMENSI PRINSIP MUTU
1. Performance (prestasi, hasil kerja) adalah karakteristik utama
produk
2. Features (ciri-ciri) adalah “tanda” dan “bunyi” suatu produk
3. Reliability (dapat dipercaya) adalah probabilitas suatu produk
untuk dapat bertahan pada suatu periode tertentu dalam kondisi
yang telah ditentukan
4. Conformance (cocok) adalah tingkat kesesuaian hasil produk
dengan standar yang ditentukan
5. Durability (daya tahan) adalah umur produk sebelum produk
tersebut menjadi rusak
6. Serviceability (kemampuan daya layan) adalah suatu kondisi
produk dalam menjalankan fungsinya
7. Aesthetics (estetis) adalah tampak luar produk
8. Perceived quality (kepastian mutu) adalah suatu penilaian secara
subjektif terhadap kesan, promosi atau nama suatu produk
KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU

Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap pemeriksaan
Tahap pengambilan keputusan
CONTOH BAGAN ALIR PENGENDALIAN
MUTU DALAM PEKERJAAN BETON

Spesifikasi

Pengajuan rancangan formula

Tidak Dikoreksi oleh QE sesuai


Korelasi ulang
spesifikasi
Tidak Ya
Perubahan rancangan Ya
formula baru Pengujian di lapangan (TRIAL MIX)
Ya

Dijadikan acuan pekerjaan


dilapangan
5 HAL YANG HARUS TERCAKUP DALAM
SPESIFIKASI QC

Jenis pemeriksaan

Metode pemeriksaan

Frekuensi pemeriksaan

Spesifikasi / persyaratan mutu

Toleransi
MUTU KONSTRUKSI
Diperlukan pada saat
Tahap Perencanaan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Operasi

Tahap Pemeliharaan
Kegiatan Pekejaan Jembatan

Pekerjaan persiapan
Pekerjaan fundasi
Pekerjaan beton
Pekerjaan pemasangan bangunan atas
Pekerjaan jalan pendekat
Pekerjaan bangunan pelengkap jalan
Pekerjaan Persiapan
Pengaturan lalu lintas
Pembuatan jembatan darurat sesuai dengan kebutuhan dilapangan

• Jumlah lajur atau jembatan


• Kapasitas jembatan
• Pemeliharaan jembatan darurat
• Kondisi jalan pendekat jembatan darurat
• Kelancaran lalu lintas

Mobilisasi dan demobilisasi


Persiapan lahan
Persiapan alat sesuai dengan kebutuhan dalam desain
Persiapan SDM
Persiapan kantor lapangan sesuai dengan persyaratan
Persiapan bengkel di lapangan
Persiapan pembuatan gudang lapangan
Persiapan laboratorium lapangan
PELAKSANAAN TIANG PANCANG
Tahap persiapan
Gambar kerja sudah harus ada
Keyakinan data tanah yang tersedia – cek dengan geolistrik
atau dilakukan kembali penyelidikan tanah
Program pemancangan
Jenis alat pancang yang digunakan
Perhitungan rancangan untuk daya dukung tiang pancang
Rumus pemancangan yang akan digunakan
Metode penyambungan tiang
Usulan pengujian tiang (test pile untuk jenis tiang pancang
tumpu dan loading test untuk tiang pancang geser)
Contoh, data tiang pancang yang akan digunakan
PELAKSANAAN TIANG PANCANG
Tahap persiapan
Identifikasi tiang (setiap tiang diberi nomor)
Posisi lokasi tiang
Jenis dan ukuran tiang yang dipancang
Panjang aktual (panjang tiang terpancang)
Tanggal pemancangan
Jumlah pukulan setiap 50cm pukulan atau dalamnya
penetrasi setiap 10 pukulan
Energi pukulan sesuai dengan alat yang digunakan sesuai
jenis alat pancang (diesel hammer dengan single or double
action)
Apakah ada perpanjangan tiang atau sambungan
Letak sambungan, panjang potongan
Rumus-rumus pemancangan yang digunakan seperti hiley,
janbu dsb
Cek kedalaman tiang
Pondasi Tiang Bor
Persiapan
Lokasi titik bor
Hasil penyelidikan tanah
Jenis alat bor dan diameternya
Metode pengeboran
Pembuatan tulangan sesuai dengan gambar rencana

