Anda di halaman 1dari 48

36

GANGGUAN NAPAS
PADA BAYI BARU
LAHIR

dr. INDRAYADY, Sp.A(K)


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang

1
TUJUAN

• Peserta dapat melakukan pendekatan fisiologi untuk mengerti dan mendiagnosis


banding penyebab tersering gangguan napas pada bayi baru lahir.
• Peserta dapat membedakan gangguan napas pada bayi baru lahir akibat penyakit
paru atau bukan paru.
• Peserta dapat mengenal gejala klinis dan gambaran radiologi Takipneu sementara
pada neonatus, pneumonia neonatal, respiratory distress syndrome (RDS)/HMD,
sindroma aspirasi mekoneum, sindroma kebocoran udara dan apnea
• Peserta dapat memberikan tatalaksana untuk takipneu sementara pada neonatus,
pneumonia, RDS, sindroma aspirasi mekoneum, sindroma kebocoran udara dan
apnea
• Peserta dapat melakukan pencegahan terhadap pneumonia neonatal,
sindroma
RDS, aspirasi mekoneum, sindroma kebocoran udara dan apnea

2
PENDAHULUA
N
• Salah satu masalah tersering
• Angka kejadian mencapai 7-8% pada bayi cukup bulan, lebih
tinggi pada bayi kurang bulan.
• Pencegahan dan pengobatan terhadap penyebab dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
• Komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang seperti
penyakit paru kronik, gagal napas dan kematian.

3
DEFINIS
I
Gangguan napas/Gawat napas pada bayi baru lahir adalah bila
ditemukan satu atau lebih peningkatan usaha napas antara lain :
 takipnea (laju napas > 60 x/m)
 napas cuping hidung
 retraksi dinding dada
 merintih
 sianosis sentral.

4
DEFINISI
Gawat napas pada bayi baru lahir adalah bila ditemukan
satu atau lebih peningkatan usaha napas antara lain :
1. takipnea (laju napas > 60 x/m)
2. napas cuping hidung
3. retraksi dinding dada
4. merintih
5. sianosis Acrocyanosis 5
sentral.
5
EVALUASI DERAJAT GANGGUAN NAPAS PADA
NEONATUS

• Skor Downe
• Skor Silverman Anderson

6
Evaluasi derajat gawat napas
skor Downe

7
INTERPRETASI SKOR DOWNE

JUMLAH NILAI GANGGUAN


NAPAS
SKOR ≤ 3 Gangguan napas ringan
SKOR 4-5 Gangguan napas sedang
SKOR ≥ 6 Gangguan napas berat

8
Evaluasi Derajat Gangguan Napas Interpretasi Skor
Skor Silverman-Anderson

JUMLAH NILAI GANGGUAN NAPAS

SKOR 0 - 3 Gangguan napas ringan

SKOR 4-6 Gangguan napas sedang

SKOR > 6 Ancaman gagal napas

9
• SAS waktu lebih singkat (90±8) detik vs Skor Downe (150±13) detik.
P<0,001
• Skor Downe  prediksi gagal napas lebih baik (AUC: 0,918,
sensitivitas: 0.723, spesifisitas: 0.953) dibandingkan SAS
(AUC: 0,876, sensitivitas: 0,908, spesifisitas: 0,694);
p=0,026.*
• Pada prematur Skor Downe lebih akurat dan reliabel dibandingkan
SAS (ɑ=0,69 vs ɑ 0,33; ICC 0,51 vs -0,19).#
• * Zhao et al. Chin J Contemp Pediatr. 2022
• # Shashidar et al. Pediatr Oncall J.2016

10
ETIOLOGI
GANGGUAN NAPAS
BERDASARKAN
USIA KEHAMILAN

11
DIAGNOSIS
Riwayat antenatal dan kelahiran : mengidentifikasi faktor
risiko

Pemeriksaan fisis : pulmonal dan nonpulmonal seperti


obstruksi jalan napas, abnormalitas dinding dada,
penyakit kardiovaskular, dan penyakit neuromuskular.

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan laboratorium: penyebab lain seperti asidosis


metabolik, sepsis, hipoglikemia, hipomagnesemia.

12
ALGORITMA PENYEBAB GANGGUAN NAPAS PADA NEONATUS

Clarence W et al. Nelson Essential of 13


Pediatrics. 2022
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GANGGUAN NAPAS
NEONATUS

Clarence W et al. Nelson


Essential of Pediatrics. 2022
14
PERBEDAAN PJB SIANOTIK DAN PENYAKIT PARU

15 15
GANGGUAN NAPAS TERSERING
PADA BAYI BARU LAHIR

1. Takipnea sementara pada neonatus/transient tachypnea of


the newborn (TTN)
2. Pneumonia neonatal

3. Respiratory distress syndrome (RDS)


4. Sindroma aspirasi mekoneum/meconium aspiration syndrome (MAS)

5. Air leak syndrome/sindroma kebocoran udara


6. Apnea

16
TAKIPNEA SEMENTARA PADA
NEONATUS

 Transient tachypnea of newborn (TTN) = sebagai retained fetal lung


fluid syndrome.
 Penyakit ini bersifat ringan hilang sendirinya dalam waktu 72 jam.

 Gangguan napas tersering pada bayi baru lahir nearterm/aterm (3,6-


5,7 per 1000) dan preterm (sampai 10 per 1000)
 Kegagalan penyerapan dan atau pembersihan cairan paru bayi saat
lahir.
17
FISIOLOGI JANIN
Alveoli terisi cairan paru
Dalam uterus, janin tergantung pada placenta Udara

untuk pertukaran O2 & CO2 Cairan


Paru

Udara Udara

PARU & SIRKULASI: setelah lahir


Paru mengembang berisi udara
Cairan paru diserap oleh alveoli
Arteri pulmonalis mengalami dilatasi
Aliran darah paru meningkat

18
 Gejala: takipnea, merintih, retraksi dinding dada dan sianosis
yang bertahan 24-72 jam.
 Fototoraks: vaskular sentral paru prominen, patchy infiltrat,
overaerasi, kardiomegali ringan, cairan pada fissura
minor (tanda panah), dan efusi pleural.

19
• USG Paru : - Sensitivitas 95,6%; Spesifisitas 96,5%
- edema paru
- Comet-tail artifacts (double lung point) lapangan
paru bawah

Gardner et al. Merenstein & Gardner’s Handbook of


Neonatal Intensive Care: An Interprofessional
Approach. 2021.

20
 Pengobatan: suportif.

• oksigen tambahan, CPAP untuk mengembangkan


alveoli sehingga dapat mempertahankan integritas
alveoli dan membantu cairan dapat masuk ke
sirkulasi
• Pembatasan cairan

21
 Pencegahan

• mencegah operasi Caesar elektif sebelum ada


tanda persalinan
• mencegah partus precipitous
• mencegah fetal distress

• Hindari pemakaian sedasi pada ibu

• Atasi diabetes pada ibu.

• Pemberian kortikosteroid antenatal

22
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

 = Hyaline membrane disease (HMD) => Defisiensi surfaktan


 Sering ditemukan pada bayi prematur. Bayi cukup bulan lahir
dari ibu diabetes mellitus.
 Faktor risiko menurun :
 Stres intrauterin kronis

 Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama

 Ibu hipertensi

 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau kecil untuk

masa kehamilan (KMK)


 Penggunaan kortikosteroid prenatal.
23
 Gejala RDS biasanya timbul dalam satu jam setelah lahir: takipnea, napas
cuping hidung, merintih, retraksi dinding dada dan sianosis.
 Fototoraks didapatkan gambaran bercak retikulogranuler (HMD I), air
bronkogram (HMD II), batas jantung paru tidak jelas (HMD III) dan White
lung (HMD IV).

