Anda di halaman 1dari 28

PENYAKIT AKIBAT KERJA;

DIAGNOSE, PENCEGAHAN,
&
PELAPORANNYA
Oleh :
Dr. dr. Lientje Setyawati K. Maurits, MS. SpOk.
Spesialis K3 & Kedokteran Kerja
E-Mail : lientjemaurits@yahoo.com

Disampaikan secara Daring via Zoom pada Pelatihan


Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Dokter, Yogyakarta,
07 November 2022, Hari Senin, Jam : 15.45 – 17.15
OUTLINE

• PENDAHULUAN
• PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
• PENYEBAB PAK
• TEN LEADING WORK-RELATED DISEASES &
INJURIES
• TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS PAK
• PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PAK
• PELAPORAN PAK

Lientje Setyawati K. Maurits 2


STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
(PMK NO.52 TH 2018 TTG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI FASYANKES)

• Standar K3 di Fasyankes meliputi:


1) Pengenalan potensi bahaya dan
pengendalian risiko K3 di Fasyankes;
2) Penerapan kewaspadaan standar;
3) Penerapan prinsip ergonomi;
4) Pemeriksaan kesehatan berkala;

Lientje Setyawati K. Maurits 3


5). Pemberian imunisasi;
6). Pembudayaan perilaku hidup bersih dan
sehat di Fasyankes;
7). Pengelolaan sarana dan prasarana
Fasyankes dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;
8). Pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja;

Lientje Setyawati K. Maurits 4


9) Kesiapsiagaan menghadapi kondisi
darurat atau bencana, termasuk
kebakaran;
10)Pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun dan limbah bahan berbahaya
dan beracun; dan
11)Pengelolaan limbah domestik.

Lientje Setyawati K. Maurits 5


PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
• Permenaker No.Per.01/Men/1981 : PAK adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan
kerja = Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2019

• Keppres No.22 Th 1993 : “Penyakit yang timbul karena


hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja” 🡪 = PAK.

• PP No.44 Th 2015 dan Permenaker No.26 Th 2015 :


PAK adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan / atau lingkungan kerja.

Lientje Setyawati K. Maurits 6


• PP RI No.7 th 2019 🡪 PAK meliputi jenis penyakit:
a) Yang disebabkan oleh pajanan faktor yang timbul
dari aktivitas pekerjaan
b) Berdasar sistem target organ
c) Kanker akibat kerja
d) Faktor spesifik lainnya

• ILO mengelompokkan PAK dalam 3 kategori :


1) Diseases caused by agent (chemical, physical,
biollogical);
2) Diseases of target organ systems (respiratory, skin,
musculoskeletal);
3) Occupational cancer
Lientje Setyawati K. Maurits 7
Lientje Setyawati K. Maurits 8
PAK DI DUNIA
Nelson, American Journal Industrial Medicine (2005)

• PAK terbanyak di dunia :


⮚ 37 % sakit pinggang
⮚ 16 % penurunan pendengaran
⮚ 13 % penyakit paru obsruktif kronik
⮚ 11 % asma
⮚ 9 % kanker paru
⮚ 2 % kanker darah putih (leukemia)

Lientje Setyawati K. Maurits 9


PENYEBAB PAK al
Lingkungan Kerja

Biologi : Fisik : Kimia :


-Moulds -Bising dan getaran -Debu
-Bakteri -Radiasi ion dan non ion -Fume
-Virus -Suhu tinggi dan rendah -Serat
-Fungi -Pencahayaan -Cair
-Ragi -Tekanan -Mist
-Mite -Gas
-Serangga -Uap

Ergonomi Psikososial
Lientje Setyawati K. Maurits 10
TEN LEADING WORK-RELATED
DISEASES & INJURIES
1. Occupational lung disorders
2. Musculoskeletal disorders
3. Occupational cancer
4. Fractures, amputations, traumatic deaths
5. Cardiovascular disease
6. Reproductive problems
7. Neurotoxic illness
8. Noise-induced hearing loss
9. Dermatological problems
10.Psychological disorders
Lientje Setyawati K. Maurits 11
ILO (1999) – Penyebab Kematian
karena Penyakit Akibat Kerja
Keganasan 34 %
Cardiovasculair 15 %
Kecelakaan kerja 25%

ISPA 5%

Insiden ISPA > 50 %


Lientje Setyawati K. Maurits 12
TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS PAK (GOLD
STANDARD) (KEMKES DAN PERDOKI 2015) :
1) MENEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS
o Diagnosis okupasi / diagnosis PAK tidak dapat ditegakkan hanya
berdasar gejala yang dikeluhkan pasien.

o Dasar diagnosis PAK : Evidence based. Antara pajanan dengan


penyakit tertentu ada hubungan spesifik.
Pajanan artinya menyebabkan satu atau beberapa penyakit tertentu
sesuai hasil penelitian yang ada.
Upaya diagnosis klinis mungkin memerlukan pemeriksaan
laboratorium atau penunjang lainnya dan sering perlu melibatkan
dokter spesialist yang terkait dengan penyakit pasien. Prinsipnya
apabila belum dapat ditegakkan diagnosis klinis maka diagnosis
okupasi belum dapat ditentukan.