Pelaksanaan
Pengeboran sampai kedalaman yang disyaratkan, tetapi harus
ada kepastian sudah mencapai tanah keras
Pemasangan tulangan, dan dipasang dalam kondisi bersih
Pembuatan beton dengan mutu sesuai persyaratan
Pengecoran beton (tinggi jatuh atau langsung dengan
pemompaan – W/C ratio)
Waktu pengecoran dan syarat pendukung lainnya
Pondasi Sumuran
Persiapan
Lokasi pondasi (staking out)
Pembuatan cincin sumuran (sebelum mempuyai kekuatan 85% fc’
tidak boleh dipasang)
Alat untuk penggalian (manual atau konvensional, alat besar)
Pompa, apabila diperlukan untuk menjaga kestabilan tinggi air
tanah

Pelaksanaan
Penurunan cincin sumuran
Penggalian dengan cara gravitasi
Pengecoran beton kedap air dengan fc’ 20 MPa
Pengecoran beton siklop (volume batu besar 1/3 dan volume
beton fc’ 15 MPa 2/3)
Stek tulangan pada bagian teratas cincin sumuran dan bagian
beton kedap air sebagai penghubung antara poer dan Pondasi
Bangunan Bawah
Tahap persiapan

Gambar kerja apakah sudah tersedia

Detail penulangan (diameter tulangan,


panjang tulangan dan mutu tulangan)

Acuan yang diusulkan sesuai dengan


ketinggian kepala jembatan
Pengendalian Mutu Beton

Usulan agregat kasar (kekerasan, gradasi,


bentuk, kadar air, kebersihan)
Usulan agregat halus (gradasi, kadar air, kadar
lumpur, kebersihan)
Kualitas air
Semen (jenis dan pabrik pembuat)
Rancangan campuran beton
Peralatan untuk penakaran, pencampuran,
pengadukan, pengecoran, pemadatan
Rencana perawatan beton
JENIS-JENIS YANG MEMERLUKAN
PENGENDALIAN MUTU
Bahan Pengujian
Air Air
Agregat kasar Agregat kasar
Agregat halus Agregat halus
Semen Semen

Proses Pelaksanaan Hasil Akhir


Campuran beton Contoh uji
Pencampuran Pengerjaan akhir
Pengecoran perbaikan
Pemadatan
Perawatan
SIFAT BAHAN
Semen Air Agregat Bahan
Sebagai Media Tmbahan
Halus Kasar
Bahan Pencampur Bahan pengubah
Pengikat Bahan Bahan
Pengisi Pengaku

Pasta/
Perekat

Beton bersifat plastis pada awalnya dan kemudian berubah menjadi keras
PENGARUH SIFAT BAHAN
SEMEN
Kualitas dan kecepatan pengerasan

AGREGAT HALUS
Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaan
Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen
Lumpur, mempengaruhi kekuatan
Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton

AGREGAT HALUS
Gradasi, mempengaruhi kekuatan
Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen
Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan

AIR
Kuantitas mempengaruhi hampir semua sifat
Kuantitas mempengaruhi pengerasan, kekuatan, sifat awet
TAHAP PENGENDALIAN MUTU BETON
Sebelum Pada saat Setelah
Pelaksanaan pelaksanaan Pelaksanaan

