Anda di halaman 1dari 9

MUHAMMAD SIDIQ PAMUNGKAS

25000119120051
K3/2022
Short Quiz Penyakit Akibat Kerjs
(Tugas Individu)

Kumpulkan secara kolektif melalui Kormat Kelas, dan tautkan pada kolom assignment di MS teams PAK
dan Kulon
Pengumpulan tanggal 22 Maret 2022 pkl 11.00 ( kolektif via Kormat)

Soal 1
Beberapa pekerja di industri kecil pewarnaan batik tradisional mengeluh telapak tangan berwarna
kemerahan dan gatal-gatal. Sudah diperiksakan ke puskesmas namun belum ada perbaikan. Sarung tangan
sudah disediakan tapi tidak rutin dipakai.
1. Sebagai petugas K3 di puskesmas, langkah apa yang akan anda lakukan?
Sebagai seorang petugas K3 di Puskesmas apabila mendapatkan kasus seperti diatas adalah kita
harus dapat memastikan apakah penyakit tersebut memang benar dikarenakan akibat kerja atau
bukan. Kita tahu bahwa Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/atau lingkungan pekerja. Pada peraturan x Standar Kesehatan Kerja dalam upaya penanganan
penyakit meliputi 3 hal yakni pertolongan pertama pada cedera atau sakit di tempat kerja, diagnosis
dan tatalaksana penyakit, serta penanganan kasus kegawat daruratan medik atau lanjutan.
Diagnosis dan tata laksana Penyakit Akibat Kerja dan bukan Penyakit Akibat Kerja harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika daiam diagnosis dan tata
laksana Penyakit Akibat Kerja ditemukan kecacatan, dilakukan penilaian kecacatan. Berdasarkan
PMK Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja, terdapat
tujuh langkah diagnosis PAK, di antaranya:
1. Menegakkan diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan Anamnesis dan
Pemeriksaan fisik. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus.
2. Menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja.
Beberapa pajanan bisa mengakibatkan satu penyakit, sehingga dokter di perusahaan harus
mendapatkan informasi semua pajanan yang dialami dan pernah dialami pekerja. Untuk
memperoleh informasi terkait pajanan, dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap,
mencakup:
 Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang dialami (pekerjaan
terdahulu sampai saat ini)
 Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
 Produk yang dihasilkan
 Bahan yang digunakan
 Cara kerja
 Proses kerja
 Riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia)
 Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan.
Informasi tersebut dapat ditunjang dengan data objektif, seperti Material Safety Data Sheet
(MSDS) dari bahan yang digunakan dan catatan perusahaan mengenai informasi-informasi di
atas.
Catatan:
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter dan pasien untuk
mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang mengarahkan
diagnosis penyakit pasien.
3. Menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis klinis
Pajanan yang teridentifikasi dihubungkan dengan penyakit yang dialami. Waktu timbulnya
gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu memengaruhi hubungan antara pajanan dengan
diagnosis klinis. Penyakit lebih sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat
libur atau cuti. Hasil pemeriksaan prakerja dan berkala dapat digunakan sebagai salah satu data
untuk menentukan PAK.
4. Menentukan besarnya pajanan
Penilaian untuk menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala
penyakit dapat dilakukan secara:
Kualitatif:
 Pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja
dan masa kerja
 Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar
pajanan.
Kuantitatif:
 Data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan secara periodik
 Data pemantauan biologis.
5. Menentukan faktor individu yang berperan
Faktor individu yang berperan terhadap timbulnya penyakit antara lain:
 Jenis kelamin
 Usia
 Kebiasaan
 Riwayat penyakit keluarga (genetik)
 Riwayat atopi (suatu kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit alergi,
misalnya dermatitis, rhinitis atau asma)
 Penyakit penyerta.
6. Menentukan pajanan di luar tempat kerja
Penyakit yang timbul mungkin diakibatkan oleh pajanan yang sama di luar tempat kerja
sehingga perlu informasi tentang kegiatan yang dilakukan di luar tempat kerja seperti hobi,
pekerjaan rumah, dan pekerjaan sampingan.
7. Menentukan diagnosis PAK
Berdasarkan enam langkah di atas, dibuat kesimpulan penyakit yang diderita oleh pekerja
adalah PAK atau bukan PAK.
2. Menurut anda apakah gejala tersebut sudah dapat dimasukkan kategori PAK? Jelaskan singkat
Ya telah termasuk dalam Penyakit Akibat Kerja. World Health Organization (WHO) membagi
PAK menjadi empat kategori, di antaranya:
a) Penyakit yang hanya diakibatkan oleh pekerjaan, contohnya Pneumoconiosis, yakni
penyakit saluran pernapasan yang diakibatkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk
atau mengendap di dalam paru-paru.
b) Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaan, contohnya Kanker Paru
(Karsinoma Bronkogenik).
c) Penyakit dengan pekerjaan menjadi salah satu penyebabnya di antara faktor-faktor
penyebab lainnya, misalnya Bronkitis Kronis, yakni peradangan pada saluran bronkial
(saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru).
d) Penyakit dimana pekerjaan memperberat/memperparah suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, contohnya Asma.
Penyebab PAK dibagi menjadi lima golongan salah satunya karena faktor kimia. Seperti
yang kita ketahui bahwa pewarnaan batik tradisional itu menggunakan bahan kimia, baik
dari warnanya lalu pengeras warna dan sebagainya. Apabila seseorang terpapar oleh
bahan kimia tersebut berkali-kali maka akan dapat menyebabkan terjadinya PAK.
Terlebih dikatakan bahwa APD sarung tangan yang digunakan sering tidak dipakai.
Soal 2

