Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN STUDI KASUS DIPABRIK

TABUNG GAS ELPIJI PT. INTI (PERSERO)


BANDUNG

Kelompok B
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Pelatihan HIPERKES & KK Bagi Dokter
10-15 Januari 2023
Kementerian Ketenagakerjaan RI
KELOMPOK B
KESELAMATAN KERJA
Pelatihan HIPERKES & KK Bagi Dokter
10-15 Januari 2023
Kementerian Ketenagakerjaan RI

dr. Prima Ardiansah Surya dr. Rizal Talalu


dr. Putu Sastika dr. Rizki Ananda Pahlefi
Adiningtyas Artha
dr. Raajih Isma’il Al-Faruqi dr. Sayid Muhammad Sahil
dr. Radhitya Sasongkojati Haikal
dr. Rahma Pramatama dr. Septian Cahya
Tameru dr. Sovian B Janis
dr. Ravenska Theodora dr. Sulesa
dr. Retno Setianingsih dr. Tri Deviolita
dr. Rikwan Pranata dr. Win Wibiono, MARS
dr. Rima Rahmi Putri dr. Yuyun Andriyani
Harahap
PT INTI

• Kantor Pusat beralamat di Jl. Bidang Kesehatan


Hasan No. 99 Bandung -Poliklinik (kuratif dan preventif)
• PT INTI resmi berdiri pada tanggal -Pemeriksaan kesehatan rutin per tahun
30 Desember 1974
-Fasilitas sarana olahraga
•  (BUMN) yang bergerak di bidang
telekomunikasi sebagai pemasok
Bidang Keselamatan Kerja
utama pembangunan jaringan
telepon nasional �Pemeriksaan sarana dan prasarana gedung
• Usaha produksi Tabung LPG �Penyuluhan dan sosialisasi K3 pada karyawan
Composite dimulai Febuari 2020
�Simulasi tanggap darurat bencana
• Memiliki total karyawan 415 orang
�Mengetahui aspek K3
(Annual Report 2019). Rincian 397
Kkaryawan tetap, 9 karyawan tidak �Menayangkan video safety induction
tetap, dan 9 direksi.
�Pemasangan tanda dan rambu K3 di sekitar
perusahaan
�Pengendalian dan pengelolaan limbah domestik,
berbahaya dan beracun
Mesin, Pesawat, dan Alat Kerja yang
Digunakan
No. Mesin, pesawat dan alat Keterangan
kerja
1. Plat baja (material bahan Material pembuat tabung gas
tabung)
2. FC inside Proses pemasukkan material lembaran plat besi

3. Mesin blanking Digunakan untuk memotong sheet metal agar


mendapatkan hasil potongan atau blank.

4. Mesin pressing (deep Digunakan untuk pembentukan plat baja agar


drawing) memperoleh kapadatan dan membentuk lembaran
plat menjadi seperti mangkuk. Caranya dengan
dilakukan penekanan degan sebuah penekan (punch)
ke dalam rongga cetakan (dies). Proses pembentukan
plat menjadi setengah tabung gas
5. Mesin flanging Digunakan untuk pembengkokkan (ujung lembar
logam ditekuk dengan sudut 90 derajat, dilakukan
pada tepi atau ujung, biasanya membentuk flense.
Selain itu, berfungsi utk memperkuat lembaran logam
(baja)
6. Mesin footring welding Digunakan untuk pengelasan pada bagian kaki tabung
Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang
Digunakan
No. Mesin, Pesawat, dan Alat Kerja Keterangan

7. Mesin handguard welding Digunakan untuk proses pengelasan handle


(pegangan)
8. Mesin neckring welding Digunakan untuk proses pengelasan rumah valve
bagian upper (cincin leher)
9. Mesin circumferencial welding Digunakan untuk proses pengelasan melingkar
antara button dengan upper
10. Mesin Batt welding Digunakan untuk proses pembentukan
pengelasan bentuk ring kaki tabung
11. Mesin joggling Digunakan pada proses pembuatan jog atau
tangga pada bottom tube agar pada proses
pengelasan lebih mudah dan lebih kuat
12 Mesin feeding to HT Digunakan untuk pengerasan material

13. X-ray Untuk mengetahui hasil pengelasan

14. Annealing Mengemballikan kondisi material setelah proses


pengelasan
Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang Digunakan
No. Mesin, Pesawat, dan Alat Kerja Keterangan
15. Shot finish Untuk membuat pori-pori sebagai daya rekat
powder
8. Alat hidrostatik test/ leak test Untuk menguji kekuatan dan mengetahui
kebocoran pada bagian yang dilakukan
pengelasan. Pengujian melibatkan pengisian
tabung dengan cairam, biasanya air, yang
dicelup untuk mendeteksi kebocoran secara
visual, dan tekanan pada bejana dengan tekanan
uji yang ditentukan