Seleksi Penakaran (berat, Perawatan


volume)
material (curing)
Pencampuran
(homogenitas, cara,waktu

Rancangan kapasitas mixer)

campuran Transportasi (cara,


alat,travel time)
Penempatan (jenis
Peralatan – konstruksi, final
jumlah-kondisi setting)
Pemadatan (alat,cara,
waktu)
Finishing
Pembuatan contoh uji
Pelaksanaan Beton
P
Uji coba di e
Hasil pengujian Lapangan dengan Pelaksanaan n
Laboratorium kondisinya g
e
n
d
Kebersihan bahan beton
Kebersihan bahan beton a
Mix desain
Metode pengecoran li
Temperatur beton Temperatur udara
SDA a
Initial set Kelembaban
SDM
Final set Kecepatan angin n
Curing

m
u
t
u
Tipe Bangunan Atas
Gelagar beton bertulang
Gelagar beton prategang
Gelagar baja komposit
Rangka baja
Pelengkung
Balok pelengkung
Gelagar beton boks prategang
Gelagar baja boks prategang
Gantung
Cable stayed
Pemasangan Bangunan Atas
Persiapan
Gambar rencana
Manual pemasangan
Metode pemasangan (perancah, kantilever, semi kantilever,
launching, crane, geser dll)
Alat bantu pemasangan (bentang pemberat, crane kentledge dll)
Kelengkapan material bangunan atas

Pelaksanaan
Peralatan pemasangan (crane, dongkrak, dll)
SDM
Alat pengencangan baut (alat torsi momen)
Urutan pemasangan
Camber yang harus terjadi
Pemasangan lantai (CSP, beton bertulang)
fhoto
Komponen Jembatan rangka Baja
(Struktur atas)
Batang Utama

Komponen jembatan rangka baja


(struktur atas)

Ikatan angin
Penahan lateran
Jalan Pendekat
Permasalan

Amblas
Longsor
Tidak rata
Kondisi jelek
Elevasi tidak sesuai
Tidak nyaman
Bergelombang
Berlubang
Menimbulkan gaja kejut tambahan pada bangunan atas
Prinsip Pengelolaan Settlement
Data penyelidikan tanah lengkap

Analisa perilaku sebelum, pada waktu pelaksanaan sesuai


dengan desain dan keputusan dilapangan

Pemantauan stabilitas di lapangan dan perilaku settlement,


dan analisa perbandingan dengan perilaku yang diramalkan

Fleksibilitas proyek, adanya review desain untuk


mendapatkan hasil yang memuaskan
ANALISA SETTLEMENT
Analisa sebelum pelaksanaan
Teori konvensional
Teori elastik
Konsolidasi
Bidang gelincir
Drainase
Pemilihan rumus untuk hal yang kritis

Analisa sebelum settlement berakhir


Analisa interpretasi pada perilaku actual settlement
Mempredikasi kondisi masa depan seperti waktu dan
besarnya settlement
Keefektifan metode perhitungan settlement yang sudah
dilaksanakan
Penyelesaian Masalah
Pemadatan tanah timbunan disesuaikan dengan jenis alat
dan tanah
Tinggi tanah timbunan disesuaikan dengan kekuatan daya
dukung tanah asli
Drainase permukaan dibuat sedemikian agar tidak masuk
kedalam tanah timbunan
Waktu pelaksanaan jalan pendekat diprogramkan
sedemikian rupa agar masa/waktu konsolidasi tercapai
Mungkin diperlukan vertikal drain untuk mempercepat
konsolidasi
Elevasi atau bentuk tanah timbunan dibuat agar tidak
menimbulkan gaya kejut tambahan pada bangunan atas
jembatan
LAIN-LAIN
Bantalan karet

Dilakukan pengujian pada laboratorium terlebih dahulu


Biaya pengadan termasuk pengujian
Pemasangan dilakukan setelah adanya laporan pengujian
Cara pemasangan sesuai dengan metode pemasangan bangunan atas

Expansion joint
Asphaltic Plag Joint

 Bahan agregat, aspal karet sesuai spesifikasi


 Ukuran sesuai dimensi (minimal 40 cm lebar, 75 mm tebal)
 Pelaksanaan harus sesuai dengan persyaratan (tempat expansion joint bersih,
dipanaskan dan agregat yang akan dipasang juga dipanaskan serta aspal karet
dalam kondisi panas) sehingga akan terjadi penetrasi aspal kesemua celah
 Pergerakan struktur dengan APJ maksimum 25 mm

