Anda di halaman 1dari 45

PEMICU 5

GARA-GARA PELAKOR!
Kelompok 13 & 14
Senin, 14 Desember 2022
TUTOR : dr. Alexander Halim Santoso, M.Gizi

KETUA : 405190181 Grace Keren

PENULIS : 405190122 Rahel Abigael Putri Sabatini Simanjuntak

SEKRETARIS : 405190051 Kaesa Maximilian S


GARA-GARA PELAKOR!

Polisi membawa tiga korban yang merupakan satu keluarga ke RS yaitu 1 orang korban hidup dan 2 korban mati untuk
dilakukan pemeriksaan. Korban mati pertama adalah mayat seorang laki-laki dengan seluruh tubuh tampak hitam dengan
pugilistic attitude dan berbau seperti daging bakar. Bagian-bagian tubuh tertentu tidak ditemukan. Tenggorokan bagian dalam
tampak berwarna kehitaman.

Korban mati kedua adalah mayat bayi laki-laki dengan berat badan 3200 gram dan panjang badan 50 cm. Tali pusat
terbungkus kasa yang ketika dibuka tampak tali pusat terpotong, terikat, dan sebagian sudah mengering. Tubuh dan pakaian
tampak basah, hidung dan mulut keluar busa halus. Tubuh bayi tidak ditemukan luka-luka. Hasil pemeriksaan dalam
didapatkan kedua paru tampak mengembang dan memenuhi rongga dada, serta terdapat bintik-bintik perdarahan di permukaan
paru. Lambung dan usus tampak mengembang dan berisi cairan. Usus besar berisi tinja. Pemeriksaan getah paru tidak
ditemukan kotoran dan diatom.

Korban hidup adalah seorang perempuan berusia 32 tahun yang mengalami keluhan muntah-muntah dan nyeri pada
mulut serta tenggorokan. Mulut korban berbau cairan pembasmi serangga. Setelah pemeriksaan, dokter memutuskan
perempuan tersebut dirawat inap karena adanya gangguan saluran pencernaan atas dan kecurigaan adanya gangguan kejiwaan.
Dari pengakuan perempuan tersebut, dia sudah sering bertengkar dengan suaminya karena suami berselingkuh. Suaminya
bahkan pernah menendang perutnya saat hamil sehingga dia mengalami perdarahan dan keluar gumpalan yang dibuang ke
toilet. Pada pertengkaran terakhir, suaminya lebih memilih selingkuhan daripada dirinya, sehingga perempuan tersebut
menjadi marah dan stres selama beberapa waktu. Setelah itu, perempuan tersebut menenggelamkan bayinya ke dalam bak
mandi, kemudian membakar suaminya yang sedang tidur.

Apakah yang dapat Anda pelajari dari pemicu di atas?


MIND MAP
LEARNING ISSUES 4. MM. Pemeriksaan Korban Mati Karena
Tenggelam
a. Mekanisme kematian
1. MM. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
b. Jenis pemeriksaan
a. Dasar hukum (Peraturan perundang-undangan) c. Perbedaan dan karakteristik:
b. Jenis kekerasan rumah tangga i. Korban hidup dan sadar saat
c. Sanksi masuk ke dalam air
d. Prosedur pemeriksaan ii. Korban hidup tapi tidak sadar saat
e. Peranan tenaga kesehatan di dalam air
1. MM. Pembunuhan Anak Sendiri iii. Korban sudah mati saat masuk ke
a. Dasar hukum (Peraturan perundang-undangan) dalam air
b. Jenis kekerasan rumah tangga d. Perbedaan tenggelam di air tawar dan air
c. Sanksi asin
4. MM. Trauma Fisika dan Kimia
d. Prosedur pemeriksaan
a. Trauma suhu tinggi
e. Peranan tenaga kesehatan
b. Trauma suhu rendah
1. MM. Pengguguran Kandungan
c. Trauma asam kuat
a. Dasar hukum (Peraturan perundang-undangan) d. Trauma basa kuat
b. Jenis kekerasan rumah tangga 4. Analisis Kasus dan VeR
c. Sanksi
d. Prosedur pemeriksaan
e. Peranan tenaga kesehatan
LI. 1
MM. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1226/Menkes/SK/XII/2009

