Anda di halaman 1dari 14

“Ekonomi Kelembagaan &

Strategi Pembangunan
Ekonomi”
Ekonomi Kelembagaan (Kelas B)
Kelompok 4

Putri Afifatul Ilmiah Rani Listiana Elfiera Mutiara Nuri


(200810101008) (200810101022) (200810101106)
Peran Ekonomi Kelembagaan dalam Tingkat
Makro
Ekonomi Kelembagaan memiliki peran yang sangat penting dalam tingkat
makro, salah satunya adalah untuk menyiapkan dasar produksi,
pertukaran, dan distribusi dari berbagai macam aspek, baik hukum,
ekonomi, politik dan sosial.

Peran kelembagaan berada pada titik yang sangat krusial, Sehingga dalam
hal ini negara perlu membuat strategi pembangunan ekonomi dengan
cermat sebagai dasar penyusunan kelembagaan ekonomi. Karena, dalam
perspektif ekonomi kelembagaan, strategi pembangunan ekonomi
dianggap sebagai kunci yang menentukan kebijakan-kebijakan teknis
untuk menggulirkan kegiatan ekonomi.
Strategi Pembangunan Ekonomi

Stategi Pembangunan Ekonomi terbagi menjadi 4, yaitu


antara lain :

● Keunggulan Komparatif dan Kompetitif


Keunggulan komparatif dan kompetitif merupakan tolak ukur
yang populer digunakan negara sebagai menentukan strategi pembangunan
ekonomi. Teori tentang keunggulan komparatif berkembang seiring dengan
terjadinya perdagangan internasional, yakni melalui tokoh-tokohnya seperti John
Stuart Mill dan David Ricardo.

Menurut Nicolini, disebutkan bahwasanya sumber keunggulan komparatif itu


terbagi menjadi 2, yaitu : modal dan tenaga kerja terampil.
Keunggulan Komparatif & Kompetitif

Dalam konsep “tradisional”, teori keunggulan


komparatif ini didefinisikan sebagai bentuk
Definisi keunggulan nilai produk suatu negara yang
ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang
dipekerjakan untuk memproduksi barang tersebut.

Cara pandangnya lebih menekankan pada unsur


Faktor Penting “produktivitas”. Sehingga faktor pentingnya
dilihat dari tingkat produktivitasnya.

Nb : Apabia suatu negara produktivitas tenaga kerjanya tinggi, dan dengan begitu biaya
produksinya murah, maka negara tersebut bisa dikatakan memiliki dua sumber keunggulan
komparatif.
Akan tetapi, jika dilihat dari kondisi aktualnya bahwasanya letak
keunggulan (komparatif) bukan hanya dikontribusikan oleh
produktivitas tenaga kerja, melainkan juga faktor-faktor lain, seperti
tingkat upah, sumber daya alam, ketersediaan infrastruktur ekonomi
dan nilai tukar mata uang (kurs).

Singkatnya, suatu negara memiliki keunggulan komparatif jika dalam


kegiatan-kegiatan ekonominya banyak menggunakan faktor-faktor
produktif yang relatif lebih tersedia atau murah terdapat di negara
itu daripada negara-negara yang merupakan mitra perdagangannya.
Akan tetapi, konsep tersebut menuai banyak kritikan, sehingga pada akhirnya konsep
keunggulan kompartif digantikan dengan konsep keunggulan kompetitif, yang mana pada
konsep tersebut lebih memperhitungkan semua faktor pokok yang memengaruhi daya saing
suatu perusahaan, sehingga hal tersebut lebih berguna bagi perumusan kebijakan ekonomi.