Expansion joint yang diisi dengan jenis khusus


Expansion joint jenis baja
LAIN-LAIN
Drainase Jembatan

Pipa drainase yang dipasang pada bangunan atas jembatan harus lebih
rendah sekitar 20 cm terhadap bagian struktur bangunan atas
terendah

Sandaran Jembatan
Bahan harus cukup kuat, sesuai dengan desain
Pada umumnya terbuat dari pipa baja
Elevasi sesuai dengan persyaratan

Papan nama jembatan


Ukuran 40 x 60 Cm
Bahan diusahakan yang tidak cepat rusak (usul marmer)
Diletakkan pada sebelah kiri sebelum masuk ke jembatan dari dua arah
Membuat informasi no., nama, lokasi, panjang dan bentangan, tahun
selesai pembangunan, tipe BA, tipe fundasi dan kedalamannya
KESALAHAN UMUM
(COMMON MISTKES)
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN JEMBATAN
KESALAHAN UMUM
(COMMON MISTAKES)
PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN JEMBATAN

Kesalahan yang dilakukan


Akibat atau masalah yang timbul
Cara perbaikan
PENGUKURAN
Elevasi Untuk menyamakan elevasi
perletakan dan landasan, dilakukan peninggian
jarak antar atau pembobokan bagian atas
perletakan tidak abutment atau pilar
sesuai
Apabila jarak antar perletakan
tidak sesuai, dilakukan perbaikan
Jembatan tidak dimensi abutment atau pilar, juga
dapat dipasang mungkin akan berakibat pada
pondasi sehingga harus
menambah sumuran atau tiang
pancang
KAPASITAS ALAT PANCANG SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN

KECIL Gunakan alat pancang sesuai


Tiang pancang dengan kebutuhan
tidak dapat Perencana menyarankan
kapasitas alat pancang sesuai
sampai pada dengan jenis tiang
kedalaman Tiang pancang yang rusak
sesuai desain diganti
Pada pemancangan di tanah
BESAR lunak, hati-hati dalam
menentukan kapasitas alat
Tiang dapat pancang
retak atau
hancur
KAPASITAS ALAT PANCANG SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN

Daya dukung Gunakan alat pancang sesuai


tiang pancang dengan kebutuhan
tidak tercapai Perencana menyarankan
kapasitas alat pancang sesuai
dengan jenis tiang
Jembatan bisa Tiang pancang yang rusak
runtuh diganti
Pada pemancangan di tanah
lunak, hati-hati dalam
menentukan kapasitas alat
pancang
KAPASITAS ALAT PANCANG SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN
Pemancangan Dicoba diteruskan
dihentikan pemancangannya apabila
dari 24 jam mungkin

Menambah jumlah tiang


Terjadi jepitan pancang
Pemancangan
tidak dapat Tiang yang rusak diganti
dilanjutkan, dengan menambah tiang
dan apabila pancang
dipaksa maka
kepala tiang
dapat hancur
KEDALAMAN PONDASI

Pelaksanaan
konstruksi pondasi
yang sekedar
mengikuti gambar Kedalaman pondasi
rencana tanpa ditambah/diperbaiki
menggunakan
pertimbangan teknis
Diberi perkuatan bagi
Karena data tanah pondasi yang sudah
hanya diwakili oleh terlanjur terpasang
sondir/bor saja,
seringkali berbeda
dengan kenyataan di
lapangan (kedalaman
pondasi mungkin tidak
mancapai tanah keras)
KEDALAMAN PONDASI

Pemancangan tidak
mencapai kedalaman
rencana (walau telah
menggunakan alat Kedalaman tiang pancang
pancang yang sesuai) ditambah

Menyebabkan Jumlah tiang pancang


penurunan jembatan
karena daya dukung ditambah
tiang lebih kecil dari
daya dukung yang
diperlukan
PONDASI DIBAWAH TEMBOK SAYAP

Tanah pada dasar


pondasi tembok sayap
kurang dipadatkan
Tembok sayap dibongkar,
kemudian tanah
Penurunan sayap
dipadatkan dan diganti
Terjadinya celah pada
sambungan dengan dengan yang baru
bangunan bawah
Tergulingnya sayap
PONDASI DIBAWAH TEMBOK SAYAP