Tentang
Pedoman Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak di Rumah Sakit

https://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/09/kmk12262009.pdf
Prosedur dan Etika
Dampak KDRT

Berikut ini beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai bahwa terjadi kecenderungan kekerasan
dalam rumah tangga :

a. Cidera bilateral/multiple
b. Beberapa cidera dengan beberapa penyembuhan
c. Tanda kekerasan seksual
d. Keterangan yang tidak sesuai dengan cideranya
e. Keterlambatan berobat
f. Berulangnya kehadiran di rumah sakit akibat trauma.
Prosedur dan Etika
Dampak Kekerasan terhadap Anak → perubahan
perilaku:
g. Terlalu penurut, pasif.
a. Anak mengatakan dirinya sudah dianiaya. h. Agresif seksual terhadap orang lain.
b. Membalik/menyangkal cerita yang telah diungkapkan i. Lari dari rumah atau melakukan kenakalan remaja.
sebelumnya. j. Perilaku mencederai diri.
c. Ketakutan berlebih terhadap orang tua atau orang k. Sering mau bunuh diri.
dewasa yang lainnya. l. Gangguan tidur.
d. Tidak lari ke orang tua untuk minta tolong atau m. Menghindari kontak mata.
perlindungan. n. Memperlihatkan perilaku terlalu dewasa atau terlalu
e. Memperlihatkan tingkah laku agresif atau penarikan kekanak-kanakan.
diri yang berlebihan.
f. Kesulitan atau kemiskinan dalam hubungan dengan
teman sebaya.
Prosedur dan Etika
Dampak Kekerasan terhadap Anak → kemungkinan penelantaran fisik:

a. Gagal tumbuh fisik ataupun mental


b. Malnutrisi, tapa dasar organik yang sesuai
c. Dehidrasi
d. Luka atau penyakit yang dibiarkan tidak diobati
e. Tidak mendapat imunisasi dasar
f. Kulit kotor tidak terawat, rambut dengan kutu-kutu
g. Pakaian yang lusuh dan kotor
h. Keterlambatan perkembangan
i. Keadaan umum yang lemah, letargik, lelah
Prosedur dan Etika

Ketenagaan Pelayanan Korban KTP/A di RS terdiri dari:

1. Dokter Spesialis Forensik/Psikiater/Dokter Spesialis lain


2. Dokter Umum terlatih
3. Bidan/perawat
4. Psikolog
5. Pekerja sosial
6. Tenaga kesehatan lain: tenaga administrasi dan rekam medik
Yang Perlu diperhatikan Sebelum Melakukan Pemeriksaan
● Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang
berwenang.
● Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau korban datang sendiri
dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi.
● Setiap Visum et Retertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada
waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
● ljin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang anak,
dari orang tua atau walinya.

→ Tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke
pengadilan.

● Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa korban.
● Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama.
Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan
Anamnesis
● Identitas pasien (terutama umur dan tanggal lahir), riwayat menstruasi (usia menarche, siklus
haid, haid terakhir), status perkawinan, riwayat aktifitas seksual
● Kejadian → waktu dan lokasi, kekerasan sebelum kejadian, rincian kejadian, terjadi penetrasi
atau tidak, dan apa yang dilakukan setelah terjadinya kekerasan seksual
Pemeriksaan fisik status generalis
● KU, kesadaran, TTV, penampilan secara keseluruhan, keadaan emosional (tenang, sedih,
gelisah), pakaian, kooperatif atau tidak
● Gigi geligi
● Keadaan dalam rongga mulut → lecet, petekiae, maupun kemerahan untuk menilai ada
tidaknya aktifitas seksual secara oral

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik status generalis
● Pemeriksaan perkembangan seks sekunder seperti mammae, rambut axial, rambut pubis
● Periksa seluruh tubuh → ada luka-luka atau tidak. Bila ada → deskripsikan luka tersebut
denganlengkap dan jelas
● Bila ada riwayat kehilangan kesadaran → cari tanda pemberian obat bius atau obat tidur. Ada bekas
suntikan → periksa darah dan urin
Pemeriksaan status ginekologis
● Posisi litotomi
● Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum, paha
● Alat kemaluan berturut-turut mulai dari labia mayora, minora, vestibulum, selaput dara, vagina, leher
rahim, dan besar uterus
● Pemeriksaan selaput dara