9. Mesin shootblasting Digunakan untuk membersihkan permukaan


tabung gas sebelum dilakukan pengujian
hidrostatik dan pengecatan agar pengecatan
menjadi sempurna

10. Mesin powder coating Untuk pelapisan awal sebelum pengecatan

11. Mesin painting Untuk pengecatan tabung LPG agar menarik,


tidak mudah berkarat dengan cara melapiskan
cat anti karat
12 Valve assembling Untuk memasang valve
13. Mesin marking Untuk pemberian label
14. Numerator Memberi nomor seri tabung
BAHAN DAN PROSES
KERJA
Badan Tabung :
Material plat baja SG 295
Diameter plat blangking : ∅365
Design tabung Tebal plat : 2.3 mm
Diameter luar badan tabung :
∅260 mm

Bagian-Bagian Tabung Hand Guard :


Material plat baja : SS 400
•Badan tabung berbentuk Tebal plat : 2.5 mm
ellipsoidal Diameter : ∅182 mm
•Cincin leher (Neck Ring)
•Cincin kaki (Foot Ring)
•Pegangan tangan (Hand Guard) Neck Ring :
Baja karbon S 17 C
Diameter luar : ∅38 mm
Tinggi : 16 mm o Ulir/Drat : ½
Tekanan dalam tabung : 6 Kpa NGT 14 TPI ketirusan 1/6
Uji tahan terhadap tekanan air : 31 kg/cm2
Foot Ring :
Material plat baja : SS 400
Diameter luar cicin : ∅190 mm
Tinggi : 30 mm
Tebal plat : 2.5 mm
DIAGRAM
ALUR
PROSES
PRODUKSI
Landasan Kerja

 UU No. 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
 Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Permenaker No. Per- 04/MEN/1980 tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
 Permenaker No. Per- 01/MEN/1982 tentang
Bejana Tekanan
 Permenaker No. Per-04/MEN/1985 tentang
Pesawat Tenaga dan Produksi
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I.
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja
SOP Kerja
Bagian Kemungkinan Kecelakaan
Upaya Yang Telah Dilakukan
Proses Kerja Kerja

Pressing (200 Tangan terjepit mesin, Varises, Maintenance mesin berkala, Penyesuaian time pressing,
Ton & 250 Ton) Gangguan pendengaran penggunaan APD sarung tangan, penggunaan earplug
(NIHL)

Flanching Tangan terjepit mesin, Maintenance mesin berkala, Penyesuaian time flanching,
Gangguan pendengaran penggunaan APD sarung tangan, penggunaan earplug
(NIHL), luka benda tajam,
varises
Footring Welding Luka bakar, trauma gram pada Penggunaan APD barupa sarung tangan kulit, face shield,
mata, trauma inhalasi, varises tutup kepala, masker, safety shoes, penggunaan tempat
duduk untuk istirahat

Handguard Luka bakar, trauma gram pada Penggunaan APD berupa sarung tangan kulit, face shield,
Welding mata, trauma inhalasi, varises tutup kepala, masker, safety shoes. penggunaan tempat
duduk untuk istirahat

Neckring Welding Terjepit mesin, luka bakar, Maintenance mesin berkala, penggunaan APD berupa
trauma gram pada mata, trauma sarung tangan kulit, face shield, tutup kepala, masker,
inhalasi safety shoes
SOP Kerja
Bagian Kemungkinan Kecelakaan
Upaya Yang Telah Dilakukan
Proses Kerja Kerja
Cyrcumferensial Terjepit mesin, luka bakar, Pemeriksaan mesin berkala, penggunaan
Welding trauma gram pada mata, APD sarung tangan, goggles, masker
trauma inhalasi

Hydrostatik Test Tertimpa tabung, jatuh Penggunaan APD sarung tangan, sepatu boots
terpeselet
Shotblasting Terjepit mesin, trauma gram Pemeriksaan mesin berkala, penggunaan
pada mata, tertimpa tabung APD sarung tangan, goggles, masker

Pasang Valve Terjepit mesin, varises Pemeriksaan mesin berkala, penggunaan APD
sarung tangan, penyesuaian waktu kerja