Pembuatan tiang Dasar percetakan tiang


beton dilakukan pada ditempatkan pada tanah
tanah dengan
permukaan yang labil yang kokoh
Tiang ditandai dengan
Melenturnya tiang suatu nomor referensi,
pada saat dan/atau panjang dan tanggal
sesudah pengecoran pengecoran
Urutan pemancangan sewaktu/sebelum
yang tidak benar pengangkutan
PENGUJIAN BEBAN
(LOADING TEST)

Dilakukan setelah
pemancangan pada Loading test dilakukan
kondisi tanah masih beberapa minggu setelah
terganggu pemancangan

Hasil loading test tidak


menunjukkan hasil Test beban DLT umumnya
yang sebenarnya dilakukan setelah 2
minggu
PEMANCANGAN DI ATAS TANAH
TIMBUNAN JALAN PENDEKAT

Dilakukan sebelum
penimbunan tanah Apabila daya dukung
jalan pendekat tiang berkurang, tambah
tiang, setelah dilakukan
Terjadi negatif skin perhitungan
friction
Kapasitas daya dukung
tiang berkurang Seharusnya dilakukan
penimbunan jalan
pendekat terlebih dulu,
kemudian baru dilakukan
pemancangan
HUBUNGAN TIANG DENGAN POER

Hubungan kurang kaku


Penambahan pengaku
Poer dapat berotasi
pada bagian hubungan
mengikuti gerak muai poer dan tiang dengan
susut jembatan menambah baja pengaku
Hubungan menjadi
lemah dan bisa
berakibat putusnya Memperdalam masuknya
tiang tiang ke dalam poer
PONDASI SUMURAN

Penggalian sumuran
dilakukan secara terbuka Pondasi dihitung kembali
Sumuran berfungsi sebagai pondasi langsung
sebagai pondasi langsung

Pada waktu penggalian Dilakukan perbaikan


pada jenis tanah yang posisi sumuran
non kohesif air tanah
terbawa

Ada perbedaan tinggi


muka air tanah di dalam
dan di luar sumuran, dan
pondasi sumuran dapat
menjadi miring
Pondasi
Langsung

PONDASI LANGSUNG
PERSYARATAN :

*Cukup kuat daya dukung ada < daya dukung izin


* Aman terhadap geser n > 1,5
* Aman terhadap guling n > 1,5
* D > kedalaman scouring maksimum
* h < tinggi kritis timbunan
h tanah timbunan

tanah asli
D
Sumuran

SUMURAN
CARA PENIMBUNAN/PENYIMPANAN
KOMPONEN B.A. RANGKA BAJA

Tidak disiapkan
dengan baik Susunan komponen sesuai urutan
pemasangan
Komponen cacat diperbaiki dengan
Komponen dapat menggunakan cat yang
menjadi cacat atau mengandung zinc
rusak
Komponen yang bengkok
Pelaksanaan diluruskan sesuai manual
pemasangan
terhambat kerena
terjadi kesulitan dalam
pengambilan
komponen sesuai
dengan urutannya
PENIMBUNAN KOMPONEN BETON
PRATEKAN

Penimbunan tidak Komponen yang rusak


baik diperbaiki, apabila masih
Penimbunan tidak mungkin
memperhatikan
sumbu kuat dan Komponen disusun kembali
sumbu lemah dengan baik

Balok beton pratekan apabila


Komponen akan rusak harus diganti baru
rusak dan pecah
Komponen
mengalami
tegangan awal
SISTEM PEREAKITAN

Pemilihan sitem
pemasangan/perakitan Sistem pemasangan
rangka baja tidak diubah, apabila masih
tepat
mungkin
Pelaksanaan
berbahaya Tambah pengamanan
Tidak ekonomis
Terjadi kesulitan
Perlu waktu yang lebih
lama
PEMASANGAN BAUT