Sejak awal bulan Januari tahun 2022, sebuah perusahaan pengolah pestisida mendapatklan data banyak
karyawan yang mengeluh pusing dan merasakan mual. Laporan dari klinik perusahaan menunjukkan
bahwa terjadi kenaikan kasus gangguan lambung . Dokter klinik mengatakan bahwa hal tersebut dapat
terjadi karena beban kerja atau pola makan yang kurang sehat. Pada bulan Maret , terjadi sejumlah kasus
mual dan muntah yang perlu mendapatkan perawatan di klinik bahkan ada yanbg harus dirujuk ke rumah
sakit.

Sebagai seorang ahli K3 di perusahaan tersebut ;

a. Langkah apa yang akan anda lakukan ?


Sebagai seorang ahli K3 perusahaan tentu kita harus melakukan manajemen risiko.

Berdasarkan Gambar proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:

1. Perencanaan Manajemen Risiko/Penetapan Konteks, perencanaan meliputi langkah

memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko.


2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-
jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis.
3. Analisis Risiko, merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk memperoleh perkiraan
tingkat risiko. Besarnya perkiraan risiko yang dihasilkan tergantung pada tingkat keparahan
dan kemungkinan dari suatu risiko. Analisis risiko dapat dilakukan dengan cara kualitatif,
semikuantitatif, kuantitatif maupun kombinasi ketiganya.
(a) Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment)
dampak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan
dengan menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala
pengukuran yang digunakan dalam analisis kualitatif adalah Australian
Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004. Skala pengukurannya sebagai
berikut:
A : Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)
Skala pengukuran analisis konsekuensi menurut NA/NZS 4360:2004
 Tidak signifikan (insinigficant): tanpa kecelakaan manusia dan kerugian
materi
 Minor (minor): bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
 Moderat (moderate): diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi
yang cukup tinggi.
 Major (major): kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi.
 Bencana kematian (catastrophic): bahaya radiasi dengan efek penyebaran
yang luas, kerugian yang sangat besar.
(b) Semikuantitatif
Setelah dilakukan secara kualitatif, kemudian dilakukan analisis
secarasemikuantitatif dengan memberikan nilai-nilai dari analisis kualitatif. Nilai
yang diberikan tersebut tidak secara tepat menggambarkan besarnya konsekuensi dan
kecenderungan yang sebenarnya, melainkan hanya menggambarkan besar kecilnya
risiko dan hanya memberikan prioritas yang lebih detail dari analisis kualitatif. Pada
tahun 1991 seorang ilmuan bernama W.T Fine merumuskan suatu nomogram yang
digunakan untuk menentukan level secara semikuantitatif. Selain itu W.T Fine juga
merumuskan metode analisis risiko secara semikuantatif dengan menggunakan skor
pada Tabel yang terdiri dari Consequence, Exposure, dan Likelihood.
(c) Kuantitatif
Merupakan proses identifikasi secara numeric probabilitas dari setiap risiko dan
konsekuensinya terhadap tujuan proyek dan mengevaluasi keefektifannya dalam
mengurangi risiko. Kualitas yang dihasilkan dari analisis tersebut tergantung kepada
ketepatan dan kesempurnaan nilai numerik yang digunakan. Keuntungannya adalah
tidak didasarkan pada pertimbangan subjektif, dapat diterima secara luas, dan secara
detail dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko. Sedangkan
kekurangannya adalah penilaian yang dilakukan haruslah berdasarkan model atau
rumus tertentu yang mungkin tidak mewakili dari kenyataan yang sesungguhnya.