Leak Test Tertimpa tabung, jatuh Penggunaan APD sarung tangan, sepatu boots
terpeselet
Numerator Tertimpa tabung, terjepit Pemeriksaan mesin berkala, penggunaan APD
mesin sarung tangan
Instalasi Listrik
Prasarana Kerja Lainnya
Nama alat Kemungkinan kecelakaan kerja Upaya yang dilakukan

Pengangkut tabung Tabung terjatuh mengenai pekerja Memperhitngkan jumlah tabung yang
(forklift) Kecelakaan operator forklift diangkut
Melakukan pelatihan untuk operator
forklift

Roller Conveyer Tabung terjatuh mengenai pekerja Spesifikasi roller conveyerdisesuaikan


dengan dimensi dan beban tabung yang
akan ditransportasikan
Melakukan pelatihan untuk operator
roller coveyer

Mudah Terbakar Tidak ada APAR dan tanda mudah


terbakar
Sosialisai ke karyawat terkait
penggunaan APAR
Alarm tanda bahaya harus ada dan
befungsi dg baik
Konstruksi Tempat Kerja
Berdasarkan pengamatan bangunan tampak kokoh.
Dinding merupakan dinding batako semen tanpa cat dan tanpa plester semen pada beberapa bagian dinding dalamnya
tidak tampak adanya keretakan pada dinding-dinding pabrik.
Lantai merupakan lantai semen polos tidak terlihat licin dan adanya keretakan pada lantai pabrik.

PERMASALAHAN DASAR HUKUM SARAN


Tidak ada tanda emergency exit dan jalur Peraturan Pemerintah RI No • Pentingnya untuk dilakukan perbaikan konstruksi
evakuasi dengan 36 tahun 2005 tentang pada tempat kerja
penandanya, seharusnya setiap bangunan peraturan pelaksanaan UU
gedung harus No 28 tahun 2002 tentang • Bila diperlukan perusahaan dapat bekerja sama
menyediakan sarana evakuasi. bangunan gedung dengan jasa konstruksi untuk mencegah kecelakaan
kerja
Tidak ada tanda peringatan bahan mudah Permenkes RI No 70 tahun
terbakar dan tanda 2016 tentang standar dan •Sosialisasi ke karyawan terkait alarm tanda bahaya
dilarang merokok persyaratan Kesehatan
lingkungan kerja industri •Sosialisasi ke seluruh karyawanjalur evakuasi dan
Tidak ada penanda alat berbahaya dan emergency exit
berbeban berat UU No. 2 Tahun 2017
tentang jasa konstruksi •Sosialisasi kepada karyawan terhadap prioritas apa
Ventilasi pabrik yang kurang atau tidak yg harus diselamatkan saat ada tanda bahaya
sesuai standar (Sistem
perancangan ventilasi mengacu SNI 03- •Sosialisasi no telp pemadam kebakaran hrs
6572-2001) disosialisasikan dan di tempel di tempat yg mudah
dilihat dan dijangkau
Penerangan ruangan pabrik yang kurang
memadai standar