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
LI. 2
MM. Pembunuhan Anak Sendiri
•Pasal 341 KUHP → PAS tanpa rencana (maksimum 7 tahun)
•Pasal 342 KUHP → PAS dengan rencana (maksimum 9 tahun)
•Pasal 343 KUHP → orang lain yang melakukannya / turut melakukan
•Pasal 305 KUHP → membuang (menelantarkan) anak usia < 7 tahun (maksimal
5 tahun 6 bulan)
•Pasal 306 KUHP → bila berakibat luka berat / mati (maksimal 7,5 – 9 tahun)
•Pasal 307 KUHP → pelaku ayah / ibu → ditambah ⅓ nya
•Pasal 308 KUHP → ibu membuang anaknya yang baru lahir (½ dari pasal 305
dan 306 KUHP)
•Pasal 181 KUHP → menyembunyikan kelahiran / kematian( 9 bulan )
LI. 3
MM. Pengguguran Kandungan
Jenis Pengguguran Kandungan
•Abortus spontan
•Abortus provokatus
•Abortus provokatus terapeutikus
•Abortus provokatus kriminalis →
masuk dalam pengguran
kandungan menurut hukum

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Tindakan Abortus Provokatus
Kekerasan mekanik lokal
•Dapat dilakukan dari luar dan dalam
•Kekerasan luar: dapat dilakukan oleh si ibu atau orang lain, spt gerakan fisik
berlebihan, jatuh, pemijitan/ pengurutan perut bagian bawah, kekerasan lansung
pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya
•Kekerasan dari dalam : manipulasi vagina atau uteri, misalnya aplikasi asam
arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur, pemasangan laminiaria
stiff atau kateter ke dalam serviks, atau manipulasi serviks dengan jari tangan,
manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau
penyuntikan ke dalam uterus
Obat/zat tertentu
•Racun umum digunakan dengan harapan janin mati tetapi si ibu cukup kuat untuk
bisa selamat

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Tindakan Abortus Provokatus
•Jenis obat yang biasanya digunakan untuk induksi pada
awal kehamilan adalah yang mengandung senyawa seperti
•garam hipertonik,
•urea dan prostaglandin alami (PF2αdan PGE2) atau
•prostaglandin analog seperti Carboprost (15-methyl PGF2α)
•Disuntikan ke dalam kantung ketuban → merangsang
kontraksi uterus → keluar janin dan plasenta

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Metode Operasi
•Paling umum dilakukan pada Trimester pertama di Amerika adalah
Aspirasi vakum atau kuret hisap
•Trimester 2 dilatasi dan evakuasi (D&E) melibatkan dilatasi kanal
serviks, evakuasi cairan ketuban dengan aspirasi vakum dan
ekstraksi janin dan plasenta menggunakan forceps
•Histerrektomi → memiliki tingkat kematian tertinggi, jarang
diindikasikan

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Komplikasi
•Perdarahan akibat luka
•Syok
•Emboli undara
•Inhibisi vagus
•Keracunan obat/zat abortivum
•Infeksi dan sepsis

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Pemeriksaan Korban Abortus
Korban hidup
•Tanda kehamilan (perubahan payudara, pigmentasi, hormonal,
mikroskopik, dsb)
•Usaha penghentian kehamilan (tanda kekeraasan pada genitalia
interna/eksterna, daerah perut bagian bawah)
•Pemeriksaan toksikologik
•Adanya obat atau zat mengakibatkan abortus
•Pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan yang
berupa IUFD → pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