Contoh :
o Perlu didapatkan dahulu Diagnosis Klinis apakah hanya terjadi NPB
saja atau sudah ada kelainan neurologis

Lientje Setyawati K. Maurits 13


2). MENGIDENTIFIKASI PAJANAN YG DIALAMI DI PEKERJAAN

⮚ PAK sering tidak hanya disebabkan oleh pajanan di pekerjaan pada


saat ini tapi dapat disebabkan oleh pajanan pada pekerjaan terdahulu.
Selain itu beberapa pajanan bisa saja menyebabkan satu penyakit
sehingga dokter harus mendapatkan info mengenai semua pajanan
yang dialami dan pernah dialami pekerja, untuk dapat mengidentivikasi
pajanan mana yang mungkin berpengaruh sehingga perlu dilakukan
anamnesis pekerjaan dan pajanannya dengan teliti.

⮚ Informasi ini mencakup : diskripsi semua pekerjaan secara kronologis,


periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan, apa yang
diproduksi, bahan apa yang digunakan, cara kerja, alur kegiatan
bekerja setiap hari.

⮚ Informasi tersebut makin bernilai bila ditunjang dengan data obyektif


seperti MSDS dari bahan yang digunakan, catatan perusahaan
mengenai penempatan kerja tersebut, dst.
Lientje Setyawati K. Maurits 14
Contoh :
⮚ Anamnesis pekerjaan dan / atau pengamatan
cara bekerja untuk mengetahui apakah ada
faktor risiko terhadap terjadinya NPB, termasuk
menanyakan apakah pernah terjadi kecelakaan /
cidera pada punggung

⮚ Faktor Lingkungan Kerja juga perlu diperhatikan,


seperti pencahayaan kurang baik, suhu dingin
atau stress kerja yang dapat memengaruhi /
memperberat NPB

Lientje Setyawati K. Maurits 15


3) ADAKAH HUBUNGAN ANTARA PAJANAN & PENYAKIT

❖ Melakukan identifikasi pajanan yang berhubungan dengan


penyakit yang dialami berdasarkan hasil penelitian
epidemiologis yang pernah dilakukan (evidence based).

❖ Identifikasi ada tidaknya hubungan antara pajanan dan penyakit


dapat dilakukan dengan mengkaji referensi / literatur yang ada.

Contoh :
❖ Dari faktor risiko atau pajanan yang dialami di tempat kerja :
posisi kerja, cara kerja sesuai dengan lokasi nyeri, yaitu pada
punggung bawah

Lientje Setyawati K. Maurits 16


4) APAKAH PAJANAN YG DIALAMI MENIMBULKAN PENYAKIT TSB

❑ Perlu dimengerti pathofisiologi dari penyakit tersebut dan bukti


epidemiologisnya.

❑ Besar suatu pajanan dapat dinilai secara kualitatif yaitu dengan


menanyakan kepada pasien mengenai cara kerja, proses kerja, dan
lingkungan kerjanya.

❑ Penting juga melakukan pengamatan dan memperhitungkan masa


kerja, yaitu berapa lama pekerja sudah terpajan.

❑ Penilaian secara kuantitatif dapat dengan menggunakan data


pengukuran lingkungan kerja terhadap pajanan tersebut yang telah
dilakukan secara periodik oleh perusahaan atau data monitoring
biologis yang ada.

Lientje Setyawati K. Maurits 17


❑ Bila tidak ada dapat dilakukan pengukuran pada saat akan
dilakukan diagnosis PAK dan bila tidak ada perubahan
proses dan cara kerja secara berarti pada masa kerja
pekerja tersebut, dapat diasumsikan bahwa selama masa
kerja tersebut pekerja memperoleh pajanan dalam jumlah
yang sama.

❑ Hasil pengukuran yang didapat perlu dinilai apakah


melebihi NAB atau termasuk terpajan tinggi atau tidak.

❑ Pemakaian APD perlu juga dinilai apakah dapat


mengurangi pajanan yang dialami secara berarti atau tidak,
yaitu bila jenis APD sesuai, dipakai secara benar dan
konsisten.

Lientje Setyawati K. Maurits 18


Contoh :
❑Penilaian jumlah pajanan pada NPB bisa
dilihat dari beban kerja, frekwensi gerakan
yang dilakukan & berapa lama suatu posisi
dipertahankan, termasuk masa kerja pada
pekerjaan tersebut

❑Untuk NPB tidak ada batasan waktu tertentu,


dapat terjadi tiba-tiba atau perlahan-lahan
setelah bekerja untuk beberapa waktu

Lientje Setyawati K. Maurits 19


5) MENENTUKAN ADAKAH FAKTOR INDIVIDU YG BERPERAN

❖ Setiap penyakit selain disebabkan oleh faktor lingkungan dan / atau


faktor pekerjaan, juga ada faktor individu yang berperan. Adanya
faktor individu yang berperan tidak berarti diagnosis PAK menjadi
batal namun diperlukan untuk menilai seberapa besar faktor
individu ikut berperan.

Contoh :
❖ Faktor individu merupakan risiko untuk terjadinya penyakit otot
rangka, misalnya jenis kelamin, umur, HNP
❖ Adanya faktor tersebut, tidak menyebabkan diagnosis PAK tidak
dapat ditegakkan, tetapi menjelaskan mengapa individu tertentu
yang terkena atau lebih cepat terkena

Lientje Setyawati K. Maurits 20


6). MENENTUKAN ADAKAH FAKTOR LAIN DILUAR PEKERJAAN

❑ Faktor lain diluar pekerjaan, pajanan lain yang juga dapat


menyebabkan penyakit yang sama, namun bukan merupakan faktor
pekerjaan.

Contoh :
❑ Selain di tempat kerja, seseorang bekerja juga dirumah, bahkan ada
yang mempunyai pekerjaan ganda atau hobby yang berisiko juga
terhadap terjadinya NPB
❑ Perlu dilakukan identifikasi faktor risiko apa yang terjadi diluar
pekerjaan utama, termasuk apakah cidera pertama kali terjadi
dirumah & seberapa besar faktor risiko dirumah / pekerjaan lain
berperan

Lientje Setyawati K. Maurits 21


7) MENENTUKAN DIAGNOSIS OKUPASI / DIAGNOSIS PAK

✔ Kaji seluruh informasi yang telah dikumpulkan dari langkah terdahulu.

✔ Berdasar bukti dan referensi mutakhir yang ada, buat keputusan


apakah penyakit yang diderita adalah PAK atau tidak.

✔ Diagnosa sebagai PAK dapat dibuat bila langkah diatas disimpulkan


memang ada hubungan sebab-akibat antara pajanan yang dialami
pekerja dengan penyakit dan faktor pekerjaan merupakan faktor yang
bermakna terhadap terjadinya penyakit serta tidak dapat diabaikan,
meskipun ada faktor individu atau faktor lain yang ikut berperan
terhadap timbulnya penyakit.

Lientje Setyawati K. Maurits 22


Contoh :
• Pada umumnya semua penyakit adalah multi-kausal,
termasuk NPB

• Sebagai seorang dokter semua faktor yang berpengaruh


perlu dipertimbangkan. Kalau memang jelas faktor
pekerjaan berpengaruh secara bermakna terhadap
timbulnya NPB, meskipun ada faktor individu & faktor lain
diluar pekerjaan, tetap dapat ditegakkan diagnosis PAK

• Tetapi bila jelas faktor diluar pekerjaan lebih berpengaruh,


misalnya cidera pertama terjadi dirumah, beban kerja
dirumah lebih berat & posisi / sikap kerja dirumah lebih
buruk, maka diagnosis NPB akibat kerja tidak dapat
ditegakkan

Lientje Setyawati K. Maurits 23


Tahapan Pengendalian PAK :
1. Engineering control
2. Administrasi control
3. Alat pelindung diri

Macam-macam Pengendalian PAK :


1. Preventive
2. Recognition
3. Diagnosis & Treatment
4. Monitoring
Lientje Setyawati K. Maurits 24
KEBERHASILAN PENCEGAHAN /
PENGENDALIAN PAK TERGANTUNG
PADA :
⮚Pendidikan
berkesinambungan
⮚Perubahan sistem Keberhasilan
⮚Motivasi Tinggi
⮚Keteladanan
⮚Bimbingan
⮚Umpan Balik
Lientje Setyawati K. Maurits 25
PELAPORAN PAK
• Penyelenggaraan pelayanan PAK dilaporkan secara
berjenjang sebagai bagian dari surveilans kesehatan
pekerja. Pelaporan dilakukan secara berjenjang mulai
dari pelayanan kesehatan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dilanjutkan ke dinas kesehatan provinsi,
dan Kementerian Kesehatan melalui Direkrorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat dan Kementerian Tenaga Kerja.

• Pelaporan terkait dengan pembiayaan oleh BPJS


Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan disesuaikan
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Lientje Setyawati K. Maurits 26


• Laporan kasus PAK :
• Menggunakan form dalam Permenaker No.333 Th 1998
• Kasus PAK wajib dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam
setelah di diagnosa sebagai PAK

• Laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja :


• Menggunakan form dalam Kepdirjen No.22 Th 2008
(laporan triwulan)
• Dilaporkan bersama data semua penyakit yang dialami
pekerja dan data program kesehatan kerja lainnya

Lientje Setyawati K. Maurits 27


Safety and health is not everything,
but without it everything is nothing.

Lientje Setyawati K. Maurits 28

Anda mungkin juga menyukai