Tidak ada pembatas di sekitar penyimpanan


tabung gas,
sehingga dapat membahayakan pekerja saat
melakukan
aktivitas karena berisiko tersenggol dan
jatuh.
Konstruksi Tempat Kerja
Permasalahan Dasar Hukum saran
• Pada video tidak tampak sarana • UU No.1 tahun 1970 • Pentingnya
 Berdasarkan pengamatan pada
evakuasi atau emergency exit tentang keselamatan kerja untuk
bangunan pabrik tampak kokoh dengan penandanya.seharusnya • Peraturan pemerintah RI dilakukan
 Dinding terlihat terbuat dari setiap gedung harus menyediakan No.36 tahun 2005. tentang perbaikan
batako semen tanpa cat dan sarana evakuasi. peraturan pelaksaan UU konstruksi
tanpa plester di beberapa
• Penerangan di lokasi kerja juga No.28 tahun 2002 tentang pada tempat
terlihat sangat kurang,ruangan bangunan gedung. kerja.
bagian dinding dalam, tidak • •
terlihat sedikit gelap. Permen PU No.5 tahun Menyediakan
tampak adanya keretakan pada • Tidak ada penanda bahwa bahan 2014 tentang pedoman APAR
dinding pabrik mudah terbakar atau pun tanda SMK3 konstruksi bidang terutama
 Lantai merupakan lantai semen dilarang merokok. pekerjaan umum dibagian yang
• Tidak adanya penanda alat • Permenkes RI No.70 tahun menggunakan
polos tidak terlihat licin dan
berbahaya dan berbeban berat 2016 tentang standar dan alat las.
tidak tampak keretakan • Tampak ventilasi kurang persyaratan kesehatan • Bila
mencukupi atau tidak sesuai lingkungan kerja industri diperlukan
standar (sistem perancangan • UU No.2 tahun 2017 perusahaan
ventilasi mengacu SNI 03-6572- tentang jasa konstruksi dapat bekerja
2001). sama dengan
• Tidak adanya pembatas untuk jasa konstruksi
mengikat tabung gas yang untuk
ditumpuk,hal tersebut berbahaya mencegah
bagi pekerja. kecelakaan
kerja.
Sarana Penanggulangan
Kebakaran
Hasil Pengamatan Potensi Kecelakaan Kerja Upaya yang Dapat
Dilakukan
Terjadi Kebakaran ;
1.Tidak tampak adanya APAR 1. Pemasangan APAR pada
dan Hydrant yang tersedia. -Luka Bakar : Ringan, posisi yang mudah dilihat
Sedang, Berat
2.Tidak tampak adanya alarm dengan tanda pemasangan
-Kebakaran sulit untuk
pendeteksi kebakaran ditangani dengan baik  tidak APAR (tabung APAR
terdapat alat pendeteksi
otomatis. berwarna merah, tinggi
kebakaran otomatis, tidak
3.Tidak tampak adanya terdapat APAR 125 cm dari dasar lantai
rambu-rambu jalur dan jarak APAR satu dan
evakuasi. lainnya tidak melebihi 15 m
4.Tidak adanya peta evakuasi atau ditentukan oleh
dan pintu darurat. pengawas K3).
5.Tidak adanya rambu 2. Pemasangan Hydrant.
peringatan seperti larangan 3. Pemasangan alat
merokok dan dilarang pendeteksi kebakaran
menyalakan api untuk otomatis pada setiap
pencegahan atau rambu ruangan.
Permenaker No. 04/MEN/1980 :
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN.

1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus


ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari
dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api
ringan bersangkutan.
3. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus
sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
4. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan Kerja.
5. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna
merah.
 Setiap APAR harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan
konstruksi penguat atau ditempatkan dalam lemari / peti (box) yang tidak
dikunci. (Lemari / peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
harus diberi safety glass dengan tebal maximum 2 mm)
 Konstruksi penguat yang digunakan tidak boleh dikunci atau digembok atau
diikat mati
 Ukuran panjang dan lebar bingkai safety glass harus disesuaikan dengan
besarnya APAR yang ada dalam lemari atau peti (box) sehingga mudah
dikeluarkan
 APAR tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu > 49°C
atau turun sampai minus 44°C (kecuali jika APAR tersebut dibuat khusus untuk
suhu diluar batas suhu tersebut)
Maintenance APAR
berdasarkan Permenaker No. 04/MEN/1980

 Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali


dalam setahun, yaitu:
 a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
 b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
 Hal-hal yang dapat diperhatikan saat pemeriksaan :
 Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan
dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau
tabung bertekanan dan mekanik penembus segel;
 Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel
dan label harus selalu dalam keadaan baik
 Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang
terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak.
 Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang
ditemui waktu pemeriksaan harus segera diperbaiki atau alat
tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.
Penggunaan APAR dengan metode PASS

 1. Pull: Tarik safety pin


 Cara menggunakan alat pemadam api yang pertama adalah tarik pin
pengaman atau safety pin yang ada pada alat pemadam api. Pada
saat menarik pin, jangan tekan handle agar tekanan tidak keluar.
 2. Aim: Pegang dan arahkan nozzle ke titik api
 Angkat tabung APAR dan arahkan nozzle APAR dengan memegang
ujung selang alat pemadam api ke sumber api. Pegang nozzle secara
kuat agar penyemprotan dapat terkendali ke titik api.
 3. Squeeze: Tekan tuas APAR dengan maksimal
 Langkah selanjutnya adalah menekan handle / tuas APAR secara
maksimal sampai api dapat dipadamkan atau isinya habis.
 4. Sweep: Sapukan media agar merata
 Sapukan nozzle dari kiri ke kanan atau sebaliknya pada saat media
APAR keluar dari tabung. Cara menggunakan alat pemadam api ini
bertujuan supaya penyebaran media pemadam bisa merata ke seluruh
sumber api, sehingga api bisa padam sempurna
Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA
(National Fire Protection
Association)

a. Kelas A: d. Kelas D:
 Kebakaran yang terjadi pada benda padat kecuali
logam.  Kebakaran yang terjadi pada bahan
 Contoh : kayu, kertas, plastik, karet, kain. logam (magnesium, almunium,
 Dapat dipadamkan dengan : air, uap air, pasir, busa, kalium, dan sebagainya).
karbondioksida (CO2), serbuk kimia kering, dan
cairan kimia.
 Kebakaran kelas ini sangat
b. Kelas B: berbahaya dan hanya dapat
 Kebakaran yang terjadi pada benda gas, uap atau dipadamkan dengan serbuk kimia
cairan. sodium klorida dan grafit.
 Contoh : bensin, solar, minyak tanah, aspal, alkohol,
dan elpiji.
e. Kelas K:
 Dapat dipadamkan dengan : pasir maupun tanah  Kebakaran yang terjadi pada bahan
(untuk area kebakaran yang kecil). Kebakaran tidak masakan.
boleh dipadamkan dengan air sebab air bisa
mengalir dan meluas, sehingga kebakaran semakin  Dapat dipadamkan degan : APAR
menyebar. berisi cairan kimia dan atau
c. Kelas C: karbondioksida.
 Kebakaran yang terjadi pada peralatan listrik
bertegangan. f. Kelas E (pada beberapa
 Contoh : Kebakaran yang biasanya terjadi akibat negara)
korsleting listrik
 Kebakaran yang terjadi pada bahan-
 Kebakaran kelas C dapat dipadamkan dengan
serbuk kimia kering, uap air, dan CO2 bahan radioaktif
UU NO. 1 TAHUN 1970 pasal
14B
“Memasang dalam tempat kerja RAMBU LARANGAN
yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada
tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja”

RAMBU
PERINGATAN
RAMBU RAMBU
PRASYARAT PERTOLONGAN
Alat Pelindung Diri (APD)

• Beberapa tidak menggunakan APD


• (masker, sarung tangan dan googles) 
• Earplug/ earmuff (-)

• APD tidak sesuai standar sesuai


bidang pekerjaannya
 face shield, baju cover all untuk
mencegah percikan bunga api

glove yang tidak tahan air 


TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI
TANGGAP DARURAT
STANDARD IDEAL PENGAMATAN
DAN EVAKUASI
Emergency Lamp Terdapat di setiap ruangan

Fire Alarm Terdapat alarm kebakaran di setiap


ruangan

Rambu Jalur Evakuasi Terdapat rambu yang menunjukan


jalur evakuasi saat keadaan
emergency sehingga memudahkan
para pekerja untuk mengevakuasikan Tidak tampak
diri

Smoke Detector Terdapat disetiap ruangan sebagai


alat deteksi awal tanda darurat
terjadinya kebakaran

APAR Terdapat APAR di setiap ruangan


KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

 Kejadian kecelakaan kerja di pt. Inti pada periode 2022

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kejadian kecelakaan kerja pada PT. INTI sejak
tanggal 1 januari 2022 hingga 30 desember 2022 dengan total 871.500 jam kerja sebanyak 5
Kasus kejadian kecelakaan kerja. Terdapat 5 kecelakaan kerja berupa 2 orang pekerja jarinya
terjepit mesin press dengan salah satu orang pekerja dengan ujung jari telunjuk hancur, serta 3
orang pekerja terkena luka bakar di bagian tangan serta wajah saat proses Footring dan
Handguard welding. Maka berdasarkan kasus kejadian kecelakaan kerja tersebut angka
banyaknya kecelakaan (FR) yaitu 5,7 jam per sejuta orang kerja serta Severity Rate (SR) yaitu
114,7 jam per sejuta orang kerja.
Paramedis

Permenaker No.01/1979 ;

Paramedis perusahaan wajib mengikuti


pelatihan hiperkes.

Ahli K3 / K3 Kimia

Permenaker No.02/1992
Personil Keselamatan Kerja

 Dokter

UU No.1/1970 pasal 8 ayat (2) ;


Ditunjuk oleh perusahaan dan dibenarkan oleh direktur lewat surat keputusan
penunjukan (SKP).

Permenaker No.01/1976 ;
Dokter perusahaan wajib mengikuti pelatihan hiperkes.

