GARA-GARA PELAKOR!
Kelompok 13 & 14
Senin, 14 Desember 2022
TUTOR : dr. Alexander Halim Santoso, M.Gizi
Polisi membawa tiga korban yang merupakan satu keluarga ke RS yaitu 1 orang korban hidup dan 2 korban mati untuk
dilakukan pemeriksaan. Korban mati pertama adalah mayat seorang laki-laki dengan seluruh tubuh tampak hitam dengan
pugilistic attitude dan berbau seperti daging bakar. Bagian-bagian tubuh tertentu tidak ditemukan. Tenggorokan bagian dalam
tampak berwarna kehitaman.
Korban mati kedua adalah mayat bayi laki-laki dengan berat badan 3200 gram dan panjang badan 50 cm. Tali pusat
terbungkus kasa yang ketika dibuka tampak tali pusat terpotong, terikat, dan sebagian sudah mengering. Tubuh dan pakaian
tampak basah, hidung dan mulut keluar busa halus. Tubuh bayi tidak ditemukan luka-luka. Hasil pemeriksaan dalam
didapatkan kedua paru tampak mengembang dan memenuhi rongga dada, serta terdapat bintik-bintik perdarahan di permukaan
paru. Lambung dan usus tampak mengembang dan berisi cairan. Usus besar berisi tinja. Pemeriksaan getah paru tidak
ditemukan kotoran dan diatom.
Korban hidup adalah seorang perempuan berusia 32 tahun yang mengalami keluhan muntah-muntah dan nyeri pada
mulut serta tenggorokan. Mulut korban berbau cairan pembasmi serangga. Setelah pemeriksaan, dokter memutuskan
perempuan tersebut dirawat inap karena adanya gangguan saluran pencernaan atas dan kecurigaan adanya gangguan kejiwaan.
Dari pengakuan perempuan tersebut, dia sudah sering bertengkar dengan suaminya karena suami berselingkuh. Suaminya
bahkan pernah menendang perutnya saat hamil sehingga dia mengalami perdarahan dan keluar gumpalan yang dibuang ke
toilet. Pada pertengkaran terakhir, suaminya lebih memilih selingkuhan daripada dirinya, sehingga perempuan tersebut
menjadi marah dan stres selama beberapa waktu. Setelah itu, perempuan tersebut menenggelamkan bayinya ke dalam bak
mandi, kemudian membakar suaminya yang sedang tidur.
NOMOR 1226/Menkes/SK/XII/2009
Tentang
Pedoman Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak di Rumah Sakit
https://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/09/kmk12262009.pdf
Prosedur dan Etika
Dampak KDRT
Berikut ini beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai bahwa terjadi kecenderungan kekerasan
dalam rumah tangga :
a. Cidera bilateral/multiple
b. Beberapa cidera dengan beberapa penyembuhan
c. Tanda kekerasan seksual
d. Keterangan yang tidak sesuai dengan cideranya
e. Keterlambatan berobat
f. Berulangnya kehadiran di rumah sakit akibat trauma.
Prosedur dan Etika
Dampak Kekerasan terhadap Anak → perubahan
perilaku:
g. Terlalu penurut, pasif.
a. Anak mengatakan dirinya sudah dianiaya. h. Agresif seksual terhadap orang lain.
b. Membalik/menyangkal cerita yang telah diungkapkan i. Lari dari rumah atau melakukan kenakalan remaja.
sebelumnya. j. Perilaku mencederai diri.
c. Ketakutan berlebih terhadap orang tua atau orang k. Sering mau bunuh diri.
dewasa yang lainnya. l. Gangguan tidur.
d. Tidak lari ke orang tua untuk minta tolong atau m. Menghindari kontak mata.
perlindungan. n. Memperlihatkan perilaku terlalu dewasa atau terlalu
e. Memperlihatkan tingkah laku agresif atau penarikan kekanak-kanakan.
diri yang berlebihan.
f. Kesulitan atau kemiskinan dalam hubungan dengan
teman sebaya.
Prosedur dan Etika
Dampak Kekerasan terhadap Anak → kemungkinan penelantaran fisik:
→ Tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke
pengadilan.
● Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa korban.
● Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama.
Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan
Anamnesis
● Identitas pasien (terutama umur dan tanggal lahir), riwayat menstruasi (usia menarche, siklus
haid, haid terakhir), status perkawinan, riwayat aktifitas seksual
● Kejadian → waktu dan lokasi, kekerasan sebelum kejadian, rincian kejadian, terjadi penetrasi
atau tidak, dan apa yang dilakukan setelah terjadinya kekerasan seksual
Pemeriksaan fisik status generalis
● KU, kesadaran, TTV, penampilan secara keseluruhan, keadaan emosional (tenang, sedih,
gelisah), pakaian, kooperatif atau tidak
● Gigi geligi
● Keadaan dalam rongga mulut → lecet, petekiae, maupun kemerahan untuk menilai ada
tidaknya aktifitas seksual secara oral
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik status generalis
● Pemeriksaan perkembangan seks sekunder seperti mammae, rambut axial, rambut pubis
● Periksa seluruh tubuh → ada luka-luka atau tidak. Bila ada → deskripsikan luka tersebut
denganlengkap dan jelas
● Bila ada riwayat kehilangan kesadaran → cari tanda pemberian obat bius atau obat tidur. Ada bekas
suntikan → periksa darah dan urin
Pemeriksaan status ginekologis
● Posisi litotomi
● Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum, paha
● Alat kemaluan berturut-turut mulai dari labia mayora, minora, vestibulum, selaput dara, vagina, leher
rahim, dan besar uterus
● Pemeriksaan selaput dara
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
LI. 2
MM. Pembunuhan Anak Sendiri
•Pasal 341 KUHP → PAS tanpa rencana (maksimum 7 tahun)
•Pasal 342 KUHP → PAS dengan rencana (maksimum 9 tahun)
•Pasal 343 KUHP → orang lain yang melakukannya / turut melakukan
•Pasal 305 KUHP → membuang (menelantarkan) anak usia < 7 tahun (maksimal
5 tahun 6 bulan)
•Pasal 306 KUHP → bila berakibat luka berat / mati (maksimal 7,5 – 9 tahun)
•Pasal 307 KUHP → pelaku ayah / ibu → ditambah ⅓ nya
•Pasal 308 KUHP → ibu membuang anaknya yang baru lahir (½ dari pasal 305
dan 306 KUHP)
•Pasal 181 KUHP → menyembunyikan kelahiran / kematian( 9 bulan )
LI. 3
MM. Pengguguran Kandungan
Jenis Pengguguran Kandungan
•Abortus spontan
•Abortus provokatus
•Abortus provokatus terapeutikus
•Abortus provokatus kriminalis →
masuk dalam pengguran
kandungan menurut hukum
https://doctorlib.info/pediatric/schafermeyers-pediatric-emergency-medicine/136.html
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan Korban Tenggelam
Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah :
1. Menentukan identitas korban.
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
5. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
6. Tempat korban pertama kali tenggelam.
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan luar jenazah : Pemeriksaan bedah jenazah :
1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir,lumpur dan 1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air)
benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh
dalam saluran pernapasan (trakea dan percabangannya)
terbenam dalam air.
2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah. 2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai
3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan menutupi kandung jantung (tenggelam di air laut)
atau perbendungan. 3. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada inter alveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan
ekstremitas akibat kontraksi otot erektor pili yang dapat terjadi yang disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat
karena rangsang dinginnya air.
alveoli (Polsin)
5. Gambaran seperti cutis anserina kadangkala dapat juga akibat rigor
mortis pada otot tersebut 4. Oapat juga ditemukan paru-paru yang "biasa" karena cairan
6. Washer woman's hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk
dan berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kedalam aliran darah (tenggelam pada air tawar)
kutis dan biasanya membutuhkan waktu lama 5. Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan.
7. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yang terjadi pada
Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan
waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa
saja seperti rumput atau benda-benda lain dalam air
sebagainya yang mungkin pula terdapat dalam usus halus
8. Luka-Iuka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat
gesekan pada benda-benda dalam air.
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Knight’s Forensic
Pathology. 4th ed. 2016
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan destruksi (digesti asam) pada paru :
Pemeriksaan diatom :
• Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan
• Alga (ganggang) bersel satu dengan paru ditemukan diatom cukup banyak,
dinding terdiri dari silikat (Si02) yang 4-5/LPBatau 10-20 per satu sediaan
Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
LI. 5
MM. Trauma Fisika dan Kimia
LI. 6
Analisis Kasus dan VeR
ANALISIS KASUS
VeR Bayi