Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI

Modul ke:

11 Fakultas
TEORI KEAGENAN DAN
MANAJEMEN LABA
EKONOMI DAN
BISNIS Prof.Dr.Wiwik Utami, Ak, CA.,CMA.,CSRS
Program Studi
MAGISTER
AKUNTANSI
Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi
Agency Theory
• Jansen dan Meckling (1976) melihat kontrak antara
pemegang saham dan manajer sebagai suatu hubungan
keagenan (agency relationship). Secara spesifik definisi teori
keagenan adalah “Agency theory is a principle that is used to
explain and resolve issues in the relationship between
business principals and their agents. Most commonly, that
relationship is the one between shareholders as principals,
and company executives, as agents”
• Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan (agency
cost). Biaya keagenan adalah merupakan jumlah dari: (1)
monitoring expenditures by the principal; (2) bonding
expenditures by the agent; dan (3) residual loss.

<
← MENU AKHIRI >

Asimetri Informasi dan signaling
• “ …Information asymmetry is of such importance to
accounting theory is that securities market are subject
to information asymmetry problem. Even if security
market prices fully reflect all publicly available
information…”
• Menurut signaling theory, investor akan memberikan
respon beraneka ragam atas sinyal-sinyal yang
disajikan oleh perusahaan baik berupa good news
(positip)maupun bad news (negatip). Investor akan
memberikan respon positif atas good news yang
disampaikan perusahaan

<
← MENU AKHIRI >

Motivasi Dalam Manajemen Laba

• Motif pihak manajemen untuk melakukan


perataan laba diantaranya untuk kepentingan
bonus, politik, perpajakan, nilai pasar
perusahaan dan lainnya.
• Kepentingan politik lebih menghindari
perusahaan dari berbagai tindakan
“pemanfaatan” terutama pada tahun2 politik.
• Kepentingan perpajakan meskipun terkesan
menghindari pajak, namun pada akhirnya
kewajiban pajak tetap harus dipenuhi. Hal ini
hanya terkait dengan perencanaan pajak saja.
• Yang jadi masalah adalah jika terkait dengan
kepentingan manajemen itu sendiri terutama
bonus. Modus ini “mungkin” akan lebih
dominan.
• Manajemen laba dilakukan oleh manajer atau
para pembuat laporan keuangan dalam proses
pelaporan keuangan suatu perusahaan karena
mereka mengharapkan suatu manfaat dari
tindakan yang dilakukan
• Oleh karena manajemen laba dilakukan
dengan alternatif kebijakan akuntansi yang
ada, maka tindakan manajemen laba tetap
berada dalam koridor standar yang ada (Scott,
2009).
• Statement ini sebenarnya digunakan oleh
mereka yang mendukung kebijakan
manajemen laba. Mereka berpendapat bahwa
dalam manajemen laba, yang ada hanyalah
pemilihan dan penggunaan dari metode
akuntansi yang tersedia untuk memenej laba.
• Pembenaran seperti ini menggunakan dalil bahwa
tidak ada omising information dalam manajemen
laba, sehingga upaya tindakan manajemen laba
dibenarkan.
• Namun apabila kepentingan bonus menjadi motifnya,
maka pembenaran terhadap tindakan manajemen
laba perlu dipertanyakan.
• Adanya kepentingan manajemen tersebut
memberikan ruang bagi manajemen untuk
melakukan asimetri informasi. Asimetri informasi
memungkinkan manajemen melakukan upaya-upaya
memenej laba, termasuk mempercantik laba.
• Praktek manajeman laba merupakan tindakan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan
sehingga bisa memberikan informasi mengenai
keuntungan ekonomis, yang sebenarnya tidak
dialami perusahaan.
• Dalam jangka panjang, tindakan tersebut
sebenarnya dapat merugikan perusahaan.
• Hal inilah merupakan inkonsisten dalam kajian
akuntansi, dimana satu sisi mempersoalkan
terjadinya asimetri secara inheren, disisi lain
akuntansi justru membenarkan tindakan
Terima Kasih
Prof.Dr. Wiwik Utami,Ak.,CA,CMA

Anda mungkin juga menyukai