Korban mati
•Pemeriksaan luar
•Dilakukan seperti biasa sedangakan pada pembedahan jenazah, bila didapatkan
cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan toksikologik
•Apakah uterus terlihat pembesaran, krepitasi, lika atau perforasi. Lakukan pula
tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung
•Periksa genitalia interna apakah pucat, mengalami kongesti atau memar. Uterus
diiris emndatar untuk tes kehamilan/toksikologik dan pemeriksaan organ-organ
kain dilakukan seperti biasa
•Pemeriksaan mikroskopik
•Adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang
merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan
•Sel radang PMN menunjukan tanda intravitalitas
•Tentukan umur janin/usia kehamilan untuk keperluan penyidikan perkara kadang
dibutuhkan
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI
LI. 4
MM. Pemeriksaan Korban Mati Karena Tenggelam
Mekanisme Kematian
Patofisiologi Tenggelam
• Tenggelam ⇒
Terjadi proses penurunan pernapasan karenai perendaman
dalam cairan → menyebabkan insufisiensi/kerusakan
surfaktan paru, edema paru, alveolitis, hipoksemia, dan
asidosis metabolik.
• Tenggelam di air tawar ⇒
Menunjukan tanda hipotonik pada plasma, karena air cepat
diserap sehingga terjadi hypervolameia. Menyebabkan
perubahan pada permukaan paru.
• Tenggelam di air asin ⇒
Terjadi hipertonik pada plasma, terjadi perubahan cairan pada
alveolus sehingga terjadi hiperkonsentrasi dan hipovolaemia.
Aspirasi air laut menyebabkan kerusakan surfaktan.

Simpson’s Forensic Medicine


Mekanisme kematian pada korban
tenggelam :
1. Asfiksia akibat·spasme faring.
2. Asfiksia karena gagging dan choking.
3. Refleks vagal.
4. Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar).
5. Edema pulmoner (dalam air asin)

https://doctorlib.info/pediatric/schafermeyers-pediatric-emergency-medicine/136.html

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Pemeriksaan Korban Tenggelam
Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah :
1. Menentukan identitas korban.
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
5. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
6. Tempat korban pertama kali tenggelam.

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan luar jenazah : Pemeriksaan bedah jenazah :
1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir,lumpur dan 1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air)
benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh
dalam saluran pernapasan (trakea dan percabangannya)
terbenam dalam air.
2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah. 2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai
3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan menutupi kandung jantung (tenggelam di air laut)
atau perbendungan. 3. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada inter alveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan
ekstremitas akibat kontraksi otot erektor pili yang dapat terjadi yang disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat
karena rangsang dinginnya air.
alveoli (Polsin)
5. Gambaran seperti cutis anserina kadangkala dapat juga akibat rigor
mortis pada otot tersebut 4. Oapat juga ditemukan paru-paru yang "biasa" karena cairan
6. Washer woman's hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk
dan berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kedalam aliran darah (tenggelam pada air tawar)
kutis dan biasanya membutuhkan waktu lama 5. Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan.
7. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yang terjadi pada
Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan
waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa
saja seperti rumput atau benda-benda lain dalam air
sebagainya yang mungkin pula terdapat dalam usus halus
8. Luka-Iuka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat
gesekan pada benda-benda dalam air.

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Knight’s Forensic
Pathology. 4th ed. 2016
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan destruksi (digesti asam) pada paru :
Pemeriksaan diatom :
• Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan
• Alga (ganggang) bersel satu dengan paru ditemukan diatom cukup banyak,
dinding terdiri dari silikat (Si02) yang 4-5/LPBatau 10-20 per satu sediaan

tahan panas dan asam kuat. Diatom ini


dapat dijumpai dalam air tawar, air Pemeriksaan darah jantung :
laut, air sungai, air sumur dan udara • Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada
• Pemeriksaan diatom dilakukan pada darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan bilik
jantung kanan.
jaringan paru mayat segar. Bila mayat
• Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar
telah membusuk, pemeriksaan diatom elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari
dilakukan dari jaringan ginjal, otot, jantung kanan. Sedangkan pada tenggelam di air asin
skelet atau sumsum tulang paha terjadi sebaliknya.
• Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat
menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri
kurang bermakna.

Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
LI. 5
MM. Trauma Fisika dan Kimia
LI. 6
Analisis Kasus dan VeR
ANALISIS KASUS
VeR Bayi

Anda mungkin juga menyukai