Pandangan Neoklasik dan Strukturalis tentang Keunggulan Komparatif


● Substitusi Impor dan Promosi Ekspor
Pemahaman terhadap keunggulan komparatif dalam praksis
mempengaruhi pilihan kebijakan ekonomi di suatu negara. Secara
ekstem, pilihan kebijakan tersebut dapat dipilah dalam dua kategori
yaitu kebijakan industrialisasi orientasi promosi ekspor dan
kebijakan orientasi substitusi impor. Kedua pilihan tersebut
diterapkan umum oleh seluruh negara, khususnya negara berkembang.
Secara spesifik, terdapat beberapa alasan pokok negara-negara berkembang
perlu menerapkan kebijakan promosi ekspor:

01 02
Pilihan negara berkembang untuk memperkuat posisi
Memacu akselerasi pertumbuhan industri manufaktur
eksternal, baik untuk memperkuat penerimaan devisa
dalam negeri untuk tujuan ekspor dengan pencarian
atau untuk meredam gejolak pekekonomian
peluang pasar yang luas di berbagai negara
internasional

03 04
Memperkuat dan memperluas kedudukan ekspor Meningkatkan penerimaan produsen
komoditas tradisional yang telah dikembangkan (petani, pedagang, industriawan) maupun
sejak lama dalam bentuk yang telah terproses eksportir dalam kegiatan ekspor
sebagai barang jadi
Secara spesifik, terdapat beberapa alasan pokok negara-negara berkembang
perlu menerapkan kebijakan promosi ekspor:

05 06
Meningkatkan tingkat kepastian usaha Meningkatkan tingkat penyerapan tenaga
bagi produsen dan eksportir melalui kerja lewat berbagai kegiatan ekonomi yang
pencarian pasar yang tidak terbatas di ditujukan untuk ekspor komoditas
luar negeri tradisional maupun komoditas industri
07 manufaktur

Pengembangan industri untuk tujuan


ekspor secara tidak langsung merupakan
proses untuk mensubstitusi barang-
barang manufaktur
● Sentralisasi dan Desentralisasi
Secara teoritis, desentralisasi dapat didefinisikan sebagai penciptaan badan yang
terpisah (bodies seperated) oleh aturan undang-undang dari pemerintah pusat,
yang pemerintah lokal diberi kekuasaan formal untuk memutuskan ruang lingkup
persoalan publik. Jadi, basis politik berada di tingkat lokal, bukan nasional.

Prinsip desentralisasi dalam literatur ekonomi, percepatan dan intensitas


desentralisasi dapat berjalan dengan merujuk dua model berikut. Pertama,
mengubah secara drastis karakter sentralisasi pengelolaan negara dan menerapkan
dalam tempo singkat (shock therapy approach). Model tersebut dipercaya mampu
untuk mewujudkan tujuan. Kedua, pemerintah menjalankan program terpadu
dalam rentang waktu tertentu dengan cakupan yang terukur dan terorganisir
(gradual approach). Model tersebut memiliki kelemahan dalam jangka panjang.
● Statisasi dan Privatisasi
Privatisasi merupakan agenda reformasi ekonomi penting yang dijalankan oleh
banyak negara, khusunya di negara-negara berkembang. Sperenger menyatakan
privatisasi merupakan agenda paling penting dari kontroversial dari transisi
negara-negara sosialis menuju ekonomi pasar.

Privatisasi itu tidak lepas dari dorongan dari lembaga donor, seperti World
Bank dan IMF, yang sejak dekade 1980-an mempromosikan kebijakan
penyesuaian sturktural bagi negara berkembang, di mana tujuan dari kebijakan
tersebut salah satunya adalah merangsang pengalihan kegiatan ekonomi dari
semula dikelola negara menjadi milik swasta.
Ada 5 tujuan yang dapat diindetifikasikan dari
proses Privatisasi:

Sebagai instrumen mengingkatkan Menyebar bagian kepemilikan (aset) di


pendapatan negara/pemerintah sebuah negara

Diharapkan berimplikasi pada perbaikan


distribusi pendapatan dan kesejahteraan
Mengurangi masalah yang timbul dalam
masyarakat hal pembayaran di sektor publik
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai