Anda di halaman 1dari 13

Arief Budiman, Teori Pembangunan

Negara Dunia Ketiga (2012)

David McClelland:
Dorongan Berprestasi (n-Ach)
McClelland: Dorongan Berprestasi (n-Ach)
• Sebagai seorang ahli psikologi sosial, McClelland tertarik pada masalah
pembangunan karena melihat adanya kemiskinan dan keterbelakangan
pada banyak masyarakat di dunia ini. Ia mempunyai sebuah konsep yang
terkenal, yaitu the Need for Achievement, dorongan berprestasi (n-Ach).
• Orang dengan n-Ach yang tinggi, mengalami kepuasan bukan karena
mendapat imbalan dari hasil kerjanya, melainkan karena hasil kerja
tersebut dianggap sangat baik. Ada kepuasan batin tersendiri jika ia
berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna, sedangkan
imbalan material menjadi faktor sekunder.
n-Ach & Pertumbuhan Ekonomi
• McClelland: jika dalam sebuah masyarakat ada banyak
orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, masyarakat
tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang sangat tinggi.
• Hasil penilaian: pertumbuhan ekonomi yang sangat
tinggi selalu didahului oleh nilai n-Ach yang tinggi
dalam karya sastra yang ada pada saat itu. Jika karya-
karya tersebut menunjukkan nilai n-Ach yang rendah,
pertumbuhan ekonominya menunjukkan angka yang
menurun.
Riset di Spanyol
• Metode penelitian yang sama digunakan lagi untuk
menganalisis pembangunan ekonomi di Spanyol
abad XVI dan pada permulaan Revolusi Industri
sekitar 1800-an.
• Hasilnya sama: pertumbuhan ekonomi selalu
didahului oleh karya-karya sastra yang mempunyai
nilai n-Ach yang tinggi. Dari kajian sejarah ini,
McClelland semakin yakin bahwa n-Ach yang tinggi
dalam sebuah masyarakat akan mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat tersebut
wiraswastawan domestik
• Pertanyaan tunggal yang diajukan oleh McClelland dalam
penelitiannya ini berkisar pada penentuan kelompok
masyarakat mana yang sesungguhnya bertanggung jawab
terhadap proses modernisasi negara-negara Dunia Ketiga.
• Bagi David McClelland (1964: 165-178), kaum
wiraswastawan domestiklah—dan bukan para politikus
atau para penasihat ahli yang didatangkan dari negara
maju— yang berperan kritis dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian kemajuan negara dunia ketiga.
• Pada masa di mana seseorang telah meninggalkan
masa kanak-kanak, motif itu dipengaruhi oleh
lingkungan yang lebih luas lagi. Orang tua tidak lagi di-
anggap sumber nilai atau figure ideal (Freud), atau
satu-satunya “significant person” (Sullivan), melainkan
nilai-nilai sosial di luar keempat dinding rumah.
• Di rumah, motif berprestasi anak bisa dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi keluarga, pendidikan dan pekerjaan
orang tua, hubungan dengan saudara-saudaranya, dan
sebagainya.
• Sementara di luar, “dibentuk lewat hubungan yang
penuh tantangan dengan teman-teman sekerja
rekan sekantor, hubungan dengan direktur, dan
sebagainya. Tantangan mengandung konotasi
persaingan, kondisi mana dianggap sebagai stimulan
utama n—Ach.
• McClelland (juga para ahli psikologi lain mendalami
motif) bertolak dari teori “Seleksi Alam” dan “Lestasi
bagi yang kuat”, dari Charles Darwin (1809 – 1882).
Kalau merasa motif berprestasi anda di tempat kerja kecil,
umpamanya, apa yang melatarbelakanginya? Ekonomi yang serba
cukup, pimpinan yang kurang menghargai prestasi, atau lingkungan
tempat anda bekerja? Sebaliknya dengan motif berprestasi, bekerja
akan bertambah semangat.
Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang
dilakukan dalam menggapai “standard of excellence”. Ini tentunya
hanya gejala saja yang banyak berguna untuk menduga n—Ach
seseorang. Agar anda dapat mengecek intensitas motif berprestasi
sendiri, ada baiknya secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya
seperti ditulis McClelland: kognisi, konasi, afeksi/emosi .
Dari segi kognisi
• menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik mungkin;
• bekerja tidak atas dasar untung-untungan (gambling);
• berfikir dan berorientasi ke masa depan dengan berusaha
mengantisipasi hasil kerjanya secara logik;
• lebih mementingkan prestasi ketimbang upah yang akan
diterimanya;
• realistik menilai dirinya;
• tidak boros, konsumtif, melainkan produktif;
• menghargai hadiah yang diterimanya;
• cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati
cukup tanggap terhadap stimulasi lingkungan.
Dari segi konasi
• bersemangat, bekerja keras dan penuh pitalitas;
• tidak gampang menyerah dan merasa bersalah kalau
tidak berbuat sebaik mungkin;
• tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas
prestasinya;
• dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya
dan bersedia menjalankan petunjuk-petunjuk orang lain
selama itu sesuai dengan gagasannya;
• lebih senang bekerja pada tugas-tugas yang sukar,
cukup menantang untuk berkreasi, bukan yang
monoton
Segi afeksi atau emosi
• gembira secara wajar manakala memenangkan persaingan
kerja dengan rekan-rekannya;
• selalu menjadikan pekerjaan-nya yang lalu sebagai umpan-
balik bagi penentuan tindakan lanjutan;
• segan bekerja dalam suasana bersaing (dalam arti positif) dan
berusaha meninggalkan rekan-rekannya jauh di belakang;
• merasa menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau
diperlukan orang lain;
• berprinsip, bahwa upah yang diterima hendaknya sepadan
dengan kualitas dan prestasi kerjanya;
• memperhitungkan resiko yang sedang dengan hasil yang dapat
diduga, ketimbang resiko besar waluapun hasilnya besar.
Ciri Manusia Modern
a la Alex Inkeles
- Bersedia menerima pengalaman baru.
- Mampu menyatakan pendapat, membentuk opini ttg soal masyarakat.
- Berorientasi ke masa kini dan masa depan bukan masa lampau.
- Selalu berorientasi pada perencanaan.
- Memiliki keyakinan untuk bekerja.
- Percaya bahwa segala hal dan keadaan harus bisa diperhitungkan.
- Percaya harga diri dan keagungan harkat hidup dan kegunaan manusia.
- Percaya pada IPTEK.
- Percaya kepada keadilan dalam masyarakat
Slide Title
Product A Product B
• Feature 1 • Feature 1
• Feature 2 • Feature 2
• Feature 3 • Feature 3

Anda mungkin juga menyukai