Permenaker No.02/1980 ;
Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.
Tabel Identifikasi Bahaya
Bahaya Potensial
Risiko
Bagian
Biolo Psikosos Risiko PAK Kecelakaan
Proses Kerja Fisik Kimia Ergonomi
gi ial Kerja

Bising, panas, Debu Gerakan repetitif NIHL,Heat stress, Tangan


lembab sedikit ISPA, LBP, CTS, terjepit
Pressing
berpindah,posisi dehidrasi, hipoksia
tidak nyaman
(berdiri) NIHL,Heat stress, Tangan
Flanching Bising ,panas, - Debu Gerakan repetitif ISPA, LBP, terjepit dan
lembab posisi tidak dehidrasi, terpotong
nyaman (berdiri) CTS,hipoksia
dan sedikit NIHL, dehidrasi, Luka bakar
berpindah Heat stress, ISPA, pada kulit,
Footring Bising, panas, - Uap, Gas, Posisi tidak katarak, trauma mata,
welding radiasi UV light, mist, asap nyaman (berdiri) konjungtivitis, LBP,
penerangan Stres DVT, hipoksia
kurang, kerja
cipratan, lembab NIHL, dehidrasi, Luka bakar
Handguard Bising, panas, - Uap, Gas, Posisi tidak Heat stress,ISPA, pada kulit,
Welding radiasi UV light, mist, asap nyaman (berdiri) Katarak, trauma mata
glare, konjungtivitis, LBP,
penerangan DVT, hipoksia
kurang,
cipratan, lembab
NIHL, dehidrasi, Luka bakar
Neckring Bising, panas, - Uap, Gas, Posisi tidak
Heat stress, ISPA, pada kulit,
Welding radiasi UV light, mist, asap nyaman (berdiri)
glare, Katarak, trauma mata,
penerangan konjungtivitis, LBP, tangan
kurang,cipratan, DVT, hipoksia terpotong dan
lembab terjepit
Bahaya Potensial
Risiko
Bagian Proses
Risiko PAK Kecelakaan
Kerja
Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial Kerja

Bising, - Debu, Gerakan repetitif


panas, Asap posisi tidak
radiasi UV nyaman (berdiri) NIHL, dehidrasi,
light, Heat stress, Tangan
Cyrcumferensial
flame, Katarak,ISPA, terpilin, luka
Welding peneranga konjungtivitis, bakar pada
n kurang LBP, CTS, DVT kulit
Hydrostatik Bising, Bakteri, Gerakan repetitif NIHL, dehidrasi, Tersandung
Test panas, Virus, posisi tidak heat stress,LBP, dan tertimpa
Debu,
peneranga Protozoa, nyaman (berdiri), CTS, DVT tumpukan
Mist
n kurang Jamur tempat kerja tabung gas
sempit
Shotblasting Bising, - Gerakan repetitif, NIHL, dehidrasi, Tangan
panas, posisi tidak Heat stress,LBP, terpilin,
Debu, nyaman (berdiri) DVT, ISPA tertimpa
asap dan membungkuk Stres tabung,
saat mengambil kerja trauma mata
tabung gas
Pasang Valve Bising, - Gerakan repetitif, NIHL, CTS, DVT, Terjepit
panas, lifthing, posisi dehidrasi, Eye mesin
Debu
peneranga tidak nyaman strain, LBP.
n kurang (berdiri)
Leak Test Bising, Bakteri, Gerakan repetitive NIHL, CTS, Tertimpa
panas Virus, dehidrasi tabung, jatuh
Debu
Protozoa, terpeleset.
Jamur
Numerator Bising, - Gerakan repetitive NIHL, CTS, Tangan
panas, dehidrasi, Eye terpilin
iIluminasi Debu, strain, LBP, Tertimpa
kurang mist Dermatitis tabung,
Kontak Iritan terjepit mesin
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran :


-Perusahaan pada dasarnya sudah menjalankan program keselamatan kerja. Bahan utama yang
merupakan asap, api, gas, cat, dan bahan plat baja dimana terdapat suhu yang relatif panas
memerlukan pengaturan sirkulasi udara.
-Evaluasi penggunaan APD dan SOP yang ada yaitu perlu kelengkapan ruangan . Alarm dan alat
pemadam kebakaran ridak tampak pada video sehingga perlu dilakukan evaluasi.
-Diperlukan pemasangan alat pengukur suhu dan kelembapan ruangan.
-Diperlukan pemasangan CCTV untuk control pekerjaan sehari – hari.
-Hygiene perusahaan seperti kebersihan terutama adanya minyak ditempat itu bias menyebabkan
ppeledakan bila bertemu dengan gas. Untuk itu kebersiham secara umum perlu dievaluasi

-Demikian kesimpulan dan saran yang didapatkan


UTAMAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai