Anda di halaman 1dari 30

Peran Antioksidan dalam

Performa Atlet Endurance


Deny Yudi Fitranti
Outline

Latar Belakang Radikal Bebas Antioksidan

Exercise-induced Pemberian
Oksidative Stress Oxidative Stress : antioksidan pada
Friend or Foe? atlet
Latar Belakang

Atlet
konsumsi
multi
suplemen

PARADOX
Pembentukan Radikal bebas  Exercise Exercise-induced oxidative stress
friend or Foe
RADIKAL BEBAS
• Atom/molekul yang mengandung 1 /lebih
electron yang tdk berpasangan

• ROS (Reactive Oxigen Species) 


oxigencentered radikal yang merupakan
turunan dr hydrogen peroksida H2O2

• Selama latihan, konsumsi oksigen pada otot


yang aktif meningkat 100 kali lebih tinggi dr
saat istirahat  ROS diproduksi

• Di produksi di mitokondria dan beberapa


tempat lain di sel otot
Antioksidan
• Enzymatic antioxidant 
endogen SOD, Catalase,
glutathione peroxidase 
distimulasi dari exercise
endurance
• Non enzymatic antioxidant
eksogen Vitamin C E,
gluthation dll
• Fs: mencegah atau menunda
oksidasi intra dan ekstra seluler
Stres Oksidatif
Oxidative stress =
gambaran
ketidakseimbangan pro
oksidan vs antioksidan
dalam tubuh yang
menyebabkan oksidan
merusak persinyalan dan
pengontrolan reaksi redox
 molecular damage
4 Cara mengukur oksidative stress :
1. Detect oxidant  ROS (sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang pendek
 tdk dapat diukur secara langsung) ; stress oksidatif adl keseimbangan redox
sehingga kurang akurat bila hanya mengukur oksidan saja.
2. Antioksidan level pada jaringan
3. Produks oksidasi  produk protein oksidasi (Protein Carbonyl); lipid peroksidasi
(MDA, F2 Isoprostanes) ; DNA Oksidasi (8 oxo2-deoxyguanosine)
4. Redox balance  reduced glutathione/oxidized glutathione (GSH/GSSG)

Multiple marker is the best


EXERCISED-INDUCED OXIDATIVE STRESS

1. Intensitas dan Durasi Latihan

Oksidative stress  muncul saat intensitas melebihi lactat threshold , walaupun sama2 mempunyai
pengeluaran kalori yang sama (intensitas tinggi  stress oksidatif tinggi)

Tidak selalu semakin lama latihan akan memunculkan oksidarif stress  yang benar adalah saat
threshold ttt terpebuhi

2. Asupan Gizi

Asupan Gizi Seimbang  terpenuhi antioksidan  oksidative stress menurun

3. Training Status

Penting untuk mengetahui status latihan dari peserta sebelum memeriksa tingkat oksidatif stress.

Oksidatif stress akan meningkat ekstrem pada exercise yang pertama. Pada exercise yang kedua
dengan latihan yang sama nilanya mendekati rata2
Terdapat 2 jenis Latihan
1. Eccentric Contraction  resistance training 
peak oksidatif stress 48-96 jam setelah latihan
dan kembali semula 7 hari setelah latihan
2. Concentric Contraction running, ergocycle 
peak oksidatif stress 0-4 jam setelah latihan dan
kembali normal setelah 6 jam latihan  early
stage
• Kenyataannya latihan itu tdk bisa terkotak2,
concentric juga dapat menghasilkan muscle
damage
Exercise-induced oxidative stress
Prolonged
Resistance
endurance
Exercise
exercise

High intensity
Eccentric
anaerobic
exercise
exercise
• Prolonged and high intensity endurance (65-75% VO2 max)  increase biomarker of
oxidative stress (protein oxidation and lipid peroxidation) di otot maupun di darah.
• Suatu penelitian 5 hari berurutan selama 12 minggu latihan endurance  meningkatkam
aktivitas enzim antioksidan dan menurunkan oksidatif stress yang diinduksi oleh
kontraksi otot
• Kerusakan DNA pada sel darah putih terjadi secara akut setelah latihan endurance dan
terjadi sampai 24 jam. Tetapi sdh tdk terdeteksi setelah beberapa hari paska latihan 
DNA repair mechanism
• ROS  dieliminasi oleh enzymatic/non enzymatic antioxidant

• balance between the rate of ROS production and the rate of ROS removal by antioxidants.
Adaptasi dari Latihan • Terlalu tinggi ROS 
mengganggu kekuatan otot
begitu juga sebaliknya terlalu
sedikit ROS juga tidak akan
optimum dalam produksi
kekuatan otot.
• ROS influence on muscle
adaption to exercise training 
Muscle hipertropy
• Produksi ROS yang diinduksi
oleh kontraksi otot 
mengaktivasi m TOR
(rapamycin) shg menstimulasi
sisntesis protein untuk
hipertropi
TEORI HORMESIS
• Hormesis digunakan dalam ilmu biologi untuk
menggambarkan kurva respon terhadap dosis 
peningkatan saat stressor dalam dosis rendah akan
memberikan efek adaptif pada sel (menguntungkan)
dibandingkan kronis atau high dose dari stressor
akan menghasilkan kerusakan sel.

• Regular latihan tidak menghasilkan stress oksidatif


yang kronis pada otot yang aktif  sesuai teori
hormesis

• low to moderate levels of exercise-induced ROS


production plays an essential role in exercise-
induced adaptation of skeletal muscle. High levels
of ROS production results in damage to the muscle

• exercise induse ROS production  bermanfaat smp


pada optimum produksi ROS
Apakah durasi yang Panjang dan high intensitas akan menghasilkan ekstrem oksidan yang akan
merusak sel dan menurunkan kapasitas antioksidan ?

Jawabnya iya tetapi hampir tidak mungkin. Kenapa??

1. Intensitas latihan dalam durasi yang lama dipengaruhi oleh system kardiovaskuler dan dampak ROS pada
kelelahan otot. Keterbatasan kardiovaskular dan kelelahan otot akan membatasi intensitas dan durasi
latihan. Pembatasan latihan ini akan diikuti oleh pembatasan produksi ROS
2. Mitokondria dikenal sebagai produksi ROS. Saat latihan coupling mitokondria lbh tinggi dibanding saat
istirahat . Hal ini akan menurunkan electron dan produksi ROS selama latihan.
3. Latihan yang teratur menghasilkan jumlah enzim antioksidan yang signifikan pada otot skeletal dan
peningkatan kemampuan serat otot untuk membuang ROS selama latihan.

• Kesimpulan : selama latihan, otot tidak akan terpapar ektrem ROS oleh sebab itu exercise induced ROS
production hormesis curve diprediksi akan mengikuti polanya
Antioksidan
• Polipenol • Antioksidan
• Antosianin larut air dan
• Catechin larut lemak
• Curcumin • Melatonin
• Quercetin • Kombinasi
• Antioksidan Larut Air Vitamin C dan E
• Vitamin C • Antioksidan
• Antioksidan Larut mineral
lemak • Selenium
• Alpha Lipoic Acid • Zinc
• Qornzym Q10
• Vitamin A
• Vitamin E
Antocyanin
• Effects on oxidative stress and
antioxidant enzymes are mixed
and limited to systemic data
only
• Equivocal effects on endurance
performance, VO2 max and
post-exercise muscle recovery
• May improve blood flow and
vascular function, although this
does not appear to translate to
performance benefits
• Insufcient supportive evidence
to recommend to athletes
catechins
• effects on oxidative stress and antioxidant
enzymes are equivocal
• Evidence not supportive of benefcial effects
on endurance performance
• Evidence equivocal on effects on skeletal
muscle mitochondrial biogenesis and post
exercise muscle recovery
• Can improve vascular function,
particularly in overweight/obese
individuals – however, this does not appear
to translate to improvements in exercise
performance
• Insufcient supportive evidence to
recommend to athletes
Curcumin
• Rodent studies show improvements in
skeletal muscle oxidative stress,
mitochondrial biogenesis and
endurance performance
• Studies in humans are lacking and
unclear with respect to effects on
oxidative stress, antioxidant enzyme
levels, skeletal muscle adaptations and
endurance performance
• Limited studies in humans are
supportive of benefts on post-exercise
muscle recovery, although further
research is required to confrm this
• Insufcient supportive evidence to
recommend to athletes
Quercetin
• Minimal evidence of any
benefcial effects on systemic
markers of oxidative stress
• May result in small benefcial
effects on endurance
performance, although this is
mostly limited to untrained
individuals
• Effects on muscle recovery post
muscle-damaging exercise are
equivocal
• Insufcient supportive evidence to
recommend to athletes
Vitamin C, A, E
-Insufcient supportive evidence to recommend to athletes
Zn Selenium
• Limited evidence available
shows some benefcial effects • Limited studies in humans have
of zinc on systemic markers of shown decreased exercise-related
exercise-induced oxidative lipid peroxidation in overweight
stress participants with low selenium

levels
Evidence not supportive of
effects on endurance • Limited studies show no
performance, with only benefcial effects on endurance
limited studies using zinc as performance
the sole compound in • Insufcient supportive evidence to
supplements recommend to athletes
• Insufcient supportive evidence
to recommend to athletes
PERAN ANTIOKSIDAN

• Peran antioksidan  menghambat oksidatif stress


• Tergantung dari balance redox atlet
• Penelitian  efek suplementasi antioksidan tidak cukup
bukti yang kuat untuk menyimpulkan bahwa suplementasi
antioksidan mampu meningkatkan performa atlet.
•  Dietary strategy  sesuai kebutuhan
DIETARY VS SUPPLEMENTASI

• Sebagian besar penelitian Area focus recovery setelah latihan rata2 pelatih
menggunakan suplementasi bukan makanan
• Karena produk makanan sulit dikelompokkan berdasarkan kelompok dan
kandungan antioksidannya
• Tetapi makanan dibanding suplemen mengandung antioksidan dalam porsi dan
rasio yang alamiah yang bersinergi secara optimal sebagai antioksidan
• Dalam konteks ini, Asupan tinggi antioksidan merupakan peluang non farmasi
untuk menjaga kondisi antioksidan dalam tubuh secara fisologis
• Gizi  Harus disesuaikan dengan kebutuhan atlet yang memperhitungkan jenis
latihan
Simpulan
• Exercised-induced Oxidative stress  Adaptasi dari latihan  efek
menguntungkan bagi kesehatan (meningkatkan enzymatic antioxidant)
• Kondisi stress Oksidatif tergantung pada intensitas dan durasi latihan,
asupan gizi, status latihan.
• Antioksidan bermanfaat bagi atlet yang tidak mengkonsumsi gizi seimbang
• Pemberian antioksidan sangat penting memperhatikan
• respon biologis individual terhadap jenis olahraga
• Periode latihan (sebelum, setelah atau selama overtraining)
• personalized plan according to the specific requirement of the athlete
during the different phases of training could be the best option, together
with the evaluation of the oxidative stress status at rest and its monitoring
during training

Anda mungkin juga menyukai