4. Evaluasi Risiko, adalah membandingkan level risiko yang telah diketahui berdasarkan
perhitungan analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil
dari evaluasi risiko adalah daftar prioritas risiko yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang
dapat diterima.
5. Pengendalian Risiko, merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/mengurangi tingkat
risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Langkah
ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa,
dan mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk managementCara
pengendalian risiko dilakukan melalui(Soputan, 2014):
(a) Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya
(hazard).
(b) Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti
input dengan yang lebih rendah risikonya.
(c) Engineering: mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada
alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
(d) Administratif: mengurangi risiko bahaya dengan cara melakukan pembuatan
prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan
seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara penyimpanan dan pelabelan.
(e) Alat pelindung diri: mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, safety shoes, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.

b. Perlukah kita melakukan pemeriksaan lingkungan kerja ? Jelaskan singkat alasan anda

Petunjuk : Untuk dapat menjawab ,silakan anda cari contoh profil pabrik pestisida beserta proses kerjanya
di web (googling)

Setiap perusahaan atau pabrik produksi barang jumlah banyak memiliki potensi bahaya Lingkungan
Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian. Pemeriksaan dan pengujian ini dilandasi oleh
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Pasal 58.

Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati, menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi


kondisi Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan sesuai dengan Pasal 3. Pengujian
merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat,
bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan dengan Pasal 3. Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Pasal 3 tertulis: Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja meliputi:

a. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
b. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar
memenuhi standar.
c. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan
sehat.
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja.
Berdasarkan Kemenaker no 25 tahun 2019 juga mewajibkan adanya pemeriksaan pada
industri kimia terutama pembuatan pestisida. Industri Pestisida adalah industri yang
memproduksi semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus. Dalam waktu 5 tahun
terakhir, permintaan global akan produk pestisida tumbuh 5% per tahun. Hal ini diprediksi akan
terus meningkat dalam 5 – 10 tahun ke depan. Tingginya permintaan ini didorong oleh
peningkatan kebutuhan dunia akan bahan pangan yang produksinya perlu ditunjang oleh produk
perlindungan tanaman. Akan tetapi setiap jenis bahan kimia tentu ada faktor risikonya, oleh
karena itu perlu pemeriksaan untuk dikendalikan faktor risiko bahaya pajanannya.
Soal 3

Sebagai seorang staf K3 yang baru pada perusahaan pembuatan mebel dari kayu, anda ditugaskan untuk
membuat rencana program Kesehatan Kerja. Ketua P2K3 menjelaskan bahwa tujuan program tersebut
adalah agar dapat melakukan deteksi dini dan menekan angka kejadian PAK terutama terkait bahaya
bahan kimia pada saluran pernafasan. Data pegawai menunjukkan pada tahun 2021 sejumlah 2%
karyawan terdeteksi mengalami gangguan fungsi paru dari hasil uji Spirometri.

A. Menurut anda , selain bahaya pada saluran nafas, adakah risiko pajanan yang lain dari aktivitas
produksi pabrik mebel kayu?
Ada, resikonya antara lain tangan terkena permukaan mebel yang masih kasar, terjepit,
tertimpa mebel, tangan tersayat, terkena peralatan seperti bor sekrup dan sebagainya. Percikan
debu mengenai mata.
B. Perlukah dilakukan pemantauan lingkungan kerja? Jelaskan usulan pemantauan lingkungan kerja
yang menurut anda harus dilakukan.
Pemantauan lingkungan kerja (environmental monitoring) merupakan bagian dari Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan. Dalam sebuah lingkungan kerja, banyak
sekali faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan hasil dalam suatu pekerjaan. Hal tersebut
dapat berupa lingkungan sekitar atau orangnya itu sendiri. Maka dari itu, perlu dilakukan
pemantauan dan pengujian untuk membantu mengetahui aspek apa saja yang berpengaruh dalam
lingkungan kerja tersebut sehingga dapat diketahui apa perlu diperbaiki agar menjadi lebih
maksimal.
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dalam Pasal 2 Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja meliputi:
1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar
memenuhi standar.
3. Menyediakan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene pada Tempat Kerja.
4. Menyediakan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 pada bidang
Lingkungan Kerja.
Selanjutnya, sesuai Pasal 4, pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk
mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja melalui kegiatan:
a) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.
b) Penerapan Higiene dan Sanitasi.
Kemudian berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor:

1. Fisika.
2. Kimia.
3. Biologi.
4. Ergonomi.
5. Psikologi.
Selanjutnya, Penerapan Higiene dan Sanitasi pada K3 Lingkungan Kerja meliputi:
 Bangunan Tempat Kerja.
 Fasilitas Kebersihan.
 Kebutuhan udara.
 dan juga Tata laksana kekekerumahtanggaan

Sesuai dengan peraturan yang berlaku maka pemantau lingkungan kerja sudah semestinya mencakup
semua hal diatas, baik dari memantau faktor biologi, kimia, fisika, ergonomi, dan psikologi. Pemantauan
juga harus dilakukan sesuai dengan ketentuan, apabila terdapat hal yang tidak sesuai maka dimasukan
kedalam sebuah temuan untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti.

Anda mungkin juga menyukai