Pemasangan baut Baut dilepas dan dipasang


terbalik dengan betul

Pelaksanaan
pengencangan sulit

Pelat tidak dibersihkan


dan dikasarkan Apabila baut belum
dikencangkan 100% lepaskan
 Fungsi friction tidak dan bersihkan pelat serta
tercapai dikasarkan dan pasang baut
kembali
CARA MEMASANG BAUT

Dipaksa dengan Ganti baut dan periksa


menggunakan kembali secara
palu/martil keseluruhan

Baut akan rusak Baut yang rusak diganti


Lubang baut
menjadi cacat
LUBANG BAUT TIDAK PAS

Membuat lubang sendiri Komponen yang cacat


dengan cara bor diganti

Lubang baut menjadi


terlalu besar Galvanis diperbaiki dengan
Terjadi overheated pada memberikan cat dengan
material, dan akan bahan dasar epxy yang
menurunkan kekuatan mengandung zinc
Galvanis rusak
KEKENCANGAN BAUT

Baut belum dikencangkan Sebelum dilakukan


100% sudah dimulai pembesian, periksa
pekerjaan pengecoran kekencangan baut dan
kekencangan baut hingga
Camber tidak tercapai 100%
Pengencangan selanjutnya
menjadi sulit Beton baru dicor setelah
Gaya friction tidak akan semua baut berada dalam
tercapai kondisi kekencangan
100%
PEMASANGAN KOMPONEN

Komponen tertukar Bongkar dan pasang


kembali komponen pada
Komponen tidak posisi yang seharusnya
sesuai
Sebelum pemasangan,
pelaksana harus membaca
Jembatan tidak manual pemasangan
berfungsi dengan terlebih dulu
semestinya
MANUAL PEMASANGAN B.A.

Tidak dibaca dengan Sebelum pemasangan,


baik manual harus dibaca

Hal-hal yang perlu


Salah pemasangan diperhatikan adalah
komponen kekencangan baut, camber
Salah pengencangan yang harus terjadi, waktu
baut pemasangan landasan,
Jembatan tidak waktu pengecoran baton
berfungsi dengan baik
CARA PEMASANGAN DENGAN
PERANCAH

Perancah kurang kuat Pembuatan perancah


Perancah menghalangi jangan menghalangi alur
alur sungai sungai

Pada waktu pemasangan Hitung kekuatan perancah


dapat terjadi keruntuhan untuk beban yang harus
Atau terjadi: pada waktu dipikul
pengecoran beton terjadi
penurunan
Jembatan hanyut pada Perancah kurang kuat,
waktu banjir bongkar dan pasang
kembali
PEMASANGAN DENGAN SISTEM
KANTILEVER

Baut tidak dikencangkan Baut dikencangkan 100%


100% pada waktu pada waktu setiap panel
pemasangan komponen selesai
per panel
Jika camber tidak tercapai
Camber tidak tercapai dan elevasi ujung tidak
Elevasi ujung jembatan tercapai, dongkrak
tidak tercapai jembatan dan tinggikan
bagain linking steel

Elevasi landasan di
seberang
dipendekkan/disesuaikan
METODA PEMASANGAN/PERAKITAN
JEMBATAN RANGKA BAJA
METODA PEMASANGAN/PERAKITAN
JEMBATAN RANGKA BAJA

Rectangle Bent Pipe Bent


METODA PEMASANGAN/PERAKITAN
JEMBATAN RANGKA BAJA

Plane of Bent
PENULANGAN PELAT LANTAI

Penyusunan tulangan Beton dibongkar dan


salah (tulangan utama tulangan diperbaiki
dan tulangan bagi kemudian baru beton dicor
terbalik)
Ukuran tulangan tidak
sesuai rencana Kalau beton belum dicor,
tulangan diperbaiki
susunannya
Terjadi pengurangan
kekuatan
Lantai retak/pecah
PENGGANTIAN TULANGAN

Perancah kurang kuat Ganti tulangan polos


Perancah menghalangi dengan ulir, atau:
alur sungai Lakukan penyesuaian luas
terpasang
Pada waktu pemasangan Panjang penyaluran gaya
dapat terjadi keruntuhan disesuaikan (polos lebih
Atau terjadi: pada waktu panjang dari pada ulir)
pengecoran beton terjadi Beton terlajur dicor,
penurunan
periksa periksa desain dan
Jembatan hanyut pada apabila batas toleransi
waktu banjir dilewati, maka beton
dibongkar
MUTU BETON LANTAI