Air bronchogram

24

24
• Fototoraks lama, sulit, dampak negatif (berulang-ulang)
• USG paru :
Diagnosis : Sensitivitas 97%; spesifisitas 91%
Prediksi pemberian surfaktan/Gagal CPAP:
Metaanalisis: skor >5-6 berisiko th/
surfaktan/gagal CPAP
(RR= 7,51, IK95% 4,16-13,58; p<0,00001,
I2=0%) De Luca D. Pediatr Neonatol.2021
Eazak A et al. Arch Dis Child Fetal Neonatal.
2020

25
TATALAKSANA
 Ringan  CPAP untuk mempertahan alveoli supaya tidak kolaps.

 Berat  intubasi dan pemberian surfaktan eksogen.

 Tidak membaik  evaluasi PDA atau penyakit jantung bawaan yang


lain.
 Membaik setelah 3-4 hari mulai memproduksi surfaktan endogen.

 Antibiotik  gejala dan gambaran radiologi sama


dengan pneumonia.

26
ALGORITMA TATALAKSANA RDS

Clarence W et al. Nelson Essential of


Pediatrics. 2022
27
PENCEGAHAN

 Mencegah kelahiran prematur.

 kortikosteroid antenatal.

 Tatalaksana adekuat ibu hamil dengan DM

28
PNEUMONIA

 Infeksi melalui plasenta, infeksi cairan amnion dan nosokomial.

 Streptococcus grup B kuman terbanyak ,diikuti E. Colli.

 Kemampuan saluran napas untuk membersihkan kuman patogen <<:


 Imaturitas sistem imun

 silia saluran napas belum berkembang baik

 Jumlah makrofag masih sedikit

 fungsi dari imun humoral dan selular masih rendah.

 Faktor risiko: Ketuban pecah dini (KPD), infeksi pada ibu saat hamil,
dan prematur.

29
 Gejala: peningkatan usaha napas
dan kebutuhan oksigen.
 Fototoraks: infiltrat parenkim difus , infiltrat
hillus/peribronchial konsolidasi lobar.

 Pengobatan : antibiotik spektrum luas.

 Pencegahan: skrining GBS pada ibu, dan


antibiotika profilaksis intrapartum

30
SINDROMA ASPIRASI MEKONEUM

 Mekoneum pada cairan ketuban  aspirasi mekoneum intra


uterin atau saat persalinan.
 Insidens: usia kehamilan aterm dan postterm 0,2-1,3%

 Faktor risiko:
- Kehamilan lebih bulan - Ibu diabetes

- Ibu menderita hipertensi - Kecil masa kehamilan

- Denyut jantung janin abnormal - Ibu dengan korioamnionitis.

- Ibu dengan pre eklamsia

31
Fototoraks:
 streaky dengan infiltrat parenkim difus
 Hiperinflasi dengan patchy, diafragma mendatar
 Atelektasis alveoli: Surfaktan inaktif asam
akibat empedu pada mekoneum

32
TATALAKSANA
 Di ruang resusitasi (jika ketuban bercampur mekonium)

• Penghisapan dengan visualisasi pita suara,

• mengosongkan isi lambung untuk menghindari aspirasi lebih lanjut.

 Di ruang perawatan:

• Koreksi abnormalitas metabolik: hipoksia, asidosis, hipokalsemia,


hipoglikemia, hipotermia
• Antibiotika spektrum luas.

• Oksigen: CPAP atau ventilasi mekanik pada kasus yang berat.


• Pemberian surfaktan eksogen juga dapat dipertimbangkan. Surfaktant lavage->
menurunkan indeks O2 (WMD= -3,7 IK95% -5,03 to -2,37; p<0,00001) dan
menurunkan lama VM (WMD = - 1,12, IK95% -1,4 to -0,84; p<0,00001) (Hui R et al. J
Chin Med Assoc. 2020) 33
 Komplikasi:

 Pneumotoraks

 Pneumomediastinum

 PPHN.

 Pencegahan:

 Mencegah kelahiran postterm

 Monitoring denyut jantung janin untuk mendeteksi


gawat janin dapat mencegah aspirasi mekoneum intra
uterin.

34
SINDROMA KEBOCORAN UDARA

 Pneumomediastinum, pulmonary
pneumotoraks,
interstitial emphysema dan pneumoperikardium

 Patofisiologi: saccus alverolaris atau


distensi saluran
napas berlebihan  kerusakan
terminal penyebara integritas udara ke
n
saluran napas
sekitarnya. rongga di

35

35
 Faktor Risiko:

 Spontan 2-10%

 Bantuan ventilator dan CPAP 16-


36%
 Aspirasi mekonium

 Terapi surfaktan

 Ventilasi tekanan positip manual.

36
 Gambaran klinis:
 Gawat napas atau kondisi klinis tiba-tiba memburuk
 Perubahan tiba tiba tanda vital dan analisa gas darah
 Toraks asimetris pada kasus unilateral.

 Pemeriksaan penunjang:
 Transiluminasi (pneumotoraks)
 Diagnosis definitif : Pemeriksaan fototoraks
dengan posisi A-P dan lateral.
 USG paru mempunyai sensitivitas 99% dan spesifisitas
98%

37
Transiluminasi pada pneumotoraks

Temuan negatif Temuan positif


Pancaran sinar ± 1 cm dari Pancaran sinar > 2 cm dari
probe transiluminator probe transiluminator

38
Pneumotoraks

AP LATERAL DECUBITUS

Spinnaker sign

Pneumomediastinum
39
• USG Paru : - Lebih cepat
- Sensitivitas 99%, spesifisitas 98%
(Fototoraks sensitivitas 82%, spesifisitas 96%)

Fei Q et al. Ultrasound Med Biol. 2021


Liu J et al. J Vis Exp. 2020

40
PENATALAKSANAAN

1. Umum
– Hindari penggunaan ventilator, bila harus ventilator
menggunakan sebaiknya bayi dipasang WSD
– Gunakan ventilasi tekanan positif manual dengan hati-hati

2. Spesifik

– Tergantung dari gejala klinis, ukuran dari pneumotoraks,


menggunakan ventilasi mekanik atau tidak dan apakah sudah terjadi
tension pneumotoraks atau tidak.

- Kecil dan asimtomatik  observasi, Jika perlu O2 dengan target SpO2


90-95%.. Pemberian O2 100%  kontroversi. 41
APNEA

 Apnea adalah berhentinya pernapasan disertai


oleh bradikardia dan/atau sianosis selama lebih dari 20
detik.
 Insidens 85%(UK < 34 minggu); 28,6% (Late preterm):

 apnea sentral

 apnea obstruktif

 apnea campuran

42
PENYEBAB
APNEA

Gardner SL et al. Merenstein &


Gardner’s Handbook of Neonatal
Intensive Care: An Interprofessional
Approach,2021.
43
Pemeriksaan penyebab apnea:
 Pemantauan neonatus usia kehamilan kurang dari
32 minggu
 Mengevaluasi penyakit dasar
 Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, analisis
gas darah, glukosa serum, dan elektrolit
darah
 Pemeriksaan radiologi : kecurigaan penyakit organ

di dalam rongga dada.


44
TATALAKSANA

1. Umum:
 Stimulasi taktil

 Penggunaan CPAP pada apnea berulang


dan

 memanjang
Terapi farmakologis (kafein atau theophylline).

2. Spesifik: pengobatan penyebab misal: pengobatan


sepsis, hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.

45
TAKE HOME MESSAGE

• Gangguan napas pada bayi baru lahir salah satu masalah


tersering
• Penyebab bisa kelainan paru atau bukan paru
• Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding
• Pencegahan, diagnosis dan tatalaksana yang tepat dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas

46
TERIMA KASIH

47

Anda mungkin juga menyukai