Mutu beton untuk lantai Perkuatan lantai dengan


jembatan kurang dari K- penambahan pelat baja di
350 bagian bawah lantai

Lantai dapat retak Mengurangi momen yang


Umur rencana lntai tidak akan terjadi dengan
tercapai menambah gelagar

Perbaikan retak dan


pekuatan
PENGHENTIAN PENGECORAN

Penghentian pengecoran Terlanjur dan parah, beton


beton tidak pada daerah dibongkar dan cor ulang
momen nol
Kondisi tidak parah,
Akan terjadi retak pada periksa tegangan yang
sambungan terjadi

Gunakan lem beton pada


sambungan beton untuk
menyatukan beton
PENGECORAN BALOK KERB/TROTOAR

Pengecoran balok Bongkar lantai pada


kerb/trotoar tidak bagian kerb,
monolit dengan lantai kemudian balok (kerb
kendaraan dan lantai) dicor ulang

Kalau kerb berfungsi


sebagai balok, maka
penulangan lantai
tidak cukup kuat
(lantai tidak kuat)
PENGECORAN BACKWALL

Backwall dicor Bongkar backwall


sebelum dilakukan Tulangan ditekuk atau
pemasangan rangka dipotong
baja
Setelah selesai
pemasangan rangka
Sulit pemasangan baja dan pengecoran
rangka baja terutama
dalam sistem lantai, backwall dicor
kantilever kembali
Sulit dalam
penyelesaian akhir
rangka baja
Overlay di atas jembatan lama

Overlay di atas Lapisan lama


jembatan lama tanpa dibongkar dahulu,
memperhitungkan
beban mati yang baru dioverlay
masih ada kembali

Bisa terjadi
overloaded, jembatan
lama-kelamaan bisa
runtuh
CELAH EXPANSION JOINT

Celah expansion joint Modifikasi celah


terlalu besar expansion joint
Terjadi ketidak nyamanan
pengguna jalan Ganti expansion joint
Dapat terjadi kecelakaan yang sesuai dengan
lebar celah (mahal)
Celah expansion joint Usahakan jenis
terlalu kecil
Terjadi tumbukan antara
expansion joint yang
jembatan dengan backwall tertutup agar kotoran
tidak merusak bagian
landasan
PELAKSANAAN JALAN PENDEKAT

 Tinggi tanah  Lakukan pengamanan


timbunan > tinggi izin tebing, dengan cara
pemasangan tiang
 Tanah timbunan akan pancang, sheet pile,
longsoran tembok penahan tanah dsb

 Penimbunan di atas  Lakukan penimbunan tanah


tanah lunak, tanpa samping sebagai counter
perbaikan tanah weight (kalau mungkin)
 Terjadi setlement,
dan tekanan tanah  Lakukan perbaikan tanah
dapat mendorong dengan cara pemancangan
kepala jembatan crucuk, geotextile dengan
arah mulai cari abutment
ke arah luar
JALAN PENDEKAT

 Pemadatan jalan  Apabila keruntuhan jalan


pendekat tidak sesuai pendekat sudah parah,
dengan spesifikasi bongkar dan lakukan
pemadatan yang sesuai

 Terjadi settlement,  Apabila kerusakan parah


jalan pendekat akan dan tidak mungkin
runtuh dilakukan perbaikan,
bentangan jembatan
ditambah sesuai dengan
kondisi yang diperlukan,
perhitungan settlement
sebagai pilar
JALAN PENDEKAT

Pengecoran balok Bongkar lantai pada


kerb/trotoar tidak bagian kerb,
monolit dengan lantai kemudian balok (kerb
kendaraan dan lantai) dicor ulang

Kalau kerb berfungsi


sebagai balok, maka
penulangan lantai
tidak cukup kuat
(lantai tidak kuat)

Anda mungkin juga menyukai